Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
B. Ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi salam dan salam
parallel ......................................................................................................................................... 6
PENUTUP..................................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 25
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, tidak lupa pula sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akuntansi Perbankan Syari’ah,
bapak Rosyid Nur Anggara, S.Pd., M.Si dan teman-teman semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Transaksi Salam dan Salam Paralel” ini. Kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami
senantiasa terbuka menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ba’i as salam,atau biasa disebut dengan salam, merupakشn pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu barang (biasanya barang
hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun salam paralel
merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi
salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok. Penerapan transaksi salam dalam dunia
perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian besar bank Syariah tidak menawarkan
skema transaksi ini. Hal ini dapat dipahami karena persepsi masyarakat yang sangat kuat
bahwa bank, termasuk bank syariah, merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika
mengalami kendala liquiditas. Dengan demikian, ketentuan salam yang mensyaratkan
pembayaran dimuka, merupakan suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dan Bagaimana transaksi salam dan salam parallel?
2. Bagaimana cakupan standar akuntansi salam dan salam parallel?
3. Apa saja variasi dalam transaksi salam?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
petani, penggunaan skema salam relative lebih cepat dan lebih menguntungkan disbanding
skema lainnya. Keuntungan skema salam antara lain aalah :
1. Bagi petani
Skema salam dengan pembayaran dimuka akan sangat membantu petani dalam membiayai
kebutuhan petani dalam memproduksi barang pertanian
2. Bagi pemerintah
3. Bagi pengusaha
4. Bagi bank syariah
B. Ketentuan syar’i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi salam dan salam
parallel
1. Ketentuan syar’i
“barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”
2. Rukun Salam
a. Objek salam
b. Transaktor
c. Ijab dan Kabul
3. Teknis perbankan
Salam adalah akad jual beli suatu barang (komoditi) dimana harganya dibayar segera
(pada saat akad disepakati), sedang barangnya akan diserahkan kemudian dalam waktu yang
di sepakati.
Salam parallel adalah suatu transaksi dimana bank melakukan dua akad salam dalam
waktu yang sama. Dalam akad salam pertama bank (selaku muslim) melakukan pembelian
suatu barang kepada pihak penyedia barang (muslam ilaihi) dengan pembayaran dimuka dan
selaku akad salam kedua bank (selaku muslim ilaihi) menjual lagi kepada pihak lain (muslim)
alam jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Pelaksanaan kewajiban bank selaku
6
muslim ilaihi (penjual) dalam akad salam kedua pihak tidak tergantung pada akad salam yang
pertama
4. Tujuan penggunaan
Produk salam ini diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil produksi pertanian
atau peternakan atau perkebunan. Menurut Ibn Qudamah “karena orang-orang mempunyai
kebutuhan akan salam dank arena petani, pekebun dan peternak memerlukan uang untuk
biaya hidup mereka dan melakukan pengeluaran atas jasa mereka agar mendatangkan hasil,
sehingga mereka menghaapi kebutuhan keuangan” salam-lah sebagai salah satu cara bagi
mereka sehingga mereka bisa mengambil manfaat.
5. Aspek Syariah
7
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam
menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing mempunyai hak an
kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah ana masyarakat.
“Dan (bagi)orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya an mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka dan mereka
menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka” (QS Asyi Syuara(42):38)
Dari Abu Said al Hudri bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan secara sama suka" (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hiban)
Dari Abudulah Ibnu Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata: Rasulullah Saw bersabda:
"Penjual dan pembeli sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum
berpisah; jika keduanya jujur dan berterus terang, maka jual beli mereka akan diberkati
Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan
terhapus"
Rasulullah Saw bersabda : "Umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan" (HR
Ahmad bin Hanbal, Ibnu Majah, dan Ath Thabrani)
c. Jaminan
Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko resiko yang merugikan bank
"jika kamu dalam perjalanan ( dan bermuamalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh
yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayii itu menunaikan amanat ya (utang ya), dan hendaklah dua
bertakwa kepada Allah;... " (QS Al Baqarah (2): 283
Dari Aisyah bahwasanya" Nabi SAW pernah membeli bahan makanan dari seorang Yahudi
dengan utang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan" (HR. Bukharu, Muslim,
dan Nasa'i)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Siapapun yang bangkrut (Muflis),
lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditor itu lebih
berhak untuk menarik kembali barangnya itu daripada lainnya" (HR Bukharu, Muslim,
Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah)
d. Dokumentasi
8
Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatab antara nasabah dengan bank yang
dapat dipergunakan sebagai berikut :
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis dan hendaklah dia
bertaqwa kepada Allah Tuhan ya, dan janganlah dua mengurangi sedikitpun dari utang ya.
