Anda di halaman 1dari 22

PAJAK

Disusun Oleh: KELOMPOK 5


Rafael Estomihi
Nazwa Putri Ananda
Muhammad Affan
Tetty Mahyuni
Dian Permatasari
Arya Duta Samudra
PENGERTIAN PAJAK
Di situs resmi DJP tertulis definisi pajak, yang merupakan kontribusi wajib dari
orang atau badan terhadap negara, yang sifatnya memaksa sesuai dengan undang-
undang tanpa adanya imbalan secara langsung.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan
dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar
akan dapat dikenai sanksi hukum.

3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat
yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib
pajak menerima hadiah.

4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi
biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
PERBEDAAN PAJAK DENGAN
PUNGUTAN LAINNYA
Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya yakni sebagai berikut:
1. Lembaga: Lembaga pemungutan pajak merupakan staf pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah.
Adapun pungutan resmi lainnya bisa dilakukan oleh dinas tertentu.
2. Dasar Hukum: Pajak diatur oleh undang-undang yang bersifat mengikat, sementara pungutan resmi
lainnya tidak harus diatur oleh Undang-undang.
3. Balas Jasa : imbalan yang terdapat pada pajak dilaksanakan secara tidak langsung, sedangkan balas jasa
pungutan resmi lainnya bisa dirasakan secara langsung.

4. Karakteristik: Pajak cenderung memaksa bagi orang yang memenuhi syarat, sedangkan pungutan resmi
lainnya tidak memiliki unsur paksaan.

5. Objek : objek pajak ditujukan bagi seluruh masyarakat, sedangkan pungutan resmi lainnya berlaku bagi
kalangan tertentu saja yang merasakan manfaat langsung dari jasa yang tersedia.
UNSUR UNSUR PAJAK
1. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu
bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah
memenuhi syarat-syarat objektif.
Sedangkan pengertian subjek pajak menurut UU No. 17 Tahun 2000 pasal 2 ayat 1,2,3, dan 4, tentang Pajak
Penghasilan dibagi menjadi dua, sebagai berikut:
a. Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak yang tergolong sebagai subjek pajak dalam negeri meliputi:
- Orang pribadi (baik berdiam di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut,
orang yang berada selama satu tahun pajak dan berniat tinggal di Indonesia).
- Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan.
B. Subjek Pajak Luar Negeri
Subjek pajak luar negeri meliputi orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal di Indonesia serta badan
yang badan usaha yang tidak punya kedudukan di Indonesia, baik yang melakukan usaha tetap maupun yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
UNSUR UNSUR PAJAK
2. Wajib Pajak

Adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif dalam
hal perpajakan, wajib pajak juga dapat merupakan subjek pajak yang menerima atau
memperoleh pajak.

Menurut ketentuan setiap wajib pajak harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
yang diperoleh dengan cara mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
wilayah dimana wajib pajak bertempat tinggal.

Setiap tahun wajib pajak harus mengisi formulir Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dan
menyampaikannya kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah dimana wajib pajak
bertempat tinggal. SPT merupakan perhitungan pajak terutang dalam 1 tahun pajak, biasanya
selama 12 bulan.

