AKUTANSI ISTISNA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tersetuktur
AKUTANSI SYARIAH II
Disusun Oleh:
Nama : Abdul Azis (20131001)
Nama : Abdul Aziz ( )
Nama : Ati Kusmiati ( )
Nama : Egiani Iskandar ( )
Segala puji hanya milik Allah swt, Dzat yang selalu mengawasi dan
diberikan keleluasaan untuk memilih antara baik buruknya dalam beraktivitas dan
berkarya, semoga ridha dan maghfirah menyertai seluruh langkah kaki disetiap waktu.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan Muhammad saw
membawa umat manusia dari kegelapan menuju alam terang benderang. Sampai kepada
shabat, Tabi’in, wa athbauthabi’in hingga sampai pada ummatnya yang setiap harinya
merefleksikan seluruh ucapan, perbuatan dan sikap sebagai wujud harapan atas syafaat
yang didambakan pada hari tidak ada pertolongan kecuali dari Allah ‘Azawajalla dan
Rasul-Nya
Dan tak lupa kepada pihak pihak yang telah mendukung kelancaran pembuatan
3. Kedua Orang Tua yang teleh memberikan dorongan moril dan sepiritual;
4. Semua orang yang telah membentu terhadap penyusunan makalah ini, semoga
Demikian sebagi kata pengantar atas Makalah yang disampaikan semoga dapat
bermanfaat, dengan mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat darisemua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan................................................................................................................20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini kami sajikan dalam bentuk pernyataan, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi istisna dan konsep dasar istisna .
2. Untuk mengetahui alur sekema istisna dan istisna paralel .
3. Untuk mengetahui teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi istisna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dfinisi dan Konsep dasar Istisna
Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ alistishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’
assalam. Biasanya jenis ini dibidang manufaktur. Dengan demikian ketentuan istishna
mengikuti ketentuan dan aturan bai’ assalam. Produk istishna menyerupai produk salam,
namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapakali
pembayaran.
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan no.104, Istishna’ adalah akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’)
dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk massal; dan
c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan
penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika
entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna’ maka hal ini disebut
istishna’ paralel.
istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli
akhir, tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain
Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
Pada istisna biasa yang bukan istisna paralel haya melibatkan 2 orang yaitu pihak 1 sebagai
pembeli dan pihak kedua sebagai penjual dan dapat didefinisikan “Istisnha’ merupakan akad
jual beli berupa pemesanan barang tertentu antara pemesan/pembeli (mustashni) dan
pembuat/penjual (shani’).
1. Pembeli atau pemesan yang searing disebut mustasni memesan barang kepada penjual
atau pembuat yang sering disebut sani dan mustasni dan sani ini melakukan negosisi
kesepakatan terkait dengan transaksi istisna yang akan dilaksanakan dan menyepakati
akad.
2. Sani atau pembuat setelah menyelesaikan pesanan langsung menyerahkan barang
kepada mustasni.
3. Mistasni setelah menerima dan dan melihat barang saesuai dengan pesanan
pembayaran pun dilakukan .
Pada istisna paralel terdapaat tiga pihak yang terlibat, yaitu bank, nasabah, dan
pemasaok atau pembuat. Pembiayan dilakukan kaaraena nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atas tagihan pemasok selama masa periode pembangunan, sehingga memerlukan
jasa pembiayaan dari bank. Atas pembiayaan terhadap pembangunan barang, maka bank,
mendapatkan margin dari jual beli barang yang terjadi, margin diperoleh dari selisih harga
beli bank kepada pemasok dengan harga jual akhir kepada nasabh. Dimungkinkan juga, bank
mendapatkan pendapatan selain margi berupa pendapatan administrasi.
Penegrtian yang dibuat atau dibangun dalam istisna menunjukan periode yang
diperlukan( antara akad jual beli dengan penyerahan barang) untuk suatu pekerjaan
penyelesaian barang. Pekerjaaan ini dapat berupa pekerjaan manufaktur atau konstruksi
(bangunan / kapal/ peawat ) , rakit /asemble (kendaraan atau mesin), instalasi ( mesin atau
software) atau istilah teknis engineering lainnya.
