Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

(Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, Al Ba’i Al Istisna)

Dosen Pengampu mata kuliah : Prof.Dr. Muslimin Kara, S.Ag,M.Ag

Di Susun oleh :

Khusnul Khatimah

(90200122058)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Al
Murabahah, Al Ba’i Al Salam, Al Ba’i Al Istisna " ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak prof.Dr. Muslimin Kara, S.Ag,M.Ag pada bidang studi Ekonomi Syariah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Al
Murabahah, Al Ba’i Al Salam, Al Ba’i Al Istisna bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Prof.Dr.Muslimin
Kara, S.Ag,M.Ag dalam mata kuliah Ekonomi Syariah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu. kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 1 Juni 2023

Khusnul Khatimah

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al Istisna..........................3
B. Landasan Hukum Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al Istisna................4
C. Implentasi Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al Istisna dalam perbankan
syariah............................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di antara berbagai produk perbankan syariah di atas, produk jual beli
murabahah di perbankan syariah pada saat ini masih mendominasi
dibandingkan dengan produk bank syariah yang lain Ini karena dalam produk
murabahah, prinsip kehati-hatian (prudential) bank relatif bisa
diterapkandengan ketat dan standart sehingga tingkat resiko kerugian sangat
kecil. Bahkan bank-bank syariah yang baru umumnya porto folio
pembiayayaan yang paling besar menggunakan murabahah karena lebih aman.
Sementara produk bagi hasil belum menjadi produk unggulan karena tingkat
resiko dan kerugiannya sangat tinggi.Berbagai kritik banyak dilontarkan dari
para peneliti terkait dengan dominasi murabahah dalam produk perbankan
syariah, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang kemudian menjuluki bank
syariah sebagai bank murabahah. Di samping itu, praktik murabahah di
perbankan syariah juga telah banyak dilakukan berbagai modifikasi, bahkan
untuk sebagian dinilai menyimpang dari konsep dasar murabahah dalam fikih
muamalat klasik. Tulisan berikut akan mengulas berbagai model dan latar
belakang sertamotif perubahan skema murabahah dalam fikih klasik ketika
dipraktikan di perbankan syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akad Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al
Ba’i Al Istisna ?
2. Apa landasan hukum dari akad Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al
Ba’i Al Istisna ?
3. Bagaimana implentasi Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al
Istisna dalam perbankan syariah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akad Al Murabahah, Al
Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al Istisna.

IV
2. Untuk mengetahui apa landasan hukum dari akad Al Murabahah, Al Ba’i
Al Salam, dan Al Ba’i Al Istisna.
3. Untuk mengetahui implentasi Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al
Ba’i Al Istisna dalam perbankan syariah.

V
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al
Istisna
Secara etimologis, murabahah berasal berasal dari kata al-ribh atau Rabh-
al yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan. Dalam perdagangan.
(Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan,laba,
faedah: Di dalam al- Qur'an kata ribh dengan makna keuntungan dapat
ditemukan pada surat al-Baqarah [2] ayat 16 berikut:
Artinya : " Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk. (QS. Al-Baqarah 16) Dalam konteks mu'amalah, kata murabahah
biasanya diartikan sebagai jual beli yang dilakukan dengan menambah harga
awal.
Secara istilah, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama dalam substansi
pengertian murabahah. Hanya saja terdapat beberapa variasi bahasa yang
mereka gunakan dalam mengungkapkan definisi tersebut. Menurut ulama
Hanafiyyah, yang dimaksud dengan murabahah ialah "Mengalihhkan
kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui akad pertama dengan harga
pertama disertai tambahan sebagai keuntungan".
Ulama Malikiyah mengemukakan rumusan definisi sebagai berikut: "Jual
beli barang dagangan sebesar harga pembelian disertai dengan tambahan
sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua pihak yang ber akad".
Sementara itu, ulama Syafi'iyyah mendefinisikan murabahah itu dengan "Jual
beli dengan seumpama harga (awal), atau yang senilai dengannya, disertai
dengan keuntungan yang didasarkan pada tiap bagiannya". Lebih lanjut, Imam
Syafi'i berpendapat, jika seseorang menujukkan suatu barang kepada orang
lain dan berkata: "belikan barang seperti ini untukku dan aku akan memberi
mu keuntungan sekian. Kemudian orang itu pun membelinya, maka jual beli
ini adalah sah. Imam Syafi'i menamai transaksi sejenis ini (murabahah yang
dilakukan untuk pembelian secara pemesanan) dengan istilah al- murabahah li

VI
al-amir bi asy-syira Dari rumusan para ulama definisi di atas, dapat dipahami
bahwa pada dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan
pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkannya dari modal awal si penjual.

Salam berasal dari kata salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya dumuka Para ahli fikih menamainya al
mahawi’ij(brang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan
mendesak walaupun brang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat
"mendesak" dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat memebutuhkan barang
tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan
uang tersebut.
Ba’i al salam dapat didefinisikan sebgai transaksi atau akad jual beli
dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi
dilakukan,dan pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan muslam
jilih)dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam ilahi)dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam)pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Untuk menghindari resiko yang
merugikan pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.

Ba’i al istishna atau disebut dengan akad istishna adalah akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat/shani)- (Fatwa DSN MUI) Shami akan menyediakan barang
yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna' pararel).

VII
B. Landasan Hukum Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al
Ba’i Al Istisna
Secara syar'i, keabsahan transaksi murabahah,as salam, dan ba’i al istisna
didasarkan pada beberapa nash al-Qur'an As-sunnah dan ijma’. Landasan
umumnya, termasuk jenis jual beli lainnya.
1. Ayat – ayat Al Qur’an tentang murabahah,as salam,dan ba’i al istisna
 Ayat tentang murabahah
terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 275: ‫وا ال‬GG‫البين الكلون الرئ‬
‫ َّردُوا‬G‫ك ال‬ َ G‫ ِذي ِم ْن‬G‫ا ال‬G‫الوا ِإنَّ َم‬G‫انهم م‬G‫ك ب‬G‫ق من المس ني‬G‫ة المنط‬G‫تعر ُمونَ ِإال كما يقوم الذي نحط‬
‫ا َد‬GG‫ ُر ِإلى هللاِ َو َم ْن َع‬G‫ت َوا ْم‬ ْ َ‫ل‬G‫ا َس‬GG‫ا َم‬GG‫احانَ هَّللا َ التموخرة البدو من مادة موعد من ربه فانتهى م‬
َ ‫َو‬
‫ُأ‬
ِ َّ‫" فَ وتِينَا َأصْ َمتَ الن‬Orang-orang yang makan (mengambil) riba
‫ار هُ ْم فِيهَا خَ ْي ْد ٌر‬
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...." (QS. Al-Baqarah:
275) Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan
jual beli, serta menolak dan melarang konsep ribawi.
 Ayat tentang ba’i as salam
Al-Qur'an Firman Allah yang menjelaskan tentang
diperbolehkannya jual beli salam terdapat dalam surat al-Baqarah ayat
282:
Yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secam tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar..."
 Ayat tentang ba’i al istisna
Adapun ayat tentang ba’i al istisna dari Q.S.al baqarah ayat 283
yang artinya :

VIII
"Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya"
(QS. Al-Baqoroh:283).
2. Hadist tentang murabahah,as salam,dan ba’i al istisna
 Hadist tentang murabahah
murabahah juga didasarkan pada hadis yang menegaskan bahwa
murabahah termasuk dalam ketegori perbuatan dianjurkan (diberkati).
Hadis tersebut berbunyi:

‫ة الفيح إلى‬GG‫دير التركي‬GG‫الت م‬GG‫ ق‬: ‫ال‬GG‫لم ق‬GG‫ه وس‬GG‫ضي هللا عنه أن النبي صلى هللا علي‬
ِ ‫ب َر‬
ٍ ‫عن سهل‬
َ َ‫ ِل َوال ُمق‬GG‫ أمي‬Artinya : " Dari Shalih bin Shuhayb dari
‫ط التمر‬GG‫ية وح‬GG‫ارص‬
ayahnya, ia ‫ع ) رواه ابن ماجه‬GG‫د تلتفت ا للتتب‬GG‫ الس‬berkata: "Rasulullah SAW
bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat : jual beli secara
tangguh, muqâradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual". (HR. Ibn Majah).
 Hadist tentang ba’i as salam
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Daud,
An-Nasa'i. At-Tirmizi dan Ibn Majah dari Ibnu Abbas yang artinya :
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula. untuk jangka
waktu yang diketahui. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud, An-Nasa'i.
At-Tirmizi dan Ibn Majah dari Ibnu Abbas)”.
 Hadist tentang ba’i al istisna
Abu Said al-Khudri berkata: "tidak boleh membahayakan diri
sendiri dengan orang lain." (HR Ibnu Majah. Daruquthni, dan yang
lain)
3. Ijma’
Berdasarkan Al Qur’an dan al hadist diatas, jual beli murabahah,as
salam,dan ba’i al istisna hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan
ukuran, timbangan, dan waktunya yang ditentukan. Dasar hukum jual
beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya.

IX
Bahkan dalam prakteknya, jual beli murabahah,as salam,dan ba’i al
istisna juga tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan
penyerahan barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam
pembayaran.

C. Implentasi Al Murabahah, Al Ba’i Al Salam, dan Al Ba’i Al


Istisna dalam perbankan syariah.
Dalam prakteknya di Lembaga Keuangan Syariah (LKS, bentuk
murabahah yang termasuk dalam fikih klasik tersebut mengalami beberapa
penyesuaian. Murabahah yang dipraktikkan pada LKS merupakan transaksi
jual beli dimana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk
membelikan sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan
membeli komoditas/barang tersebut secaramurabahah, yakni sesuai harga
pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati kedua
pihak, dan nasabah akan melakukan pembayaran secara installment(cicilan
berkala) sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki. 12 Dalam
prakteknya terdapat terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat dalam terwujudnya
suatu akad murabahah, yakni bank syariah, produsen/pemasok barang dan
nasabah. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau
aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli terlebih dahulu barang
itu dari pemasok barang dan setelah kepemilikan barang itu secara yuridis
berada di tangan bank, kemudian bank tersebut menjualnya kepada nasabah
dengan menambahkan suatu mark-up/margin atau keuntungan dimana nasabah
harus diberitahu oleh bank berapa harga beli bank dari pemasok dan
menyepakati berapa besar mark-up/margin yang ditambahkan ke atas harga
beli bank tersebut.
Bank syariah memiliki berbagai macam sistem pembiayaan diantaranya
yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli. Dalam prinsip jual beli pada
perbankan syariah terdapat tiga jenis jual beli yang telah banyak
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam hal pembiayaan modal kerja

X
dan investasi. Ketiga produk tersebut yaitu pembiayaan ba'l al-murabahah. ba'l
as-salam, dan ba'l al-ishtisna
Dalam dunia perbankan syariah salam merupakan suatu akad jual beli
layaknya Murabahah. Perbedaan mendasar hanya terletak pada pembayaran
serta penyerahan objek yang diperjualbelikan Dalam akad salam pembeli
wajib menyerahkan uang muka atas objek yang dibelinya lalu barang
diserahterimakan dalam kurun waktu tertentu.
Salam dapat diaplikasikan sebagai bagian dari pembiayaan yang dapat
diberikan oleh bank kepada nasabah debitur yang membutuhkan modal guna
menjalankan usahanya sedangkan bank dapat memperoleh hasil dari usaha
nasabah lalu menjualnya kepada yang berkepentingan Ini lebih dikenal dengan
salam pararel.
aplikasi akad salam dalam bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka
bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu
sendiri secara tunai maupun cicilan. Harga beli bank adalah harga pokok
ditambah keuntungan.Ba'i as-salam biasanya dipergunakan bagi pembiayaan
bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena
yang dibeli oleh Bank adalah barang seperti padi, jagung, dan cabai, dan bank
tidak berniat untuk menjadikan barang-barang tersebut sebagai simpanan atau
inventory, dilakukanlah akad ba'i as-salam kepada pembeli kedua misalnya
kepada bulog, pedagang pasar induk atau grosir. Inilah yang dalam perbankan
islam dikenal sebagai salam paralel.
Sedangkan akad al istisna memiliki beberapa rukun dan syarat saat
menjalankannya agar sesuai dengan syariat islam. Rukun dari akad istishna
menurut ulama Hanafiyah adalah ijab dan kabul. Namun, ada juga menurut
dari jumhur ulama rukun Istishna' terdiri atas Pemesan (mustashni'), Penjual
(shani'), Barang atau objek akad (mashnu'), Shigat (ijab kabul). Akad istishna
memiliki 3 syarat yaitu Barang yang menjadi objek Istishna' harus jelas, baik
jenis, macam, kadar, maupun sifatnya. Apabila salah satu unsur ini tidak jelas,
maka akad Istishna' rusak karena barang tersebut pada dasarnya adalah objek

XI
jual beli yang harus diketahui, Barang yang dipesan merupakan barang yang
biasa digunakan untuk keperluan dan sudah umum digunakan seperti pakaian,
perabotan rumah, furniture, dan sebagainya, Tidak diperbolehkan menetapkan
dan memastikan waktu tertentu untuk menyerahkan barang pesanan. Apabila
waktu penyerahan telah ditetapkan, maka dikategorikan sebagai akad salam.

Mekanisme pembayaran transaksi akad istishna memiliki tiga cara


pembayaran yakni pembayaran dimuka secara keseluruhan, pembayaran
secara angsuran selama proses pembuatan, pembayaran setelah penyelesaian
barang. Pada bank syariah akad istishna lebih cocok digunakan pada sektor
manufaktur atau kontruksi, namun tidak hanya pada sektor kontruksi biasanya
akad istishna juga diterapkan pada transkasi pembiayaan rumah syariah atau
yang biasa dikenal dengan KPR Syariah.
Akad istishna memiliki skema transaksi jika dalam pembuatan barang
yang dipesan oleh nasabah, bank syariah membuat sendiri pesanan tersebut
sehingga memiliki skema transaksi yaitu pertama nasabah memesan barang
kepada bank syariah untuk pembuatan suatu barang, kedua bank syariah
membuat barang pesanan tersebut kemudian diserahkan kepada nasabah,
ketiga nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.

XII
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
pada dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan
pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Jadi singkatnya, murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda,
atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan
pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan
dikemudian hari.
Istisna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni) dengan penjual (pembuat barang/Shani").
Dasar hukum akad murabahah, al salam dan al istisna terdapat dalam Al-
Qur'an, al hadist, dan juga ijma.
Bank syariah memiliki berbagai macam sistem pembiayaan diantaranya
yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli. Dalam prinsip jual beli pada
perbankan syariah terdapat tiga jenis jual beli yang telah banyak
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam hal pembiayaan modal kerja
dan investasi. Ketiga produk tersebut yaitu pembiayaan ba'l al-murabahah. ba'l
as-salam, dan ba'l al-ishtisna.

B. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan akad murabahah, al salam, dan al istisna
hendaklah mengetahui apa yang dimaksud dengan akad – akad itu beserta
syarat dan rukunnya agar akad sah hukumnya dan tidak terjadi hal-hal yang
melanggar syariat agama.

XIII
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi Akad Murabahah


pada Perbankan Syariah di Indonesia
Keey, Rich. Akad Salam http://www.academia.edu. Diakses pada 1 Juni 2023.
Sutan Remy Sjahdeini Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek
Hukumnya, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009.Hal.178 jurnal
(Aplikasi Murahahah Pada Lembaga Keuangan Syariah 222 Vol 5. No 2,
Juli-Desember 2017)

XIV
XV
XVI

Anda mungkin juga menyukai