Anda di halaman 1dari 18

1

Nama : Nurani Dewi


NPM :20.06.2.0001
Fakultas /Prodi : FEB- Akuntansi

Outline Rencana Penelitian

1. Judul Penelitian “PENGARUH PENETAPAN TAX PLANNING (PPh


PASAL 21 DENGAN METODE GROSS-UP) TERHADAP BEBAN
PAJAK BADAN PADA RSIA CAHAYA BUNDA”

2. Latar Belakang Penelitian

Manajemen perpajakan (tax management) adalah hal yang alamiah dan


manusiawi dilakukan oleh Wajib Pajak, dikatakan demikian karena disadari atau
tidak setiap manusia pasti menerapkan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating)
dan pengendalian (controlling) walaupun dalam konteks yang sangat sederhana.
Manajemen perpajakan dapat diartikan sebagai upaya-upaya untuk mencapai
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan secara optimal melalui fungsi-fungsi
manajemen diatas.
Tujuan manajemen perpajakan yaitu untuk melakukan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan secara optimal dengan tidak melanggar aturan perpajakan
yang ada dan bagaimana Wajib Pajak membayar pajaknya tidak melebihi jumlah
yang seharusnya dibayar.
Mengapa Wajib Pajak bisa membayar pajak melebihi jumlah yang seharusnya?
Dalam prakteknya banyak ketidaktahuan Wajib Pajak dalam masalah perpajakan
sehingga menimbulkan pajak yang dibayar melebihi jumlah yang seharusnya.
Diantaranya disebabkan oleh ketidaktahuan akan pengenaan sanksi- sanksi
perpajakan, ketidaktahuan dalam mendapatkan kesempatan penghematan pajak,
serta ketidaktahuan akan peraturan perundang-undangan perpajakan lainnya yang
menyebabkan pengenaan jumlah pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar.
Manajemen pajak (tax management) merupakan upaya sistematis yang terdiri
dari perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Secara khusus Penulis
mengangkat tentang perencanaan pajak (tax planning).
2

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana penetapan tax planning (PPh Pasal 21 dengan metode gross-up) atas
pegawai tetap pada RSIA Cahaya Bunda.
2) Bagaimana perhitungan beban pajak badan setelah laba fiskal pada RSIA
Cahaya Bunda.
3) Bagaimana pengaruh penetapan tax planning (PPh Pasal 21 dengan metode
gross-up) atas pegawai tetap terhadap beban pajak badan pada RSIA Cahaya
Bunda.

4. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui bagaimana penetapan tax planning (PPh Pasal 21 dengan
metode gross-up) atas pegawai tetap pada RSIA Cahaya Bunda.
2) Untuk mengetahui bagaimana perhitungan beban pajak badan setelah laba
fiskal pada RSIA Cahaya Bunda.
3) Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh penetapan tax planning (PPh Pasal 21
dengan metode gross-up) atas pegawai tetap terhadap beban pajak badan pada
RSIA Cahaya Bunda.

5. Kajian Teori

a. Pengertian Pajak
Rochmat Soemitro dalam buku “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan” mendefinisikan pajak sebagai :
Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

Yang kemudian disempurnakan dalam buku berikutnya “Pajak dan


Pembangunan”, bahwa pajak adalah :
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public invesment.

Pendapat Rohchmat Soemitro tersebut dikutip oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam


buku “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (2003:6).
Menurut Adriani dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (2003:2)
mendefinisikan pajak sebagai:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
3

kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya


adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.

Dari dua pendapat ahli pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak
adalah iuran rakyat kepada negara yang dipungut berdasarkan undang-undang dan
dapat dipaksakan yang tidak mendapat jasa timbal yang dipergunakan untuk
pengeluaran pemerintah.

b. Pajak Penghasilan (PPh)


Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Adapun pengertian Pajak Penghasilan menurut Muhammad Rusjdi dalam
buku “PPh Pajak Penghasilan” (2004:02-1) sesuai dengan Pasal 1 Undang- undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa:
“Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak”.
Jadi Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan
yang diterima (cash basis) atau diperolehnya (accrual basis) dalam tahun pajak.

Subyek Pajak Penghasilan (PPh)


Muhammad Rusjdi (2004:02-1) dan Waluyo dan Wirawan B. Ilyas
(2002:54) menyebutkan bahwa Subyek Pajak adalah sesuai dengan Pasal 2 angka
(1) UU RI No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa Subjek Pajak
adalah:
Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak;
2. badan;
3. bentuk usaha tetap (BUT)

Tidak termasuk Subyek Pajak adalah:


1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota.
4

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi intenasional yang ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.

c. Perhitungan Pajak Orang Pribadi


Pengurang Penghasilan Orang Pribadi
Dari jumlah penghasilan orang pribadi, diperbolehkan sebagai pengurang
antara lain sebagai berikut:
1. Pengurang terkait dengan pekerjaan:
a) Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan, sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum
yang diperkenankan sejumlah Rp 6.000.000,- setahun atau Rp 500.000,-
sebulan.
b) Biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
uang pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun
dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp 2.400.000,-
setahun atau Rp 200.000,- sebulan.
c) Iuran pensiun/Jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang
dibayarkan oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari
Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

d. Tarif Pajak Orang Pribadi


Bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak sesuai
dengan Pasal 17 UU PPh, yaitu:
Tarif Pajak Orang Pribadi

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1. 0 - Rp 50.000.000,- 5%
2. > Rp 50.000.000,-s.d Rp 250.000.000,- 15%
3. > Rp 250.000.000,- s.d Rp 500.000.000,- 25%
4. > Rp 500.000.000,- 30%
5

e. Pajak Penghasilan Badan

Tarif Pajak Badan


Bahwa tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak sesuai
dengan Pasal 17 UU PPh, yaitu
Tarif Pajak Badan

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1. < Rp 4.8Miliar 1% dari Peredaran bruto
2. > Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar {0.25 - (0.6
Miliar/Penghasilan Kotor)}
x PKP
3. > Rp 50 Miliar 22%

f.
Tax Planning
Pengertian Tax Planning
Ada beberapa pengertian tax planning atau perencanaan pajak yang
penulis kutip, yang pertama dalam “Dictionary of Tax Terms” karangan Crumbley
D. Larry, Friedman Jack P., dan Anders Susan bahwa tax planning didefinisikan
sebagai “Tax Planning is the systematic analysis of difering tax options aimed at
the minimization of tax liability in current and future tax periods”.
Dan yang kedua dalam buku “International Tax Glosarry” karangan
Lyons Susan M, tax planning didefinisikan sebagai “Tax planning is
arrangements of a person’s business and/or private affairs in order to minimize
tax liability”. Kedua definisi tersebut dikutip oleh Erly Suandy (2001:7) dalam
buku “Perencanaan Pajak”.
Dari dua definisi tersebut dapat Penulis simpulkan bahwa tax planning
adalah langkah sistematis dan terencana dari masyarakat bisnis dan swasta lainnya
untuk tujuan meminimalisasi jumlah kewajiban pajak pada masa kini dan masa
yang akan datang.

Motivasi dilakukannya Tax Planning


Banyak motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak
(tax planning), namun semua itu bersumber dari adanya tiga unsur perpajakan yaitu:
1) Kebijakan Perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran
tax planning yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek
kebijakan pajak (tax policy), berikut ini faktor-faktor yang mendasari
dilakukannya suatu perencanaan pajak (tax planning) :
a) Jenis pajak yang akan dipungut
Ada berbagai jenis pajak yang harus menjadi pertimbangan utama seperti
pajak penghasilan badan dan perseorangan, pajak atas capital gains, with
holding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga dan royalti, pajak atas impor,
6

ekspor, bea masuk, pajak atas undian/hadiah, bea materai, capital transfer
taxes dan business licence.
b) Siapa yang akan dijadikan Subjek Pajak?
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut “the clasical
system” dimana ada pemisahan (separate entity) antara badan usaha dengan
pribadi pemiliknya (pemegang saham) yang akan menimbulkan pajak
ganda. Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen
dari badan usaha kepada pemegang saham perorangan dan kepada
pemegang saham berbentuk badan usaha (inter corporate dividend) maka
disini menimbulkan usaha untuk perencanaan pajak yang baik agar beban
pajaknya rendah dan meringankan arus kas perusahaan sehingga bisa
dimanfaatkan untuk tujuan yang lain. Disamping itu adanya pertimbangan
untuk menunda pembayaran dividen dengan cara meningkatkan jumlah laba
yang ditahan (retained earnings) bagi perusahaan akan menunda
pembayaran pajak.
c) Apa saja yang merupakan Obyek Pajak?
Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas Obyek Pajak yang secara
ekonomis sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban
pajaknya rendah.
d) Berapa besarnya Tarif pajak?
Adanya schedular taxation tarif yang diterapkan di Indonesia
mengakibatkan seorang perencana pajak akan berusaha agar dikenakan tarif
yang paling rendah (law bracket).
e) Bagaimana prosedur perpajakan?
Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan
perencanaan pajak (tax planning) yang baik.
2) Undang-undang perpajakan (tax law)
Tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan dengan
sempurna termasuk undang-undang perpajakan, maka dalam pelaksanaannya
selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan Direktur Jendral Pajak), maka
tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-
undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan
dalam mencapai tujuannya. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah
(loopholes) bagi Wajib Pajak untuk menganalisis dengan cermat atas
kesempatan tersebut untuk digunakan dalam perencanaan pajak.
3) Administrasi Perpajakan (tax administration)
Sebagai negara yang sedang membangun (developing country), Indonesia
masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan adiministrasi perpajakannya
secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan
perencanaan pajak (tax planning) dengan baik agar terhindar dari sanksi
administrasi maupun pidana.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Tax Planning


7

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi Wajib Pajak yang akan
melakukan tax planning, yaitu antara lain:
1) Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Tax planning merupakan upaya legal
dari Wajib Pajak dalam mengefisiensikan beban pajak yang akan
ditanggungnya dengan terlebih dahulu memahami secara cermat peraturan
perpajakan yang berlaku.
2) Secara bisnis masuk akal. Tindakan tax planning yang dilakukan Wajib Pajak
harus bisa menunjang terhadap perencanaan menyeluruh perusahaan sehingga
akan benar-benar tepat sasaran.
3) Bukti-bukti pendukungnya memadai. Misalnya dukungan perjanjian, faktur,
dan perlakuan akuntansinya.

Strategi Tax Planning


Strategi yang dapat dijalankan untuk mengefisiensikan beban pajak
secara legal yaitu:
1. Tax saving
Upaya untuk mengefisiensikan beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
2. Tax avoidance
Upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindar dari pengenaan
pajak dengan mengarahkan pada transaksi yang bukan obyek pajak.
8

3. Penundaan pembayaran pajak


Dilakukan dengan melakukan pembayaran pajak pada limit akhir pembayaran
pajak yang dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan peluang
keuntungan dari sisi arus kas perusahaan.
4. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku
Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dilakukan dengan
cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku.

Tujuan Tax Planning


Terdapat dua macam tujuan tax planning, yaitu:
1. Tujuan yang bersifat kuantitatif
Tujuan ini memiliki hasil akhir berupa tax saving, yaitu beban pajak yang paling
minim dengan cara memilih jenis transaksi dan kebijakan yang akan diambil
oleh perusahaan.
2. Tujuan yang bersifat kualitatif
Tujuan ini didasari pada pelaksanaan administrasi yang baik dan terencana
sehingga dapat menghindari adanya konflik yang dapat mengakibatkan
perusahaan rugi secara kuantitatif akibat harus menanggung beban pajak dan
sanksi pajak yang akan terutang.

Tax Planning PPh Pasal 21 dengan Metode Gross-Up


Untuk dapat memimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan dengan
berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang
melanggar peraturan perpajakan. Perencanaan perpajakan (tax planning) umumnya
selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi terkena pajak. Kalau
transaksi tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau
dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat
ditunda pembayarannya.
Gross-up untuk PPh Pasal 21 merupakan salah satu sarana untuk
melakukan penghematan pajak. Dilihat dari unsur katanya gross-up terdiri dari kata
gross dan up. Secara harfiah gross berarti kotor dan up berarti naik atau menaikkan
atau menambahkan. Jadi gross-up bisa diartikan menaikkan atau menambahkan
jumlah angka menjadi jumlah kotor atau bruto.
Istilah gross-up tidak disebutkan secara eksplisit dalam ketentuan
perpajakan secara formal. Gross-up hanya berkaitan dengan logika normal yang
berhubungan dengan perhitungan tertentu. Logika perhitungannya dibuat
sedemikian rupa sehingga sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan
perpajakan yang ada.
Meskipun tidak diatur secara khusus, gross-up PPh Pasal 21 sangat
mudah diterapkan karena secara substansial tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan yang berhubungan dengan PPh Pasal 21. Gross-up PPh Pasal 21
dilakukan dengan menaikkan nilai penghasilan brutonya. Caranya dengan
menaikkan suatu jumlah ke dalam penghasilan bruto karyawan.
Dengan kata lain, gross-up PPh Pasal 21 dilakukan dengan menambahkan
tunjangan pajak kepada masing-masing karyawan yang jumlahnya
9

sama besar dengan pajak terutang atau pajak yang harus dipotong oleh perusahaan.
Tunjangan tersebut tetap memenuhi kaidah hubungan kerja antara
perusahaan dengan karyawan. Tunjangan tersebut merupakan bentuk kompensasi
bagi karyawan. Perusahaan bebas memberikan tunjangan apapun kepada karyawan
seperti tunjangan makan, tunjangan transport, tunjangan pendidikan dan sebagainya
termasuk tunjangan pajak. Hanya tunjangan pajak dapat dihitung dengan cara
khusus yang disebut gross-up.
Dengan perhitungan secara gross-up, jumlah penghasilan yang diterima
karyawan (take home pay) tetap sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dan
karyawan. Gross-up ini bisa diterapkan untuk perhitungan PPh Pasal 21 masa
maupun tahunan. Perhitungan ini biasanya akan menghasilkan tunjangan pajak
yang berbeda untuk setiap bulannya terlebih jika penghasilan yang diterima juga
berbeda.
Gross-up (pemberian tunjangan PPh Pasal 21) sesuai dengan ketentuan
Pasal 5 ayat (1) huruf a Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-545/PJ./2000 yang
telah diubah dengan PER-15/PJ./2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ./2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
10

6. Penelitain terdahulu
Peneliti/Tahun/Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dan
No Persamaan
1. Measurement , Vol.11 Metode Tabel perbandingan Teknik
No. 1 : 101-110 Pengumpulan Data diatas Pengambilan
Maret 2017 Metode analisis menunjukan antara Sampel
P-ISSN 2252-5394 data yang metode Gross dan Metode purposive
101 digunakan metode Net tidak sampling dengan
ANALISIS adalah metode ada perbedaan menggunakan
PERBANDINGAN analisis deskriptif pajak yang pemilihan sampel
PERHITUNGAN dan harus dibayarkan. berdasarkan
PAJAK metode analisis Karena pada strategi
PENGHASILAN kualitatif. dasarnya Kecakapan atau
(PPH) PASAL 1. Metode Analisis yang membedakan pertimbangan
21 METODE Deskriptif adalah pribadi semata
GROSS, NET DAN 2. Metode Analisis pembebanannya (judgement
GROSS UP SERTA Kualitatif saja. Metode Net sampling) yaitu
DAMPAK atau Pajak pemilihan sampel
TERHADAP BEBAN Penghasilan tidak acak
PAJAK ditanggung yang
PENGHASILAN Perusahaan informasinya
BADAN PT termasuk kedalam diperoleh dengan
DREDOLF pemberian menggunakan
INDONESIA kenikmatan pertimbangan
COMPARISON sehingga secara tertentu.
ANALYSIS OF fiskal tidak dapat Jenis Data
CALCULATION OF dibebankan oleh Variabel-variabel
INCOME TAX perusahaan. yang digunakan
(PPH) ARTICLE dalam penelitian
21 METHODS OF ini adalah
GROSS, NET AND perencanaan
GROSS UP AND pajak PPh Pasal
IMPACTS OF PT 21 dan beban
DREDOLF pajak PT
INDONESIA Dredolf
INCOME TAX Indonesia.
INCOME TAX Metode
Adinul Urkan1 Pengumpulan
, Rizki Eka Putra2 Data
1 1. Penelitian
(Akuntansi, Ekonomi, Pustaka
Universitas Riau Penelitian
Kepulauan,Indonesia) pustaka adalah
2 pengumpulan
(Akuntansi, Ekonomi, data sebagai
Universitas Riau landasan teori
11

Kepulauan,Indonesia) serta
penelitian
terdahulu yang
didapat dari
dokumen-
dokumen, buku,
internet serta
sumber data
tertulis lainnya
yang
berhubungan
dengan informasi
yang
dibutuhkan.
2. Penelitian
Lapangan
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
2. ANALISIS bel-variabel yang Dalam pemberian rosedur Penelitian
PERBANDINGAN diteliti serta gaji dan tunjangan Penelitian ini
PENGGUNAAN hubungan antara kepada Karyawan, dilakukan dengan
METODE NET satu variabel PT. Remenia Satori langkah-langkah
BASIS DAN dengan variabel Tepas telah sebagai berikut:
METODE yang lain (Sangadji mengikuti 1. Mengajukan
GROSS UP DALAM dan peraturan yang ada permohonan
PERHITUNGAN Sopiah, 2010: 29- berdasarkan untuk
PAJAK 30). Berdasar hal Undang-undang mengadakan
PENGHASILAN ini, penelitian dapat ketenagakerjaan penelitian
PASAL 21 (PPh dikelompokkan yang berlaku. Hal Perusahaan yang
PASAL 21) menjadi 3, yaitu: itu disesuaikan menjadi Objek
BERUPA GAJI DAN 1. Penelitian dengan gaji Penelitan.
TUNJANGAN Deskriptif netto yang diterima 2. Melakukan
KARYAWAN PT. Penelitian telah di atas Upah proses
REMENIA SATORI deskriptif adalah Minimum Pekerja pengambilan data
TEPAS MANADO penelitian yang di Kota Manado. dengan metode
Rizky Vincentius D. P dilakukan untuk Dalam penyusunan wawancara
Vridag Jurnal EMBA mengetahui nilai laporan dengan pihak
306 variabel mandiri, keuangan dan Akuntansi
Vol.3 No.4 Desember baik satu daftar gaji Perusahaan, serta
2015, Hal. 306-314 variabel atau lebih perusahaan juga mengambil data-
(independen) tanpa telah sesuai dengan data berupa
membuat undang-undang No. dokumen yang
perbandingan atau 36 Tahun 200 dibutuhkan dari
menghubungkan pihak
dengan variabel Perusahaan.
12

lain. 3. Melakukan
2. Penelitian analisis dan
Komparatif pengolahan data.
Penelitian 4. Membuat
komparatif adalah laporan
penelitian yang penelitian.
bersifat Metode
membandingkan. Pengumpulan
Di sini variabelnya Data
masih sama Jenis Data
dengan penelitian Adapun
variabel mandiri, pembagian jenis
tetapi untuk sampel data menurut
yang lebih dari satu sifatnya (Sangadji
atau dalam waktu dan Sopiah, 2010:
berbeda. 191), yakni
3. Penelitian sebagai
Asosiatif/Hubungan berikut:
Penelitian asosiatif 1. Data Kualitatif
adalah suatu Data yang berupa
penelitian yang pendapat atau
bertujuan judgement
mengetahui sehingga tidak
hubungan antara berupa angka,
dua variabel atau tetapi berupa kata
lebih atau kalimat.
2. Data
Kuantitatif=
Data kuantitatif
adalah data yang
berupa angka
atau bilangan.
Jenis data yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah data
subyek berupa
hasil wawancara
dan data
dokumenter
berupa daftar gaji
karyawan Bulan
September 2015
dari PT. Remenia
Satori Tepas
Manado
13

Ditinjau dari
sifatnya, jenis
data yang
digunakan dalam
penelitian ini
berupa data
kualitatif berupa
hasil
wawancara dan
kuantitatif berupa
daftar gaji dan
tunjangan
karyawan Bulan
September 2015.
Metode Analisis
Penelitian ini
merupakan
penelitian yang
bersifat gabungan
atnatara
deskriptif
komperatif
dengan
pengukuran
kuantitatif
dengan tujuan
untuk
menggambarkan
suatu keadaan
secara objektif
sehingga
memperoleh
penyelesaian dari
suatu masalah
yang di hadapi
oleh perusahaan
dengan
menyertakan data
dalam
skala numerik
mengenai
perbandingan
perhitungan gaji
karyawan dengan
2 metode. Analisis
data dilaksanakan
14

mulai dari
perumusan
masalah,
pengumpulan
data, hingga
setelah data
terkumpul.
Dengan
merumuskan
masalah
penelitian, peneliti
sudah melakukan
analisis terhadap
permasalahan
dalam berbagai
perspektif dan
metode yang
digunakan.
HASIL
PENELITI
3. Jurnal Akuntansi. Metode analisis Berdasarkan hail Metode Analisis
Vol 2 No. 1 Juli 2015 data yang analisis yang telah Data
ISSN 2339-2436 digunakan dalam dilakukan mengenai Metode analisis
17 | J u r n a l A k u n penelitian ini analisis data yang
tansi adalah metode perbandingan digunakan dalam
Analisis analisis komparatif, metode gross up penelitian ini
Perbandingan adapun dan adalah metode
Metode Gross Up pengujian yang net sebagai analisis
Dan Net Sebagai dilakukan meliputi, perencanaan pajak komparatif,
Perencanaan Pajak Uji Normalitas, Uji PPh 21 terhadap adapun
PPh 21 Terhadap Homogenitas, laba sebelum pajak pengujian yang
Laba Sebelum Pajak Paired Sampel T pada PTWahana dilakukan
Pada PT Wahana Test Ottomitra meliputi, Uji
Ottomitra Multiartha HASIL Multiartha tbk. Normalitas, Uji
Tbk. (WOM Finance) (wom finance) maka Homogenitas,
ABSTRAK diperoleh Paired Sampel T
Burhanudin kesimpiluan sebagai Test
Universitas Serang berikut: HASIL
Raya 1. Setelah dihitung Uji normalitas
Desi Lisdiana dengan Uji normalitas
Universitas Serang menggunakan dilakukan untuk
Raya metode gross up menguji apakah
dan net didapat dalam model
hasil bahwa regresi, variabel
menggunakan independen dan
kedua metode dependen
15

tersebut laba yang berdistribusi


dihasilkan lebih normal atau tidak
kecil dari laba model regresi
sebelumnya yang baik adalah
terlihat dari laba yang memiliki
sebelum distribusi
menggunakan normal/mendekati
metode gross up normal.
pada tahun 2013 Uji normalitas
sebesar Rp. dapat dilakukan
Jurnal Akuntansi. dengan dua cara
Vol 2 No. 1 Juli yaitu dengan
2015 ISSN 2339- analisis grafik
2436 (anaisis normal
27 | J u r n a l A k u Q-Q plot
ntansi of regresion)
23.192.000.000,00 dengan dasar
setelah pengambilan
menggunakan keputusan :
metode gross up 1. Jika data
laba sebelum pajak menyebar
menjadi lebih disekitar garis
kecil sebesar Rp. diagonal dan
23.168.594.330,00 penyebaran
dan laba setelah mengikuti garis
dilakukan diagonal maka
menggunakan model regresi
metode net memenuhi asumsi
sebesar Rp. normalitas.
23.169.708.599,00. 2. Jika menyebar
Dengan jauh dari garis
menggunakan diagonal atau
metode gross up tidak mengikuti
perusahaan dapat arah garis
menghemat sampai diagonal maka
dengan Rp. model
23.405.670,00 regresi tidak
sedangkan dengan memenuhi asumsi
menggunakan normalisas
metode net
sebesar
Rp.22.291.401,00.
2. Dari hasil uji
dengan
menggunakan uji
paired sample t-test
16

di dapat hasil
bahwa kedua
metode
tersebut baik gross
up maupun net
sama tidak memiliki
perbedaan karena
hasil yang didapat
tidak signifikan
dengan melihat nilai
sig (2 tailed) atau p
value. Nilai p value
sebesar 0,001
dimana < 0,05.
Karena < 0,05 maka
perbedaan
bermakna tidak
signifikan. Tetapi
kelompok
pertama
(labasetelahgrossup)
memiliki mean lebih
tinggi dari
kelompok kedua
pada kolom
mean, yaitu
16553380,000

7. Kerangka Pemikiran
Dasar pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan adalah sesuai dengan sistem
pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia yaitu self assessment system, dimana
Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak
yang terutang sendiri, maka Wajib Pajak dapat melakukan upaya penghematan
pajak secara legal melalui manajemen pajak (tax management). Perencanaan pajak
adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan dengan maksud dapat
memilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
PPh Pasal 21 merupakan mekanisme pelunasan PPh bagi pegawai yang
dilakukan melalui pemotongan oleh perusahaan (pemberi kerja). Karena
17

merupakan pelunasan PPh pegawai, maka perusahaan hanya melakukan


pemotongan pajak atas penghasilan yang merupakan Obyek PPh.
“Gross-up-lah ketika perusahaan secara fiskal dalam keadaan laba”. Secara
singkat saran ini sudah mengakar pada sebagian perusahaan yang akan melakukan
tax planning. Saran ini memang dapat diterapkan dalam kondisi umum. Tetapi ada
kondisi yang menyebabkan saran tersebut kurang tepat untuk digunakan.
Pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dengan cara gross-up adalah memberikan
tunjangan pajak sebesar PPh Pasal 21 yang masih harus dipotong. Dengan
memberikan tunjangan pajak berarti akan menambah penghasilan yang menjadi
Obyek PPh Pasal 21 sebesar tarif PPh yang berlaku.
Untuk mengetahui jumlah PPh Pasal 21 dan PPh Badan secara total yang
menjadi beban perusahaan, maka perusahaan harus melakukan analisis secara rinci
berapa total beban pajak yang harus ditanggungnya apabila mengambil kebijakan
memberikan tunjangan PPh Pasal 21 dengan metode gross- up atau metode non
gross-up.
Berikut ini adalah skema kerangka pemikiran dari uraian diatas:
Tax Planning (PPh Beban Pajak
Pasal 21 dengan Badan
metode gross-up)

Skema Kerangka Pemikiran


18

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah pengumpulan data melalui buku-buku, dokumen
dan bacaan-bacaan lainnya yang berhubungan dengan penetapan tax planning
untuk PPh Pasal 21 dengan metode gross-up atas pegawai tetap agar dapat
mempengaruhi terhadap proses meminimalisasi jumlah beban pajak badan pada
RSIA Cahaya Bunda.
2) Penelitian lapangan
Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung pada obyek yang sedang diteliti, yaitu dengan menggunakan cara-
cara sebagai berikut:
a) Observasi non partisipan, yaitu mengadakan penelitian dan pencatatan
langsung pada RSIA Cahaya Bunda dengan tidak ikut serta dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan.
b) Wawancara terstruktur, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan pihak RSIA
Cahaya Bunda mengenai aspek-aspek yang ada pada obyek penelitian.

Teknik analisis data


Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kualitatif,
dimana Penulis melakukan analisis perbandingan terhadap perhitungan total beban
pajak yang harus ditanggung RSIA Cahaya bunda, yang terdiri dari PPh Pasal 21
dan PPh Badan antara yang menggunakan tax planning PPh Pasal 21 atas pegawai
tetap dengan metode gross–up dengan non gross-up, agar diketahui tingkat
efisiensi (tax saving) yang dapat dicapai.

Teknik Pengambilan Sampel


Metode purposive sampling dengan menggunakan pemilihan sampel
berdasarkan strategi Kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (judgement
sampling) yaitu pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu.

Jenis Data
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perencanaan pajak PPh Pasal 21 dan beban pajak RSIA Cahaya Bunda.

Anda mungkin juga menyukai