Anda di halaman 1dari 10

Bab 10

AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

10.1. Definisi dan Penggunaan Transaksi Salam dan Salam paralel

Bai as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang
yang pembayarannya dilunasi di muka sedangkan penyerahan barang dilakukan
di kemudian hari.
Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,
dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah
dengan bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan
petani atau pemasok.

10.2. Ketentuan Syari, Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Transaksi


Salam dan Salam parallel

10.2.1. Ketentuan Syari Transaksi Salam dan Salam Paralel

Landasan syari dibolehkannya transaksi salam adalah sebagaimanadisebutkan


dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas berikut:

Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.

Ketentuan syari transaksi salam diatur dalam fatwa DSN no 05/DSN-


MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan
pembayaran, barang, salam paralel, waktu penyerahan dan syarat pembatalan kontrak.

10.2.2. Rukun Transaksi Salam

Rukun-rukun salam meliputi:

(a) transaktor yakni pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilaih);


(b) objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan dalam
transaksi salam; dan
(c) ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli secara
salam, baik berupa ucapan atau perbuatan.

Kelompok 7 1
Rukun Transaksi Salam

a. Transaktor

Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) dalam hal ini nasabah dan penjual
(muslam ilaih) dalam hal ini bank syariah.
Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan
kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan
lain yang sejenis. Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan
dengan izin dan pantauan dari walinya.
Terkait dengan penjual, fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan
agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan
jumlah yang telah disepakati.
Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan
dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.

b. Objek salam

DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi oleh barang yang diperjualbelikan dalam transaksi salam. Ketentuan
tersebut antara lain:

1. harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang


2. harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. penyerahannya dilakukan kemudian
4. waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
5. pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa uang, barang atau manfaat. Pembayaran
harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang.

10.2.3. Rukun Transaksi Salam Paralel

Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua
(antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah
dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah.
Rukun-rukun yang terdapat pada akad salam pertama juga berlaku pada akad salam
kedua.

Kelompok 7 2
10.2.4. Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan Salam paralel

a) memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam;


b) memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada pemasok telah
dilakukan diawal kontrak secara tunai sebesar akad salam;
c) meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang salam
dan peraturan Bank Indonesia yang berlaku;
d) meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau
akad salam biasa;
e) meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam paralel diperoleh
dari selisih antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada
nasabah/pembeli akhir.

10.3. ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Bank Syariah sebagai 1. Negosiasi dan


Penjual Akad Salam
(muslam ilaih) pada
salam 1 dan Pembeli Nasabah sebaga
(Muslim) pada salam Pembeli
2 (Muslim)
2. bayar

6. Kirim
dokumen

4. Bayar

PEMASOK
[5]
Kirim barang
3. Negosiasi & akad
salam

Kelompok 7 3
10.5. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan transaksi Salam

Kasus 10.1.: Transaksi Salam

Transaksi Salam Pertama

PT. Thariq Agro Mandiri , membutuhkan 100 ton biji jagung hibryda untuk keperluan
ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri
melakukan pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank Syariah Sejahtera.
Adapun informasi tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hybrida kualitas no 2


Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp 700.000.000 ( Rp 7.000.000 per ton)
Waktu penyerahan : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (2 September dan 2
Desember 20XA)
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Transaksi Salam Kedua

Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri,
bank syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA mengadakan transaksi salam dengan
petani yang bergabung dalam KUD. Tunas Mulia dengan kesepakatan sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hybrida kualitas kualitas no 2


Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp 650.000.000 (Rp 6.500.000 per ton)
Penyerahan modal : uang tunai sejumlah Rp 650.000.000
Waktu penyerahan barang :dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1 September
dan 1 Desember 20XA)
Agunan : Tanah dan kendaraan senilai Rp 700.000.000
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari nilai produk
yang belum diserahkan.

10.5.2. Penjurnalan Transaksi Salam

a. Penerimaan dana dari nasabah pembeli

Kelompok 7 4
Pada saat akad disepakati, pembeli disyaratkan untuk sudah membayar produk
salam secara lunas. Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 17 disebutkan bahwa kewajiban
salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang
diterima.

Berdasarkan kasus 10.1, pada saat bank syariah melakukan akad salam dengan
PT. Thariq Agro Mandiri (PT. TAM) dan menerima dana salam, maka jurnal transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

5/6/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli 700.000.000


PT. TAM
Kr. Hutang salam 700.000.000

b. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui


pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK no 103 paragraf
12).

Misalkan pada tanggal 1 Juni, bank syariah menyerahkan modal berupa


uang tunai sebesar Rp 650.000.000,- ke rekening KUD di bank maka jurnal saat
penyerahan modal salam oleh bank syariah kepada KUD adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


6/6/XA Db. Piutang salam 650.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah penjual KUD TM 650.000.000

c. Penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 16 disebutkan bahwa barang pesanan yang


diterima diakui sebagai persediaan. Adapun waktu penerimaan produk salam dari
pemasok atau petani, dilakukan sesuai dengan tanggal kesepakatan.

Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara
kualitas dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Perbedaan tersebut
antara lain berupa;
a. Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak;
b. Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak;

Kelompok 7 5
c. Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan
sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember 20XA, KUD TM


menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis hybrida kualitas no 2
sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk
tersebut pada saat penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu Rp 325.000.000 (50 ton
x Rp 6.500.000 per ton). Jurnal untuk saat penyerahan produk salam dari KUD ke bank
syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap pertama sebanyak 50 ton


biji jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan
nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak.
1/12/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap kedua sebanyak 50 ton


biji jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan
nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak.

