DASAR-DASAR PERPAJAKAN
DOSEN PENGAMPU :
Deden, S.Pd., M.Pd
NAMA KELOMPOK :
Deswa Nuralya/205030320
Fitri Dwi Handayani/215030333
Ririn Suyanti/215030324
Siti Maryam/205030323
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua negara menerapkan aturan pajak baik langsung maupun tidak langsung.
Pajak menjadi salah satu komponen pentung dalam perjalanan suatu bangsa.
Dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan,
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat atau pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas Negara
yang digunakan utnuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
Struktur pembiayaan negara dapat terlaksana karena adanya pungutan pajak. Pajak dalam
kehidupan bersifat dinamis mengikuti perkembangan yang ada. Pungutan pajak sendiri
sudah diatur dan besarannya disesuaikan dengan norma yang berlaku.
Akan tetapi,tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak bahkan tidak
sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptkan suatu mekanisme yang dapat memberikan
daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah satu mekanisme
tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan lembaga ini masih
kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa
badan merupakan hal yang berlebihan.
Di lain pihak,muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan
efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yg nakal
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pajak?
2. Apa saja ciri-ciri dan fungsi pajak?
3. Apa saja syarat dan azas pemungutan pajak?
4. Bagaimana teori pemungutan pajak?
5. Apa saja dasar hukum pajak?
6. Bagaimana penggolongan pajak di Indonesia?
7. Bagaimanan sistem pemungutan pajak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pajak
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan fungsi pajak
3. Untuk mengetahui syarat dan azas pemungutan pajak
4. Untuk mengetahui teori pemungutan pajak
5. Untuk mengetahui dasar hukum pajak
6. Untuk mengetahui penggolongan pajak di Indonesia
7. Untuk mengetahui sistem pemungutan pajak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari sektor pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat.
Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai pembangunan
di pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai anggaran
kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak dapat
dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang
yang mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.
- Fungsi Pajak
Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya
pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh
pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,
seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan
ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang
beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.
Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai di
berbagai negara. Di Indonesia, pemerintah lebih menitikberatkan pada dua fungsi
pajak sebagai pengatur dan budgeter. Lembaga pemerintah yang
mengelola pajak negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan.
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.
Self assessment berarti wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melapor kewajiban perpajakannya sendiri. Jadi tidak memaksa wajib pajak membayar
pajak sebesar-besarnya, tapi sesuai dengan aturan perundang-undangan.
DJP sesuai fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penyuluhan, pelayanan,
serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, DJP
berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan
misinya.
1. Asas Domisili
Pemungutan pajak yang dilakukan kepada warga negara yang bertempat tinggal di
negara tersebut atau bagi perusahaan yang memiliki kedudukan di negara tersebut.
Dalam asas ini, negara mengabaikan dari mana wajib pajak mendapatkan penghasilan
yang akan dikenakan pajak.itu.
Hal tersebut membuat negara akan menggabungkan asas domisili dengan konsep
pungutan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara tersebut atau dari luar
negara.
2. Asas Sumber
Negara akan memungut pajak atas suatu penghasilan yang diterima oleh orang
pribadi maupun badan di negara tersebut. Asas ini tidak mempersoalkan siapa dan
apa status wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Sebab yang menjadi landasan
pengenaan pajak adalah objek pajak yang berasal dari negara tersebut.
3. Asas Kebangsaan, Nasionalisme, dan Kewarganegaraan
Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan Kebangsaan atau status kewarganegaraan
wajib pajak. Sama seperti asas domisili, pengenaan pajak bisa dilakukan dengan cara
menggabungkan asas kebagsaan dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan
yang diperoleh di luar negeri.
2. Asas Yuridis
Asas yuridis yang dimaksud adalah bahwa pungutan pajak di Indonesia didasari oleh
asas hukum yang telah dibuat oleh negara melalui perundang-undangan.
Dasar pengenaan pajak di Indonesia sendiri didasari melalui Pasal 23 Undang-
Undang Dasar 1945 yang diikuti dan dijabarkan melalui Undang-Undang berikut:
-Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan bangunan (PBB).
-Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
-Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
-Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
-Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
-Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
-Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Adanya asas yuridis juga membuat aktivitas perpajakan di suatu negara bisa berjalan
dengan adil dan sewajarnya. Asas yuridis juga memberikan jaminan perlindungan
hukum bagi wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan mengacu pada setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia
wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negara Indonesia.
Asas kebangsaan juga mengatur pemungutan pajak bagi warga negara asing yang
tinggal dan berada di Indonesia dengan syarat.
Syarat tersebut adalah warga negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia
dan/atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun.
4. Asas Wilayah atau Domisili
Asas wilayah adalah asas pemungutan pajak berdasarkan lokasi tempat tinggal wajib
pajak berada.
Itu artinya, wajib pajak yang memiliki objek pajak dalam bentuk apapun di wilayah
negara Indonesia, maka wajib mematuhi aturan perpajakan di wilayah tersebut.
Sebagai contoh Ibu Zubaidah merupakan WNI yang tinggal di Hongkong. Maka
menurut asas wilayah, baik properti maupun penghasilan yang dimiliki oleh Ibu
Zubaidah tidak wajib dipungut pajak oleh pemerintah Indonesia.
Sebaliknya bagi WNA yang tinggal di Indonesia dengan aturan tertentu maka WNA
tersebut wajib dikenakan pajak berdasarkan hukum pajak di Indonesia.
5. Asas Sumber
Asas sumber adalah dasar pemungutan pajak sesuai dengan asal objek pajak yang
dikenakan.
Jika objek pajak itu berasal dari negara atau wilayah A maka negara atau wilayah A
tersebut wajib mengenakan pajak atas objek pajak tersebut.
Sebagai contoh, Erwin merupakan Warga Negara Filipina dan bertempat tinggal di
Filipina memiliki penghasilan berupa dividen dari perusahaan yang berasal di
Indonesia.
Maka penghasilan dividen tersebut dianggap sebagai objek pajak dari negara
Indonesia karena dianggap sebagai sumber penghasilan berada.
6. Asas Ekonomis
Asas ekonomis yang dimaksud adalah bahwa pengenaan pajak harus digunakan
sesuai dengan kepentingan umum dan efisien.
Asas ini mengatur bahwa dasar pengenaan pajak tidak boleh melebihi dari
penerimaan pajak itu sendiri yang mungkin menyebabkan kemerosotan kondisi
perekonomian masyarakat.
Asas ekonomis juga mengatur bahwa penerimaan pajak diharapkan mampu
berkontribusi terhadap pembangunan negara tanpa harus melalui skema penerimaan
lain misalnya utang negara.
7. Asas Finansial
Asas finansial adalah prinsip dasar pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan
kondisi keuangan atau pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.
Oleh karena itu di Indonesia diatur perbedaan besaran pungutan pajak penghasilan
berdasarkan beban keluarga dan jumlah pendapatan dalam setahun.
Contoh: Bapak Resa bekerja sebagai konsultan pajak dengan pendapatan
Rp300.000.000 per-tahun dan memiliki beban satu orang anak, sedangkan Ibu Septi
bekerja sebagai guru dengan penghasilan Rp50.000.000 per-tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang dikenakan oleh kedua orang tersebut
akan berbeda.
Berdasarkan asas ini pula, pajak yang dipungut dari kedua orang tersebut tidak boleh
lebih dari pendapatan mereka dalam satu tahun.
Hal ini juga berlaku bagi orang yang memang belum memiliki penghasilan maka
tidak diwajibkan untuk membayar pajak.
D. Teori Pemungutan Pajak
Meski dijelaskan berbagai teori tentang dasar pemungutan pajak, pembayaran pajak
umumnya telah dianggap sebagai sebuah beban, ketimbang sebagai sebuah kewajiban
apalagi sebuah kesadaran bahwa pemungutan pajak memang perlu didukung. Hal ini
antara lain disebabkan karena tidak adanya kontraprestasi yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar pajak. Teori yang menjadi “dasar” bagi negara untuk
pemenuhan pajak, antara lain:
1. Teori Asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala
kepentingannya misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Masyarakat
seakan mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara
sehingga masyarakat harus membayar “premi” kepada negara. Pada kenyataannya
menyamakan pajak dengan premi tidaklah tepat, karena jika masyarakat mengalami
kerugian, negara tidak dapat memberikan penggantian layaknya perusahaan asuransi.
2. Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan bahwa negara yang melindungi kepentingan harta dan
jiwa warga negara dengan memperhatikan pembagian beban yang harus dipungut dari
masyarakat. Pembebanan ini didasarkan pada kepentingan setiap orang termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk
melindunginya dibebankan pada masyarakat. Warga negara yang memiliki harta lebih
banyak akan membayar pajak yang lebih besar, dan sebaliknya yang memiliki harta
lebih sedikit membayar pajak lebih kecil untuk melindungi kepentingannya.
4. Teori Bakti
Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini mendasakan bahwa
negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat
menyadari bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan
tanda baktinya terhadap negara karena negaralah yang bertugas menyelenggarakan
kepentingan masyarakatnya. Dengan demikikan dasar hukum pajak terletak pada
hubungan masyarakat dengan negara.
5. Teori Gaya Beli
Pembayaran pajak dimaksudkan untuk memelihara masyarakatnya. Pembayaran
pajak yang dilakukan terhadap negara lebih ditekankan pada fungsi mengatur dari
pajak agar masyarakat tetap eksis. Teori ini mendasarkan pada penyelenggaraan
kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak,
bukan kepentingan individu atau negara, sehingga pajak lebih menitikberatkan pada
fungsi mengatur. Dalam teori ini kemaslahatan masyarakat akan tetap terjamin
dengan pembayaran pajak.
2. Dasar hukum lainnya adalah Pasal 17 ayat (7) UU PPh yang berbunyi:
'Dengan Peraturan pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) sepanjang tidak memenuhi tarif pajak
tertinggi sebagai mana dimaksud pada ayat (1)."