Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN

PADA PT. BPR PARO LABA TONDANO

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi)

OLEH :

LOVIE ANGELYTA WILYANI WILLMAN

NIM : 19304077

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya perpajakan di Indonesia di tetapkan berdasarkan undang-

undang, Hal ini merupakan pencerminan bagian dari pelaksanaan tonggak

demokrasi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini merupakan

suatu realita negara yang merdeka dan berdaulat. Sesuai perjalanan sejarah

perpajakan nasional di Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam penyusunan

kerangka acuan perubahan undang-undang dan peraturan perpajakan sebagian

besar bersumber dari sistem perpajakan warisan kolonial penjajah, terutama ketika

negara Republik Indonesia baru terbentuk.

Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah didalam mencapai

tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak

langsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat

akan kewajiban pajaknya karena pajak yang dikumpul digunakan untuk

kepentingan dan membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan

ekonomi masyarakat. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber

penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan

dan dalam mengenakkan dan memungut pajak di negaranya. Bagi Indonesia,

penerimaan pajak sangat besar perannya dalam mengamankan anggaran negara

dalam APBN setiap tahun.


Sektor pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak

Penghasilan yang juga merupakan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak

dalam negeri. Setiap tahun setelah tahun pajak berakhir, para wajib pajak akan

memenuhi kewajibannya mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan PPh Badan yang merupakan sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan

sekaligus menghitung dan menetapkan besarnya pajak penghasilan terutang dalam

tahun pajak yang bersangkutan. Pelaksanaan perhitungan PPh dilakukan setahun

sekali yang dituangkan dalam SPT Tahunan. Dengan cara seperti itu, tentu saja

jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun

pajak telah berakhir.

Bagi perusahaan pajak merupakan unsur penting yang ada pada suatu

perusahaan. Dimana dengan adanya perhitungan pajak, perusahaan dapat

menghitung keuntungan bersih dengan mengkalkulasikan keuntungan dikurang

dengan biaya-biaya dan pajak. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional

ataupun internasional, hampir semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan

tidak terlepas dari masalah perpajakan. Badan atau perusahaan merupakan subjek

pajak dalam negeri dimana wajib pajak badan ini merupakan penyumbang bagi

penerimaan negara dari sektor pajak yaitu Pajak Penghasilan Badan.

Agar pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan

memberatkan perusahaan, maka dibuatlah mekanisme pembayaran pajak di muka

atau pembayaran cicilan setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan ini

dinamakan Pajak Penghasilan Pasal 25. Selain itu juga, perusahaan harus

memperhatikan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan fiskal. Bagi

fiskus sebagai aparat pemerintah dalam bidang perpajakan, laporan laba rugi
dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan besarnya Pajak Penghasilan yang

dikenakan terhadap setiap perusahaan. Karena laba rugi yang diakui berbeda

dengan perhitungan perusahaan, maka koreksi fiskal perlu dilakukan agar

perusahaan dapat menghitung kewajiban pembayaran pajak terutangnya.

PT. BPR Paro Laba Tondano adalah badan usaha yang bergerak dibidang

perbankan dan merupakan wajib pajak yang harus menghitung, melaporkan, dan

menyetorkan sendiri pajak penghasilan terutang atas penghasilannya yang

diperolehnya berdasarkan self asessment system yang dianut perpajakan di

Indonesia. Namun dalam perhitungan pajak penghasilan badan seringkali terjadi

perbedaan antara pajak penghasilan yang telah dihitung (komersial) dengan

menurut fiskus. Pihak fiskus tidak selalu menerima perhitungan laba rugi menurut

perusahaan. Hal ini terjadi karena fiskus menghitung laba rugi perusahaan dengan

berpedoman kepada Peraturan Perpajakan yang berlaku, yaitu undang - undang

Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, sedangkan perusahaan

menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Akibatnya terjadi perbedaan mengenai pengakuan pendapatan dalam

laporan keuangan perusahaan (komersial) dengan laporan keuangan yang

ditetapkan oleh fiskus. Atas alasan tersebut maka penulis memilih judul “Analisis

Penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Badan pada PT. BPR Paro Laba

Tondano”
1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini di fokuskan pada bagaimana Analisis Penerapan

Akuntansi pada Pajak Penghasilan Badan di PT. BPR Paro Laba Tondano.