10.5.3 Variasi dalam Transaksi Salam

1. Penyerahan modal salam dengan menggunakan aset nonkas

1.1. Nilai wajar aset salam nonkas sama dengan dari nilai tercatatnya

Misalkan pada kasus di atas, bank syariah menyerahkan modal berupa uang tunai ke
rekening KUD di bank dan berupa mesin pertanian. Misalkan mesin pertanian yang
diserahkan memiliki nilai buku sebesar Rp 25.000.000, (harga perolehan Rp
30.000.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp 5.000.000). Peralatan tersebut selanjutnya
diserahkan kepada KUD TM sebagai pembiayaan berwujud nonkas dan dihargai dengan
nilai Rp 25.000.000. Maka jurnal untuk transaksi penyerahan aset nonkas adalah sebagai
berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kelompok 7 6
Db. Piutang salam 23.000.000

Db. Akumulasi penyusutan 5.000.000

Db. Kerugian pada saat penyerahan 2.000.000

Kr. Aset salam mesin pertanian 30.000.000

2. Variasi dalam penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas
dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Variasi tersebut antara lain;
(1) Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak; (2) Kualitas
barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak; (3) Kualitas
barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;

2.1. kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai
kontrak

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA, KUD TM hanya bisa menyerahkan 50


ton biji jagung manis hybrida kualitas no 3. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah
Rp 300.000.000 (50 ton x Rp 6.000.000). Jurnal untuk saat penyerahan produk salam
dari KUD ke bank syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan 300.000.000


salam 50 ton biji
jagung kualitas 3
Db. Kerugian 25.000.000
penerimaan barang
salam
Kr. Piutang salam 325.000.000

2.2. kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA, KUD TM menyerahkan 50 ton biji


jagung manis hybrida kualitas no 1. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah Rp
350.000.000 (50 ton x Rp 6.500.000). Jurnal saat penyerahan produk salam dari KUD ke
bank syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Kelompok 7 7
1/9/XA Db. Persediaan salam 50 ton biji 325.000.000
jagung kualitas 1
Kr. Piutang salam 325.000.000
3. Pemasok atau petani gagal menyerahkan seluruh atau sebagian produk salam
pada masa akhir kontrak.

Alternatif 1: Pembeli memperpanjang masa pengiriman

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13c(i) dinyatakan bahwa jika tanggal


pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum
dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad. Dengan demikian, jika bank
sebagai pembeli memilih alternatif memperpanjang masa pengiriman, maka bank hanya
melakukan revisi terhadap kesepakatan jual beli salam dalam hal waktu penyerahan
barang. Dalam hal ini tidak ada transaksi yang harus dijurnal oleh bank.

Alternatif 2: Pembeli membatalkan pembelian barang yang belum dikirim

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13c(ii), disebutkan bahwa jika akad salam
dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang
yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. Dengan
demikian, jika pembeli membatalkan pembelian barang yang belum dikirim, maka
diperlukan jurnal untuk mengakui pembatalan tersebut

Jika pada kasus 10.1 di atas, KUD TM gagal menyerahkan sisa produk salam yang
disepakati dan bank memilih untuk membatalkan pembelian barang yang belum
dikirim, maka jurnal untuk mengakui pembatalan tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/12/XA Db. Piutang KUD TM 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000


KUD TM

Selanjutnya untuk melunasi piutang KUD TM, terdapat beberapa alternatif yaitu
(1)dilunasi dengan dana kas KUD TM, (2)dilunasi dengan penjualan jaminan. Adapun
jurnalnya adalah sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Kas/rekening KUD TM 325.000.000

Kelompok 7 8
Kr. Piutang KUD TM 325.000.000

4. Pengenaan denda kepada penjual yang gagal menyerahkan produk salam


bukan karena force majeur

PSAK no 103 paragraf 15 menyatakan bahwa pembeli dapat mengenakan denda


kepada pemasok yang gagal menyerahkan produk salam jika pemasok tersebut pada
dasarnya mampu akan tetapi sengaja tidak melakukannya. Denda tidak berlaku bagi
penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur. Adapuin
besar denda yang dikenakan menurut PSAK no 103 paragraf 15 adalah sebesar yang
disepakati dalam akad. Denda yang diterima oleh bank sebagai pembeli diakui sebagai
bagian dana kebajikan (dana qardh) (PSAK no 103 paragraf 14).

Misalkan pada kasus 10.1, KUD TM gagal menyerahkan produk salam kepada
bank syariah senilai Rp 325.000.000 pada waktu jatuh tempo. Sesuai dengan
kesepakatan KUD dikenakan denda 2% dari nilai produk yang belum direalisir atau
sebesar Rp 6.500.000. Adapun jurnal penerimaan denda adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/12/XA Db. Kas/rekening KUD 6.500.000


Kr. Dana kebajikan 6.500.000

10.6. Penyajian

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 20 s/d 22, penyajian rekening yang terkait
transaksi salam dan salam paralel antara lain:

1. Piutang salam, yang timbul karena pemberian modal usaha salam oleh bank
syariah.
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam. Rekening ini disajikan terpisah dari piutang salam.
3. Hutang salam, timbul karena bank menjadi penjual produk salam yang dipesan
oleh nasabah pembeli.

10.7 Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang
transaksi salam dan salam paralel antara lain:

1. Rincian piutang salam (kepada pemasok) dan hutang salam (kepada pembeli)
berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihan
kerugian piutang salam.
2. Piutang salam dan hutang salam yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain

Kelompok 7 9
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

Kelompok 7 10

Anda mungkin juga menyukai