3. Objek Pajak
Objek pajak adalah semua penghasilan yang benar-benar diterima atau diperoleh, baik itu dari
kegiatan usaha maupun dari luar kegiatan usaha. Contohnya, laba usaha setelah dikurangi
UNSUR UNSUR PAJAK
4. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan besarnya pajak yang ditetapkan dengan tetap mempertimbangkan faktor
keadilan. Di dalam perhitungan pajak, diberlakukan beberapa macam tarif pajak, yaitu:
A. Tarif pajak proporsional atau sepadan, yaitu tarif pemungutan pajak dengan menggunakan
persentase yang tetap beberapa pun jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
Contohnya, Pajak Penghasilan (PPh)
B. Tarif pajak degresif atau menurun, yaitu tarif pemungutan pajak dengan menggunakan persentase
yang semakin menurun dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan
pajak.
C. Tarif pajak progresif atau meningkat, yaitu tarif pemungutan pajak dengan menggunakan
persentase yang semakin naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak.
D. Tarif pajak konstan atau tetap, yaitu tarif pemungutan pajak dengan nilai yang sama besarnya
untuk semua total, sehingga besaran nilai pajak terutang tidak tergantung pada berapa total yang
dikenakan pajak. Contohnya, pajak bea materai.
FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK
Fungsi Pajak
Fungsi pajak sangat berperan bagi pembangunan negara dan masyarakat. Pajak digunakan untuk membiayai
berbagai macam pengeluaran publik. Pajak dibayarkan oleh rakyat kepada Negara berdasarkan undang-
undang yang berlaku. Fungsi pajak begitu penting sehingga setiap orang harus memenuhi kewajiban
pajaknya. Tanpa fungsi pajak sebagian besar kegiatan negara akan sulit berjalan. Namun, masih banyak orang
yang belum mengerti apa saja fungsi pajak. Ini membuat orang banyak menghindari kewajiban pajaknya.
Fungsi pajak merupakan salah satu sumber terbesar pendapatan negara. Fungsi pajak juga nantinya dinikmati
oleh seluruh warga negara. Maka dari itu sangat penting untuk membayar pajak dengan tertib.
1. Fungsi Anggaran
Fungsi pajak yang pertama adalah fungsi anggaran atau budget. Di Indonesia, pajak merupakan kontributor
terbesar pendapatan negara. Pajak digunakan untuk membiayai anggaran yang berkaitan dengan
pembangunan dan kepentingan negara. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan. Contoh fungsi pajak ini adalah menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan,
infrastruktur dan pelayanan publik lainnya.
FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK
2. Fungsi Mengatur
Fungsi pajak yang kedua adalah fungsi mengatur atau Regulerend. Melalui pajak, pemerintah bisa
mengatur pertumbuhan ekonomi. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya, untuk melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk yang tinggi untuk produk luar negeri. Adanya kebijakan pajak bisa mencerminkan kebijakan
perekonomian suatu negara.
3. Fungsi Stabilitas
Fungsi pajak yang ketiga adalah stabilitas. Dengan pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga. Ini membuat inflasi dapat dikendalikan dan
ekonomi berjalan stabil. Pajak memainkan peran penting untuk menjaga keseimbangan perekonomian
suatu negara. Fungsi pajak satu ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan. Pembangunan yang dimaksud seperti pembangunan ekonomi yang menciptakan
lapangan pekerjaan. Terbukanya lapangan pekerjaan dapat mendistribusi pendapatan masyarakat secara
merata.
FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK
Manfaat Pajak
Manfaat membayar pajak bagi masyarakat:
1. Infrastruktur dan Fasilitas Umum
Pembuatan jalan, pembangunan jembatan, sekolah, tol hingga rumah ibadah merupakan beberapa jenis
infrastruktur dan fasilitas umum yang telah dibangun dari sebagian alokasi dana penerimaan pajak.
2. Fasilitas Pendidikan
Pajak juga digunakan untuk pembangunan fasilitas pendidikan. Program-program pemerintah dari segi
pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Operasional (BOS)
merupakan deretan manfaat membayar pajak dari sektor pendidikan.
3. Transportasi umum
Tersedianya fasilitas angkutan umum di setiap wilayah merupakan salah satu manfaat membayar pajak.
