AKUNTANSI SYARIAH
DOSEN PENGAMPU
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
DISUSUN OLEH
Muhammad Al Fidayeen Akbar (C1F018025)
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Akuntansi Syariah dengan
lancar. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari zaman jahiliyah hingga zaman penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun, penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang di miliki serta dari buku-buku penunjang dan jurnal yang
penulis pakai sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan hati yang terbuka
penulis menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan...............................................................................................7
3.2 Saran........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Transaksi istishna’ ini hukumnya boleh(jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat
muslim sejak awal masa tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya. Dalam fatwa DSN-
MUI, dijelaskan bahwa jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustahi’) dan
penjual (pembuat, shani’).
Pada dasarnya, pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula
seperti transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana
barang diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli istishna’
barang diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di bayar secara cicilan.
Dengan demikian, metode pembayaran pada jual beli murabahah muajjal sama pesis
dengan metode pembayaran dalam jual beli istishna’, yakni sama-sama dengan sistem
angsuran(installment). Satu-satunya hal yang membedakan antara keduanya adalah waktu
penyerahan barangnya. Dalam murabahah muajjal, barang di serahkan di muka, sedangkan
dalam istishna’ barang di serahkan di belakang, yakni pada akhir periode pembiayaan. Hal
ini terjadi, karena biasanya barangnya belum di buat/belum wujud.
Seperti halnya praktik salaam, secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna’ dalam
perbankan syariah cenderung dilakukan dalam format istishna’ paralel. Hal ini dapat di
pahami karena pertama, kegiatan istishna’ oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya
permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen dari
barang dimaksud. Secara umum tahapan praktik istishna’(dan istishna’ paralel) di perbankan
syariah adalah sama dengan tahapan praktik salam. Perbedaannya terletak pada car
pembayaran yang tidak di lakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap
(angsuran).
3
Secara umum pemahaman bank syariah terhadap akad istishna’ adalah berkaitan
dengan pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan di produksi secara bertahap,
misalnya, bangunan, pesawat terbang, dan sebagainya.
Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istishna’ di bank syariah hampir
selalu dilakukan dalam format istishna’ paralel. Dengan demikian praktik istishna’ di
perbankan syariah lebih terorientasi pada upaya pencarian marjin antara harga akad I dan
akad II.
Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna’ di industri perbankan syariah
lebih mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) dari pada kegiatan jual beli.
Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna’ lebih mencerminkan piutang uang (sebagai
akibat kegiatan penyediaan dana) dari pada piutang barang (sebagai akibat kegiatan
penyediaan dana) dari pada piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual beli).
1. Istishna’ yang akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan criteria persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan mustashni dan
shani’.
2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’
dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan pemesan.
Syarat akad istishna’pararel, pertama(antara penjual dan pemesan) tidak tergantung pada
istishna’ kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dan
penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh
mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum asal
setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang
kuat dan shahih.
2. As-Sunnah
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab,
lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan
perak. Anas mengisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau
putih di tangan beliau" (HR. Muslim).
Perbuatan nabi ini menjadi buktinya tabah wa akad istishna' adalah akad yang
dibolehkan.
3. Al-Ijma'
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada dasarnya umat Islam secara de-facto
telah bersepakat merajut konsensus (ijma') bahwa akad istishna' adalah akad yang
dibenarkan dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau ulama
pun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melarangnya.
5
1. Pembayaran Dimuka Secara Keseluruhan
Proses pembayaran ini dilakukan dengan cara keseluruhan harga barang pada saat
akad sebelum aktivita istishna’ yang dipesan pada pembelian akhir. Cara pembayaran
seperti ini sama dengan pembayaran dalam transaksi salam.
Proses pembayaran dilakukan oleh pemesan secara bertahap atau secara angsuran
selama proses pembuatan barang. Cara pembayaran memungkinkan adanya pembayaran
dalam beberapa termin sesuai dengan perkembanga proses pembuatan aktiva istishna’.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula seperti transaksi
murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana barang
diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli istishna’ barang
diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di bayar secara cicilan. Akad
istishna' adalah akad yang halal dan didasarkan secara syar'i di atas petunjuk Al-Quran,
As-Sunnah dan Al-Ijma' di kalangan muslimin.
Jenis Akad Istishna’ antara lain: Istishna’ yang akad jual belinya dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan mustashni dan shani’. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk
akad istisna’ antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat
memenuhi asset yang dipesan pemesan.
3.2 Saran
Dengan mengetahui lebih dalam tentang Akad Istishna’ diharapkan agar kita dapat
menjadi pribadi yang lebih beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa, Allah
Subhanahuwata’ala. Serta siap menjadi pelopor dalam memajukan nilai-nilai Keislaman dalam
perekonomian.
Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman karim, Bank Islam analisis fiqih dan keuangan,PT Raja Grafindo, Jakarta, 2006
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Rajawali pers, Jakarta, 2013
MuhammadSyafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori kePraktik/ Penulis, Gema Insani, Jakarta,
2001.
Muhammad, Sistem dan prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII Press, Yogjakarta, 2000.
htt ps:/ /s yaf aatm uha ri.wo rdpress.com/2011/ 07/03/ ba’i -ist ishna’/
http://firafairuz.blogspot.com/2013/10/makalah-istishna.html