Disusun oleh :
UNIVERSITAS MAJALENGKA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI 2020-2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru
akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian hari.
Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan
dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam biasanya digunakan untuk pemasaran
barang pertanian.
Kendati demikian, masih banyak diantara kita yang belum mengenal yang namanya
akad salam, maka dari itu dalam makalah ini akan di paparkan pembahasan yang akan
membawa kita untuk mengenal sedikit lebih dekat mengenai akad salam itu sendiri. Dalam
makalah ini kelompok kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai Salam lengkap dengan
jenis, rukun, dan dasar syari’atnya. Juga penulis akan menjelaskan bagaimana perlakuan,
pengakauan dan pengukuran akuntansi terhadap akad Salam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akad Salam
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang yang
diperjualkan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam ilahi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam).pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam murabahah, kita kenal ada penjualan tangguh yang artinya barang diserahkan
terlebih dahulu sedangkan pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, di mana
pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Dalam
akad salam harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh
meminta jaminan dari penjual.
iv
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka pembeli akan
mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga karena sudah
disepakati dalam akad tidak dapat diubah. Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi,
penjual tidak dapat meminta tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan, karena kalay diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan ada unsure riba
(kelebihan yang tidak ada iwad/factor pengembang yang dibolehkan syariah).
Al-Hadis
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.
Bukhari Muslim)
Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
v
2.3 Rukun dan Ketentuan Akad Salam
7
2.4 Jenis Akad Salam
1. Salam biasa adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan. Pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
SKEMA SALAM BIASA
Keterangan :
(1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
(2) Pembeli membayar kepada penjual.
(3) Penjual menyerahkan barang.
2. Salam parallel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (Supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan
kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
Salam parallel dibolehkan asal akad salam kedua tidak tergantung pada akad pertama
yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara pembeli dan
penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Selain itu, akad
antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.
(1)-a (1)
Pembeli
Penjual/ pemasok (2)-a Pembeli/ Penjual (2)
(3)-a (3)
1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
8
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai
tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
4. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan
kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak
melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
5. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
9
pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar
nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
1. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima.
2. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha
salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara
jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual
ke pembeli akhir.
b. Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam
diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
c. Pengungkapan
Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam
mengungkapkan hal-hal berikut :
1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.
10
2.6 Pencatatan Akuntansi Salam
Berikut ini kami sajikan perlakuan akuntansi salam berdasarkan PSAK 103 pada
lembaga keuangan syariah (LKS), lengkap dengan contoh dan jurnal transaksinya.
Salah satu karakteristik transaksi salam adalah pembayaran uang salam dilakukan
diawal saat disepakati akad salam bukan pada saat penyerahan barang. Pembayaran modal
salam dapat dilakukan dalam bentuk kas atau non-kas. Pada saat nasabah membayar modal
salam diawal akad diakui sebagai liabilitas / utang salam.
Kewajiban salam berakhir saat penyerahan barang salam oleh penjual (LKS) kepada
pembeli (nasabah). Jika penjual melakukan transaksi salam paralel dalam pengadaan barang,
maka selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir (nasabah) dan biaya perolehan
barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan pesanan oleh
penjual kepada pembeli akhir.
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis beras putih pandan wangi sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:
Dr Kas Rp 100.000.000
1 April 2015
Cr Hutang Salam Rp 100.000.000
Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 80.000.000.
Jurnal transaksi:
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:
11
Dr Hutang Salam Rp 100.000.000
Contoh Kasus 2
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:
Dr Kas Rp 100.000.000
1 April 2015
Cr Hutang Salam Rp 100.000.000
Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 110.000.000.
Jurnal transaksi:
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:
12
Cr Persediaan Barang Salam Rp 110.000.000
Pada umumnya atas pemesanan barang dengan akad salam oleh nasabah, LKS akan
melakukan salam paralel kepada pihak lain. Maka posisi LKS adalah sebagai pembeli.
Pada saat LKS menyerahkan modal salam kepada penjual diakui sebagai piutang salam
sebesar jumlah yang dibayarkan.
Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS bertindak sebagai pembeli:
Contoh kasus :
Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp
80.1.1 kepada KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih pandan
wangi” sebanyak 5 ton. Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2015.
Jurnal transaksi:
Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Pada saat penerimaan barang diakui
dan diukur sebagai berikut:
Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang
disepakati
Contoh :
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 80.000.000.
Jurnal :
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 90.000.000.
Jurnal :
Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000
28 Mei 2015
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000
Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan
yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 70.000.000.
Jurnal :
Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan paa tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka:
Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri tidak dapat menyerahkan barang salam, dan Bank
14
Berkah Syariah memperpanjang jangka waktu penyerahan hingga 10 hari kedepan.
Jurnal : No Entry
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam
senilai Rp 40.000.000.
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika
hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka
selisihnya menjadi hak penjual.
Contoh: Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan
salam senilai Rp 40.000.000. Dan disepakati sisa kewajiban dibayar dengan penjualan
jaminan KUD Petani Mandiri.
Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 35.000.000
15
28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000
Dr Kas Rp 35.000.000
Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
45.000.000 :
Dr Kas Rp 45.000.000
Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari
penjualan jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
75.000.000 :
Dr Kas Rp 75.000.000
Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari
penjualan jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
85.000.000:
Dr Kas Rp 85.000.000
16
Hak Penjual Atas Sisa Penjualan
Cr Rp 5.000.000
28 Mei 2015 Jaminan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi
para pembaca.
2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik
bahasa maupun pemahaman. Kami berharap kritik dan saran dari pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Sri , Wasilah. 2011. “Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jakarta. Salemba Empat.
19