Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH
AKUNTANI MURABAHAH

DOSEN PENGAMPUH : RIZKI AMALIA, S.Si., M.Ak.

Disusun Oleh :

Sabina Nur Amani : 225120042

Andi Aidir Arsy : 225120058

Ibrahim : 225120065

Faiga Amalia : 225120073

Nardiansyah : 225120241

Nurul Lutviyah : 225120051

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi syariah, dengan judul :
“Akuntansi Murabahah”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, isi
dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan untuk
pembuatan makalah di hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi
segala pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesikan makalah ini.

Palu, 11 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Akuntasi Murabahah............................................................................................3
B. Ketentuan-Ketentuan Dalam Akuntansi Murabahah...................................................................5
C. Standar Akuntansi Yang Digunakan Dalam Akuntansi Murabahah...........................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana
maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu
jual beli dan bagi hasil. Dalam praktik lembaga keuangan syariah, salah satu transaksi yang dapat
diterapkan ialah menggunakan akad murabahah. Transaksi murabahah merupakan bentuk kontrak
khusus (ciri khas lembaga keuangan syariah) yang telah dikembangkan untuk mengganti mekanisme
bunga/riba dengan mekanisme bagi hasil (profit and loss sharing). Secara teknis Murabahah adalah
perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. BMT membeli barang yang diperlukan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.Transaksi murabahah
diperbolehkan dalam syariat Islam.1

Maraknya lembaga keuangan syariah saat ini merupakan gejala baru dalam dunia bisnis syariah
bisa kita lihat dari tahun ke tahun perekonomian indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup
pesat. Banyak bermunculan bank maupun non bank yang ikut andil dalam tumbuh nya perekonomian
di indonesia baik itu lembaga keuangan syariah maupun konvensional.

Standar akuntansi keuangan syariah (SAK Syariah) merupakan pedoman dalam melakukan
praktek akuntansi dimana uraian materi didalamnya mencakup semua aspek yang berkaitan dengan
akuntansi, yang berbasis pada konsep- konsep akuntansi umum yang telah disesuikan dengan konsep
syariah (IAI, 2019). Saat ini sesuai dengan perkembangan yang ada IAI Telah mengeluarkan PSAK
No. 102 yang lebih spesifik mengatur tentang Akuntansi Murabahah yang didalamnya mengatur
tentang pengakuan dan pengukuran, penyajian serta pengungkapan transaksi murabahah. PSAK
No.102 mulai efektif pada tanggal 1 januari 2008. PSAK no 102 ini disaahkan oleh Dewan Standar
Keuangan Syariah (DSAK) pada tanggal 27 juni 2007. 2

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan konsep dasar akuntansi murabahah ?

1
Armailis, “Analisis Penerapan Akuntansi Murabahah Berdasarkan Psak No.102 Pada Bmt Marwah Riau Cabang
Danau Bingkuang”,Skripsi UIN Suska Riau, Pekanbaru,2020, hlm.1.
2
Armailis, “Analisis Penerapan Akuntansi Murabahah Berdasarkan Psak No.102 Pada Bmt Marwah Riau Cabang
Danau Bingkuang”,Skripsi UIN Suska Riau, Pekanbaru,2020, hlm.3.

1
2. Jelaskan ketentuan-ketentuan dalam akuntansi murabahah ?
3. Jelaskan standar akuntansi yang digunakan dalam akuntansi murabahah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar murabahah.


2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam akuntansi murabahah.
3. Untuk mengetahui standar akuntansi murabahah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Akuntasi Murabahah

1. Pengertian Akad Murabahah

Salah satu bentuk akad jual-beli yang telah dibahas oleh para ulama dalam fiqih muamalah
isalamiah adalah Akad Murabahah. Murabahah berasal dari berasal dari kata ribh yang artinya
laba, keuntungan, atau tambahan.28 Transaksi murabahah telah lazim dilakukan oleh Rasulullah
Saw dan para sahabatnya. Secara sederhana, yang dimaksud dengan murabahah adalah suatu
penjualan seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati antara penjual dan
pembeli. Boleh dikatakan bahwa akad yang terjadi dalam murabahah ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ini ditentukan berapa requires rate of
profit-nya, atau keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dalam transaksi ini. 3

Dalam teknis yang ada di perbankan Islam, murabahah merupakan akad jual beli yang terjadi
antara pihak bank Islam selaku penyedia barang yang menjual dengan nasabah yang memesan
dalam rangka pembelian barang itu. Keuntungan yang diperoleh dari pihak bank Islam dalam
transaksi ini merupakan keuntungan jual beli yang telah disepakati secara bersama.

Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik


murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan . Karakteristik lain dari murabahah adalah
cara pembayarannya. Cara pembayaran dalam murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
cicilan.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik bahwa murabahah adalah Akad jual-beli dimana pihak
penjual berkewajiban menyampaikan harga pembelian produk dan menyatakan jumlah
keuntungan yang disepakati dengan nasabah. Pembayaran dalam akad murabahah dapat
dilakukan sescara tunai atau cicilan. Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (Fatwa,
2006) yang dimaksud dengan Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
4

3
Rahmat Daim Harahap, Diktat Akuntansi Syariah, Diktat UIN Sumatera Utara, 2020, Medan, hlm.52.
4
Rahmat Daim Harahap, Diktat Akuntansi Syariah, Diktat UIN Sumatera Utara, 2020, Medan, hlm.53.

3
2. Jenis-Jenis Akad Murabahah

Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan dalam :

a. Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak
melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga
penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan
jual beli murabahah sendiri. Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah
atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan
tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak.
b. Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan pesanan adalah jual beli
murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan
pembiayaan murabahah. Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah atau
BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah
yang memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah
tersebut. 5

3. Teknis Perhitungan Murabahah

Cara menghitung angsuran berdasarkan contoh kasus akuntansi murabahah dapat


menggunakan tingkat inflasi dan cost recovery dalam mempertimbangkan keuntungan.

Contoh dalam sebuah kasus: Masraffi yang ingin membeli kendaraan sebesar Rp
132.000.000. Pada periode tersebut masraffi hanya memiliki kas sebesar Rp 64.500.000. Apabila
bank syariah menerapkan keuntungan sebesar 12% dan faktor stabilizer inflasi sebesar 7%
pertahun. Berapakah angsuran perbulan yang harus ditanggung atas pinjaman selama 2 tahun
tersebut?

Adapun contoh perhitungan harga pokok penjualan barang atas transaksi murabahah adalah:

Harga Pokok Mobil : Rp 132.000.000


Dibayar Masraffi : Rp 64.500.000
Dibayar Bank Syariah : Rp 67.500.000
Margin Bank : Rp 8.100.000

5
Muhammd Ridwan, Konstruksi Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka SM, 2007, h.39.

4
Stabilizer Inflasi : Rp 9.450.000
Margin dan Stabiliser : Rp 17.550.000

Sisa Angsuran : Rp 85.050.000


Angsuran Per Bulan : Rp 3.543.750

Pencatatan jurnal angsuran syariah yang harus dibuat oleh penjual dapat
mempertimbangkan pemberian diskon. Margin atau laba diakui sebagai margin murabahah
tangguhan sebab penjual belum memperoleh seluruh angsurannya. Adapun jurnal transaksi
murabahah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit

01/01/2021 Piutang Murabahah Rp 67.500.000


Kas Rp 67.500.000
31/01/2021 Kas Rp 2.812.500
Margin Murabahah Tangguhan Rp 731.250
Piutang Murabahah Rp 2.812.500
Pendapatan Margin Murabahah Rp 731.250

B. Ketentuan-Ketentuan Dalam Akuntansi Murabahah

Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Murabahah sebagaimana tercantum dalam
fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Fatwa, 2006)
sebagai berikut:
1. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati
kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini
harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara berhutang.

5
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga
pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 6
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu
yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad
jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

2. Ketentuan murabahah kepada nasabah:


a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada
bank.
b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesannya secara sah dengan pedagang.
c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima
(membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum
perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari
uang muka tersebut.
f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
g. Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
1) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa
harga.
2) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian
yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. 7

3. Jaminan dalam murabahah:

66
Rahmat Daim Harahap, Diktat Akuntansi Syariah, Diktat UIN Sumatera Utara, 2020, Medan, hlm.54.
7
Ibid,. hlm.55.

6
a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

4. Hutang dalam murabahah:


a. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya
dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap
berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.
b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera
melunasi seluruhnya.
c. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan
hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau
meminta kerugian itu diperhitungkan.

5. Penundaan pembayaran dalam murabahah:


a. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.
b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.8

6. Bangkrut dalam murabahah:


Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus
menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

7. Uang Muka dalam Murabahah


Sebagai tanda keseriusan dalam melakukan pemesanan, bank syariah dapat meminta uang
muka.
Berkenaan dengan uang muka, yang tercantum dalam Fatwa nomor 4/DSN-MUI/IV/2000,
Ketentuan kedua butir 4 - 7, dijelaskan kembali dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor
13/DSN- MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah tertanggal 16 September 2000
(Fatwa, 2006) sebagai berikut:
a. Dalam akad pembiayaan murabahah, lembaga keuangan syariah (LKS) dibolehkan untuk
meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat.

8 Ibid,.

7
b. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
c. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada
LKS dari uang muka tersebut.
d. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada
nasabah.
e. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan kelebihannya
kepada nasabah.

8. Diskon Dalam Murabahah


Untuk memperoleh barang yang akan diperjual belikan bank syariah antara lain melakukan
pembelian kepada suplier dan atas pembelian tersebut dimungkinkan suplier memberikan
potongan atau diskon atas pembelian barang. Pada prinsipnya diskon adalah milik nasabah atau
mengurangi harga pokok barang.
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Diskon Dalam Murabahah sebagaimana
tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tertanggal 16
September 2000 (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
a. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak,
baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun
lebih rendah.
b. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah
keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
c. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya
adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.
d. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
e. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.9

9. Sanksi dalam Murabahah


Apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan,
bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu
melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut
didasarkan pada pendekatan ta‟zir yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap

9
Ibid,.

8
kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang
berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu yang
Menunda-nunda Pembayaran sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional
nomor 17/DSN- MUI/IX/2000 tertanggal 16 September 2000 (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
a. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah
yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.
b. Nasabah yang tidak.belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh
dikenakan sanksi.
c. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan
itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
d. Sanksi didasarkan pada prinsip ta‟zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya.
e. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan
dan dibuat saat akad ditandatangani.
f. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Untuk dapat membukukan transaksi Murabahah, terlebih dahulu harus diketahui perlakuan
akuntansi sebagaimana diatur dalam PSAK nomor 102 tentang Akuntansi Murabahah khususnya
bank sebagai penjual, yang pada dasarnya dapat dikategorikan dalam permasalahan, Asset /
Persediaan Murabahah, Potongan dari pemasok baik sebelum maupun setelah akad, Uang Muka
Murabahah, Piutang Murabahah dan Keuntungan Murabahah serta angsuran pembayaran
piutang, dan Pembayaran Pelunasan lebih awal. Untuk mengetahui lebih rinci hal- hal yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut, berikut dilakukan pembahasan secara rinci.

C. Standar Akuntansi Yang Digunakan Dalam Akuntansi Murabahah

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) mengeluarkan
PSAK102 pada tanggal 27 Juni 2007. PSAK 102 ini hadir untuk menggantikan peraturan tentang
akuntansi murabahah pada PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada tanggal 01
Mei 2002. PSAK 102 telah disahkan oleh DSAK pada tanggal 06 Januari 2016 dan mulai berlaku
efektif pada tanggal 01 Januari 2017. Dalam PSAK ini, diatur mengenai aspek pengungkapan,
penyajian, pengukuran, dan pengakuan transaksi murabahah. Penerapan standar-standar akuntansi
tersebut dapat menjaga konsistensi, dalam hal internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk

9
menjamin kesesuaiannya dengan syariat Islam Adapun ruang lingkup dari PSAK 102 ini dapat
diterapkan pada10:

a. LKS dan koperasi syariah yang melakukan transaksi atau pembiayaan murabahah baik sebagai
penjual maupun pembeli.
b. Pihak-pihak yang melakukan transaksi atau pembiayaan murabahah dengan LKS atau koperasi
syariah.

LKS yang di maksud yaitu:

a. Perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
b. LKS nonbank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan dana pension.
c. Lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang masih berlaku
untuk menjalankan transaksi atau pembiayaan murabahah.11

10
Indriyanti, ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH
(STUDI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH QUANTUM MANDIRI),Skripsi Universitas Mulawarman
Samarinda, Samarinda, 2022, hlm. 9.
11
Ibid,. hlm.10.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, murabahah dikembalikan lagi ke proporsinya yaitu
jual beli dengan memberitahukan berapa harga pokok dari barang yang akan dijual oleh penjual, bukan
merupakan transaksi jual beli pesanan (salam) yang diperkenankan dalam PSAK 102. Selain itu terdapat
penerapan transaksi murabahah yang tidak diperkenankan secara syar‟i akan tetapi dalam PSAK 102
diperkenankan. Transaksi murabahah yang tidak diperkenankan secara syar‟i seperti perbedaan
pembayaran tunai dan tangguh, tidak diperkenankan agunan, tidak diperkenankan unsur denda dan
keuntungan diakui secara accrual basis seharusnya cash basis.12

B. Saran

Terdapat beberapa kriteria yang sebaiknya diharapkan adanya penyempurnaan lebih lanjut terkait
dengan penyusunan PSAK 102. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi kepada Dewan Standar
Nasional MUI sebagai perwakilan ulama di Indonesia untuk mengkaji kembali atas fatwa yang terkait
dengan transaksi murabahah.

Demikian makalah yang kami susun, bila ada kesalahan dalam penulisan juga kekurangan dalam segi
pembahasan mohon di maklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami sebagai penyusun makalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen agar dapat memperbaiki
makalah selanjutnya.

12
Herawati khotmi, EVALUASI KESESUAIAN PSAK 102 (AKUNTANSI MURABAHAH) DENGAN MERUJUK
KEPADA AL-QURAN, HADIST DAN IJMA’, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram, 2013, hlm. 22.

1
DAFTAR PUSTAKA

Armailis, “Analisis Penerapan Akuntansi Murabahah Berdasarkan Psak No.102 Pada Bmt Marwah
Riau Cabang Danau Bingkuang”,Skripsi UIN Suska Riau, Pekanbaru,2020
Harahap Daim Rahmat, Diktat Akuntansi Syariah, Diktat UIN Sumatera Utara, Medan 2020.
Indriyanti, ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH
(STUDI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH QUANTUM MANDIRI),Skripsi Universitas
Mulawarman Samarinda, Samarinda, 2022.

Khotmi Herawati, EVALUASI KESESUAIAN PSAK 102 (AKUNTANSI MURABAHAH) DENGAN


MERUJUK KEPADA AL-QURAN, HADIST DAN IJMA’, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM
Mataram, 2013.
Ridwan Muhammd, Konstruksi Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka SM, 2007.

Anda mungkin juga menyukai