Pemerintah menyediakan fasilitas transportasi umum yang baik, nyaman, serta harga yang terjangkau untuk
masyarakat guna mengatasi kemacetan serta masalah terkait angkutan umum lainnya.
4. Fasilitas Kesehatan
Sebagian hasil penerimaan pajak dialokasikan pada bidang kesehatan. Selain itu, membayar pajak juga
berguna untuk meningkatkan pelayanan dan mutu rumah sakit serta pembiayaan JKN/KIS bagi peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI).
FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK
Manfaat membayar pajak bagi pebisnis:
1. Keuntungan Pengusaha Domestik Akan Berlipat
Barang-barang impor yang dikenakan pajak tinggi oleh pemerintah bertujuan agar produksi dalam negeri mampu bersaing di
pasaran. Pajak yang dibayarkan oleh pengimpor akan meredam neraca perdagangan dan jumlah barangnya akan berkurang.
Dengan demikian, pengusaha dapat memajukan bisnisnya dan bersaing dengan barang-brang impor.
2. Mendapat Pinjaman Lebih Mudah
Manfaat membayar pajak dengan tertib dapat memudahkan mendapatkan pinjaman dari bank. Tentunya hal ini sangat
memudahkan para pemilik usaha. Dengan kartu NPWP khusus bisnis, maka pihak bank akan menganggap kamu adalah pelakuk
bisnis profesional.
3. Menunjukkan Kesehatan Keuangan Perusahaan
Manfaat membayar pajak lainnya adalah dapat menunjukkan sehatnya keuangan suatu perusahaan. Tentunya hal ini perlu didukung
dengan pengelolaan keuangan yang baik. Ditjen Pajak akan memberikan denda bagi setiap pengusaha yang telat bayar pajak.
Adanya denda akibat telat bayar pajak akan menyadarkan para pengusaha akan pentingnya membayar pajak.
4. Usaha Menjadi Lebih Profesional
Membayar pajak usaha akan membuat usaha terlihat lebih profesional di hadapan distributor dan konsumen. Hal ini dikarenakan
ketika berkecimpung di dalam bisnis di bidang manufaktur, maka Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu
bagian terpenting dalam surat kerja sama kontrak. Apabila tidak memiliki NPWP, perusahaan akan terlihat tidak profesional.
JENIS JENIS PAJAK
Pada dasarnya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan juga pajak daerah. Berikut jenis pajak di
Indonesia:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Jenis pajak pertama harus dibayarkan oleh setiap wajib pajak dengan kriteria khusus dengan penghasilan
diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Setiap penghasilan wajib pajak mulai dari gaji, keuntungan
usaha dan masih banyak lagi. PTKP sendiri telah diatur pada PMK No.101/PMK.010/2016. Untuk wajib
pajak pribadi belum kawin, akan dikenai pada seorang yang memiliki penghasilan 54 juta rupiah per
tahunnya. Untuk wajib pajak pribadi sudah kawin, akan dikenai pada seorang yang memiliki penghasilan
58,5 juta rupiah per ttahunnya Sementara itu, untuk pelaporan pajak penghasilan dapat dilakukan dengan
mudah melalui layanan e-Filing.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Jenis pajak di Indonesia selanjutnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pajak ini dikenakan atas
perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan wajib pajPPN Kebanyakan wajib pajak adalah Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
Walaupun pada dasarnya pelaku usaha adalah penyetor pajak, namun kebanyakan pajak akan ditangguhkan
pada pembeli. PPN ini biasanya berkisar 10% dari harga produk yang dijual. Maka dari itu jika Anda
perhatikan pajak ini sering Anda jumpai saat membeli produk. Meskipun PPN dikenakan atas perdagangan
barang, hal ini tidak berlaku pada objek restoran. Restoran memiliki pajak restoran tersendiri diluar dari
objek pajak PPN.
JENIS JENIS PAJAK
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM merupakan pajak dari penjualan barang mewah dengan banyak kriteria. Berikut beberapa
kriteria barang mewah yang diwajibkan membayar PPnBM.
- Barang mewah yang bukan kebutuhan pokok.
- Barang mewah yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
- Barang mewah untuk kebutuhan eksistensi atau menunjukkan status.
- Barang mewah yang beresiko merusak kesehatan, mengganggu ketertiban, dan mengganggu
kenyamanan masyarakat.
- Kendaraan Mewah.
- Hunian atau properti, dan masih banyak lagi.
4. Bea Meterai (BM)
