OLEH :
NIM : 19304077
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini merupakan
suatu realita negara yang merdeka dan berdaulat. Sesuai perjalanan sejarah
besar bersumber dari sistem perpajakan warisan kolonial penjajah, terutama ketika
Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah didalam mencapai
tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat
penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan
dalam negeri. Setiap tahun setelah tahun pajak berakhir, para wajib pajak akan
Tahunan PPh Badan yang merupakan sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan
sekali yang dituangkan dalam SPT Tahunan. Dengan cara seperti itu, tentu saja
jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun
Bagi perusahaan pajak merupakan unsur penting yang ada pada suatu
dengan biaya-biaya dan pajak. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional
tidak terlepas dari masalah perpajakan. Badan atau perusahaan merupakan subjek
pajak dalam negeri dimana wajib pajak badan ini merupakan penyumbang bagi
atau pembayaran cicilan setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan ini
dinamakan Pajak Penghasilan Pasal 25. Selain itu juga, perusahaan harus
fiskus sebagai aparat pemerintah dalam bidang perpajakan, laporan laba rugi
dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan besarnya Pajak Penghasilan yang
dikenakan terhadap setiap perusahaan. Karena laba rugi yang diakui berbeda
PT. BPR Paro Laba Tondano adalah badan usaha yang bergerak dibidang
perbankan dan merupakan wajib pajak yang harus menghitung, melaporkan, dan
menurut fiskus. Pihak fiskus tidak selalu menerima perhitungan laba rugi menurut
perusahaan. Hal ini terjadi karena fiskus menghitung laba rugi perusahaan dengan
ditetapkan oleh fiskus. Atas alasan tersebut maka penulis memilih judul “Analisis
Penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Badan pada PT. BPR Paro Laba
Tondano”
1.2 Fokus Penelitian
Akuntansi pada Pajak Penghasilan Badan di PT. BPR Paro Laba Tondano.
2. Bagaimana penerapan pajak penghasilan badan pada PT. BPR Paro Laba
Tondano?
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah secara praktis
1. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian studi
selama kuliah.
2. Manfaat Teoritis
perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
1 Pajak adalah kontribusi wajib untuk negara yang terutang oleh orang pribadi
pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang
yang berlaku.
3. Pembayar pajak tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung dari
Negara.
4. Perolehan pajak untuk mengisi kas negara yang dan digunakan untuk
dalam kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara, yaitu
tertentu.
Pajak dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut (Resmi, 2014 :7) :
1. Menurut golongan
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh Wajib Pajak dan Tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain atau pihak lain . Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya : Pajak pertambahan nilai
(PPN).
2. Menurut Sifatnya
1. Orang pribadi dan Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
2. Badan
3. Organisasi-organisasi
Objek pajak penghasilan ialah Penghasilan itu sendiri. Adapun kriteria yang
bukan objek penghasilan menurut undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
diakui di Indonesia.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
c. Warisan
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
wajib pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam Negeri, koperasi, badan usaha milik Negara,
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
maupun pegawai.
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidan-
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan lembaga nirlaba yang
Asas pemungutan pajak dalam Resmi (2014 : 10) mempunyai beberapa asas :
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
3. Asas kebangsaan
Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
maupun warganya.
perekonomian masyarakat.
Beberapa sistem pemungutan pajak yaitu antara lain (Resmi, 2014 : 11) :
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat
1. Kesatuan akuntansi
2. Kesinambungan
dengan pembukuan wajib pajak harus disimpan di Indonesia paling tidak dalam
jangka 10 tahun.
penjual dan pembeli akan menghasilkan harga pertukaran, yang oleh penjual
disebut harga jual dan oleh pembeli disebut harga perolehan (cost). Berdasarkan
pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang
4. Konsistensi
5. Konservatif
tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 januari 1984. Undang-Undang ini
telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir diubah dengan Undang-
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak
pajak berasal dari luar Indonesia yang dapat dipakai konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga
mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan
objek berarti atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pajak (tidak menambah
laba fiskal).
Wajib Pajak Badan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik
dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik dari dalam maupun luar
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Badan seperti yang
a. Wajib Pajak Badan dalam negeri, yaitu badan yang didirikan atau
b. Wajib Pajak Badan luar negeri, yaitu badan yang tidak didirikan atau tidak
kegiatan melalui BUT di Indonesia, dan atau badan yang melalui BUT di
Indonesia.
Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak badan yang
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Subyek Pajak. Penghasilan ada
yang merupakan objek pajak dan ada yang bukan objek pajak. Apabila
penghasilan diterima atau diperoleh Subyek Pajak, maka Subyek Pajak tersebut
akan mempunyai kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh).
Pertanyaan selanjutnya adalah berapa PPh terutang atas dan bagaimana cara
menjadi satu dan dikenakan dengan tarif umum sebagaimana diatur dalam Pasal
penghasilan tertentu dan wajib pajak tertentu, maka UU PPh Indonesia telah
bergeser dari unitary taxation murni menjadi campuran (terdapat pengenaan pajak
tertentu).
Dengan sistem ini, Wajib Pajak yang menerima penghasilan tertentu wajib
wajib pajak wajib membayar pajak tanpa melihat apakah Wajib Pajak untung atau
rugi.
Perpajakan. Dijelaskan Tarif tertinggi 28% dimaksud pada ayat (1 ) huruf a dapat
diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah. (2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
Tapi pada tahun 2021 terjadi perubahan tarif pajak melalui undang-undang
gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus diidentifikasi
dengan nama perusahaan, jenis laporan, tanggal atau periode waktu tertentu dan
juga harus diperhatikan judul, catatan kaki, tanda mata uang dan peraturan-
peraturan dalam laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip akuntansi yang
lazim.
dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu
keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di
a. Penghasilan (Income)
b. Beban (Expense)
penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas
Ini adalah proses secara formal untuk mencatat atau menggabungkan suatu
pos didalam perkiraan dan laporan keuangan suatu perusahaan (IAI, 2004 : 21).
rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal. Sedangkan beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan.
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau
peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
pajak.
a. Biaya
biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak
dalam Negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dua golongan yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai manfaat tidak lebih dari satu tahun,
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun,
dibedakan menjadi:
2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Dalam Pasal 6 UU PPh diatur
PT. BPR Paro laba Tondano merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perbankan. Dimana perusahaan dalam aktifitasnya perlu melakukan perhitungan
pajak karena telah di tetapkan sebagai wajib pajak badan. Pada peenelitian
ini,peneliti perlu menganalisis perhitungan pajak penghasilan badan dan
penerapannya dalam PT. BPR paro Laba Tondano , apakah sudah sesuai dengan
undang-undang No. 36 tahun 2008. Maka dari itu dipelukan pengasilan dari PT.
BPR Paro Laba Tondanno untuk memperhitungan penghasilan kena pajak
perusahaan lewat laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tondano
Laporan Keuangan
Perpajakan
Koreksi Fiskal
METODOLOGI PENELITIAN
yang diperoleh peneliti dari subjek berupa, individu, organisasi, industry atau
perspektif lain yang bertujuan untuk menjelaskan aspek – aspek yang relevan
dan laba fiskal yang diterapkan di PT. BPR Paro Laba Tondano.
Subjek penelitian ini adalah PT. BPR Paro Laba Tondano. Objek penelitian ini
Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi
lebih kompherensif atas permasalahan yang akan diteliti. Berikut ini adalah
penjelasan dari metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
Cara mengambil data yang bersifat teoritis, dengan jalan mempelajari buku-buku
catatan serta sumber lain yang mendukung dan ada kaitannya dengan penulisan
penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan secara langsung terjun ketempat yang menjadi objek
komunikasi langsung terhadap orang yang memiliki hak dan kewenangan untuk
perusahaan.
3. Internet Searching
yang bersumber dari internet guna melengkapi referensi penelitian yang terkait.
3.5 Metode Analisi Data
penulis tampilkan, yaitu melihat pertama menganalisa laporan keuangan yang ada
berlaku dianalisis kembali dan dilihat selisih yang ada kemudian akan terdapat
perbedaan hasil yang didapat yang juga akan berdampak pada hutang pajak yang
akan dibayar oleh Badan. Perbedaan hasil pendapatan yang didapat mengharuskan
yang dilakukan salah akan mengakibatkan perbedaan jumlah pajak terhutang yang
Penghasilan Badan pada PT. BPR Dana Raya Manado. Jurnal EMBA: Jurnal
Akuntansi, 9(4), 582-592.
Krisanti, C., Widjaja, H., & Dewi, S. (2020). Analisis Perhitungan Pajak
Akuntansi, 2(2), 930-935.