Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI TRANSAKSI MURABAHAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Dosen pengampu: Dita Andraeny, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 4
Wayan Salsa Maza Viyata 215221215
Melia Endah Salindri 215221220
Kelas 5C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Akad Murabahah ......................................................................3
B. Landasan Hukum, Rukun dan Ketentuan .................................................3
1. Landasan hukum ..................................................................................3
2. Rukun dan ketentuan............................................................................4
C. Jenis dan Alur Akad Murabahah ................................................................5
1. Murabahah dengan pesanan .................................................................5
2. Murabahah tanpa pesanan ....................................................................6
D. Perlakuan Akuntansi Akad Murabahah (PSAK 102) .................................6
1. Perhitungan margin ..............................................................................7
2. Perhitungan angsuran setiap bulan.......................................................7
3. Jurnal transaksi.....................................................................................9
E. Penyajian Transaksi Akad Murabahah .....................................................20
F. Pengungkapan Transaksi Akad Murabahah .............................................20
BAB III PENUTUP ..............................................................................................21
A. Kesimpulan ..............................................................................................21
B. Saran ........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Akad Murabahah dengan Pesanan …………………………...5


Gambar 3.1 Skema Akad Murabahah tanpa Pesanan ……………………………..6

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jadwal Pembayaran Angsuran Murabahah ……………………………...9


Tabel 4.2 Jadwal Realisasi Pembayaran Angsuran Murabahah …..………………13

Iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas jual beli merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang banyak dan beragam seperti sandang,
pangan, papan dan lain sebagainya. Terjadinya aktivitas jual beli yaitu karena
manusia tidak mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri.1 Dimana antar
manusia satu dengan manusia lainnya saling membutuhkan satu sama lain.
Banyak sekali seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan ataupun memiliki
keinginan akan suatu barang namun kesulitan secara ekonomi untuk memenuhi
keinginan tersebut. Adapun cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
mengajukan pembiayaan murabahah kepada entitas syariah salah satunya bank
syariah. Dengan pengajuan pembiayaan murabahah seseorang tetap bisa
memenuhi keinginannya tanpa harus terbebani dengan tambahan bunga.
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu akad jual beli, yaitu akad
murabahah. Pembahasan akan diawali dengan uraian mengenai pengertian
akad murabahah, yang selanjutnya mengenai landasan hukum, rukun serta
ketentuan-ketentuannya. Selain itu, akan dibahas juga mengenai jenis-jenis
akad murabahah serta bagaimana alurnya transaksinya. Setelah mengetahui
jenis maupun alur transaksi, maka akan dilanjutnya dengan contoh perlakuan
akad murabahah dan pembahasan diakhiri dengan penyajian serta
pengungkapan transaksi akad murabahah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari murabahah?
2. Bagaimana landasan hukum, rukun serta ketentuan akad murabahah?
3. Apa saja jenis dan bagaimana alur akad murabahah?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi akad murabahah?
5. Bagaimana penyajian transaksi murabahah?

1
Sri Nurhayati; Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat, 2019,
hlm. 130

1
6. Bagaimana pengungkapan transaksi murabahah?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan perngertian dari murabahah.
2. Untuk memahami landasan hukum, rukun serta ketentuan akad murabahah.
3. Untuk mengetahui jenis dan alur akad murabahah.
4. Untuk memahami perlakuan akuntansi akad murabahah.
5. Untuk mengetahui penyajian transaksi murabahah.
6. Untuk mengetahui pengungkapan transaksi murabahah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Murabahah


Murabahah merupakan suatu transaksi jual beli barang, dimana penjual
memberitahukan harga perolehan barang serta margin atau keuntungan kepada
pembeli. Pembayaran pada transaksi murabahah bisa dilakukan secara tunai
(bai’ naqdan) maupun tangguh (bai’ mu’ajjal). Yang membedakan murabahah
dengan jual beli pada biasanya yaitu pada transaksi murabahah disampaikan
secara jelas harga pokok dan besar keuntungan yang diinginkan penjual kepada
pembeli. Kemudian penjual dan pembeli melakukan tawar-menawar atas
besarnya margin yang akan diperoleh penjual untuk mencapai kesepatakan.
Akad murabahah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual
beli yang dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari
penjualan barang. Berbeda dengan praktik riba, yang mana ada kelebihan
tambahan pembayaran. Kelebihan itulah yang dinamai riba. Menurut ketentuan
syariah, pinjaman uang harus dilunasi sebesar pokok pinjamannya. Jika
terdapat kelebihan dianggap sebagai riba, tidak tergantung berapa besar atau
kecilnya kelebihan tersebut.
Dengan sistem pembayaran tangguh, maka akan menimbulkan utang
piutang. Pembeli memiliki utang dan penjual memiliki piutang. Untuk
menghindari resiko yang mungkin terjadi, penjual dapat mengadakan
perjanjian khusus dengan pembeli dan meminta jaminan. Dalam hal ini, objek
akad murabahah (barang yang diperjualbelikan) bisa menjadi jaminan.
Dan dalam pembayaran tangguh, alangkah baiknya dibuatkan kontrak
perjanjian secara tertulis dengan menghadirkan saksi-saksi. Yang mana dalam
kontrak perjanjian tersebut memuat besarnya utang, jangka waktu akad,
besarnya angsuran setiap periode, jaminan, serta siapa yang berhak atas diskon
pembelian barang setelah akad terjadi, apakah penjual atau pembeli.
B. Landasan Hukum, Rukun dan Ketentuan
1. Landasan Hukum

3
Berdasarkan fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000, akad
murabahah secara syariah diperbolehkan karena dalam Al-Qu’an dan As-
Sunnah terdapat dalil yang mendasari penerapan akad murabahah, yaitu:
a. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
(mengambil) harta sesama dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu...” (Q.S.An-Nisa:29)
“...dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai ia berkelapangan.” (Q.S. Al-Baqarah:280)
b. As-Sunnah
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya jual beli itu arus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-
Baihaqi dan Ibnu Majah)
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual
dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Abu Hurairah)
2. Rukun dan Ketentuan Akad
Rukun merupakan sesuatu yang harus ada dalam suatu akad/perjanjian
kontrak. Berikut beberapa rukun akad murabahah:
a. Pelaku
Yaitu penjual (ba’i) dan pembeli (musytari). Kedua pelaku dalam akad
murabahah harus baligh dan cakap hukum.
b. Mabi’ (barang yang diperjualbelikan)
Barang yang diperjualbelikan harus halal, jelas kualitas dan
kuantitasnya, bisa diambil manfaatnya atau memiliki nilai, serta barang
yang diperjualbelikan dimiliki oleh si penjual.
c. Tsaman (harga)
Harga barang yang diperjualbelikan dan keuntungan yang didapatkan
penjual harus disampaikan secara jelas nominalnya dan mata uang apa
yang digunakan. Selain itu, cara pembayarannya juga disampaikan
secara jelas apakah akan dibayar secara tunai atau secara tangguh,

4
apabila dibayar secara tangguh maka harus disampaikan secara jelas
kapan waktu pembayarannya.
d. Shigat (ijab qobul)
Ijab qobul ialah pernyataan dan ekspresi saling rela di antara kedua
belah pihak pelaku akad.
Ketentuan akad murabahah:
a. Barang yang diperjualbelikan harus halah dzatnya
b. Penjual memberitahukan harga pokok barang kepada pembeli
c. Kontrak pertama (antara penjual dengan pemasok) harus sah sesuai
rukun yang diterapkan
d. Akad murabahah harus bebas riba
e. Penjual harus menyampaikan kondisi barang yang sesungguhnya
kepada pembeli
f. Penjual harus menyampaikan semua hal terkait pembelian barang dari
pemasok, misalnya pembelian dilakukan secara utang.
C. Jenis dan Alur Akad Murabahah
Ada 2 (dua) jenis murabahah, yaitu sebagai berikut ini:
1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)
Pada murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan bisa
bersifat mengikat dan bisa pula bersifat tidak mengikat. Apabila bersifat
mengikat, maka pembeli tidak bisa membatalkan pesanannya. Selain itu,
pada murabahah yang tidak bersifat mengikat, lalu barang yang diinginkan
pembeli tidak sesuai, maka pembeli bisa membatalkan pesanannya
tersebut. Berikut akan disajikan skema akad murabahah dengan pesanan:
Gambar 3.1 Skema Akad Murabahah dengan Pesanan
(1)
(4)
Penjual Pembeli
(5)

(3)
Pemasok
(2)

5
Keterangan:
(1) Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli barang ke pemasok
(3) Pemasok menyerahkan barang ke penjual
(4) Penjual menyerahkan barang ke pembeli
(5) Pembeli melakukan pembayaran ke penjual
2. Murabahah tanpa pesanan
Pada jenis murabahah ini, penjual membeli barang kepada pemasok
tanpa harus menunggu pesanan dari pembeli. Murabahah tanpa pesanan
bersifat tidak mengikat. Berikut disajikan skema murabahah tanpa pesanan:
Gambar 3.2 Skema Akad Murabahah tanpa Pesanan

(1)
Penjual (2)
(3) Pembeli

Keterangan:
(1) Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah
(2) Penjual menyerahkan barang ke pembeli
(3) Pembeli melakukan pembayaran kepada penjual
D. Perlakuan Akuntansi Akad Murabahah (PSAK 102)
PSAK 102 mengatur tentang akuntansi akad murabahah. Standar akuntansi
ini mengatur ketentuan pencatatan akuntansi transaksi murabahah yang
dilakukan oleh entitas syariah. PSAK 102 memaparkan ketentuan pencatatan
akuntansi yang terkait dengan akad murabahah dari sisi penjual dan sisi
pembeli. Pada akad murabahah, bank merupakan penjual. Berikut contoh kasus
transaksi akad murabahah.
Tanggal 1 Agustus 2023 Pak Budi melaksanakan penawaran dengan Bank
Syariah Indonesia (BSI), melalui pembiayaan murabahah untuk pembelian
rumah. Dari penawaran tersebut, diperoleh informasi:

6
Harga rumah : Rp 200.000.000
Uang muka : 10% dari harga barang
Margin : 5% dari pembiayaan yang diberikan
Jangka waktu : 1 tahun
Biaya administrasi : 2% dari pembiayaan yang diberikan
Tanggal penandatanganan akad : 2 hari setelah negosiasi
Semua transaksi pembayaran dilaksanakan lewat rekening nasabah. Pak
Budi dan BSI menyepakati bahwa tanggal 20 merupakan tanggal pembayaran
angsuran setiap bulan. Denda 5% dari margin murabahah per bulan dikenakan
apabila Pak Budi terlambat membayar angsuran tanpa memberitahu pihak
Bank Syariah Indonesia (BSI).
1. Perhitungan Margin
Metode perhitungan margin dibagi menjadi 2:
a. Metode proporsional
Metode ini didasarkan pada PSAK 102 tentang Akuntansi
Murabahah. Metode proporsional merupakan metode perhitungan
keuntungan (margin) secara proporsional atas jumlah piutang yang
berhasil ditagih, serta dihitung dengan mengalikan presentase
keuntungan (margin) terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih.
b. Metode anuitas
Metode ini didasarkan pada DSN MUI No. 84. Metode anuitas
merupakan metode perhitungan keuntungan (margin) secara
proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih, serta
dihitung dengan mengalikan presentase keuntungan terhadap jumlah
sisa harga pokok yang belum ditagih. Nilai keuntungan (margin)
sifatnya tetap dan tidak berubah, walaupun terlambat membayar
angsuran sekalipun.
2. Perhitungan Angsuran Setiap Bulan
Selama akad berjalan, jumlah angsuran umumnya sama setiap
bulannya. Rumus perhitungan angsuran pembeli (nasabah) setiap bulan:
Total Piutang − Uang Muka
Angsuran per bulan =
Jangka Waktu Pelunasan

