Anda di halaman 1dari 24

Makalah

AKUTANSI ISTISNA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tersetuktur
AKUTANSI SYARIAH II

Dosen: Nunung Uswatun Habibah, S.E., M.E.Sy.

Disusun Oleh: AbdulAzis

Disusun Oleh:
Nama : Abdul Azis (20131001)
Nama : Abdul Aziz ( )
Nama : Ati Kusmiati ( )
Nama : Egiani Iskandar ( )

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al –Ma’arif Ciamis


Program Pendidikan Ekonomi Syariah
Tahun Akademik 2013/2014
Jalan. Umar Soleh Imbanagara Raya Ciamis Telp. (0265)772589
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, Dzat yang selalu mengawasi dan

mememberikan rahmat serta karunia sehingga melalui tanjizi hadist-Nya manusia

diberikan keleluasaan untuk memilih antara baik buruknya dalam beraktivitas dan

berkarya, semoga ridha dan maghfirah menyertai seluruh langkah kaki disetiap waktu.

Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan Muhammad saw

yang telah menghabiskan seluruh daya dalam menegakkan syi’arrahmatanlil ‘alamin,

membawa umat manusia dari kegelapan menuju alam terang benderang. Sampai kepada

shabat, Tabi’in, wa athbauthabi’in hingga sampai pada ummatnya yang setiap harinya

merefleksikan seluruh ucapan, perbuatan dan sikap sebagai wujud harapan atas syafaat

yang didambakan pada hari tidak ada pertolongan kecuali dari Allah ‘Azawajalla dan

Rasul-Nya

Dan tak lupa kepada pihak pihak yang telah mendukung kelancaran pembuatan

makalah kami yang kami hormati. Yaitu :

1. Jamiludin Hidayat,S.Pd.,M.Sc. sebagaiKetua STAI Al-Ma’arif Ciamis;

2. Nunung Uswatun Habibah, S.E., M.E.Sy. sebagi Dosen Akuatnsi Syariah II

3. Kedua Orang Tua yang teleh memberikan dorongan moril dan sepiritual;

4. Semua orang yang telah membentu terhadap penyusunan makalah ini, semoga

segala kebaikan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda;

Demikian sebagi kata pengantar atas Makalah yang disampaikan semoga dapat

bermanfaat, dengan mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat darisemua pihak.

Ciamis, 05 Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan konsep dasar Istisna..............................................................................3

2.2. Alur Sekema Istisna dan Istisna Paralel ...................................................................8

2.3. Teknis Perhitungan Dan Penjurnalan Transaksi Istisna...........................................11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................................................20

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan yang modereen ini sudah hal biasa dengan kegiatan perbankkan,
namun perbankkan yang banyak ini masih berkiblat kepada perbankka konvensional padahal
negar kita adalah negara dengan mayoritas islam terbanyak.
Atas dasar tadi maka mulai munculah bank dengan nama bank syariah di indonesia bank
dengan kosep dasar islam yang berlandaskan al-qur’an dan sunah kanjeng nami muhammad
SAW. Bank dengan menghilangkan konsep bunga dan ribba yang jelas – jelas dilarang dalam
syariat islam karena merugikan salah satu pihak yang akhirnya membuat si kaya makin kaya
dan simiskin semakin kesulitan. Dan bank dengan kemudahan dan keuntungan bagi semua
kalangan .
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antaradua belah
pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukanmelalui
pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Walaupun istishna adalah akad
jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salammaupun dengan murabaha. Istishna lebih ke
kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dandapat di bayarkan secarra tangguh pula.
Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secarasyari’ah.
Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung danmetode
persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakanmiris
dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin labadan
selisih nilai akad dengan nilai wajar.
Tujuan mempelajari akutansi istishna itu sendiri adalah untuk memhami apa itu yang
dimaksud denga akutansi istishna, selain itu juga untuk mempelajari jenis-jenis dari istishna,
serta menganalisis ruang lingkup dari istishna itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah Ekonomi Makro yang berjudul Akutansi Istisna
kami sajikan dalam bentuk pertanyaan , yaitu :
1. Bagaimana definsi dan konsep dasar Istisna ?
2. Bagaimana alur sekema istisna dan istisna parlel ?
3. Bagaiman teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi istisna?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini kami sajikan dalam bentuk pernyataan, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi istisna dan konsep dasar istisna .
2. Untuk mengetahui alur sekema istisna dan istisna paralel .
3. Untuk mengetahui teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi istisna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dfinisi dan Konsep dasar Istisna

Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ alistishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’
assalam. Biasanya jenis ini dibidang manufaktur. Dengan demikian ketentuan istishna
mengikuti ketentuan dan aturan bai’ assalam. Produk istishna menyerupai produk salam,
namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapakali
pembayaran.

Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan no.104, Istishna’ adalah akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’)
dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.

Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang


pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.

Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk massal; dan
c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan
penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.

Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika
entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna’ maka hal ini disebut
istishna’ paralel.
istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli
akhir, tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain
Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:

a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau


b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:
a) jumlah yang telah dibayarkan; dan
b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
1. Akuntansi untuk penjual
Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut :
• Penyatuan dan Segmentasi Akad
1) Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset pengakuan dari setiap aset diperlakukan
sebagai suatu akad yang terpisah jika:
a. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap asset
b. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dimana penjual dan pembeli dapat
menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan masing-
masing aset tersebut, dan
c. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan
Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli harus diperlakukan sebagai
satu akad istishna jika:
a. Kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket
b. Akad tersebut berhubungan erat sekali,sebetulnya akad tersebut merupakan bagian dari
akad tunggal dengan suatu margin keuntungan dan
c. Akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan
3) Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan aset
tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika :
a. Aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal dalam
desain,teknologi atau fungsi ; atau
b. Harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna awal
• Pendapatan istishna dan istishna paralel
1) Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian
atau metode akad selesai. Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang
pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli
2) Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka :
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan pada aset istishna dalam penyelesaian; dan
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
3) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak
dengan ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan maka
digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian
sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan
hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
• Istishna dengan Pembayaran Penuh
1) Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan
dalam periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan, maka pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pendapatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna
dilakukan secara tunai diakui sesuai persentase penyelesaian; dan
b. Selisih antara nilai akad dengan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK 102 : Akuntansi
Murabahah
Meskipun istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan
nilai tukar istishna pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk
mengakui margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang pesanan.
Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan pada proses pembuatan barang
pesanan. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna dengan
pembayaran langsung adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir.
Hubungan antara biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad
iuraikan dalam contoh sebagai berikut:
Biaya perolehan (biaya produksi) Rp 1.000
Margin keuntungan pembuatan barang pesanan Rp 200
Nilai tunai pada saat penyerahan barang pesanan Rp 1.200
Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama tiga tahun Rp 1.600
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama tiga tahun Rp 400
2) Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam
periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan maka pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna
dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang pesanan
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran
3) Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin
istishna (istishna billing) pada pos lawannya.
Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan
sesuai dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase
penyelesaian pembuatan barang pesanan.
• Biaya Perolehan Istishna
1) Biaya perolehan istishna terdiri dari:
a. Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan.
2) Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan
tidak termasuk dalam biaya istishna
• Biaya Perolehan Istishna Paralel
1) Biaya istishna paralel terdiri dari:
a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada
entitas;
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,
jika ada
2) Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
• Penyelesaian Awal
Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan
istishna.
Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat
diperlakukan sebagai :
a) Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat
pembayaran; atau
b) Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang
dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna secara
keseluruhan
• Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan
Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna akibat
perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut :
a) Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli
ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya istishna;
b) Jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi,
maka jumlah biaya setiap tagihan tambahan yang diakibatkan oleh setiap tagihan akan
menambah biaya istishna; sehingga pendapatan istishna akan berkurang sebesar
jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan
c) Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna paralel, akan tetapi biaya
perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor
dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna paralel.
• Pengakuan Taksiran Rugi
Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi
pendapatan istishna, taksiran kerugian harus segera diakui.
Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
a) Apakah pekerjaan istishna telah dilakukan atau belum;
b) Tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau
c) Jumlah laba yang diharapkan dari akad yang tidak diperlakukan sebagai suatu akad
tunggal sesuai paragraf.
2.2 ALUR ISTISNA DAN ISTISNA PARALEL

