Anda di halaman 1dari 38

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan aspek penting dalam proses pembangunan suatu bangsa

khususnya di Indonesia, yang karena pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

serta meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan

pajak yang berasal dari rakyat merupakan kontribusi nyata dalam menunjang

pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan. Dalam membayar pajak, untuk

menjadikan pajak sebagai sumber penerimaan negara yang paling utama bukanlah

hal yang mudah. Masyarakat Indonesia harus mengerti pajak dan cara

perhitungannya, agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam pembayaran

pajak. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang

Perpajakan. UndangUndang tersebut mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan pajak, wajib pajak, subjek pajak, objek pajak, maupun tata cara perhitungan

pajak.

Menurut Mardiasmo (2009 : 21) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang –Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi

mengatur (regulerend). Fungsi anggaran (budgeter) dari pajak adalah memasukkan

uang ke kas negara sebanyak-banyaknya untuk keperluan belanja negara. Dalam

hal ini pajak lebih difungsikan sebagai alat untuk menarik dana dari masyarakat
untuk dimasukan ke dalam kas negara. Sementara itu, fungsi mengatur (regulerend)

dari pajak berfungsi sebagai alat penggerak masyarakat dalam sarana

perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, fungsi

mengatur ini menggunakan pajak untuk mendorong dan mengendalikan kegiatan

masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah, walaupun

kadang dari sisi penerimaan (fungsi anggaran) justru tidak menguntungkan.

Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami peningkatan

yang cukup pesat, hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya investor baik dari

dalam maupun dari luar negeri yang menanamkan modalnya di Perusahaan-

perusahaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentunya sangat menguntungkan

pemerintah Indonesia karena perusahaan merupakan subjek pajak yang dapat

dikenakan pajak oleh Negara.

Persaingan bisnis di Indonesia semakin berkembang pesat dan tajam. Setiap

perusahaan dituntut untuk terus mengembangkan usahanya dalam menghadapi

persaingan ini. Perusahaan harus memiliki strategi-strategi khusus dalam

memenangkan persaingan pasar. Banyak macam-macam bisnis yang ada di

Indonesia ini yaitu salah satunya bisnis pendidikan, persaingan antar bisnis

pendidikan merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan berlangsung

semakin ketat. Kondisi demikian semestinya disikapi lembaga pendidikan dengan

berbagai langkah secara berkelanjutan. Berbagai bisnis yang ada di Indonesia salah

satunya bisnis Pendidikan harus berusaha meningkatkan labanya. Salah satunya

dengan cara mengelola perpajakan dengan baik, karena perpajakan adalah salah

satu pendapatan negara yang sangat menguntungkan.


Pasal 21 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran serta Wajib

Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban

perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan negara dan

pembangunan nasional. Wajib Pajak sendiri diberi kepercayaan untuk menghitung,

membayar serta melaporkan sendiri pajak terutangnya, yang disebut

SelfAssessment System, sedangkan pajak yang dipungut oleh aparatur perpajakan

disebut OfficialAssessment System, dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh

pihak ketiga disebut With Holding System. Melalui sistem ini administrasi perpajakan

dapat dilaksanakan dengan lebih mudah untuk dipahami oleh Wajib Pajak.

Jika PPh pasal 21 tidak dimanajemen dengan baik akan menimbukan sanksi

perpajakan sanksi PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan

berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan

kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai Subjek Pajak dalam negeri,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008

Tentang Pajak Penghasilan.

Pengenaan PPh Pasal 21 dilakukan dengan cara pemotongan pajak

penghasilan melalui Pemotong Pajak PPh Pasal 21. Sehingga sebagai pihak yang

dipotong PPh Pasal 21, maka pihak yang memperoleh penghasilan yang dipotong

PPh Pasal 21 berhak mendapatkan Bukti Potong PPh Pasal 21 dari

Pemotong Pajak PPh Pasal 21. Pemotong Pajak PPh 21 mempunyai kewajiban

menyetor PPH Pasal 21 ke Bank Persepsi atau kantor Pos dengan Surat Setoran
Pajak (SSP) dan melaporkan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan

Pajak dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok masalah

sebagai berikut, “Bagaimanakah Analisis Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji

Dan Tunjangan Aparatur Sipil Negara Pada Kantor Dinas Pendidikan Dan

Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan .?”

1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di maksud dalam penelitian ini, maka

tujuan darai penelitian ini adalah : Bagaimanakah analisis Penerapan PPh

Pasal 21 Atas Gaji Dan Tunjangan Aparatur Sipil Negara Terhadapa PPh 21

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pada Kantor

Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan .?”

Kegunaan Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan,

pengalaman, dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai prosedur

pajak, selain itu dapat dijadikan perbandingan dalam peneliti atau

penelitian yang sama. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian

selanjutnya.

2. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak diantaranya:

a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, pengalaman,dan menjadikanya sebagai dasar

pemahaman lebih lanjut terhadap teori ysng telah diperoleh dan

dipelajari, khususnya mengenai prosedur pph pasal 21,

sehingga bisa lebih memahami dan mengerti akan pentingnya

membayar pajak.

b. Bagi Objek Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menjadikan bahan

masukan bagi kantor Inspektorat Kabupaten Banggai

Kepulauan sehingga bisa membantu memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi oleh kantor.

c. Bagi Pembaca

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan

pemahaman, wawasan baru dan menjadikan referensi serta

perbandingan untuk peneliti selanjutnya dalam kejadian yang

sama.
II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN
HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara untuk membiayai

seluruh pengeluaran pemerintah yang bersifat umum. Pajak ditempatkan

pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan utama dalam meningkatkan

kas Negara. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya target

penerimaan Negara yang diharapkan dari sektor pajak.

Sedangkan definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 perubahan ketiga Undang-undang No 6 Tahun 1983 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Negara Indonesia menempatkan perpajakan sebagai peran serta

kewajiban warga Negara. Dalam membiayai pembangunan. Tujuanya untuk

dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakatnya.

Paja digunakan untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah

dalam bidang ekonomi


2.1.2 Fungsi Pajak

2.1.1.1 Fungsi Anggaran

Salah satu tugas utama dari negara adalah melakukan

pembangunan nasional seperti menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan

insfratktur dan pelayanan public lainnya. Namun dari mana Negara

memperoleh pemasukan untuk membiayai sekian pengeluaran tersebut.

Nah, salah satu penyumbangan terbesar pemasukan negara terbesar adalah

pajak. Di Indonesia, pajak merupakan contributor terbesar pendapatan

Negara. Pada APBN tahun 2017 misalnya, kontribusi pajak terhadap

pemasukan dan belanja Negara mencapai 83% atau setara Rp 1,283,6

triliun.

2.1.1.2 Fungsi mengatur

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan

negara dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut

memiliki kaitan yang cukup luas seperti dapat digunakan untuk menghambat

laju inflasi. Dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,

seperti: pajak ekspor barang. Dapat memberikan proteksi atau perlindungan

terhadap barang produksi dari dalam negeri, contohnya: Pajak Pertambahan

Nilai (PPN). Dan dapat mengatur dan menarik investasi modal yang

membantu perekonomian agar semakin produktif.

2.1.1.3 Fungsi Pemerataan

Maksud dari fungsi pemerataan ini adalah pajak dapat digunakan

untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan


dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga kesenjangan

antar ekonomi dan sosial di antara masyarakat tidak begitu jauh.

2.1.1.4 Fungsi Stabilisasi

Fungsi stabilisasi ini adalah pajak dapat digunakan untuk

menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian, seperti: untuk mengatasi

inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang

yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan

ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang

yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

2.1.1.5 Jenis Pajak

Menurut Resmi (2014:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat

dikelompokan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan,

menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya yaitu akan dijabarkan

seperi dibawah ini :

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi

beban wajib pajak yang bersangkutan, misalnya pajak penghasilan

(PPh).

b. Pajak Tidak Langsung


Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidaka langsung terjadi jika

terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang

menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang

atau jasa, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifat

Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya, misalnya Pajak Penghasilan

(PPh).

b. Pajak Objekif

Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa

yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib

pajak) maupun tempat tinggal, misalnya: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :


a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara pada umumnya, misalnya PPh, PPN dan PPnBM.

b. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah

tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga daerah masing–masing, misalnya Pajak kendaraan

2.1.3 Objek Pajak

Sesuai dengan definisi pph, yaitu pajak penghasilan, pengenaan pajak

diterapkan kepada setiap orang pribadi atau badan usaha yang memperoleh

penghasilan. Penghasilan menurut pajak digolongkan dalam 2 jenis, yaitu

sebagai berikut.

1. Objek Pajak

Menurut Agus Setiawan, ak. (2006:4) objek pajak adalah penghasilan

atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk dikonsumsi atau untuk menambah

kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam

bentuk apa pun.

2. Bukan Objek Pajak


Menurut Agus Setiawan, ak. (2006:5) bukan objek pajak adalah

penghasilan yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi maupun Badan

yang tidak dikenakan pajak pada saat penerimaan penghasilan.

Misalnya warisan, natura untuk karyawan, dividen untuk perusahaan

terbatas (PT) atas penyertaan modal yang disetor 25% ke atas, yang

diterima oleh perusahaan .

2.1.4 Objek PPh Pasal 21

2.1.4.1 Pemahaman Umum Tentang PPh Pasal 21

1. Atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi dalam

negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

dengan nama dalam bentuk apa pun, dilakukan

pemotongan, penyetoran, pelaporan oleh:

a. Pemberi kerja

b. Bendaharawan pemerintah

c. Dana pensiun

d. Badan yang membayar honorarium untuk tenaga ahli

e. Perusahaan, badan dan penyelenggara

2. Tidak termasuk pemberi kerja yang wajib melakukan

pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak adalah:

a. Badan perwakilan negara asing

b. Organisasi internasional yang telah disahkan oleh Mentri

Keuangan No 574/KMK.04/2000 jo
KMK.532/KMK.03/2002jo. KMK No.69/KMK.03/2003, jom

KMK 243/KMK.03/2003

3. Penghasilan Pegawai tetap/pensiun bulanan dipotong pajak

dari penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan/biaya

pensiun yang besarnya ditetapkan oleh Menkeu Nomor

521/KMK.04/1998 dan dikurangi PTKP.

1) Pengertian Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

a. Biaya Jabatan

Diberikan pengurangan penghasilan bruto untuk

karyawan tetap yang masi aktif bekerja, biaya

jabatan ini merupakan biaya yang fiktif (tidak riil),

biaya ini merupakan biaya kebijaksanaan

pemerintah karena setiap orang yang

berpenghasilan, tentu ada biaya yang telah

dikeluarkan Biaya Jabatan 5% X penghasilan bruto

atau maksimal Rp 500,000,00 per bulan dan

Rp6,000,000,00 pertahun, kemudian pilih yang

terkecil berdasrkan masa kerja dengan ketentuan

bahwa biaya jabatan melekat pada perusahaan

tempat dia bekerja.

b. Biaya Pensiun

Biaya pensiun adalah pengurang penghasilan bruto

dalam menghitung PPh pasal 21 yang terutang dan


harus dipotong atas penghasilan yang diterima

pererimna pensiun secara bulanan. Besarnya biaya

pensiun yang ditetapkan peraturan direktur jendral

pajak No. PER-16/PJ/2016 adalah 5% dari penghasilan

bruto dan setinggi-tingginya Rp 200.000.00 perbulan

dan 2.400.000.00 pertahun.

1) Macam – Macam Tarif PTKP 2019

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) juga memiliki

tiga golongan WP orang pribadi dalam tarif PTKP

tahun 2019, yaitu antara lain:

(1) Tarif PTKP Tahun 2019 Pria/Wanita Lajang

Kode TK (Tidak Kawin)

 TK/0 adalah Tarif PTKP untuk Pria/Wanita

lajang tanpa adanya tanggungan atau

tanggungan sebesar Rp 54.000.000./tahun

 TK/1 adalah Tarif PTKP untuk Pria/Wanita

lajang dengan adanya 1 tanggungan (berupa

ibu, bapak, atau anak tanggungan sebesar

Rp 58.500.000./tahun..

 TK/2 adalah Tarif PTKP untuk Pria/Wanita

lajang dengan adanya 2

tanggungan(berupa ibu, bapak, atau anak)

tanggungan sebesar Rp 63.000.000./tahun.


 TK/3 adalah Tarif PTKP untuk Pria/Wanita

lajang dengan adanya 3

tanggungan(berupa ibu, bapak, atau anak)

tanggungan sebesar Rp 67.500.000./tahun.

(2) Tarif PTKP Tahun 2019 Pria Kawin Kode K

(Kawin)

 K/0 adalah Tarif PTKP untuk Pria sudah

kawin tanpa adanya tanggungan hanya

Pria tersebut dan istrinya sebesar Rp

58.500.000./tahun.

 K/1 adalah Tarif PTKP untuk Pria sudah

kawin mempunyai 1 tanggungan(berupa

ibu, bapak, atau anak) sebesar Rp

63.000.000./tahun.

 K/2 adalah Tarif PTKP untuk Pria sudah

kawin mempunyai 2 tanggungan(berupa

ibu, bapak, atau anak) sebesar Rp

67.500.000./tahun.

 K/3 adalah Tarif PTKP untuk Pria sudah

kawin mempunyai 3 tanggungan(berupa

ibu, bapak, atau anak) sebesar Rp

72.000.000./tahun.
(3) Tarif PTKP Tahun 2019 Penghasilan Suami

dan Istri Kode KI (Kawin + Istri)

 KI/0 adalah Tarif PTKP untuk Penghasilan

Suami dan Istri digabung tanpa

tanggungan hanya Suami dan istrinya

sebesar Rp 112.500.000./tahun.

 KI/1 adalah Tarif PTKP untuk Penghasilan

Suami dan Istri digabung dengan 1

tanggungan(berupa ibu, bapak, atau anak)

sebesar Rp 117.000.000./tahun.

 KI/2 adalah Tarif PTKP untuk Penghasilan

Suami dan Istri digabung dengan 2

tanggungan(berupa ibu, bapak, atau anak)

sebesar Rp 121.500.000./tahun.

 KI/3 adalah Tarif PTKP untuk Penghasilan

Suami dan Istri digabung dengan 3

tanggungan(berupa ibu, bapak, atau anak)

sebesar Rp 126.000.000./tahun.Berikut ini

adalah tabel jumlah PTKP yang berlaku

sejak tahun 2019, yaitu antaralain:

Daftar Tabel 2.1

Tabel Jumlah PTKP


Kode PTKP Tahun 2016-2019

TK/0 Rp 54.000.000

K/0 Rp 58.500.000

K/1 Rp 63.000.000

K/2 Rp 67.500.000

K/3 Rp 72.000.000

Daftar Tabel 2.1

Tabel PTKP

PTKP Tarif PTKP

WPS 54.000.000

Tambahan WPK 4.500.000

Tambahan untuk yang


54.000.000
penghasilanya digabung suami

Tambahan untuk setiap anggota


4.500.000
keluarga sedarah

Sumber PMK : No 101/PMK.010/2016


2.1.4.2 Klafikasi PPh Pasal 21

1 Karyawan yang Berhak Mendapatkan Biaya Jabatan atau Biaya

Pensiun dan PTKP

Berdasarkan pasal 1 angka 5 dan pasal 10 ayat 1 dan 2 huruf a

dan b, kep-DPJ N0.545/PJ./2000. Karyawan yang memperoleh

biaya jabatan atau biaya pensiun dan PTKP hanyalah karyawan

tetap atau pensiun bulanan.

(penghasilan bruto – biaya jabatan – PTKP = kena pajak)

2. Karyawan yang Berhak Mendapatkan PTKP Saja

a. Pegawai harian lepas dengan upah harian, satuan,

borongan,honorarium, dan imbalan lainya tersebut dihitung

atas dasar banyaknya hari yang dipakai;

Contoh: upah harian, upah mingguan, upah satuan (pasal 9

ayat 1-5 KEP-DPJ No545/pj./2000 jo. PER-DPJ

No.15/PJ./2006).

b. Penerimaan bea siswa (pasal 9 ayat 6 Kep-DPJ No.

545/PJ./2000 jo. PER-DPJ No.15/PJ./2006).

c. Pemagang dan calon pegawai (pasal 10 ayat 2 huruf c Kep-

DPJ No.545/PJ./2000 jo. PER-DPJ No.15/PJ./2006).

d. Penerima komisi atas kegiatan multilevel marketing (pasal

ayat 2 huruf d KEP-DPJ No.545/PJ./2000 jo. PER-DJP

No.15/PJ./2006).
2.1.4.3 Pemotongan PPh Pasal 21

Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 adalah:

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek), PT Taspen, PT Asabri.

4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain

kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi subjek pajak luar negeri,

dan peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.

5. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas.

6. Penyelenggara kegiatan

2.1.4.4 Penerimaan Penghasilan Yang di Potong PPh Pasal 21

1 Pegawai tetap.

2 Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah,

pemberi jasa, pengelola proyek, peserta perlombaan,

petugas dinas luar asuransi), distributor MLM/direct selling

dan kegiatan sejenis.

3 Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang

pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari

Tua atau Jaminan Hari Tua.

4 Penerima honorarium
5 Penerima upah.

6 Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter,

Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris).

7 Peserta Kegiatan.

2.1.4.5 Penerimaan Penghasilan yang Tidak di Potong PPh Pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain

dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama

mereka, dengan syarat:

2. bukan warga negara Indonesia dan

3. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain

di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

oleh Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan warga

negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan

atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di

Indonesia.

2.1.4.6 Penghasilan yang di Potong PPh Pasal 21

1. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau

penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun

bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota


dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi

bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang

ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan

kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan

transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan

pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar

pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama

apa pun;

2. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima

pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa

produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari

raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan

penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;

3. upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah

borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap

atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau

mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau

pemagangan yang merupakan calon pegawai;

4. uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan

Hari Tua, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis

sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja;

5. honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan

nama dan dalam bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan


pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri, terdiri atas:

a. tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter,

Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris)

b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,

bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,

crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain

drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c. olahragawan;

d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,

komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial;

g. agen iklan;

h. pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa

kepada suatu kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat;

i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;

j. peserta perlombaan;

k. petugas penjaja barang dagangan;

l. petugas dinas luar asuransi;


m. peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan

pegawai atau bukan sebagai calon pegawai;

distributor perusahaan multilevel marketing atau direct

selling dan kegiatan sejenis lainnya.

Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang

terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang

bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara,

Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-

tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun

yang diterima oleh pensiunan termasuk janda/duda atau

anak-anaknya.

2.1.4.7 Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang di Potong PPh Pasal

21

1 pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan

asuransi bea siswa;

2 penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam

bentuk apa pun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau

Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain

Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak

Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak

Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus

(deemed profit);
3 iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran

Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek

yang dibayar oleh pemberi kerja;

4 zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan

atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah.

5 beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1

UU PPh). Ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.03/2008.

2.1.4.8 Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak

tetap, pemagang dan calon pegawai, serta distributor

MLM/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif

Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan

Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai

berikut:

a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya

jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp

6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan); dikurangi

iuran pensiun/iuran jaminan hari tua, dikurangi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).


b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi

biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp

2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan); dikurangi

PTKP.

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai:

Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang diterima atau

diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.

d. Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis:

penghasilan bruto tiap bulan dikurangi PTKP per bulan.

Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi,

bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan

yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan

untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima

jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang

menarik dananya pada dana pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17

Undang-undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.

Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif

berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh x 50% dari perkiraan

penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.

Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai,

serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang
besarnya melebihi Rp 150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim

jumlahnya tidak melebihi Rp 1.320.000 atau tidak dibayarkan secara

bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan

menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp 150.000.

Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 1.320.000, maka

besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai

dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang

bersangkutan dibagi 360.

Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau

Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final

sebagai berikut:

a. 0% dari penghasilan bruto sampai dengan Rp 25.000.000

(dikecualikan dari pemotongan pajak).

b. 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp

50.000.000.

c. 10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp

100.000.000.

d. 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp

200.000.000.

e. 25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.

Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium

dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau

Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan
bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke

bawah, anggota TNI/Polri berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawa

2.1.4.9 Macam-macam Tunjangan

1. Tunjangan Beras

Tunjangan beras diberikan sebagai pengganti uang pembelian

beras yang diberikan oleh pemerintah. Tunjangan ini diberikan

berupa uang, bukan berupa beras.  Penerima tunjangan beras

adalah PNS dan Pensiun. Besar tunjangan yang diberikan

mencapai 7 ribu-an setiap kilonya. Nominal tunjangan ini

memang lebih besar dibanding tunjangan beras pada tahun

2013. Tunjangan beras diberikan kepada setiap anggota

keluarga dengan maksimal K2. Dengan tunjangan ini, PNS

mendapatkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

2. Tunjangan Umum

Tunjangan umum merupakan tunjangan yang diberikan kepada

Pegawai Negeri yang menjabat struktural sebuah lembaga atau

instansi dan juga tidak termasuk jabatan fungsional. Tunjangan

ini diatur dalam Perpres nomor 12 tahun 2006. Berapa j

tunjangan umum yang diterima oleh PNS yaitu mulai dari PNS

golongan 1 sampai gilingan 3.

3. Tunjangan Anak Istri

Macam-macam tunjangan PNS selanjutnya adalah tunjangan

anak dan istri. Tunjangan ini diberikan kepada PNS yang telah
berkeluarga (memiliki istri dan anak).  Tunjangan anak dan istri

tercantum dalam pasal I PP no. 7 tahun 1977. Perhitungan

jumlah tunjangan ini disesuaikan dengan gaji yang diterima. 

Tunjangan yang diberikan kepada istri adalah 10% dari gaji

pokok yang diterima.Sementara tunjangan anak sebesar 2%

dari gaji pokok dan diberikan maksimal kepada 3 orang anak.

Tunjangan anak ini berlaku juga pada anak yang belum 

mencapai usia 21 tahun, anak angkat, anak yang belum

pernah menikah dan anak yang belum berpenghasilan.

4. Tunjangan Jabatan

Apabila Anda menduduki jabatan dalam struktural

pemerintahan atau fungsional, maka Anda akan mendapatkan

tunjangan jabatan tersebut. Tunjangan ini khusus diberikan

kepada PNS yang memiliki jabatan. Besar tunjangan jabatan ini

berbeda-beda, tergantung dari jabatan yang diduduki dan

dimana tempat berdinas. Untuk lebih memahami tunjangan

jabatan.

5. Tunjangan Jabatan Fungsional

Berbeda dengan tunjangan struktural, besaran tunjangan

fungsional diberikan seusai dengan rumpunnya. Karena setiap

rumpun berlaku peraturan presiden yang berbeda-

beda.Tunjangan ini diberikan kepada seseorang yang


melakukan tugas fungsi sesuai dengan jabatan yang

diamanahkannya.

6. Tunjangan Kinerja

Tu Macam-macam tunjangan PNS selanjutnya adalah

tunjangan kinerja. Tunjangan ini diberikan untuk menunjang

kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dengan tunjangan kinerja ini

diharapkan PNS lebih meningkatkan kinerjanya dalam

mengemban tugas-tugas atau melayani keperluan masyarakat.

Besar tunjangan kinerja berbeda-beda untuk setiap unit, baik

pada kementerian maupun non-kementerian. Namun,

beberapa kementerian belum mendapatkan tunjangan ini

7. Tunjangan Hari Raya

Pemberian THR kepada PNS dan Polri diberikan sebagai upah

di luar gaji dalam rangka menyambut hari raya. Tunjangan

tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya

keluarga.

2.2 Krangka Pikir

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang

sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung.

Terdapat perbedaan pada definisi pajak secara hukum dan secara ekonomi dari

pajak. Ahli ekonomi meyakini bahwa tidak semua transfer finansial ke sektor publik

dapat dikategorikan sebagai pajak. Dalam sistem perpajakan modern, pemerintah

memungut pajak dalam bentuk uang, tetapi pembayaran secara natura maupun
kerja atas pajak adalah karakteristik dari pajak tradisional atau pre-kapitalis dan

fungsinya setara.

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yaitu merupakan besarnya

penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang

yang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang

Pribadi yang akan menjalankan usaha atau pekerjaan bebas lainnya maka

jumlahnya akan dibawah PTKP tidak akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)

dan memiliki Pasal 25/29. Apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima

penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan

dapat dilakukan dalam pemotongan PPh Pasal 21.

Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa

gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam

bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan

yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

Tinjangan adalah sejumlah uang yang diberikan atau dialokasikan secara

rutin untuk tujuan tertentu. Dalam konteks anak-anak, orang tua dapat menyediakan

tunjangan yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk membeli kebutuhannya

sendiri.

Peraturan dirjen pajak No. PER-01/PJ/2016. Peraturan ini berisi ketentuan

mengenai tata cara penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan tahunan

(SPT) pajak. Peraturan yang ditandatangani oleh Plt. Direktur Jenderal Pajak Ken

Dwijugiasteadi ini mulai berlaku sejak tanggal 18 Januari 2016. Di dalam peraturan

ini termuat ketentuan mengenai teknis penerimaan dan pengolahan SPT. Antara
lain, cara penyampaian SPT, validasi nomor pokok wajib pajak, serta pembetulan.

Selain itu, di dalam peraturan ini juga terlampir lengkap formulir-fomulir yang

berkaitan dengan penyampaian SPT.

PP No 46 tahun 2013 adalah peraturan mengenai penghasilan atau

pendapatan dari usaha yang diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

tertentu dalam satu tahun masa pajak. PP ini mulai diterapkan pada 1 Juli 2013.

Tujuan dari peraturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yakni menghitung, membayar dan

melaporkan pajak. PP no 46 tahun 2013 pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa

besarnya tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 PP No 46 tahun 2013 adalah 1% dari omset. Dasar yang digunakan untuk

menghitung pengenaan pajak penghasilan yang bersifat final dalam peraturan ini

adalah jumlah peredaran bruto setiap bulannya.


Dinas Pendidika dan Kebudayaan
Kab Banggai

PPH PASAL 21

Penghasilan berupa :
Gaji, Upah, Honorium, Tunjangan, dan Pembayaran
Lain dengan Nama/bentuk apapun

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir:


2.3 Hipotesis

Diduga Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji Dan Tunjangan Aparatur Sipil

Negara Pada Kantor Dinas Pendidikan dn Kebudayaan Kabupaten Banggai

Kepulauan Masi Kurang Efesien


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan dengan waktu penelitian dilakukan

selama tiga bulan, dari bulan Maret sampai Mei 2020.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam Penelitian ini adalah berasal dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Banggai Kepulauan.

3.2.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah data-data dan tunjangan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan.dari tahun 2017

sampai 2018.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif, adalah data yang diperoleh dari lokasi penelitian dalam

bentuk informasi baik secara lisan maupun tertulis, misalnya profil Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan serta prosedur pengelolaan pajak.

b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari lokasi penelitian dalam

bentuk angka-angka, misalnya laporan pembayaran pajak aparatur sipil


pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan

periode 2017 sampai 2018

III.3.2 Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Data primer adalah data yang langsung diberikan data kepada

pengumpul data. Sumber primer berupa catatan wawancara yang

diperoleh melalui catatan wawancara yang diperoleh melalui

wawancara serta observasi lapangan yang dilakukan oleh penulis.

b. Data sekunder data penunjang yang bersumber dari pihak Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan

berupa sejarah singkat, struktur organisasi, peraturan daerah

tentang tugas pokok, dan lain-lain.

3.4 Definisi Oprasional Variabel

1. Pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan oleh rakyat atau wajib

pajak kepada negara untuk kepentingan pemerintah dan

kesejahteraan masyarakat umum.

2. Fungsi pajak ialah peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan

karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk

membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

pembangunan
3. Objek pajak adalah sumber pendapatan yang dikenakan pajak.

Sedangkan subjek pajak adalah orang pribadi atau entitas yang

ditentukan untuk menjadi subjek pajak

4. Tunjangan adalah sejumlah uang yang diberikan atau dialokasikan

secara rutin untuk tujuan tertentu. Dalam konteks anak-anak, orang

tua dapat menyediakan tunjangan yang dapat digunakan oleh

anak-anak untuk membeli kebutuhannya sendiri.

5. Analisis dalam PPh Pasal 21 penghasilan untuk mengukur suatu

pajak sesuai dengan penerapanya UU No. 36 Tahun 2008

mengatur pengenaan pajak penghasilan, bagaaimana dalan

kepatuhan dalam wajib pajak.

5.5 Metode Pengumpulan Data

Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan bagi kepentingan

penulisan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data penelitian

sebagai berikut:

1. Metode wawancara atau dengan cara tanya jawab, wawancara pada

hakekatnya adalaah tehnik pengumpulan data yang digunakan penelitian

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan

berhadapan muka dengan orang yang telah ditetapkan sebelumnya dan

dianggap dapat memberikan keterangan kepada peneliti.

2. Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui berbagai literature,

laporan-laporan serta berbagai dokumen yang berkaitan dengan peneliti.


5.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah

metode deskriptif adalah untuk menganalisis penerapan PPh 21 pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Banggai Kepulauan sesuai UU Pajak No36

Tahun 2008, metode deskriptif adalah suatu metode pembahasan yang sifatnya

menguraikan, menggambarkan, membandingkan, dan menerangkan suatu data atau

keadaan yang sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang

relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Aidhil Pratama (2020). “Ruang Pns”. https://www.ruangpns.com/macam-macam-


tunjangan-pns/. Diakses 12 Mei 2020

Ahmad Abdul Haq (2015). "Pajak Penghasilan Pasal 21”. https://www.wikiapbn.org/pajak-


penghasilan-pasal-21/. Diakses 12 Mei 2020

djp (2020). “Fungsi Pajak” https://pajak.go.id/id/fungsi-pajak. Diakses 13 Mei 2020

Fauzi Achmad Mustofa Kertahadi Mirza Maulinarhadi R (2016). “PENGARUH


PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, TARIF PAJAK DAN ASAS
KEADILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”. Jurusan Administrasi
Bisnis. Fakutas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Vol. 8 No. 1, Juni
2016

Mardiasmo, (2009). Perpajakan Edisi Revisi. Penerbit. Andi. Yogyakarta

Agus Setiawan. (2006). PPh Pemotongan Pemungutan. Penerbit. Raja Grafindo


Persada. Jakarta

Mamikos (2019). “Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak”.


https://mamikos.com/info/ptkp-2019-tarif-penghasilan-tidak-kena-pajak/
Diakses 26 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai