Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“AKUNTANSI UNTUK AS-SALAM DAN AL-ISTISHNA”

DOSEN PENGAMPU:
Media Kusumawardani, S.E, M.Si

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Ridha Amani Fathihah
01031382126187
Erisa Virena Vasyah
01031382126176
Aliyyah Putri Adany
01031382126183
Khairunisa Rahma Yani
01031282126113

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Makalah ini berjudul “AKUNTANSI UNTUK AS-SALAM DAN AL-ISTISHNA”.

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akuntansi Keuangan
Syariah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Akuntansi Syariah untuk As-Salam dan Al-Isthishna.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 29 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

2.1 Pengertian As-Salam dan Al-Istishna‟ ......................................................................... 2

2.2 Jenis-jenis Akad As-Salam dan Al-Isthisna‟ ................................................................ 3

2.3 Rukun dan Syarat As-Salam serta Al-Istishna‟ ............................................................ 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 5

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..5

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 6

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih
muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan
sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli
yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan
investasi dalam perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan al-istishna‟.

Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan


dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-
kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui perpindahan
kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah
satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan
bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang.

Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan salam dan istishna‟. Jual beli
dengan salam dan istishna‟ ini, akadnya sangat jelas, barangnya jelas, dan keamanannya
juga jelas. Maka jual beli salam dan istishna‟ wajar jika masih banyak diminati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian As-Salam dan Al-Istishna‟?
2. Apa saja jenis-jenis As-salam dan Al-isthisna?
3. Bagaimana rukun dan syarat As-Salam serta Al-Istishna‟ ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengatahui pengertian As-Salam dan Al-Istishna‟.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis As-salam dan Al-isthisna‟.
3. Untuk memahami rukun dan syarat salam serta Al-Istishna‟.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian As-Salam dan Al-Istishna’


Salam berasal dari kata salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya dimuka.Para ahli fikih menanamnya al mahawi‟ij(brang-barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun brang yang
diperjualbelikan tidak ada ditempat “mendesak”,dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat
memebutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat
membutuhkan uang tersebut

Salam dapat didefinisikan sebgai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan
pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan(muslam
jilih)dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam ilahi)dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam)pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.Untuk menghindari resiko yang merugikan,pembeli boleh meminta jaminan dari
penjual.

Bai‟al istishna‟ atau disebut dengan akad istishna‟ adalah akad jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni‟) dan pemjual (pembuat/shani‟)-
(Fatwa DSN MUI). Shani‟ akan menyediakan barang yang dipesan sesuai dengan
spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak
lain (istishna‟ pararel).

Dalam PSAK 104 Per 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:

1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati


2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk missal; dan

2
3. Harus diketahui krakteristik secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi
teknis, kualitas dan kuantitasnya.

2.2 Jenis-jenis Akad As-Salam dan Al-Isthisna’


Akad As-Salam dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Salam adalah transaksi jual beli dimana yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan,pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan
penyerahan barang dilakukan dikemudian hari
2. Salam pararrel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara
pemesan pembeli dan penjual serta antara penjual pemasok (supplier) atau
pihak ketiga lainnya.Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang
pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyedikan barang pesanan
tersebut.

Salam pararel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad
pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara
pembeli dan penjual.Jika saling tergantung antara penjual dan pemasok terpisah
dari akad antara pembeli dan penjual.Berapa ulama kotemporer melarang
transaksi salam pararel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu
dilakukan secara terus menerus ,karena dapat menjurus kepada riba.

Akad Al-Isthisna‟ dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Istishna‟ yang akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan (pembuat/shani).
2. Istishna‟ pararel adalah suatu bentuk akad istisna‟ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna‟ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang
dipesan pemesan. Syarat akad istishna‟pararel, pertama(antara penjual dan
pemesan) tidak tergantung pada istishna‟ kedua (antara penjual dan pemasok).
Selain itu, akad antara pemesan dan penjual dan akad antara penjual dan pemesan

3
harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama
kontruksi.

2.3 Rukun dan Syarat As-Salam serta Al-Istishna’


Rukun dari akad Istishna‟ yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu :

1. Pelaku akad, mustasni‟ (pembeli) adalah pihak uyang membutuhkan dan mem
esan barang dan shani‟ (penjual) adalah pihak yang memproduksi barang
pesanan.
2. Objek akad, yaitu barang atau jasa (mashnu‟) dengan spesifikasinya dan harga
(tsaman),dan;
3. Shighah, yaitu ijab dan qobul.

Di samping segenap rukun harus terpenuhi, ba‟i istishna‟ juga mengharuskan


tercukupinyasegenap syarat pada masing-masing rukun. Di bawah ini akan di uraikan di
antara dua rukun terpenting, yaitu modal dan barang.

1. Modal transaksi ba‟i istishna‟

a. Modal harus di ketahui


b. Penerimaan pembayaran salam

2. Al-muslam fiihi (barang)

a. Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang.


b. Harus bisa di identifikasi secara jelas.
c. Penyerahan barang harus di lakukan di kemudian hari.
d. Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang harus di tunda pada suatu
waktu kemudian, tetapi madzhab syafi‟i.
e. Boleh menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan
barang.
f. Tempat penyerahanpenggantian muslam fiihi dengan barang lain.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akad Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda,
pembayaran modal lebih awal. Rukun dan syarat jual beli as-salam yaitu Mu‟aqidain
yang meliputi Pembeli dan penjual, Obyek transaksi, Sighat „ijab qabul, dan alat
tukar.

Akad Al-Istishna‟ adalah akad jual beli pesanan dimana bahan baku dan biaya
produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan system pembayaran bisa
dilakukan di muka, tengah atau akhir. Rukun dan syarat istishna‟ mengikuti bai‟ as-
salam. Hanya saja pada bai‟ al-istishna‟ pembayaran tidak dilakukan secara kontan
dan tidak adanya penentuan waktu tertentu penyerahan barang, tetapi tergantung
selesainya barang pada umumnya.

Perbedaan salam dan istishna‟ adalah cara penyelesaian pembayaran salam


dilakukan diawal saat kontrak secara tunai dan cara pembayaran istishna‟ tidak secara
kontan bisa dilakukan di awal, tengah atau akhir.

5
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. Akuntansi Syari‟ah di Indonesia Edisi 4 Revisi, Jakarta :

Salemba Empat, 2011.

Anda mungkin juga menyukai