Jika yang berutang itu lemah akal ya atau lemah (keadaannya) atau dua sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur... "(QS. Al
Baqarah (2): 282)
e. Saksi
Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus orang
yang adil dan bijaksana, tidak cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat
hukum.
"... Dan oersaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara kamu.
Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi enggan memberikan
keterangan apabila dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil
maupun besar, sampai batas waktu pembayarannya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan
keraguanmu, (Tulislah mu'amalah itu) kecuali jika muammalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulis
ya. Dan oersaksikanlah apabila kamu berjuak beli, dan janganlah penulis dan saksi itu
saking mempersulit. Jika kamu melakukan hal yang demikian itu, maka sesungguhnya hal
itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Baqarah (2) : 282)
f. Wanprestasi
Wanprestasi diberlakukan bila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati
kewajibannya terhadap bank dalam suatu perjanjian. Dalam hukum islam, seseorang
9
diwajibkan untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang di
percayakan kepadanya.
"dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya" (QS.
Al Mu'minun (23):8)
"hai orang orang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul dan juga
janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang di percayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui."(Q.S Al-Andal (8):27
Bersumber dari Amir bin Syuraid dari ayahnya dari Nabi SAW, beliau bersabda:
"memperpanjang (menunda-bunda) pembayaran (utang) atas orang yang mampu adalah
kezhalimab yang menghalalkan kehormatannya dan sisanya" (HR Imam yang Lima kecuali
Imam Tirmidzi)
6. Rukun Salam
a. Pembeli (Muslim/salam)
b. Penjual (Muslam Ilaih)
c. Hasil Produksi / Barang yang akan diserahkan (Muslam Fiih)
d. Harga (Ra'su Al Maali as Salam)
e. Ijab Qabul
7. Ketentuan-Ketentuan Salam
6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
10
c. Ketentuan tentang salam paralel
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat :
8. Aspek Teknis
a. Implementasi salam
a. Akad salam dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
permodalan/penyaluran dana dengan cara melakukan pemesanan pembelian dengan
pembayaran sekaligus di muka
b. Hasil produksi/barang
a) Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi
jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya
b) Spesifikasi dan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu
akad
c) Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad
11
d) Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli, bank dapat meminta jaminan (agunan)
kepada penjual (supplier) untuk menghindari resiko yang merugikan bank.
e) Jika barang pesanan yang diterima bank salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab
b. Nasabah
1) Nasabah sebagai muslam ilaihi menjual barang pesanan kepada bank yang
pembayaran dimuka dan penyerahan kemudian
2) Jika nasabah sebagai muslam ilaihi ingkar janji, misalnya gagal menyediakan barang
pesanan atau menjual kepada pihak lain, maka ia bertanggung jawab atas seluruh
perjanjian yaitu mengganti seluruh biaya-biaya yang timbul berkaitan barang pesanan
c. Harga
1) Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama
waktu perjanjian
2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang
d. Jangka waktu
e. Penyerahan barang
1) Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai waktu penyerahan,
kualitas atau jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka bank memiliki pilihan untuk:
a) Membatalkan akad dan meminta pengembalian dana hak bank,
b) Menunggu penyerahan barang tersedia
c) Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis
atau tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula
2) Dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada bank dengan kualitas yang lebih
tinggi maka nasabah tidak boleh meminta tambahan harga, kecuali terdapat
kesepakatan antara bank dengan nasabah
12
3) Dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada bank dengan kualitas yang lebih
rendah dan bank dengan sukarela menerimanya, maka tidak boleh menurut
pengurangan harga (discount)
f. Lain-lain
9. Dokumentasi
13
2) Jika selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya barang pesanan harus
diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank
d. Biaya administrasi
Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian dibebankan kepada nasabah
e. Asuransi
Biaya asuransi dibebankan kepada nasabah
Akad salam dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhgan barang
dengan cara pemesanan pembelian engan pembayaran sekaligfus dimuka. Dalam hal ini
pembayaran harga oleh nasabah dengan angsuran kepada bank maka wajib dilakukan akad
salam.
a. Hasil produksi/barang
1) Barang pesanan harus dikatahui karakteristiknya
2) Spesifikasi dan harga barang disepakai penjual dan pembeli di awal akad
3) Ketentuan harga barang tidak berubah selama jangka waktu akad
4) Nasabah dapat meminta jaminan atau agunan kepada pihak lain untuk menghinari resiko
kerugian
5) Jika barang pesanan yang diterima nasabah salah atau cacat maka penjual bertanggung
jawab
b. Nasabah
1) Nasabah sebagai pembeli (muslim) membeli barang pesanan kepada bank dengan
pembayaran dimuka
2) Jika bank sebagai muslam alaih gagal menyediakan barang pesanan atau menjual kepada
pihak lain, maka ia bertanggung jawab
c. Harga
1) Kententuan harga ditentukan diawal perjanjian
2) Pembayaran harus dilakukan saat kontrak disepakati
3) Pembayaran tidak boleh slsm bentuk pembebasan utang
4) Jangka Waktu
14
6) Penyerahan barang
15
Spesifikasi barang : Biji jagung manis hybrida kualitas no.2
Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp650.000.000 (Rp6.500.000 per ton)
Penyerahan Modal : uang tunai sejumlah Rp650.000.000
Waktu penyerahan barang : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1 September dan
1 Desember 20XA)
Agunan : Tanah dan kendaraan senilai RP700.000.000
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani
Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari nilai produk
yang belum diserahkan.
Berdasarkan PSAk 103 paragraf 18 disebutkan bahwa modal usaha salam yang diterima
dapat berupa kas dan aset non-kas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset non-kas diukur
16
sebesar nilai wajar. Dalam praktik perbankan, penggunaan aset non-kas dapat dikatakan
relatif tidak lazim digunakan.
Penyerahan Modal Salam dari Bank Syariah kepada Pemasok atau Petani
Pada saat akad salam kedua dilakukan antara bank syariah dengan petani atau pemasok,
bank syariah langsung melakukan penyerahan modal salam kepada pemasok. Pemilihan
pemasok dilakukan dengan pertimbangan kemampuan pemasok menghasilkan produk
sesuai dengan spesifikasi jagung yang diinginkan dan harga yang lebih rendah dibanding
harga penjualan salam bank syariah kepada Bulog.
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui pada
saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK 103 paragraf 12).
Misalkan pada tanggal 1 juni, bank syariah menyerahkan modal berupa uang tunai
sebesar Rp650.000.000 ke rekening KUD di bank maka jurnal saat penyerahan modal
salam oleh bank syariah kepada KUD adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/06/XA Db. Piutang salam 650.000.000
Kr.Kas/Rekening nasabah penjual - 650.000.000
KUD TM
17
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan
sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.
Misalkan pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember 20XA, KUD TM
menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis hybrida kualitas nomor 2
sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk tersebut
pada saat penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu Rp325.000.000 (50 ton x
Rp6.500.000 per ton). Jurnal untuk saat penyerahan produk salam dari KUD ke bank
syariah adalah sebagai berikut:
18
pada saat penyerahan barang kepada pembeli pada saat penyerahan kepada pembeli akhir
tersebut, selisih antara perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
Misalkan dalam kasus 10.1 diatas, setelah menerima produk salam dari KUD TM pada
tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember 20XA masing-masing sebanyak 50 ton
dengan kualitas dan harga sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan KUD TM
(Rp325.000.000), bank langsung mengirim produk salam ke gudang milik PT TAM pada
tanggal 2 September 20XA dan 2 Desember 20XA pada kuantitas dan kualitas sesuai
kesepakatan. Maka jurnal atas pengiriman barang kepada nasabah pembeli tersebut
adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/09/XA Db. Utang salam 350.000.000
Kr. Persediaan produk salam 350.000.000
Kr. Pendapatan neto salam 25.000.000
2/12/XA Db. Utang salam 350.000.000
Kr. Persediaan produk salam 325.000.000
Kr. Pendapatan neto salam 25.000.000
19
KUD TM sebagai pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai dengan nilai Rp.
25.000.000. Maka jurnal untuk penyerahan transaksi asset non-kas sebagai berikut:
b. Nilai wajar aset salam non-kas sama lebih tinggi dari nilai tercatatnya
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 12 disebutkan selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat modal usaha non-kas yang diserahkan, diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha.