BM termasuk salah satu pajak yang masuk dalam jenis jenis pajak yang berlaku di Indonesia. Pajak ini
dibebankan atas pemanfaatan dokumen yang memerlukan meterai.
Berbagai contoh dokumen dengan meterai seperti akta notaris, surat kuasa, bukti transaksi, perjanjian
jasa dan masih banyak lagi.
Nilai BM sendiri memiliki ragam nominal untuk ketentuan masing masing, seperti meterai Rp 6000
untuk transaksi dengan nilai diatas 250 ribu hingga 5 juta.
Ada juga meterai dengan nilai Rp 10.000 untuk nilai transaksi diatas 10 juta rupiah.
JENIS JENIS PAJAK
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Setiap kepemilikan properti seperti rumah, ruko dan bangunan lain beserta tanahnya
akan diwajibkan membayar pajak ini. Pajak ini merupakan biaya yang harus disetorkan
atas kepemilikan objek PBB yang memberikan keuntungan maupun kedudukan sosial
bagi individu atau badan. PBB sendiri dibagi atas dua sektor yaitu PBB sektor P2 berupa
PBB bangunan perdesaan dan PBB bangunan perkotaan yang diadministrasi oleh
PemKot / Pemkab. Ada juga PBB sektor P3 berupa PBB bangunan perhutanan,
pertambangan, dan perkebunan yang diadministrasi oleh pemerintah pusat melalui
Direktorat Jenderal Pajak. Selain hunian ada objek pajak lain seperti sawah, ladang,
kebun, tanah, pekarangan, tambang, dan peternakan. Anda dapat mengetahui seberapa
besar jumlah pajak PBB dengan cara menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
secara mandiri.
JENIS JENIS PAJAK
6. Pajak Daerah
Jenis pajak selanjutnya berbeda dengan jenis jenis pajak sebelumnya. Karena pajak sebelumnya
kebanyakan disetorkan untuk pusat. Sedangkan pajak daerah adalah sebuah kontribusi wajib untuk daerah
dan keperluan daerah.
Dalam administrasi negara, khususnya pemda terbagi menjadi pemerintahan provinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota. Pajak ini diatur dalam UU 28/2009 pasal 2. Berikut beberapa pemisahan pajak daerah,
diantaranya:
A. Pajak Daerah Provinsi
Untuk jenis pajak provinsi beberapa contoh, diantaranya:
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBM)
- Pajak Air Permukaan
- Pajak Rokok
JENIS JENIS PAJAK
B. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
Jenis pajak Kabupaten / Kota terdiri atas:
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Hiburan
- Pajak Reklame
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
- Pajak Parkir
- Pajak Air Tanah
- Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
- Pajak Sarang Burung Walet
Untuk daerah setingkat provinsi, namun tidak terbagi atas kabupaten / kota seperti daerah khusus Ibukota
Jakarta, jenis pajaknya menjadi pajak gabungan provinsi dan kabupaten/kota.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI
INDONESIA 1. Self Assessment System
Self assessment system adalah, sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan
kepada wajib pajak.
Artinya, sistem ini memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan besaran
pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang telah dibuat oleh pemerintah.
Nah, peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini, adalah mengawasi wajib pajak. Jenis self assessment system ini,
diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contoh jenis pajak yang menggunakan self assessment system, adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan
(PPh). Sistem ini mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konsekuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Sebab, wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri
besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak
sekecil mungkin.
Adapun, ciri-ciri sistem self assessment, antara lain:
- Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
- Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan
pajak.
- Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang,
atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA
2. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang satu ini, adalah sistem yang memberikan wewenang penentuan besarnya pajak
terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.
Dalam official assessment system, wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah fiskus
mengeluarkan surat ketetapan pajak. Di Indonesia, sistem pemungutan pajak ini diterapkan dalam pelunasan
Pajak Bumi Bangunan (PBB), serta jenis pajak daerah lainnya.
Dalam pembayaran PBB misalnya, KPP adalah pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran
PBB terutang. Jadi, wajib pajak tidak perlu menghitung pajak terutang, melainkan membayar PBB
berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak
terdaftar.
Sistem pemungutan pajak ini, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.
- Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
- Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan
pajak.
- Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib dibayarkan.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA
3. Withholding System
Pada sistem pemungutan pajak jenis withholding system, besaran pajak dihitung oleh pihak
ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh pemungutan pajak
yang menggunakan withholding system, adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan sebagai wajib pajak tidak perlu lagi
pergi ke KPP untuk membayarkan pajak tersebut.
Adapun, jenis pajak yang dikumpulkan dengan sistem pemungutan pajak ini, antara lain PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Sebagai bukti atas
pelunasan pajak dengan menggunakan withholding system, biasanya berupa bukti potong atau
bukti pungut. Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
Dalam sistem pemungutan pajak ini, bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama
SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.
ALUR ADMINISTRASI PERPAJAKAN DI
INDONESIA
Alur administrasi pajak di Indonesia yaitu :
- Wajib pajak melakukan self assessment terhadap pajaknya sendiri baik untuk wajib pajak pribadi maupun pajak badan.
- Melakukan pendaftaran diri sebagai wajib pajak
Pembukuan / pencatatan
- Menghitung pajak
- Membayar pajak / pelunasan
- Jika pajak dirasa terlalu berat, dapat melakukan laporan keberatan pajak ke kantor pajak setempat untuk mendapatkan pengurangan
pajak untuk mendapatkan retitusi atau kompensasi atau permohonan lainnya dapat dilakukan di kantor pajak wilayah wewenang
administrasi.
- Laporan dapat ditujukan ke bagian layanan pajak Kemudian wajib pajak diberikan penyuluhan atau pembinaan
- Penetapan pajak
- Pengawasan
- Pemeriksaan pajak
- Penyidikan pajak
- Penagihan pajak
- Banding
- Gugatan
- Peninjauan kembali
TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK
Setidaknya, ada dua jenis tantangan dalam proses pemungutan pajak, diantaranya:
Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif terjadi ketika masyarakat enggan atau tidak mau membayar pajak dikarenakan beberapa alasan, diantaranya
kurangnya kesadaran akan pajak; kurangnya pemahaman mengenai pajak: kurangnya sistem pendukung kemudahan pajak; dan
banyaknya sektor informasi pajak.
Umumnya pelaku perlawanan pasif pada pajak akan berhenti melakukan perlawanan ketika telah diberikan penyuluhan atau
penyampaian informasi terkait pada kewajiban pajak tersebut.
Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif merupakan segala tindakan wajib pajak yang dilekukan sebagai bentuk upaya melawan para fiskus (petugas
pajak) dengan tujuan untuk menghindari pembayaran pajak atas diri/instansi mereka. Disini, ada dua jenis bentuk perlawanan
aktif yang bisa dilakukan oleh masyarakat, termasuk tax avoidance dan tax evasion.
Tax Avoidance adalah suatu upaya yang dilakukan oleh wajib pajak dalam bentuk mendeteksi celah dalam ketentuan perundang-
undangan perpajakan hingga ditemukan titik kelemahan dari perundangan tersebut. Dengan begitu, memungkinkan untuk
dilakukan penghindaran pajak yang dapat menghemat besaran pajak yang harus dibayarkan. Upaya ini tidak melanggar hukum,
tapi dapat merugikan negara dalam jumlah yang besar. Sedangkan, tax Evasion adalah suatu usaha untuk
meringankan/memperkecil beban pajak dengan cara melanggar peraturan perpajakan. Contoh tindakan tax evasion adalah tidak
melaporkan penjualan, atau memperbesar biaya secara fiktif. Tindakan ini umumnya dikenal dengan istilah penggelapan pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai