Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DAN AKUNTANSI KEUANGAN TANSAKSI SALAM

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU MATA KULIAH

AKUNTANSI KEUNGAN SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

NURUL INAYAH,M.E.I

DISUSUN OLEH :

NAMA : YAYANG TIARA TASA


NIM : 1641000022
NAMA : UTIH KARMILA
NIM :1641000020
NAMA : AYUNDA TRI AYUNI
NIM :1641000021

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA

T.A 2018

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillahn kehadirat Allah SWT yang mana karena karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah
Akuntansi Keuangan Syariah dengan judul “Sistematika Dan Akuntansi
Keuangan Tansaksi Salam.”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan,


sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 5 November 2018

Penulis

ii 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………..4


B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………...5
C. TUJUAN…………………………………………………………….5
D. MANFAAT………………………………………………………….5

BAB II ISI

A. SISTEMATIKA SALAM…………………………………….……6
B. CONTOH LAPORAN KEUANGAN TRANSAKSI
SALAM…………………………………..………………………...13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………….….…...17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….18

iii3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli,dimana pembeli membayar
terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas
sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari.

Dengan demikian,akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan


modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya.Sebaliknya,pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada
saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.Akad salam
biasanya digunakan untuk pemesanan barang pertanian.

Ba’i as salam,atau biasa disebut dengan salam,merupakn pembelian barang


yang pembayarannya dilunasi dimuka,sedangkan penyerahan barang dilakukan
dikemudian hari.Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu
barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk
memproduksinya.Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang
melibatkan dua transaksi salam,dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan
antara nasabah dan bank ,sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank
dengan petani atau pemasok.Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan
masih sangat minim,bahkan sebagian besar bank Syariah tidak menawarkan
skema transaksi ini.Hal ini dapat dipahami karena persepsi masyarakat yang
sangat kuat bahwa bank,termasuk bank syariah,merupakan institusi untuk
membantu masyarakat jika mengalami kendala liquiditas. Dengan
demikian,ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran dimuka,merupakan
suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan transaksi salam ?

4
2. Bagaimana skema transaksi salam ?
3. Bagaimana penerapan transaksi salam pada akuntansi keuangan syariah ?

C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan, yaitu:
1. Mampu memahami apa itu transaksi salam.
2. Mampu memahami bagaimana skema transaksi salam.
3. Dapat memahami tentang contoh penerapan akuntansi transaksi salam.

D. MANFAAT
Adapun beberapa manfaatnya :
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai transaksi salam.
2. Mampu mempraktikan dan menerapkan akuntansi keuangan syariah
salam.

5
BAB III

ISI

A. SISTEMATIKA AKUNTANSI SALAM


1. Pengertian Salam

Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
penangguhan pengiriman oleh mulam ilaihi (penjual) dan pelunasannya
dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai penjual
atau pembeli dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut salam paralel.

Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat :

a. Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir.
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

Spesifikasi dan harga barang biasanya disepati di awal akad. Ketentuan


harga barang pesanan tidak dapat berubah selama dalam jangka waktu akad.
Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli, bank syariah dapat meminta
jaminan kepada nasabah untuk menghindari resiko yang merugikan bank.
Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum, yang meliputi;
jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus
sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara penjual dan pembeli.
Jika barang yang diberikan oleh penjual salah / cacat, maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.1

Rukun salam adalah :

a. Muslam / pembeli
b. Muslam ilaih / penjual
1
Sofyan Dan Wiroso, Akuntansi Perbankan Syariah,( LPEE USAKTI,2010), Hal 178-179.

6
c. Muslam fiihi / barang atau hasil hasil produksi
d. Modal atau uang
e. Sighat / ijab Kabul

Syarat salam adalah :

a. Pihak yang berakad


b. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji
c. Cakap hukum

2. Landasan Hukum
a. Al- Qur’an

‫س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم‬


َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا تَدَا َي ْنت ُ ْم ِبدَي ٍْن ِإلَ ٰى أ َ َج ٍل ُم‬
‫ب ِب ْال َع ْد ِل‬
ٌ ِ‫َكات‬
“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk wktu yang ditentukan,hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar….”(QS 2:282)

‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ْوفُوا ِب ْالعُقُو ِد‬


“Hai oarang –oarang yang beriman penuhilah akad-akad itu…..”(QS 5:1)

b. Al-Hadits
“Barang siapa yang melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu
yang diketahui.”(HR.Bukhari Muslim)

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:jual beliscara tangguh


muqaradhah(mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah,bukan untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah)

3. Ketentuan Syariah Barang Salam,Yaitu:2

2
Antonio,Muhammad Syafi’I,Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press
bekerja sama dengan Tazkia Cendekia, 2001 )Hal 145

7
a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/didefenisikan mempunyai
spesifikasi dan kharakteristik yang jelas kualitas,jenis,ukuran dan lain
sebagainya sehingga tidak ada gharar.

b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.


c. Waktu penyerahan barang harus jelas,tidak harus tanggal tertentu
boleh juga dalam kurun waktu tertentu,misalnya dalam waktu 6 bulan
atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan yang tersedianya
barang yang dipesan.Hal tersebut diperlukan untuk mencegah gharar
atau ktidakpastian,harus ada pada waktu yang ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu
yang ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang
ditentukan,akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih
apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersediaatau
membatalkan akad sehingga penjual harus mengamembalikan dana
yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidaksesuai dengan yang
disepakati dalam akad,maka pembeli boleh melakukankhiar atau
memilih untuk menerima atau menolak.Kalau pilihannya menolak
makasi penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan dengan
pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai dengan
akad
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini
dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebh rendah,pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya.Apaba pembeli menerima maka
pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujuioleh kedua
pihak dan denga syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan,dan tidak boleh menuntut penambahan harga.

8
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.

k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.Para


ulama melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dan kualitas yang sama,tetapi sumbernya
berbeda,para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan,akad tetap
sah.Namun sebaiknya dijeaskan dalam akad,apabia tidak disebutkan
maka harus dikirim ketempat yang menjadi kebiasaan,misalnya
gudang pembeli.

4. Standar Akuntansi Salam Dalam PSAK No.59 Tentang Akuntansi


Bank Syariah
a. Akuntansi untuk Pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau
dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset
nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas
diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat
modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.3
Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut :
1) jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai
nilai yang disepakati
2) jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka :
a) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai
akad, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima
nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan
yang tercantum dalam akad.

3
Yaya Rizal,dkk,Akuntansi Perbankan Syariahj(Jakarta: Salemba Empat,2004)Hal. 115

9
b) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar
pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian,
jika nilai wajar barang pesanan yang diterima lebih rendah
dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad
3) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang
pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman maka :
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat
piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai yang tecantum dalam akad.
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka
piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi
oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan
pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil
penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang
salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan
hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang
kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan
tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka
selisihnya menjadi hak penjual.
Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual. Denda ini hanya
boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku
bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force
majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai
bagian dari dana kebajikan.
Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada
akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai
bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi

10
lebih rendah dari biaya perlolehan, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.

b. Akuntansi untuk Penjual


Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha
salam sebesar modal usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang
diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha
salam dalam bentuk nonkas diukur sebesar nilai wajar.
Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada
saat penyerahan barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi
salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli akhir
dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli
akhir.

c. Penyajian dan Pengungkapan


Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai
piutang salam. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah
dari piutang salam. Sedangkan, penjual menyajikan modal usaha salam
yang diterima sebagai kewajiban salam.4
Dalam catatan atas laporan keuangan, hal-hal yang diungkapkan
oleh pembeli dalam transaksi salam, diantaranya :
1) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain,
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan, dan
3) Pengungkapan lain sesuai psak 101 (penyajian laporan keuangan
syariah).
Sedangkan bagi penjual, dalam transaksi salam mengungkapkan :

4
Ibid.,116

11
1) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa,
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan, dan
3) Pengungkapan lain sesuai psak 101 (penyajian laporan keuangan
syariah).

5. Skema Transaksi Salam5


a. Salam

Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,


dan dapat juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: Pembeli-Penjual-
Pemasok yang disebut sebagai salam paralel. Resiko yang muncul dari
khasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia
tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko lain barang yang
dikirim oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli
sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus
mencari pembeli lain yang berminat. Sedangkan ia tetap memiliki
kewajiban pada pembeli dan pemasok.

Keterangan :
a. Pembeli dan penjual menyepakati akad salam

5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2001).Hal 179

12
b.Pembeli membayar kepada penjual
c. Penjual menyerahkan barang
b. Salam Paralel

Salam pararel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara


bank dan nasabah, dan antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak
ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang
pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesana tersebut.
Salam pararel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung
pada akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak
tergantung pada akad antara pembeli dan penjual, jika saling tergantung
atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Selain itu, akad antara penjual
dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.
Beberapa ulama kontemporer memberikan catatan atas transaksi
salam pararel, terutama jika pedagang dan transaksi semacam itu
dilakukan secara terus menerus, karena dapat menjerumus kepada riba.

13
B. CONTOH LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI SALAM

14
15
16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salam adalah transaksi
dimana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan
kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu
di kemudian hari. Penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih
menguntungkan dibanding skema lainnya karena dapat mengembangkan
kemampuan akses pendanaan petani dan mengembangkan sektor pertanian dan
industri.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh
barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan
harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah
diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sabagian
kebutuhan hidupnya. Selain itu, manfaat salam ialah selisih harga yang didapat
dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.

17
DAFTAR PUSTAKA

Antonio ,Muhammad Syafi’i.Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. (Jakarta:


Gema Insani. 2001)
Yaya Rizal,dkk.Akuntansi Perbankan Syariah.(Jakarta: Salemba Empat.2004)
Sofyan Dan Wiroso. Akuntansi Perbankan Syariah.( LPEE USAKTI.2010)

18

Anda mungkin juga menyukai