7
Berdasarkan informasi kasus transaksi diatas, Langkah perhitungan
keuntungan (margin) dengan metode proporsional adalah:2
a. Jumlah pembiayaan dari bank dan keuntungan (margin)
Jumlah pembiayaan bank = Harga Perolehan Barang – Uang Muka
= Rp200.000.000 – (10% × Rp200.000.000)
= Rp200.000.000 – (Rp20.000.000)
= Rp180.000.000
Total margin murabahah = 5% × Jumlah Pembiayaan Bank
= 5% × Rp180.000.000
= Rp9.000.000
Total Margin Murabahah
Margin murabahah per bulan = Jangka Waktu Pelunasan

= Rp9.000.000 / 12 bulan
= Rp750.000
b. Total piutang dan besarnya angsuran
Total piutang = Harga Perolehan Barang + Margin Murabahah
= Rp200.000.000 + Rp9.000.000
= Rp209.000.000
(Total Piutang −Uang Muka)
Angsuran per bulan = Jangka Waktu Pelunasan
(Rp209.000.000 − Rp20.000.000)
= 12 bulan
(Rp189.000.000)
= 12 bulan

= Rp15.750.000
Jumlah pokok per bulan = Angsuran – Margin Murabahah (per Bulan)
= Rp15.750.000 – Rp750.000
= Rp15.000.000

2
Dita Andraeny, Akuntansi Bank Syariah, Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara, 2021, hlm. 106-
109

8
Tabel 4.1 Jadwal Pembayaran Angsuran Murabahah
Tanggal Angsuran
No. Jatuh per Pokok Margin
Tempo Bulan
1 20/09/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
2 20/10/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
3 20/11/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
4 20/12/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
5 20/01/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
6 20/02/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
7 20/03/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
8 20/04/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
9 20/05/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
10 20/06/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
11 20/07/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
12 20/08/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000

3. Jurnal Transaksi
a. Pengakuan Uang Muka
Pengakuan uang muka berdasarkan PSAK 102 adalah:
1) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yang diterima.
2) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui
sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian dari pokok).
3) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Jika pembayaran uang muka secara tunai maka bank mencatat kas
di sisi debit karena kas bank bertambah. Namun jik pembayaran uang
muka melalui rekening nasabah maka bank mendebit rekening nasabah

9
tersebut karena uang dar rekening nasabah tersebut berkurang. Jurnal
contoh kasusu di atas:
Tanggal Jurnal Debit Kredit
01/08/2023 Rekening tabungan Rp20.000.000
mudarabah-Bapak
Budi
Uang muka Rp20.000.000

b. Pembelian atau Perolehan Aset Murabahah dari Pemasok


Aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar harga perolehan.
Berdasarkan contoh kasus di atas, pembelian aset dapat dilakukan
secara:
1) Tunai
Tanggal Jurnal Debit Kredit
02/08/2023 Aset Rp200.000.000
murabahah
Kas atau Rp200.000.000
rekening
pemasok

2) Kredit
a) Ketika pembelian
Tanggal Jurnal Debit Kredit
01/08/2023 Aset Rp200.000.000
murabahah
Utang Rp200.000.000
pada
pemasok
b) Ketika pelunasan
Tanggal Jurnal Debit Kredit
03/08/2023 Utang pada Rp200.000.000
pemasok
Kas atau Rp200.000.000
rekening
pemasok

