Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA’ DAN

ISTISHNA’ PARALEL
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu:
Siti Sunaida, S.Pd.I., M.M.

Disusun oleh:
Kelompok 8
1. Ziddan Tajalla (12403193141)
2. Zulyanti Ventiro Wulandari (12403193160)
3. Arumun Nuril Jannah (12403193164)

SEMESTER 4
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 4D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah "Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah" dalam bentuk makalah. Sholawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad, SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul "Akuntansi Transaksi Istishna’ Dan
Istishna’ Paralel" ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari
makalah yang kami susun ini dapat bermamfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun
pembaca. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Definisi dan Penggunaan..........................................................................................3


B. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan..............................................4
C. Alur Transaksi..........................................................................................................6
D. Cakupan Standard Akuntansi Ijarah Bagi Bank Syariah.........................................8
E. Penyajian Transaksi Ijarah Dalam LK.....................................................................9
F. Pengungkapan Transaksi..........................................................................................9

BAB III : PENUTUP..........................................................................................................18

A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena jual beli dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena yang
menjadi kebiasaan masyarakat. Terutama masyarakat Indonesia yang banyak
berprofesi sebagai pedagang. Jual beli diatur juga dalam syariah islam. Akan tetapi
pengetahuan masyarakat tentang jual beli berdasarkan syariah Islam masih kurang,
oleh karena itu banyak masyarakat yang melakukan jual beli menyimpang dari syariat
Islam.
Jual beli terdiri dari dua macam, yaitu jual beli tunai dan jual beli secara
tangguh. Jual beli secara tangguh pun terbagi lagi menjadi tiga, yaitu jual beli
murabahah, salam dan istishna’. Jual beli salam dan istishna’ sebenarnya jual beli yang
serupa, hanya saja perbedaannya terletak dari keberadaan barang yang dijadikan
sebagai objek akad dan cara pembayaran yang sedikit berbeda. Jual beli salam terjadi
pada komoditas pertanian, perkebunan dan perternakan, sedangkan jual beli istishna’
terjadi pada komoditas hasil industri yang spesifikasinya dapat ditentukan oleh
konsumen. Jual beli istishna’ merupakan teknik jual beli yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari seperti menjahit di tukang jahit dan lain sebagainya. Mungkin itu
adalah jual beli istishna’ yang sederhana tapi hal teresebut adalah contoh kecil dari jual
beli istishna’.
Akad istishna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual beli
ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan syariah
memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain memberikan keuntungan
kepada produsen juga memberikan keuntungan kepada konsumen atau pemesan yang
memesan barang. Sehingga lembaga keuangan syariah menjadi pihak intermediasi
dalam hal ini.
Dalam perkembangannya, ternyata akad istishna’ lebih mungkin banyak
digunakan di lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini disebabkan karena
barang yang dipesan oleh nasabah atau konsumen lebih banyak barang yang belum jadi
dan perlu dibuatkan terlebih dahulu dibandingkan dengan barang yang sudah jadi.
Secara sosiologis barang yang sudah jadi telah banyak tersedia di pasaran, sehingga

1
tidak perlu dipesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Oleh karena itu
pembiayaan yang mengimplementasikan istishna’ bisa menjadi salah satu solusi untuk
mengantisipasi masalah pengadaan barang yang belum tersedia.
Berkenaan dengan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis
bermaksud menjelaskan tentang akuntansi transaksi istishna’ dan istishna’ paralel.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan penggunaan?
2. Bagaimana ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan?
3. Bagimana alur transaksi?
4. Apa saja cakupan standard akuntansi ijarah bagi bank syariah?
5. Bagaimana penyajian transaksi ijarah dalam LK?
6. Bagaimana pengungkapan transaksi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dan penggunaan.
2. Untuk mengetahui ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan.
3. Untuk mengetahui alur transaksi.
4. Untuk mengetahui cakupan standard akuntansi ijarah bagi bank syariah.
5. Untuk mengetahui penyajian transaksi ijarah dalam LK.
6. Untuk mengetahui pengungkapan transaksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Penggunaan


Bai’ al istishna’ atau biasa disebut dengan istishna’ merupakan kontrak jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat,
shani’).1 Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’
paralel).
Dalam PSAK 104 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized) bukan produk masal, dan
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi
teknis, kualitas dan kuantitasnya.
Transaksi istishna’ memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal barang
yang dibeli belum ada pada saat transaksi melainkan harus dilunasi terlebih dahulu.
Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil pertanian, pada transaksi
istishna’ barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufaktur. Adapun
dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan di muka, melalui cicilan,
atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.2
Tabel
Perbedaan Salam dengan Istishna’3
Subjek Salam Istishna’ Keterangan
Pokok Muslam fiih Mashnu’ Barang ditangguhkan dengan
Kontrak spesifikasi
Harga Dibayar saat Bisa saat kontrak, Cara penyelesaian pembayaran
kontrak bisa diangsur, merupakan perbedaan utama
bisa dikemudiaan antara Salam dan Istishna’
hari

1
Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawijaya, dan Ahum Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan
Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 234
2
Ibid.
3
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4, (Jakarta: Salemba 4, 2015) hml.217

3
Sifat Mengikat Mengikat secara Salam mengikat semua pihak
Kontrak secara asli ikutan (taba’i) sejak semula, sedangkan
(thabi’i) istishna’ menjadi pengikat
untuk melindungi produsen
sehingga tidak ditinggalkan
begitu saja oleh konsumen
secara tidak bertanggungjawab
Kontrak Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel maupun
Paralel istishna’ paralel sah asalkan
kedua kontrak secara hukum
adalah terpisah

B. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan


Ketentuan Syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh karena hal itu telah
dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang
mengingkarinya. Ketentuan syar’i transaksi istishna’ diatur dalam fatwa DSN nomor
06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna’. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran, ketentuan barang, dan ketentuan lain. Dan diatur juga dalam
fatwa DSN nomor 22/DSN-MUI/III/2002 tentang jua beli istishna’ paralel. Fatwa
tersebut mengatur tentang ketentuan umum, dan ketentuan lain.4

Rukun Transaksi Istishna’


Rukun transaksi istishna’ meliputi (a) transaktor, yakni pembeli (mushtashni’) dan
penjual (shani’); (b) objek akad meliputi barang dan harga barang istishna’; (c) ijab dan
kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli istishna’ kedua belah pihak.5
a) Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transaktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal
seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lain-lain yang sejenis. Adapun untuk
transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya.
Terkait dengan penjual. DSN mengharuskan agar penjual menyerahkan barang
tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati. Penjual
diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan

4
Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawijaya, dan Ahum Abdurahim, Akuntansi Perbankan..., hlm. 234
5
Ibid. hlm. 234-235

4
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh
menuntut tambahan harga.
b) Objek Istishna’
Rukun objek akad transaksi jual beli istishna’ meliputi barang yang
diperjualbelikan dan harga barang tersebut. Terkait dengan barang istishna’, DSN
dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi.
Ketentuan tersebut antara lain:
1. harus jelas spesifikasinya.
2. penyerahannya dilakukan kemudian.
3. waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4. pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
5. tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
6. memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
7. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan barang
massal.
c) Ijab dan Kabul
ijab dan kabul istishna’ merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual (bank syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh pembeli (nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan
dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan,
bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu
pihak untuk menjual barang istishna’ dan pihak lain untuk membeli barang
istishna’. Menurut PSAK 104 paragraf 12, pada dasarnya istishna’ tidak dapat
dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya.
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.

Rukun Transaksi Istishna’ Paralel


Berdasarkan fatwa DSN Nomor 6 Tahun 2000, disebutkan bahwa akad istishna’
kedua harus dilakukan terpisah dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan
setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna’ pertama juga
berlaku pada akad istishna’ kedua.

5
Pengawasan Syariah Transaksi Istishna’ dan Transaksi Istishna’ Paralel
Untuk memastikan kesesuaian syariah terhadap praktik jual beli istishna’ dan
istishna’ paralel, DPS biasanya melakukan pengawasan syariah secara periodik.
Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, pengawasan tersebut
dilakukan untuk:
a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
b. Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah
sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati.
c. Memastikan akad istishna’ dan akad istishna’ paralel dibuat dalam akad yang
terpisah.
d. Memastikan bahwa akad istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai kesepakatan
hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi,
antara lain kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad istishna’ dan akad
istishna’ batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.

Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut bank syariah untuk
hati-hati dalam melakukan transaksi jual beli istishna’ dan istishna’ paralel dengan para
nasabah. Di samping itu, bank juga dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi
agar berbagai dokumen yang diperlukan DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan
pengawasan.6

C. Alur Transaksi
Alur transaksi istishna’:

6
Ibid. hlm. 236

6
Keterangan:
1. Pemesan (mustashni’) memesan barang kepada produsen (shani’)
2. Pemesan dan produsen sepakat untuk akad istishna’
3. Pemesan melakukan pembayaran
4. Prodesen memproduksi barang sesuai pesanan
5. Kemudian setelah barang jadi produsen mengirim barang pesanan tersebut ke
pemesan
Pada istishna’ paralel terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu Bank, Nasabah,
dan Pemasok. Pembiayaan dilakukan karena nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atas tagihan pemasok selama masa periode pembangunan, sehingga
memerlukan jasa pembiayaan dari bank. Atas pembiayaan terhadap pembangunan
barang, maka bank mendapatkan margin dari jual beli barang yang terjadi. Margin
diperoleh dari selisih harga beli bank kepada pemasok dengan harga jual akhir kepada
nasabah. Dimungkinkan juga, bank mendapatkan pendapatan selain margin berupa
pendapatan administrasi.
Pengertian yang dibuat atau dibangun dalam istishna’ menunjukkan periode
yang diperlukan (antara akad jual beli dengan penyerahan barang) untuk suatu
pekerjaan penyelesaian barang. Pekerjaan ini dapat berupa pekerjaan manufaktur atau
konstruksi (bangunan/kapal/pesawat), rakit/assemble (kendaraan/mesin), instalasi
(mesin atau software) atau istilah teknis engineering lainnya. Adapun skema transaksi
istishna’ paralel ditunjukkan pada Figur 11.1. Transaksi dilakukan dengan alur sebagai
berikut.
Figur 11.1 Alur Transksi Istishna’ Paralel

7
Keterangan:
1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan
antara penjual dengan pembeli terkait transaksi istishna’ yang akan dilaksanakan.
2. Pada transaksi istishna’ setelah akad disepakati, penjual mulai membuat atau
menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang
dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang
sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada
pembeli. Adapun transaksi istishna’ paralel yang biasanya digunakan oleh penjual
(bank syariah) yang tidak membayar sendiri barang istishna’, setelah menyepakati
kontrak istishna’ dan menerima dana dari nasabah istishna’, selanjutnya secara
terpisah membuat akad istishna’ dengan produsen barang istishna’.
3. Setelah menyepakati transaksi istishna’ dalam jangka waktu tertentu, pemasok
kemudian mulai melakukan pengerjaan barang yang dipesan.
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan kepada
bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan.
5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesar nilai yang
ditagihkan.
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan tingkat
penyelesaian barang.
7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah pembeli.
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah.
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna’ sesuai dengan akad yang telah
disepakati.7

D. Cakupan Standard Akuntansi Ijarah Bagi Bank Syariah


Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 104 tentang istishna’. Terkait dengan pengakuan dan pengukuran
transaksi, standar ini mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan
istishna’ dan istishna’ paralel, istishna’ dengan pembayaran tangguh, biaya perolehan
istishna’, penyelesaian awal, pengakuan taksiran rugi, perubahan pesanan, dan tagihan

7
Ibid. hlm. 236-238

8
tambahan. Pembahasan detail tentang konsep dan penerapan akuntansi istishna’ akan
dibahas pada bagian teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi istishna’.8

E. Penyajian Transaksi Ijarah Dalam LK


Menurut PAPSI, ketentuan penyajian transaksi terkait jual beli dengan skema
istishna’ dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:9
1. Uang muka Istishna’ disajikan sebagai liabilitas lainnya.
2. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya.
3. Utang Istishna’ disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi.
4. Aktiva Istishna’ Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank
kepada supplier.
5. Termin Istishna’ disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah.
6. Piutang Istishna’ disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
7. Marjin Istishna’ ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang istishna’

F. Pengungkapan Transaksi
Menurut PAPSI, hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema
istishna’ antara lain:10
1. Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan
kualitas piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang istishna’.
2. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
3. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan cadangan
kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang istishna’ yang
bermasalah.
4. Besarnya piutang istishna’ baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara
bersamasama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank.
5. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan
sampai dengan akhir periode berjalan.
6. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak.
7. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen
sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang.

8
Ibid.hlm. 238
9
Ibid. hml. 252
10
Ibid.

9
8. Nilai kontrak istishna’ yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya.
9. Nilai kontrak istishna’ yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan
tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
10. Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah), jangka
waktu dan jenis mata uang.
11. Utang istishna’ kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi.
12. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

Teknis Perhitungan dan PenjurnalanTransaksi Istishna’


Ilustrasi teknis perhitungan transaksi istishna’ dapat dilihat pada Kasus 11.1 berikut:11
Transaksi Istishna’ Pertama
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila berencana
menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat
bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah
Syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk
menghasilkan desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada
tanggal 10 Februari 2021 ditandatanganilah akad transaksi istishna’ pengadaan
bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila dengan Bank Berkah
Syariah adalah sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp30.000.0000 per termin mulai tanggal 10
April
Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istishna’ Kedua


Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari
2021, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT Thariq Konstruksi dengan
kesepakatan sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25 Juni)
Mekanisme penagihan kontraktor : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan
100%.
Mekanisme pembayaran oleh Bank : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor.

11
Ibid. hlm. 239 - 246

10
Penjurnalan Transaksi Istishna’
a) Transaksi Biaya Pra-Akad (Bank sebagai Penjual)
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 25, disebutkan bahwa biaya perolehan
istishna’ terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan.
Adapun biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan biaya
praakad. Selanjutnya pada paragraf 26 disebutkan bahwa biaya pra-akad diakui sebagai
beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati.
Misalkan pada Kasus 11.1 di atas, pada tanggal 5 Februari 2021, untuk
keperluan survei dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, Bank Berkah Syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp2.000.000.
Jurnal untuk mengakui transaksi ini adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/02/2021 Db. Beban praakad yang ditangguhkan 2.000.000
Kr. Kas 2.000.000

b) Penandatanganan Akad dengan Pembeli (Bank sebagai Penjual)


Pada saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak ada jurnal
yang harus dibuat untuk mengakui adanya jual beli istishna’. Akan tetapi, adanya
kesepakatan jual beli istishna’ ini menyebabkan pengeluaran-pengeluaran praakad
diakui sebagai biaya istishna’. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26, dinyatakan bahwa
biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna’ jika akad disepakati.
Misalkan kasus dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah di atas, transaksi
istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 Februari 2021, maka jurnal pengakuan beban
praakad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/02/2021 Db. Biaya istishna’ 2.000.000
Kr. Beban praakad yg ditangguhkan 2.000.000

11
c) Penerimaan dan Pembayaran Tagihan kepada Penjual (Pembuat) Barang
Istishna’
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 36 disebutkan bahwa pembeli mengakui aset
istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini pembuat
barang dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut dalam PAPSI bahwa tagihan supplier kepada bank atas
sebagian barang pesanan yang telah diselesaikan diakui sebagai “aktiva istishna dalam
penyelesaian” dan “utang istishna” sebesar tagihan supplier.
Misalkan saja disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga
termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%. Misalkan dalam
perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:
No. Tingkat Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah
Termin Penyelesaian Penagihan Tagihan (Rp) Pembayaran Pembayaran
(RP)
I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000
II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000
III 100% 25 Juni 65.000.000 2 Juli 65.000.000

Misalkan pada tanggal 1 April, PT Thariq Konstruksi menyelesaikan 20%


pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp26.000.000 (20%
× Rp130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan
pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/04/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 26.000.000
Kr. Utang istishna’ 26.000.000

Selanjutnya, untuk membayar tagihan pembuat barang, bank syariah dapat


membayar secara tunai maupun melalui kredit rekening. Praktik yang lazim di
perbankan, tagihan biasa dibayar melalui rekening.
Misalkan pembayaran dilakukan tanggal 8 April, maka jurnal pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
08/04/2021 Db. Utang istishna’ 26.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 26.000.000

12
Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran kedua
(penyelesaian 50%) dan ketiga (penyelesaian 100%).
Misalkan, tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 2021. Tagihan ketiga diterima tanggal 25
Juni 2021 dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 2021. Jurnal untuk transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/05/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 39.000.000
Kr. Utang istishna’ 39.000.000
*(50%-20%) x 130.000.000 = 39.000.000

22/05/2021 Db. Utang istishna’ – pembuat barang 39.000.000


Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 39.000.000

25/06/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 65.000.000


Kr. Utang istishna’ 65.000.000
*(100%-50%) x 130.000.000 = 65.000.000

02/07/2021 Db. Utang istishna’ – pembuat barang 65.000.000


Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 65.000.000
Umumnya, pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada saat serah terima barang
selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa commissioning. Lima persen
merupakan nilai best practice. Setelah bank yakin tidak ada permasalahan teknis atas
barang yang selesai dibangun, baru 5% sisa pembayaran diserahkan. Masa
commissioning dapat berlangsung 1–3 bulan setelah penyerahan barang tergantung
dari kesiapan penggunaan operasional aset istishna’ tersebut.

d) Pengakuan Pendapatan Istishna’


Pada istishna’ paralel, terdapat dua metode pengakuan pendapatan, yaitu
metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode akad selesai,
pengakuan pendapatan diakui setelah barang selesai. Pengakuan pendapatan di
belakang berlaku juga untuk metode persentase penyelesaian di mana tidak terdapat

13
alasan rasional yang kuat untuk mengukur persentase penyelesaian (progress pekerjaan
atas barang yang dibangun).
Untuk Kasus di atas, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian,
maka pendapatan diakui sesuai dengan persentase penyelesaian. Adapun perhitungan
pendapatan istishna’, harga pokok istishna’ dan keuntungan istishna’ adalah sebagai
berikut:
 Pendapatan istishna’ diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut.
Pendapatan istishna = persentase penyelesaian × nilai akad penjualan
Maka pada tanggal 1 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar
Rp30.000.000 (20% × Rp150.000.000).
 Harga pokok istishna’ diakui sebesar persentase penyelesaian aset istishna’
Harga pokok istishna’ = persentase penyelesaian × nilai akad pembelian
= 20% × Rp130.000.000
= Rp26.000.000
 Keuntugan istishna’ yang dimaksud adalah bagian margin keuntungan istishna’
yang diakui selama periode pelaporan yang ditambahkan kepada aset istishna’
dalam penyelesaian.
Keuntungan istishna’ = persentase penyelesaian × margin keuntungan istishna’
= 20% × (Rp150.000.000 – Rp130.000.000)
= 20% × Rp20.000.000
= Rp4.000.000
Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan keuntungan istishna’ dilakukan
dengan mendebit asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar Rp4.000.000.

Secara keseluruhan, jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan saat
penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/04/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 4.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 26.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 30.000.000
Perhitungan:
Pendapatan margin = %penyelesaian x hrg jual
= 20% x Rp 150.000.000

14
= Rp 30.000.000
Hrg pokok istishna’ = %penyelesaian x hrg beli
= 20% x Rp 130.000.000
= Rp 26.000.000
Aset istishna’ = %penyelesaian x keuntungan
= 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000
15/05/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 6.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 39.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 45.000.000
Perhitungan:
Pendapatan margin = %penyelesaian x hrg jual
= (50% - 20%) x Rp
150.000.000
= Rp 45.000.000
Hrg pokok istishna’ = %penyelesaian x hrg beli
= (50% - 20%) x Rp
130.000.000
= Rp 39.000.000
Aset istishna’ = %penyelesaian x keuntungan
= (50% - 20% x Rp 20.000.000
= Rp 6.000.000
25/06/2021 Db. Aset istishna’ dlm penyelesaian 10.000.000
Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 75.000.000
Perhitungan:
Pendapatan margin = %penyelesaian x hrg jual
= (100% - 50%) x Rp
150.000.000
= Rp 75.000.000
Hrg pokok istishna’ = %penyelesaian x hrg beli
= (100% - 50%) x Rp
130.000.000
= Rp 65.000.000
Aset istishna’ = %penyelesaian x keuntungan
= (100% - 50% x Rp 20.000.000
= Rp 10.000.000

15
e) Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli
Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir
dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama, yaitu Rp30.000.000, setiap tanggal
10 mulai bulan April. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’
kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai
berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/04/2021 Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000
Perhitungan:
Rp 150.000.000/5 termin = Rp 30.000.000
10/05/2021 Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000
10/06/2021 Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000
10/07/2021 Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000
10/08/2021 Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30.000.000

f) Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli


Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3
hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka, jurnal untuk mengakui
5 kali penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
13/04/2021 Db. Kas/rek. nasabah pembei istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/05/2021 Db. Kas/rek. nasabah pembei istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/06/2021 Db. Kas/rek. nasabah pembei istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/07/2021 Db. Kas/rek. nasabah pembei istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000

16
13/08/2021 Db. Kas/rek. nasabah pembei istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000

Menurut PAPSI pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, bank
melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna’ dalam penyelesaian dan termin
istishna’. Untuk Kasus 11.1, misalkan barang pesanan diserahkan pada tanggal
13/8/2021, maka jurnal pada saat penyerahan barang tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
13/08/2021 Db. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Aset istishna’ dlm penyeesaian 150.000.000

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Istishna’ merupakan kontrak jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
2. Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh. Rukun transaksi istishna’
meliputi (a) transaktor, (b) objek akad (c) ijab dan kabul. Rukun tersebut juga
berlaku dalam istishna’ paralel. Untuk memastikan kesesuaian syariah terhadap
praktik jual beli istishna’ dan istishna’ paralel, DPS biasanya melakukan
pengawasan syariah secara periodik.
3. Alur transaksi istishna’ melibatkan dua pihak yaitu pemesan dan prodesen. Pada
istishna’ paralel terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu Bank, Nasabah, dan
Pemasok.
4. Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
nomor 104 tentang istishna’.
5. Menurut PAPSI, ketentuan penyajian transaksi terkait jual beli dengan skema
istishna’ dalam laporan keuangan ada 7 ketentuan, diantaranya yaitu: Uang muka
istishna’ disajikan sebagai liabilitas lainnya, Uang muka kepada pemasok disajikan
sebagai aset lainnya, dst.
6. Hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema istishna’, menurut
PAPSI ada 11 hal diantaranya yaitu: (i) Rincian piutang istishna’ berdasarkan
jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang dan cadangan kerugian
penurunan nilai piutang istishna’; (ii) Jumlah piutang murabahah yang diberikan
kepada pihak yang berelasi, dst.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada
pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada
persepsi yang berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat.

Yahya, Rizal, Aji Erlangga Martawijaya, dan Ahum Abdurahim. 2014. Akuntansi Perbankan
Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

19

Anda mungkin juga menyukai