1.3 Rumusan Masalah

Dengan melihat focus latar belakang diatas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang terkait dengan judul penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perhitungan pajak penghasilan badan pada PT. BPR Rakyat

Paro Laba Tondano?

2. Bagaimana penerapan pajak penghasilan badan pada PT. BPR Paro Laba

Tondano?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka ada beberapa tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitan ini,adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan pajak penghasilan badan

pada PT. BPR Paro Laba Tondano

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pajak penghasilan badan pada

PT. BPR paro Laba Tondano

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah secara praktis

dan teoritis, yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian studi

strata 1 jurusan akuntansi, di Universitas negeri Manado, sekaligus


menambah pengetahuan akan implementasi teori-teori yang didapat

selama kuliah.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dalam

perhitungan pajak penghasilan badan yang sesuai dengan dengan Undang-

Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

b. Bagi pengembang teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan terutama di bidang akuntansi perpajakan yang berhubungan

dengan penerapan akuntansi pajak penghasilan badan terhadap

perusahaan.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian yang lebih luas dari penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Pajak

Definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 pasal 1 ayat

1 Pajak adalah kontribusi wajib untuk negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan ,undang-undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani,

pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang

oleh wajib pajak, pembayarannya berdasarkan peraturan-peraturan umum

(undang-undang) yang berlaku, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang

langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubungan dengan tugas Negara yaitu untuk menyelenggarakan

pemerintahan. Definisi diatas dapat disimpulkan beberapa elemen yang

mengandung pengertian pajak :

1. Pajak merupakan iuran rakyat yang dibayarkan kepada negara berdasarkan

perbuatan, peristiwa dan kejadian

2. Pajak dapat dipaksakan melalui undang-undang dan peraturan pemerintah

yang berlaku.

3. Pembayar pajak tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung dari

Negara.
4. Perolehan pajak untuk mengisi kas negara yang dan digunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin dan sisanya untuk pengeluaran

pembangunan dan cadangan.

5. Pajak juga dapat digunakan sebagai alat regulasi (kebijakan).

6. Hasil perolehan pajak untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak dalam Sari ( 2013 : 38) mempunyai dua fungsi :

1. Fungsi penerimaan (Budgeter)

Yaitu sebagai sumber untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya

dalam kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara, yaitu

pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Fungsi mengatur (Reguler)

Yaitu alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan ( misalnya

bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan, keamanan). Contohnya:

mengadakan perubahan tarif, memberikan pegecualian-pengecualian, keinginan-

keinginan atau sebaliknya pemberatan yang khusus ditujukan kepada masalah

tertentu.

2.1.3 Jenis-jenis Pajak

Pajak dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut (Resmi, 2014 :7) :

1. Menurut golongan

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri

oleh Wajib Pajak dan Tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain atau pihak lain . Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang

bersangkutan. Contoh: Pajak penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya : Pajak pertambahan nilai

(PPN).

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan

pribadi wajib pajak atau pengenaan yang memperhatikan keadaan

subjeknya. Misalnya, Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya

baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan

timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan

pribadi subjek pajak. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan

atas barng mewah (PPnBM).

2.1.4 Subjek dan Bukan Subjek Pajak Penghasilan

Subjek dan bukan subjek pajak penghasilan Mardiasmo (2016), membagi

subjek pajak penghasilan sebagai berikut :

1. Orang pribadi dan Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.

2. Badan

3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)


Tidak termasuk subjek pajak adalah :

1. Kantor perwakilan negara asing

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari


negara asing

3. Organisasi-organisasi

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional

2.1.5 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan ialah Penghasilan itu sendiri. Adapun kriteria yang

bukan objek penghasilan menurut undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat

(3) sebagai berikut :

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia.

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan.

c. Warisan
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari

wajib pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib

pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak

yang menggunakan norma penghitungan khusus.

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

diguna, dan asuransi beasiswa.

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai wajib pajak dalam Negeri, koperasi, badan usaha milik Negara,

atau badan usaha milik Daerah.

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai.

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidan-

bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,


perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif.

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau Peraturan Menteri Keuangan.

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan lembaga nirlaba yang

beregrak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2.1.6 Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak dalam Resmi (2014 : 10) mempunyai beberapa asas :

1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik

penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.


2. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal wajib pajak.

3. Asas kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara.

2.1.7 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

pemungutan pajak harus memenuhi syarat ( Mardiasmo, 2011 : 2) :

1. Pemungutan pajak harus adil ( syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-undang

dan pelaksanaan pemungutan harus adil.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)

Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara

maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian ( syarat ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.


5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.8 Sistem Pemungutan Pajak

Beberapa sistem pemungutan pajak yaitu antara lain (Resmi, 2014 : 11) :

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2.1.9 Konsep Akuntansi Pajak

Konsep Akuntansi Pajak menurut Mardiasmo (2011:1) menyatakan pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Feldmann

(2010:2) mendefinisikan pajak sebagai prestasi yang dipaksakan sepihak oleh

negara terhadap masyarakat ataupun perusahaan atas penghasilan kena pajak


(menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum) tanpa adanya

kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-

pengeluaran umum Negara.

2.1.10 Prinsip Akuntansi Pajak

Prinsip Akuntansi Pajak Prinsip-prinsip yang diakui dalam akuntansi pajak

meliputi (Muljono, 2009 : 2) :

1. Kesatuan akuntansi

a. Perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber perusahaan.

b. Ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan pemilik

Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya pembukuan

harus memisahkan hara dari wajib pajak.

2. Kesinambungan

Prinsip kesinambungan mengandung arti bahwa suatu entitas ekonomi

diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan

dibubarkan. Berdasarkan pasal 28 ayat 11 UU KUP, data-data yang berkaitan

dengan pembukuan wajib pajak harus disimpan di Indonesia paling tidak dalam

jangka 10 tahun.

3. Harga pertukaran yang obyektif

Transaksi keuangan harus dinyatakan dengan nilai uang. Transaksi antara

penjual dan pembeli akan menghasilkan harga pertukaran, yang oleh penjual

disebut harga jual dan oleh pembeli disebut harga perolehan (cost). Berdasarkan
pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang

menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan.

4. Konsistensi

Prinsip konsistensi mengandung arti bahwa penggunaan metode dalam

pembukuan tidak diperbolehkan berubah-ubah . Berdasarkan pasal 28 ayat 5 UU

KUP, pembukuan diselenggarakan dengan prinsip konsisten.

5. Konservatif

Prinsip ini mengandung arti kemungkinan rugi ( belum direalisasi, masih

merupakan tafsiran) sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara membentuk

penyisihan atau cadangan.

2.2 Pajak Penghasilan

2.2.1 Konsep Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2018:153), Undang-Undang No.7 tahun 1984

tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 januari 1984. Undang-Undang ini

telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir diubah dengan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang pajak penghasilan (PPh)

mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenan dengan

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak

tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.

Dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 disebutkan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib

pajak berasal dari luar Indonesia yang dapat dipakai konsumsi atau untuk

menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga

kelompok yang sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan, yaitu:

a. Penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan.

b. Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final.

c. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.

Pengelompokkan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan

mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan

objek berarti atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pajak (tidak menambah

laba fiskal).

2.2.2 Pajak Penghasilan Badan

Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Badan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu

perusahaan di mana penghasilan yang dimaksud adalah setiap penambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik

dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya

menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan

Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu perusahaan dimana

penghasilan yang dimaksud adalah setiap penambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik dari dalam maupun luar

negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya menambah kekayaan,

konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.


Pada UU Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang

dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya

dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang

dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Badan seperti yang

dimaksud dalam UU KUP. Adapun subjek dari PPh Badan yaitu:

a. Wajib Pajak Badan dalam negeri, yaitu badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia.

b. Wajib Pajak Badan luar negeri, yaitu badan yang tidak didirikan atau tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui BUT di Indonesia, dan atau badan yang melalui BUT di

Indonesia.

Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak badan yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2.2.3 Tarif Pajak

Penghitungan Pajak Penghasilan dan Tarif Pajak Penghasilan menurut

Undang-Undang Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Subyek Pajak. Penghasilan ada

yang merupakan objek pajak dan ada yang bukan objek pajak. Apabila

penghasilan diterima atau diperoleh Subyek Pajak, maka Subyek Pajak tersebut
akan mempunyai kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh).

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa PPh terutang atas dan bagaimana cara

penghitungan PPh atas penghasilan tersebut.

Menurut Prof Gunadi (2009), penghitungan PPh terutang dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu:

a. Unitary taxation, yaitu semua jenis penghasilan dijumlahkan menjadi satu


dan dikenakan dengan tarif umum (biasanya bersifat progresif) dan tidak
bersifat final.

b. Schedular taxation, yaitu mengenakan pajak atas jenis penghasilan


tertentu dengan mengalikan tarif tersendiri (tarif tunggal) dan bersifat
final.
Penghitungan Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Pajak

Penghasilan (UU PPh) pada awalnya (berdasarkan Undang-undang Nomor 7

Tahun 1983) menganut unitary taxation, dimana seluruh penghasilan dijumlahkan

menjadi satu dan dikenakan dengan tarif umum sebagaimana diatur dalam Pasal

17 UU PPh. Akan tetapi dalam perkembangannya, sejak dilakukannya

amandemen terhadap UU PPh dan diberlakukannya PPh Final atas jenis

penghasilan tertentu dan wajib pajak tertentu, maka UU PPh Indonesia telah

bergeser dari unitary taxation murni menjadi campuran (terdapat pengenaan pajak

tersendiri/scheduler taxation atas jenis penghasilan tertentu atau wajib pajak

tertentu).

Pertimbangan diberlakukannya scheduler taxation ini adalah untuk

kesederhanaan, kemudahan administrasi dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak.

Dengan sistem ini, Wajib Pajak yang menerima penghasilan tertentu wajib

membayar pajak berdasarkan persentase tertentu dari penghasilan bruto yang


diterima dan bersifat final. Sistem ini dianggap kurang memberi keadilan karena

wajib pajak wajib membayar pajak tanpa melihat apakah Wajib Pajak untung atau

rugi.

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Perpajakan. Dijelaskan Tarif tertinggi 28% dimaksud pada ayat (1 ) huruf a dapat

diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah. (2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

Tapi pada tahun 2021 terjadi perubahan tarif pajak melalui undang-undang

Harmonisasi Peraturan Perpajakan No. 07 Tahun 2021,dimana tarif pajak penghasilan

untuk badan berubah menjadi 22% mulai tahun pajak 2022.

2.2.4 Perhitungan Laba Menurut Standart Akuntansi Keuangan

Untuk memudahkan pembaca laporan keuangan agar memperoleh

gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus diidentifikasi

dengan nama perusahaan, jenis laporan, tanggal atau periode waktu tertentu dan

juga harus diperhatikan judul, catatan kaki, tanda mata uang dan peraturan-

peraturan dalam laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip akuntansi yang

lazim.

Sedangkan laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan


terdiri dari komponen-komponen (IAI, 2004 : 1.3) :
a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan ekuitas

d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan keuangan


Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja

dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu

perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil

keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di

masa yang akan datang (IAI, 2004 : 25.1) 29.

a. Penghasilan (Income)

Penghasilan adalah penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gains).

Definisi penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.1) adalah

Kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk pemasukan

atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

b. Beban (Expense)

Pengertian beban menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah Beban adalah

penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas

keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan

penurunan entitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

Sedangkan biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan.

c. Pengakuan penghasilan dan beban pengakuan (recognition)

Ini adalah proses secara formal untuk mencatat atau menggabungkan suatu

pos didalam perkiraan dan laporan keuangan suatu perusahaan (IAI, 2004 : 21).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, penghasilan diakui dalam laporan laba

rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur

dengan andal. Sedangkan beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan.

manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau

peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

2.2.5 Perhitungan Laba Menurut Undang-undang Perpajakan

Sebagaimana telah diketahui bahwa ada wajib pajak yang diharuskan

membuat pembukuan. Perhitungan PPh tahunan bagi wajib pajak yang

menyelenggarakan pembukuan ini dimulai dengan menghitung penghasilan neto

untuk mendapatkan dasar pengenaan pajaknya, biasanya disebut penghasilan kena

pajak.

a. Biaya

Menurut Undang-Undang pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6,

biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak

dalam Negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dua golongan yaitu:

1. Beban atau biaya yang mempunyai manfaat tidak lebih dari satu tahun,

misalnya: biaya gaji, biaya administrasi dan biaya bunga.

2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun,

misalnya: pembebanan dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.

Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak dapat pula

dibedakan menjadi:

1. Biaya yang boleh diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan bruto


(deductible expenses).
2. Biaya yang tidak boleh diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan
bruto (non deductible expenses).

Untuk kepentingan penghitungan pajak, biaya yang diperkenankan sebagai

pengurangan penghasilan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun

2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Dalam Pasal 6 UU PPh diatur

mengenai biaya yang berkenaan sebagai pengurangan penghasilan bruto atau

biaya fiskal diatur dalam Pasal 9 UU PPh.

2.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Mardika Evaluasi Penerapan Hasil penelitian ini
Yudistira Pajak Penghasilan menunjukan bahwa, dalam
Mamuya (2022) Badan pada CV. menghitung besarnya pajak
Anugerah Ilmu penghasilan badan terhutang,
Porodisa CV. Anugerah Ilmu Porodisa
sudah sesuai dengan tarif
pajak yang berlaku di mana
berdasarkan SPT Tahun Pajak
sebelumnya serta
mendapatkan fasilitas sesuai
pasal 31 e UU No. 36 tahun
2008. Namun dalam hal biaya
yang dikurangkan, ada biaya
– biaya yang tidak boleh
dikurangkan tetapi oleh
perusahaan tetap dimasukkan
sebagai pengurang
penghasilan bruto.
Berdasarkan koreksi fiskal
ditemukan adanya selisih
pajak penghasilan terutang
CV. Anugerah Ilmu Porodisa.
2. Gerald W. J. Analisis Penerapan Hasil penelitian ini
Dedi (2017) Akuntansi Pajak menunjukan bahwa Pajak
Penghasilan Badan penghasilan (PPh) badan PT.
pada PT. BPR Dana Bank Perkreditan Rakyat
Raya Manado Dana Raya Manado sudah
sesuai dengan tarif pajak yang
berlaku, namun dalam
pengakuan laba komersial
sebelum pajak yang
seharusnya diakui setelah
dilakukan koreksi fiskal oleh
perusahaan diakui sebelum
koreksi fiskal. Penerapan
akuntansi pajak penghasilan,
muncul kewajiban pajak
tangguhan maka jumlah
beban pajak menjadi besar
dan sebaliknya jika muncul
aktiva pajak tangguhan maka
jumlah beban pajak
penghasilan menjadi kecil.
3. Ina Liswanti Analisis Perhitungan Hasil penelitian ini
(2017) Pajak Penghasilan menunjukan bahwa,
Badan pada PT. Pencatatan dan perhitungan
Lamtora Blang Mane pajak penghasilan badan pada
PT. Lamtoro Blang Mane
belum sesuai dengan undang-
undang No.36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan.
Hal ini berdasarkan hasil
analisis, bahwa adanya biaya
yang digunakan untuk
pengurangan laba fiskal yang
seharusnya tidak termasuk
dalam laporan pajak
penghasilan perusahaan.
4. Noviana Widya Analisis Mekanisme Hasil penelitian ini
Ningsih (2021) Perhitungan dan menunjukan bahwa,
Pelaporan Pajak perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 25 Penghasilan (PPh) Pasal 25
pada CV. Anggrek CV Anggrek Jingga
Jingga Pekalongan. mempunyai tanggungan
pembayaran PPh Pasal 25
badan tahun pajak 2020.
Dengan hasil tersebut pajak
penghasilan pasal 25 CV
Anggrek Jingga bisa diangsur
setiap bulan.
5. Michelle A. Analisis Perhitungan Hasil penelitian ini
Gaghana (2021) dan Pelaporan Pajak menunjukan bahwa, dengan
Penghasilan Badan mengacu pada laporan
Pada PT. Unoson keuangan PT Unoson pada
Manado tahun 2017, PT. Unoson
sudah melakukan koreksi
fiskal, perhitungan tarif pajak
dan perhitungan penghasilan
netto perusahaan sudah sesuai
dengan undang-undang
perpajakan yang
berlaku.
2.4 Kerangka Berpikir

PT. BPR Paro laba Tondano merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perbankan. Dimana perusahaan dalam aktifitasnya perlu melakukan perhitungan
pajak karena telah di tetapkan sebagai wajib pajak badan. Pada peenelitian
ini,peneliti perlu menganalisis perhitungan pajak penghasilan badan dan
penerapannya dalam PT. BPR paro Laba Tondano , apakah sudah sesuai dengan
undang-undang No. 36 tahun 2008. Maka dari itu dipelukan pengasilan dari PT.
BPR Paro Laba Tondanno untuk memperhitungan penghasilan kena pajak
perusahaan lewat laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
digambarkan sebagai berikut :

PT. BPR Paro Laba

Tondano

Laporan Keuangan

Menurut Perusahaan Menurut Undang-udang

Perpajakan

Koreksi Fiskal

Penghasilan Kena Pajak


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Hidayat

(2010), Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian

pada suatu masa tertentu.

Sedangkan menurut Indrianto dan Supomo (2002, hal 88) “penelitian

deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu

yang diperoleh peneliti dari subjek berupa, individu, organisasi, industry atau

perspektif lain yang bertujuan untuk menjelaskan aspek – aspek yang relevan

dengan fenomena yang diamati. Penelitian deskriptif ini membahas tentang

gambaran pencatatan dan perhitungan PPh badan berdasarkan laba komersil

dan laba fiskal yang diterapkan di PT. BPR Paro Laba Tondano.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat

penelitian yang dipilih yaitu PT. BPR Paro Laba Tondano.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah PT. BPR Paro Laba Tondano. Objek penelitian ini

adalah data pajak PT. BPR Paro Laba Tondano.


3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

pustaka (library reseach) dan studi lapangan (field reseach).. Metode

pengumpulan data ini digunakan untuk membantu mendapatkan jawaban yang

lebih kompherensif atas permasalahan yang akan diteliti. Berikut ini adalah

penjelasan dari metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menurut Hardiansya (2017), yaitu sebagai berikut:

1. Studi Pustaka (library reseach)

Cara mengambil data yang bersifat teoritis, dengan jalan mempelajari buku-buku

catatan serta sumber lain yang mendukung dan ada kaitannya dengan penulisan

penelitian ini.

2. Studi lapangan (Fileld Reseach)

Penelitian yang dilakukan secara langsung terjun ketempat yang menjadi objek

penelitian, untuk mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

komunikasi langsung terhadap orang yang memiliki hak dan kewenangan untuk

memberikan sejumlah informasi yang dilakukan dalam penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu dengan cara pengumpulan data dari dokumen

perusahaan.

3. Internet Searching

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai tambahan referensi

yang bersumber dari internet guna melengkapi referensi penelitian yang terkait.
3.5 Metode Analisi Data

Metode Analisis yang digunakan dalam pembahasan ini dapat

dikemukakan sebagai berikut: Analisis Deskriptif Kualitatif yakni data yang

diperoleh dilapangan diolah sedemikian rupa sehigga memberikan data yang

sistematis, factual dan akurat mengenai permasalahan yang diteliti.

Adapun langkah yang dilakukan sesuai dengan kerangka berfikir yang

penulis tampilkan, yaitu melihat pertama menganalisa laporan keuangan yang ada

kemudian melihat beberapa ketentuan yang tidak sesuai dengan peraturan

perpajakan, dimana peraturan pajak itu sendiri memilik kriteria-kriteria yang

harus dilakukan dalam melakukan perhitungan pajak penghasilan badan.

Perbedaan pengakuan yang diakui oleh Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku dianalisis kembali dan dilihat selisih yang ada kemudian akan terdapat

perbedaan hasil yang didapat yang juga akan berdampak pada hutang pajak yang

akan dibayar oleh Badan. Perbedaan hasil pendapatan yang didapat mengharuskan

perusahaan melakukan koreksi fiskal guna mengoreksi kembali besar penghasilan

atau pajak terhutang. Jika tidak dilakukannya pengoreksian fiskal, perhitungan

yang dilakukan salah akan mengakibatkan perbedaan jumlah pajak terhutang yang

akan dibayarkan kepada pemerintah yang berwenang.


DAFTAR PUSTAKA

Dedi, G. W., & Sondakh, J. J. (2017). Analisis Penerapan Akuntansi Pajak

Penghasilan Badan pada PT. BPR Dana Raya Manado. Jurnal EMBA: Jurnal

Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 5(2).

Fitrianingrum, L. (2020). Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan Badan

Pt. Aneka Jaya Sentosa (Doctoral dissertation, STIA DAN MANAJEMEN

KEPELABUHANAN BARUNAWATI SURABAYA).

Gaghana, M. A., & Gamaliel, H. (2021). ANALISIS PERHITUNGAN

DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT. UNOSON

MANADO. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan

Akuntansi, 9(4), 582-592.

Krisanti, C., Widjaja, H., & Dewi, S. (2020). Analisis Perhitungan Pajak

Penghasilan Badan Pada PT Redsun Lestari Tahun 2018. Jurnal Paradigma

Akuntansi, 2(2), 930-935.

Liswanty, I. (2017). Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Bs dan Pada

PT. Lamtoro Blang Mane (Doctoral dissertation).

Marini, M., & HindunNurhasanah, S. (2020, February). ANALISIS

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT ARMADA

ANTAR LINTAS NUSA. In PROSEDING SEMINAR NASIONAL

AKUNTANSI (Vol. 2, No. 1).


Pangestu, T. L. (2019). Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan

Pada PT. BINA ARTHA VENTURA Makassar.

Purba, A. A. (2019). Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan Badan Pada

PT. Mina Mulia Perkasa (Doctoral dissertation

Sudarno, S., & Anggelina, N. ANALISIS AKUNTANSI PAJAK

PENGHASILAN BADAN PADA CV. BINA MANDIRI PERKASA. The

Journal of Taxation: Tax Center, 1(1), 52-68.

Wijaya, K., Safitri, A., & Ningsih, N. W. (2021). ANALISIS

MEKANISME PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 25 PADA CV ANGGREK JINGGA PEKALONGAN. Jurnal Aktual

Akuntansi Keuangan Bisnis Terapan (AKUNBISNIS), 4(2), 149-157.

Anda mungkin juga menyukai