Keterangan:
9. penelusuran pembayaran
Aktiva Passiva
Aset Utang
Kas 175 jt Tabungan wadiah 75 jt
Penempatan pada BI - Giro wadiah -
Giro pada bank lain - Hutang salam -
Piutang murabahah, salam & Hutang istisna -
istishna
- Investasi tidak terikat
Pembiayaan mudharabah-
musyarakah Tabungan mudharabah 25 jt
Asset tetap dan akm - Tab. & deposit dari bank lain -
penyusutan
Musyarakah -
- Modal
Modal disetor 100 jt
Laba ditahan -
3. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 26 juta
Utang Rp. 26 juta
4. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 39 juta
Utang istishna Rp. 39 juta
5. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna Rp. 65 juta
6. penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli
(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibut sebanyak 5 kali sesuai
tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)
Kas Rp. 30 juta
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 30 juta
BUKU BESAR
Kas
no Debet Kredit
1 2 juta
3 26 juta
4 39 juta
5 65 juta
6 30 juta x 5
no debet kredit
1 2 juta
2 2 juta
balance
Biaya istishna
No Debet Kredit
2 2 juta
No Debet kredit
3 26 juta
3 4 juta
4 39 juta
4 6 juta
5 65 juta
5 10 juta
6 30 juta x 5
balance
Utang Istishna
No Debet Kredit
3 26 juta
3 26 juta
4 39 juta
4 39 juta
5 65 juta
5 65 juta
balance
No Debet Kredit
3 26 juta
4 39 juta
5 65 juta
No Debet Kredit
3 30 juta
4 45 juta
5 75 juta
Piutang istishna
No Debet Kredit
6 30 juta x 5
6 30 juta x 5
balance
Termin istishna
No Debet kredit
6 30 juta x 5
6 30 juta x 5
balance
NERACA SALDO
kas 18.000.000
balance
LAPORAN RUGI/LABA
Aktiva Passiva
Aset Utang
Kas 193 jt Tabungan wadiah 75 jt
Penempatan pada BI - Giro wadiah -
Giro pada bank lain - Hutang salam -
Piutang murabahah, salam & Hutang istisna -
istishna
- Investasi tidak terikat
Pembiayaan mudharabah-
musyarakah Tabungan mudharabah 25 jt
Asset tetap dan akm - Tab. & deposit dari bank lain -
penyusutan
Musyarakah -
- Modal
Modal disetor 100 jt
Laba ditahan 18 jt
Pembayaran bulanan
190.000.000 : 3 tahun = 5.277.778 /bulan
Pendapatan /bulan = 40.000.000 : 3 tahun = 1.111.111
5. pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa piutang berjumlah Rp.
63.333.333, yaitu dengan potongan sebesar 10.000.000
cara I :
kas Rp. 53.333.333
potongan istishna Rp. 10 juta
piutang istishna Rp. 63.333.333
cara II:
kas Rp. 63.333.333
piutang Istishna Rp. 63.333.333
pendapatan istishna tangguh Rp. 13 juta
kas Rp. 10 juta
pendapatan istishna Rp. 3.333.333
atau
potongan istishna Rp. 10 juta
kas Rp. 10 juta
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bai’ istishna atau biasa disebut dengan istishna merupakan kontrak jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (penjual).
2. SKEMA ISTISNHA’
Istisnha’ merupakan akad jual beli berupa pemesanan barang tertentu antara
pemesan/pembeli (mustashni) dan pembuat/penjual (shani’).
Keterangan:
Keterangan:
1. Melakukan AKAD ISTISNHA’,
2. Penjual memesan & membeli dari Suplier/produsen,
3. Barang dari produsen diserahkan kepada penjual,
4. Barang diserahkan kepada pembeli, dan
5. Pembayaran oleh pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Yaya Rizal, Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahman. 2013.Akutansi perbankkan
syariah teori dan peraktik kontemporer: jakarta selatan. Selemba empat