c. Akad Murabahah Tidak Disepakati

10
Menurut PSAK 102, akad murabahah sifatnya mengikat dan tidak
mengikat. Jika sifatnya tidak mengikat dan pembeli tidak jadi membeli
barang, maka penjual (bank) wajib mengembalikan uang muka yang
jumlahnya telah dikurangkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
penjual (bank). Misal pada contoh kasus di atas, jika tanggal 3 Agustus
2023 Pak Budi tidak jadi membeli rumah, maka bank wajib
mengembalikan uang muka. Namun proses transaksi dari tanggal 1
hingga 3 Agustus 2023, bank telah mengeluarkan biaya sebesar
Rp4.000.000. Sehingga jurnal yang dicatat oleh bank:
Tanggal Jurnal Debit Kredit
03/08/2023 Utang lain-lain- Rp20.000.000
Uang muka
murabahah
Pendapatan Rp4.000.000
operasional
Kas atau Rp16.000.000
rekening
tabungan
Mudarabah
Pak Budi

d. Akad Murabahah Disepakati/Saat Penyerahan Barang ke Pembeli


1) Penjualan Aset Murabahah
PSAK 102 menyatakan bahwa piutang murabahah diakui
sebesar biaya perolehan aset ditambah margin (keuntungan).
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
a) Penjualan Tunai/Tangguh ≤ 1 Tahun
Margin (keuntungan) diakui ketika penyerahan barang.
Berdasarkan contoh kasus di atas jangka waktu akad adalah 1
tahun, sehingga bank mencatat:
Tgl Jurnal Debit Kredit
03/09 Kas atau piutang Rp209.000.000
/2023 murabahah
Aset Rp200.000.000
Murabahah

11
Pendapatan Rp9.000.000
margin
murabahah
Menggunakan akun kas apabila tunai dan menggunakan akun
piutang apabila Tangguh.
b) Penjualan Tangguh ≥ 1 Tahun
Margin (keuntungan) murabahah diakui sebagai Margin
Murabahah Tangguhan. Dengan contoh kasus di atas, jika
jangka waktu 2 tahun dan dilaksanakan secara tangguh maka
bank mencatat:
Tgl Jurnal Debit Kredit
03/09 Piutang Rp209.000.000
/2023 murabahah
Aset Rp200.000.000
Murabahah
Pendapatan Rp9.000.000
margin
murabahah
tangguhan

2) Pengakuan Uang Muka Sebagai Pengurang Piutang Murabahah


Uang muka adalah pengurang piutang murabahah. Sehingga
ketika mencatat penjualan murabahah, juga mencatat pengurangan
jumlah piutang sebesar jumlah uang muka yang diterima penjual
(bank). Berdasarkan kasus di atas:
Tanggal Jurnal Debit Kredit
03/09/2023 Utang lain- Rp209.000.000
uang muka
murabahah
Piutang Rp200.000.000
murabahah

3) Pencatatan Biaya yang Ditanggung Pembeli (Nasabah)


Dalam proses pembiayaan murabahah bank mengeluarkan
biaya-biaya (biaya administrai, notaris, asuransi, dll) yang
dibebankan pada pembeli (nasabah). Berdasarkan kasus di atas:

12
Tanggal Jurnal Debit Kredit
03/09/2023 Rekening nasabah- Rp3.600.000
Pak Budi
Pendapatan Rp3.600.000
Administrasi
Biaya administrasi = 2% × Jumlah pembiayaan bank
= 2% × Rp180.000.000
= Rp3.600.000
e. Penerimaan Angsuran dan Pengakuan Keuntungan
Metode pengakuan margin (keuntungan) murabahah menurut PSAK
102 paragraf 23 (b):
1) Kentungan diakui ketika penyerahan aset murabahah.
Untuk murabahah tangguh dengan risiko penagihan kas dari
piutang, beban pengelolaan piutang, dan penagihan relatif kecil.
2) Keuntungan diakui secara proporsional berdasarkan besarnya kas
yang berhasil ditagih.
Untuk murabahah tangguh dengan risiko piutang tidak tertagih,
beban pengelolaan, dan penagihan relatif besar.
3) Keuntungan diakui ketika semua piutang murabahah berhasil
Untuk murabahah tangguh dengan risiko piutang tidak tertagih,
beban pengelolaan, dan penagihan cukup besar.
Metode pengakuan margin (keuntungan) yang digunakan bank
syariah umumnya adalah metode no. 2 yakni metode secara prporsional
berdasarkan besar kas yang berhasil ditagih. Berdasarkan contoh kasus
diatas, disajikan pembayaran angsuran sebenarnya:3
Tabel 4.2 Jadwal Realisasi Pembayaran Angsuran Murabahah
Tanggal Angsuran Jumlah
Tanggal
No. Jatuh per Pokok Margin yang
Bayar
Tempo Bulan Dibayar
1 20/09/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000 20/09/2023 Rp15.750.000
2 20/10/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000 23/10/2023 Rp15.750.000

3
Dita Andraeny, Akuntansi Bank Syariah, Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara, 2021, hlm.110-
116

13
20/11/2023 Rp10.000.000
3 20/11/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000
25/11/2023 Rp5.750.000
Rp15.750.000
4 20/12/2023 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000 02/01/2024
+ denda
5 20/01/2024 Rp15.750.000 Rp15.000.000 Rp750.000 20/01/2024 Rp125.400.000

Keterangan:
1) 20 September 2023, pembeli (nasabah) membayar angsuran tepat
waktu.
2) Oktober 2023. pembeli (nasabah) terlambat membayar angsuran,
harusnya tanggal 20 tapi dibayar tanggal 23.
3) November 2023, rekening pembeli (nasabah) tidak mencukupi
untuk membayar angsuran, sehingga pada tanggal 20 hanya dapat
membayar Rp10.000.000 dan sisanya dibayar tanggal 25.
4) Pada bulan desember 2023, nasabah tidak membayar angsuran dan
baru dibayar di tanggal 2 Januari 2024, sehingga pembeli (nasabah)
dikenakan denda.
5) 20 Januari 2023 pembeli (nasabah) melunasi semu angsurannya
lebih cepat dari masa akad.
Dari beberapa ketrangan di atas, dapat ditarik kesimpulan, pola
pembayaran angsuran pembeli (nasabah) diantaranya adalah:
1) Pembayaran Sesuai Jatuh Tempo
Tanggal Jurnal Debit Kredit
20/09/2023 Kas/rekening Rp15.750.000
nasabah-Bapak
Budi
Piutang Rp15.750.000
murabahah

Margin Rp750.000
murabahah
tangguhan
Pendapatan Rp750.000
margin
mrabahah

14
Margin murabahah tangguhan mengurangi piutang murabahah pada
laporan posisi keuangan, sedangkan pendapatan margin murabahah
berada di laporan laba rugi komprehensif adan penghasilan lainnya
bagian pendapatan bank.4
2) Pembayaran Melebihi Jatuh Tempo (Tanpa Denda)
Tanggal Jurnal Debit Kredit
20/10/2023 Piutang Rp15.750.000
murabahah jatuh
tempo
Piutang Rp15.750.000
murabahah
Margin Rp750.000
murabahah
tangguhan
Pendapatan Rp750.000
margin
murabahah-
akrual
23/10/2023 Kas/rekening Rp15.750.000
nasabah-Bapak
Budi
Piutang Rp15.750.000
murabahah
jatuh tempo
Pendapatan Rp750.000
margin
murabahah-
akrual
Pendapatan Rp750.000
margin
murabahah

3) Pembayaran Sebagian Tepat Waktu Sebagian Setelah Jatuh Tempo


Tanggal Jurnal Debit Kredit

Dita Andraeny, Akuntansi Bank Syariah, Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara, 2021, hlm. 119
4

15
20/11/2023 Rekening Rp10.000.000
nasabah-Bapak
Budi
Piutang Rp5.750.000
murabahah jatuh
tempo
Piutang Rp15.750.000
murabahah
20/11/2023 Margin Rp750.000
murabahah
tangguhan
Pendapatan Rp476.190
margin
murabahah
Pendapatan Rp273.810
margin
murabahah-
akrual

Pendapatan Margin Murabahah


Angsuran yang Diterima Kasnya
= × Margin Murabahah Tangguhan
Total Angsuran
Rp10.000.000
= × Rp750.000
Rp15.750.000

= Rp476.190
Pendapatan Margin Murabahah-Akrual
= Rp750.000 - Rp476.190
= Rp273.810
Kemudian 25 November 2023 Pak Budi membayar sisa angsuran
Rp5.750.000. BSI memotong rekening Pak Budi dengan mendebit
tabungan Pak Budi.
Tanggal Jurnal Debit Kredit
25/11/2023 Rekening Rp5.750.000
nasabah-Bapak
Budi
Piutang Rp5.750.000
murabahah

16
jatuh tempo
25/11/2023 Pendapatan Rp273.810
margin
murabahah-
akrual
Pendapatan Rp273.810
margin
murabahah

4) Pembayaran Angsuran Terlambat (Denda)


Berdasarkan PSAK 102, penjual (bank) dapat memberikan
denda apabila pembeli (nasabah) terlambat jatuh tempo membayar
angsuran, kecuali jika force majeur. Dasar denda adalah pendekatan
ta’zir, yakni agar pembeli (nasabah) lebih disiplin membayar
kewajiban, dan ditentukan di awal akad. Denda dicatat pada dana
kebajikan dan tidak diakui sebagai pendapatan. Berdasarkan kasus
Pak Budi, keterlmbatan Pak Budi membayar di bulan Desember
menyebabkan Pak Budi harus membayar denda Rp37.500 (5% ×
Rp750.000).
Tanggal Jurnal Debit Kredit
20/12/2023 Piutang Rp15.750.000
murabahah jatuh
tempo
Piutang Rp15.750.000
murabahah
Margin murabhah Rp750.000
tangguhan
Pendapatan Rp750.000
margin
murabahah-
akrual
02/01/2024 Kas/rekening Rp15.750.000
nasabah-Bapak
Budi
Piutang Rp15.750.000
murabahah
jatuh tempo

17
Pendapata margin Rp750.000
murabahah-
akrual
Pendapatan Rp750.000
margin
murabahah
02/01/2024 Kas/rekening Rp37.500
nasabah-Bapak
Budi
Dana Rp37.500
kebajikan-
pendapatan
denda

5) Pembayaran Pelunasan Lebih Awal


Pelunasan angsuran lebih awal dapat mengurangi beban
pengawasan dan menghindari risiko pembiayaan macet.
Berdasarkan kasus di atas, sisa angsuran Bapak Budi adalah
= Rp180.000.000 + Rp9.000.000 – (Rp15.750.000 × 4)
= Rp189.000.000 – Rp63.000.000
= Rp126.000.000, yang terdiri dari:
Pokok = Rp15.000.000 × 8 bulan = Rp120.000.000
Margin murabahah tangguhan = Rp750.000 × 8 bln = Rp6.000.000
BSI memberikan potongan 10% terhadap sisa margin kepada Bapak
Budi karena lebih awal melunasi angsurannya.
Potongan = 10% × Rp6.000.000 = Rp600.000
Ketika menerima pelunasan, BSI melakukan pencatatan:
a) Jika potongan saat pelunasa, maka dianggap mengurangi
margin (keuntungan) murabahah.
I. Mengakui potongan pelunasan piutang
Tgl Jurnal Debit Kredit
20/01 Margin Rp600.000
/2023 murabahah
tangguhan
Piutang Rp600.000

18
murabahah

II. Penerimaan pelunasan


Tgl Jurnal Debit Kredit
20/01 Kas/rekening Rp125.400.000
/2023 nasabah-
Bapak Budi
Piutang Rp125.400.000
murabahah
Margin Rp5.400.000
murabahah
tangguhan
Pendapatan Rp5.400.000
margin
murabahah
Kas yang Diterima Bank = Sisa Angsuran – Potongan
= Rp126.000.000 - Rp600.000
= Rp125.400.000
Pendapatan Margin Murabahah
= Margin murabahah tangguhan – potongan
= Rp6.000.000 - Rp600.000
= Rp5.400.000
Akun pendapatan margin murabahah Rp5.400.000
disajikan pada laporan laba rugi komprehensif dan
penghasilan lainnya. Sedangkan piutang murabahah
disajikan pada laporan posisi keuangan.
b) Potongan setelah pelunasan
I. Saat menerima pelunasan
Tgl Jurnal Debit Kredit
20/01 Kas/rekening Rp125.400.000
/2023 nasabah-
Bapak Budi
Margin Rp600.000
murabahah
tangguhan
Piutang Rp126.000.000

19
murabahah

II. Saat memberikan potongan


Tgl Jurnal Debit Kredit
20/01 Pendapatan margin Rp600.000
/2023 murabahah
Kas/rekening Rp600.000
nasabah-
Bapak Budi

E. Penyajian Transaki Murabahah Pada Laporan Keuangan


Penyajian merupakan kegiatan menambahkan akun transaksi akuntandi
pada laporan keuangan. Akun yang disajikan:
1. Piutang murabahah disajikan sebesar realisasi nilai bersih (saldo Piutang
Murabahah – Penyisihan Kerugian Piutang)
2. Margin Murabahah Tangguhan mengurangi Piutang Murabahah.
Piutang murabahah Rpxxx
Penyisihan piutang tak tertagih (Rpxxx)
Piutang murabahah (bersih) Rpxxx
Margin murabahah tangguhan (Rpxxx)
Rpxxx5
F. Pengungkapan Transaksi Murabahah
Berdasarkan PSAK 102, penjual (bank) mengungkapkan informasi
pembiayaan murabahah pada Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) yang
tidak terbatas pada:
1. Harga perolehan aset murabahah.
2. Janji pemesanan berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan.
3. Pengungkapan sesuai PSAK 101 terkait Penyajian Laporan Keuangan.6

5
Dita Andraeny, Akuntansi Bank Syariah, Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara, 2021, hlm. 125
6
Dita Andraeny, Akuntansi Bank Syariah, Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara, 2021, hlm. 125

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu akad yang diterapkan bank syariah adalah akad murabahah. Akad
murabahah merupakan akad jual beli dimana harga perolehan dan margin
(keuntungan) telah disepakati di awal oleh pihak yang terlibat. Umumnya
barang yang ditransaksikan dalam akad murabahah merupakan barang yang
telah siap tanpa perlu diproses terlebih dahulu. Bank syariah menerapkan akad
murabahah karena akad ini sesuai dengan syariah, terlihat jelas bahwa
kelebihan harga pokok merupakan margin (keuntungan) penjualan bagi penjual
dan bukan riba.
Bank syariah umumnya dalam melaksanakan pencatatan atas transaksi akad
murabahah menggunakan prinsip proporsional, dimana perhitungan margin
(keuntungan) didasarkan pada jumlah piutang yang berhasil ditagih. Segala
transaksi akad murabahah yang terjadi dicatat dalam Laporan Posisi Keuangan
dan diungkapkan melalui Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
berdasarkan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.
B. Saran
Demikian makalah dengan judul “Akuntansi Transaksi Murabahah” ini
penulis buat berdasarkan sumber yang ada. Penulis menyadari terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah. Oleh sebab itu, pembaca diharapkan
memberikan kritik yang membangun agar dapat memperbaiki makalah
menjadi lebih baik. Semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi
penulis, pembaca, maupun peneliti.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andraeny, Dita. 2021. Akuntansi Bank Syariah. Yogyakarta: CV Gerbang Media Aksara
Nurhayati, Sri; Wasilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 5 Jakarta: Salemba
Empat

22

Anda mungkin juga menyukai