2.2.1 Alur Istisna

Pada istisna biasa yang bukan istisna paralel haya melibatkan 2 orang yaitu pihak 1 sebagai
pembeli dan pihak kedua sebagai penjual dan dapat didefinisikan “Istisnha’ merupakan akad
jual beli berupa pemesanan barang tertentu antara pemesan/pembeli (mustashni) dan
pembuat/penjual (shani’).

1. Pembeli atau pemesan yang searing disebut mustasni memesan barang kepada penjual
atau pembuat yang sering disebut sani dan mustasni dan sani ini melakukan negosisi
kesepakatan terkait dengan transaksi istisna yang akan dilaksanakan dan menyepakati
akad.
2. Sani atau pembuat setelah menyelesaikan pesanan langsung menyerahkan barang
kepada mustasni.
3. Mistasni setelah menerima dan dan melihat barang saesuai dengan pesanan
pembayaran pun dilakukan .

2.2.2 Alur Istisna paralel

Pada istisna paralel terdapaat tiga pihak yang terlibat, yaitu bank, nasabah, dan
pemasaok atau pembuat. Pembiayan dilakukan kaaraena nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atas tagihan pemasok selama masa periode pembangunan, sehingga memerlukan
jasa pembiayaan dari bank. Atas pembiayaan terhadap pembangunan barang, maka bank,
mendapatkan margin dari jual beli barang yang terjadi, margin diperoleh dari selisih harga
beli bank kepada pemasok dengan harga jual akhir kepada nasabh. Dimungkinkan juga, bank
mendapatkan pendapatan selain margi berupa pendapatan administrasi.

Penegrtian yang dibuat atau dibangun dalam istisna menunjukan periode yang
diperlukan( antara akad jual beli dengan penyerahan barang) untuk suatu pekerjaan
penyelesaian barang. Pekerjaaan ini dapat berupa pekerjaan manufaktur atau konstruksi
(bangunan / kapal/ peawat ) , rakit /asemble (kendaraan atau mesin), instalasi ( mesin atau
software) atau istilah teknis engineering lainnya.

Alur sekema istisn paralel sederhana

Keterangan:

1. Melakukan AKAD ISTISNHA’,

2. Penjual memesan & membeli dari Suplier/produsen,

3. Barang dari produsen diserahkan kepada penjual,

4. Barang diserahkan kepada pembeli, dan

5. Pembayaran oleh pembeli.


Alur sekema Istisna lanjutan

1. Negosiasi pesan barang dan akad istisna


gai penjual (shani ) pada istisna 1dan pembeli (mustasni ) pada istisna 2
Nasabah sebagai pembeli

9. penelusuran pembayaran

4. kirim tagihan penyelesaian barang

8. kiriman dokumen pengirim


5. bayar
2. negosiasi pesanan barang dan akad istisna
Pemasok (shani)
3. buat barang

1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan


antara penjual dengan pembeli terkait tramnsaksi istisna yang akan dilakukan.
2. Pada transaksi istisna setelah akad desipakati, penjual mulai membuat atau
menyelesaikan tahapan pembuatan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah
barang dihasilkan pada saat atau sebelum tanggal pembayaran, penjual mengirim barang
sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati oleh pembeli.
Adapun teransaksi istisna paralel yang biasanya digunakan oleh penjual ( bank syariah )
yang tidak membayar sendiri barang istisna setelah menyepakati kontrak istisna dan
menerima dana dari nasabah istisna selanjutnya secara terpisah membuat akad istisna
dengan produsen barang istisna.
3. Setekah menyepakati transaksi istisna dala jangka waktu tertentu pemasok kemudian
mulai melakukan pengerjaan barng yang dipesan.
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan pemasok melakukan tagiha kepada bang
syariah senilai tingkat penyelesaiaan barang pesanan
5. Bank syariah , melakukan pembayaran kepada pembuaat barang seniali apa yang
ditagihkan
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasrkan tingkat
penyelesaian barang
7. Pemasok meyerahkan barang kepada nasbah pembeli
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istisna sesuai dengan akad yan gtelah disepakatai
2.3 TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI ISTISNA
Contoh kasus: untuk membangun sebuah bagunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000

Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)


Harga bangunan: Rp. 130.000.000
Termin pembayaran: 3 termin sebesar: 20%= 26.000.000 dan 30%= 39.000.000 dan 50%=
65.000.000

NERACA AWAL PERBANKAN SYARIAH

Aktiva Passiva

Aset Utang
Kas 175 jt Tabungan wadiah 75 jt
Penempatan pada BI - Giro wadiah -
Giro pada bank lain - Hutang salam -
Piutang murabahah, salam & Hutang istisna -
istishna
- Investasi tidak terikat
Pembiayaan mudharabah-
musyarakah Tabungan mudharabah 25 jt

Persediaan 25 jt Deposito mudharabah -

Asset tetap dan akm - Tab. & deposit dari bank lain -
penyusutan
Musyarakah -
- Modal
Modal disetor 100 jt
Laba ditahan -

Jumlah 200 jt Jumlah 200 jt


1. Untuk keperluan survey bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal yang demikian di
kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead ssebagai penambah jumlah harga
perolehan barang istishna
Beban praakad yang Rp. 2 jt
Kas Rp.2 jt

2. Saat penandatangan akad sebagai bentuk jadinya akad diteruskan


Biaya istishna Rp. 2 jt
Beban praakad yang ditangguhka Rp. 2 jt

3. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 26 juta
Utang Rp. 26 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 26 juta
Kas Rp. 26 juta

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 4 juta
Harga pokok istishna Rp. 26 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 30 juta

4. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 39 juta
Utang istishna Rp. 39 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 39 juta
Kas Rp. 39 juta

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 6 juta
Harga pokok istishna Rp. 39 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 45 juta

5. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna Rp. 65 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 65 juta
Kas Rp. 65 juta

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 10 juta
Harga pokok istishna Rp. 65 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 75 juta

6. penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli
(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibut sebanyak 5 kali sesuai
tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta

Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)
Kas Rp. 30 juta
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 30 juta

BUKU BESAR
Kas

no Debet Kredit

1 2 juta

3 26 juta

4 39 juta

5 65 juta

6 30 juta x 5

jumlah 150.000.000 132.000.000

Kelebihan di debet 18.000.000

Beban pra akad yg ditangguhkan

no debet kredit

1 2 juta

2 2 juta

balance

Biaya istishna

No Debet Kredit

2 2 juta

Kelebihan di debet 2 juta

Asset istishna dalam penyelesaian

No Debet kredit

3 26 juta

3 4 juta
4 39 juta

4 6 juta

5 65 juta

5 10 juta

6 30 juta x 5

balance

Utang Istishna

No Debet Kredit

3 26 juta

3 26 juta

4 39 juta

4 39 juta

5 65 juta

5 65 juta

balance

Harga pokok istishna

No Debet Kredit

3 26 juta

4 39 juta

5 65 juta

Kelebihan di debet 130.000.000

Pendapatan margin istishna

No Debet Kredit

3 30 juta

4 45 juta
5 75 juta

Kelebihan pada kredit 150.000.000

Piutang istishna

No Debet Kredit

6 30 juta x 5

6 30 juta x 5

balance

Termin istishna

No Debet kredit

6 30 juta x 5

6 30 juta x 5

balance

NERACA SALDO

Nama rekening Debet Kredit

kas 18.000.000

Biaya istishna 2.000.000

HPP istishna 130.000.000

Pendapatan margin istishna 150.000.000

Saldo 150.000.000 150.000.000

balance

LAPORAN RUGI/LABA

Pendapatan margin istishna 150.000.000

HPP istishna (130.000.000)

Laba kotor 20.000.000


Biaya istishna (2.000.000)

Laba bersih 18.000.000

NERACA AKHIR PERBANKAN SYARIAH

Aktiva Passiva

Aset Utang
Kas 193 jt Tabungan wadiah 75 jt
Penempatan pada BI - Giro wadiah -
Giro pada bank lain - Hutang salam -
Piutang murabahah, salam & Hutang istisna -
istishna
- Investasi tidak terikat
Pembiayaan mudharabah-
musyarakah Tabungan mudharabah 25 jt

Persediaan 25 jt Deposito mudharabah -

Asset tetap dan akm - Tab. & deposit dari bank lain -
penyusutan
Musyarakah -
- Modal
Modal disetor 100 jt
Laba ditahan 18 jt

Jumlah 218 jt Jumlah 218 jt

ISTISHNA DENGAN PEMBAYARAN TANGGUH


Apabila pembeli (nasabah) meminta agar pembayarannya dilakukan secara tangguh
(nyicil) selama 3 tahun, maka bank mengenakan kesepakatan dengan pembayaran selama 3
tahun tersebut sebesar 190.000.000, dan bukan lagi 150.000.000 sebagaimana kasus
sebelumnya. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
1. Saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 130 juta
Kas Rp. 130 juta
2. Jurnal saat pengakuan pendapatan
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 20 juta
Harga pokok istishna Rp. 130 juta
Pendapatan istishna Rp. 150 juta

3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan asset istishna kepada pembeli


Piutang istishna Rp. 150 juta
Termin Istishna Rp. 150 juta
Piutang istishna Rp. 40 juta
Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 40 juta
Termin istishna Rp. 150 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 150 juta

Pembayaran bulanan
190.000.000 : 3 tahun = 5.277.778 /bulan
Pendapatan /bulan = 40.000.000 : 3 tahun = 1.111.111

4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli


Kas Rp. 5.277.778
Piutang istishna Rp. 5.277.778
Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 1.111.111
Pendapatan istisna Rp. 1.111.111

5. pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa piutang berjumlah Rp.
63.333.333, yaitu dengan potongan sebesar 10.000.000
cara I :
kas Rp. 53.333.333
potongan istishna Rp. 10 juta
piutang istishna Rp. 63.333.333
cara II:
kas Rp. 63.333.333
piutang Istishna Rp. 63.333.333
pendapatan istishna tangguh Rp. 13 juta
kas Rp. 10 juta
pendapatan istishna Rp. 3.333.333
atau
potongan istishna Rp. 10 juta
kas Rp. 10 juta
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bai’ istishna atau biasa disebut dengan istishna merupakan kontrak jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (penjual).
2. SKEMA ISTISNHA’

Istisnha’ merupakan akad jual beli berupa pemesanan barang tertentu antara
pemesan/pembeli (mustashni) dan pembuat/penjual (shani’).

Keterangan:

1. Pembeli dan penjual menyepakati akad istisnha.

2. Barang diserahkan kepada Pembeli.

3. Pembayaran dilakukan oleh Pembeli.

3. SKEMA ISTISNHA’ PARALLEL

Keterangan:
1. Melakukan AKAD ISTISNHA’,
2. Penjual memesan & membeli dari Suplier/produsen,
3. Barang dari produsen diserahkan kepada penjual,
4. Barang diserahkan kepada pembeli, dan
5. Pembayaran oleh pembeli.
DAFTAR PUSTAKA

Yaya Rizal, Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahman. 2013.Akutansi perbankkan
syariah teori dan peraktik kontemporer: jakarta selatan. Selemba empat

www. Ekonomi Politik Islam AKUNTANSI ISTISHNA PARALEL PERBANKAN


SYARIAH.htm

www. Akuntansi Syariah/ Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.co.id

http// akutansi syariah seyuman 13. htm

Anda mungkin juga menyukai