Misalkan mesin pertanian yang diserahkan memiliki nilai buku sebesar
Rp25.000.000, (harga perolehan dan akumulasi penyusutan Rp5.000.000). Peralatan
tersebut selanjutnya diserahkan kepada KUD TM sebagai pembiayaan berwujud non-kas
dan dihargai dengan nilai Rp27.000.000. Maka jurnal untuk transaksi penyerahan aset
non-kas adalah sebagai berikut:
c. Nilai wajar aset salam non-kas sama lebih rendah dari nilai tercatatnya
Misalkan mesin pertanian yang diserahkan memiliki nilai buku sebesar Rp. 25.000.000,
(harga perolehan Rp. 30.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 5.000.000). Peralatan
tersebut selanjutnya diserahkan kepada KUD TM sebagai pembiayaan berwujud non-kas
dan dihargai dengan nilai Rp. 23.000.000. Maka transaksi penyerahan aset non-kas
adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening
Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/9/XA Db. Persediaan salam - 50 ton biji jagung
300.000.000
kualitas 3
Db. Kerugian penerimaan barang salam 25.000.000
Kr. Piutang salam 325.000.000
b. kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak
Jika kualitas barang lebih tinggi sehingga nilai waiar lebih dari kontrak,
berdasarkan PSAK 103 paragraf 13b(i), barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai
akad. Misalkan pada tanggal 1 September 20XA, KUD TM menyerahkan 50 ton biji
jagung manis kualitas nomor 1. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah
21
Rp350.000.000 (50 ton x Rp6.500.000). Jurnal saat penyerahan produk salam dari KUD
ke bank syariah adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening
Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/9/XA Db. Persediaan salam - 50 ton biji jagung
325.000.000
kualitas 1
Kr. Piutang salam 325.000.000
3. Pemasok atau petani gagal menyerahkan atau sebagian produk salam pada masa akhir kontrak
Pada masa akhir kontrak, sangat mungkin pemasok atau petani gagal rnenyerahkan
seluruh atau sebagian produk salam. Kegagalan tersebut bisa disebabkan wabah yang tidak bisa
diatasi. Disamping itu pemasok atau petani juga tidak berhasil mendapatkan produk pengganti
dari pemasok petani lain. Dalarn kondisi tersebut, bank sebagai pembeli memiliki dua alternatif
pilihan yaitu pertarna memperpaniang pengiriman dan kedua membatalkan pembelian barang
yang dikirim.
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 1.3c(i) dinyatakan bahw•a jika tanggal diperpaniang,
maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang, belum dipenuhi dengan nilai yang
tercantum d'alam akad. l)cngan demikian, jika bank sebagai pernbeli menlilih alternatif
memperpanjang masa pengiriman, maka bank hanya rnelakukan revisi terhadap kesepakatan
jual beli salam dalam hal waktu penyerahan barang. balam hal ini tidak ada transaksi yang
harus dijurnal oleh bank.
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 13c(ii), disebutkan bahwa jika akad salam dibatalkan
sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah meniadi piutang yang harus dilunasi
oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. Dengan demikian, iika pembeli
membatalkan pembelian barang yang belum dikirim, maka diperlukan iurnal untuk mengakui
pembatalan tersebut.
Jika pada Kasus 10.1, KUD TM gagal menyerahkan sisa produk salam yang disepakati
dan bank memilih untuk membatalkan pembelian barang yang belum dikirim, maka iurnal
uncuk mengakui pembatalan tersebut adalah sebagai berikut:
22
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/12/XA Piutang qardh KUD TM 325.000.000
Kr. Piutang salam - KUD TM 325.000.000
Selanjutnya untuk melunasi piutang KUD TM, terdapat beberapa alternatif yaitu il)
dilunasi dengan dana kas KUD TM, (2) dilunasi dengan penjualan jaminan. Adapun jurnalnya
adalah sebagai berikut:
Alternatif 2: Bank mengeksekusi jaminan atas akad salarn. Jika terjadi penjualan
dengan hasil lebih kecil dari piutang salam, misalkan dalam kasus KUD TM
hanya sebesar Rp300.000.000 maka jurnalnya adalah:
Jika penjualan jaminan dengan hasil lebih besar dari piutang salam, misalkan dalam
kasus KUD TM hanya sebesar Rp. 350.000.000 maka jurnalnya adalah:
23
PSAK 103 paragraf 15 menyatakan bahwa pembeli dapat mengenakan denda kepada
pernasok yang gagal menyerahkan produk salam iika pemasok tersebut pada dasarnya
mampu, tetapi sengaja tidak melakukannya. Denda tidak berlaku bagi peniual yang tidak
mampu menunaikan kewaiibannya karena force maieur. Adapun besar denda yang dikenakan
menurut PSAK 103 paragraf 15 adalah sebesar yang disepakati dalam akad. Denda yang
diterima Oleh bank sebagai pembeli diakui sebagai bagian dana kebaiikan (dana qardh)
(PSAK 103 paragraf 14).
Misalkan, pada Kasus 10.1, KUD TM gagal menyerahkan produk salam kepada bank
syariah senilai Rp325.000.000 pada waktu jatuh tempo. Sesuai dengan kesepakatan KUD
dikenakan denda 2% dari nilai produk yang belum direalisir atau sebesar Rp6.500.000.
Adapun jurnal penerimaan denda adalah sebagai berikut.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkanuangnya di muka.Para fuqaha menamainya al mahawi’ij(barang-barang
mendesak) karenaia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupunbarang yang
diperjualbelikan tidak ada tempat.”Mendesak”,dilihat dari sisi penjua,ia sangat membutuhkan
barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan uang
tersebut.
Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,dan pembeli melakukan pembayaran
dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.PSAK
103,mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman dikmudian hari oeh penjual (muslam alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
25