Bai as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang
yang pembayarannya dilunasi di muka sedangkan penyerahan barang dilakukan
di kemudian hari.
Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,
dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah
dengan bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan
petani atau pemasok.
Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.
Kelompok 7 1
Rukun Transaksi Salam
a. Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) dalam hal ini nasabah dan penjual
(muslam ilaih) dalam hal ini bank syariah.
Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan
kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan
lain yang sejenis. Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan
dengan izin dan pantauan dari walinya.
Terkait dengan penjual, fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan
agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan
jumlah yang telah disepakati.
Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan
dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
b. Objek salam
DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi oleh barang yang diperjualbelikan dalam transaksi salam. Ketentuan
tersebut antara lain:
Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa uang, barang atau manfaat. Pembayaran
harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang.
Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua
(antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah
dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah.
Rukun-rukun yang terdapat pada akad salam pertama juga berlaku pada akad salam
kedua.
Kelompok 7 2
10.2.4. Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan Salam paralel
6. Kirim
dokumen
4. Bayar
PEMASOK
[5]
Kirim barang
3. Negosiasi & akad
salam
Kelompok 7 3
10.5. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan transaksi Salam
PT. Thariq Agro Mandiri , membutuhkan 100 ton biji jagung hibryda untuk keperluan
ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri
melakukan pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank Syariah Sejahtera.
Adapun informasi tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri,
bank syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA mengadakan transaksi salam dengan
petani yang bergabung dalam KUD. Tunas Mulia dengan kesepakatan sebagai berikut:
Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari nilai produk
yang belum diserahkan.
Kelompok 7 4
Pada saat akad disepakati, pembeli disyaratkan untuk sudah membayar produk
salam secara lunas. Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 17 disebutkan bahwa kewajiban
salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang
diterima.
Berdasarkan kasus 10.1, pada saat bank syariah melakukan akad salam dengan
PT. Thariq Agro Mandiri (PT. TAM) dan menerima dana salam, maka jurnal transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:
b. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani
Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara
kualitas dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Perbedaan tersebut
antara lain berupa;
a. Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak;
b. Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak;
Kelompok 7 5
c. Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan
sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.
1.1. Nilai wajar aset salam nonkas sama dengan dari nilai tercatatnya
Misalkan pada kasus di atas, bank syariah menyerahkan modal berupa uang tunai ke
rekening KUD di bank dan berupa mesin pertanian. Misalkan mesin pertanian yang
diserahkan memiliki nilai buku sebesar Rp 25.000.000, (harga perolehan Rp
30.000.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp 5.000.000). Peralatan tersebut selanjutnya
diserahkan kepada KUD TM sebagai pembiayaan berwujud nonkas dan dihargai dengan
nilai Rp 25.000.000. Maka jurnal untuk transaksi penyerahan aset nonkas adalah sebagai
berikut:
Kelompok 7 6
Db. Piutang salam 23.000.000
Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas
dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Variasi tersebut antara lain;
(1) Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak; (2) Kualitas
barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak; (3) Kualitas
barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;
2.1. kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai
kontrak
2.2. kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak
Kelompok 7 7
1/9/XA Db. Persediaan salam 50 ton biji 325.000.000
jagung kualitas 1
Kr. Piutang salam 325.000.000
3. Pemasok atau petani gagal menyerahkan seluruh atau sebagian produk salam
pada masa akhir kontrak.
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13c(ii), disebutkan bahwa jika akad salam
dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang
yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. Dengan
demikian, jika pembeli membatalkan pembelian barang yang belum dikirim, maka
diperlukan jurnal untuk mengakui pembatalan tersebut
Jika pada kasus 10.1 di atas, KUD TM gagal menyerahkan sisa produk salam yang
disepakati dan bank memilih untuk membatalkan pembelian barang yang belum
dikirim, maka jurnal untuk mengakui pembatalan tersebut adalah sebagai berikut:
Selanjutnya untuk melunasi piutang KUD TM, terdapat beberapa alternatif yaitu
(1)dilunasi dengan dana kas KUD TM, (2)dilunasi dengan penjualan jaminan. Adapun
jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kelompok 7 8
Kr. Piutang KUD TM 325.000.000
Misalkan pada kasus 10.1, KUD TM gagal menyerahkan produk salam kepada
bank syariah senilai Rp 325.000.000 pada waktu jatuh tempo. Sesuai dengan
kesepakatan KUD dikenakan denda 2% dari nilai produk yang belum direalisir atau
sebesar Rp 6.500.000. Adapun jurnal penerimaan denda adalah sebagai berikut:
10.6. Penyajian
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 20 s/d 22, penyajian rekening yang terkait
transaksi salam dan salam paralel antara lain:
1. Piutang salam, yang timbul karena pemberian modal usaha salam oleh bank
syariah.
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam. Rekening ini disajikan terpisah dari piutang salam.
3. Hutang salam, timbul karena bank menjadi penjual produk salam yang dipesan
oleh nasabah pembeli.
10.7 Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang
transaksi salam dan salam paralel antara lain:
1. Rincian piutang salam (kepada pemasok) dan hutang salam (kepada pembeli)
berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihan
kerugian piutang salam.
2. Piutang salam dan hutang salam yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain
Kelompok 7 9
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
Kelompok 7 10