Anda di halaman 1dari 4

Soal Tugas Tutorial 1

Fungsi Pajak Saat Pandemi


Peran pajak dalam roda pembangunan nasional dan pemerintahan tidak dapat terbantahkan.
Di masa pandemi Covid-19, bagaimana peran itu dijalankan?
Tidak dapat disangkal bahwa pajak sangat menentukan keberlangsungan pembangunan
nasional dan roda pemerintahan kita, mengingat sumber penerimaan negara pada APBN kita
mayoritas ditopang oleh pajak. Dan memang itulah tujuan pajak, yakni untuk digunakan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana tujuan pembangunan nasional. Lantas
bagaimana peran pajak di masa pandemi Covid-19?
Gempuran dampak pandemi Covid-19 telah menyerang berbagai sendi kehidupan dan lapisan
masyarakat. Tidak hanya bidang kesehatan, pendidikan, sosial, efek pandemi juga merambah
ke bidang ekonomi hingga pariwisata. Tidak hanya menghantam keras perekonomian luar
negeri, imbas pandemi juga menghantam Indonesia.
Bencana nasional ini telah memengaruhi stabilitas ekonomi dan produktivitas masyarakat.
Menurunnya produktivitas menekan penawaran (supply) barang di masyarakat yang di saat
bersamaan menjalani pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan physical distancing. Pun
di sisi permintaan (demand), mengingat ruang gerak masyarakat dibatasi yang menyebabkan
aktivitas ekonomi menjadi lesu. Lantas bagaimana dengan penerimaan pajak?
Sumber: https://majalahpajak.net/fungsi-pajak-saat-pandemi/
1. Bagaimana peran dan fungsi pajak berdasarkan artikel di atas! Jelaskan fungsi pajak
dan mengapa pemerintah harus memungut pajak? (skor 10)
2. Pendekatan fungsi pajak apa yang lebih diutamakan berdasarkan artikel di atas? (skor
20)
3. Menanggapi artikel di atas, bagaimana kebijakan pemerintah yang mendukung
tercapainya sasaran fungsi penerimaan pajak? (skor 20)

Penghindaran Pajak oleh Perusahaan-perusahaan di Indonesia


Sektor pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar. Menurut Mustikasari,
(2007), saat ini sekitar 80% dana APBN berasal dari penerimaan pajak. Hal ini menjadi suatu
bukti bahwa penerimaan pajak telah menjadi tulang punggung penerimaan negara yang dapat
diandalkan.
Karena peran pajak sangat besar bagi negara, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak. Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami
kendala, salah satunya adanya aktivitas penghindaran pajak atau disebut tax avoidance
(Swingly, C. dan Sukartha, 2015) yang dilakukan para Wajib Pajak pribadi maupun badan,
Masih sering kita dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Padahal perusahaan merupakan salah satu Wajib Pajak yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu
menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani, 2017).
Adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk
penghindaran pajak (Chen, 2010). Upaya pengurangan pajak secara legal disebut
penghindaran pajak (tax avoidance) sedangkan upaya pengurangan pajak secara ilegal disebut
penggelapan pajak (tax evasion).
Sumber: https://www.pajakku.com/read/5dae89a34c6a88754c088058/Penghindaran-Pajak-
oleh-Perusahaan-perusahaan-di-Indonesia
4. Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia? (skor
20)
5. Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang
melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion? (skor 30)

Jawaban :
1. Peran dan fungsi Pajak berdasarkan artikel diatas adalah peran dan fungsi pajak dalam
masa pandemi Covid-19 cukup sentral dalam pemulihan ekonomi di masa pandemic.
Pajak berperan besar dalam memberikan stimulus secara menyeluruh terhadap
pemulihan ekonomi nasional khususnya di masa pandemic-covid 19.
Fungsi Pajak sejatinya ada 4 yaitu :
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Fungsi ini merupakan fungsi utama pajak atau fiskal, yaitu fungsi pajak semata
sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan
undang undang perpajakan yang berlaku. Sebagai konsekuensinya pengenaan pajak
tidak membedakan dari sebab yang dilarang atau tidak dilarang dalam undang-
undang.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi ini merupakan fungsi tambahan karena hasil penerimaan dari pajak harus
digunakan untuk mengatur pemerintahan secara adil. Pajak yang memiliki pengaruh
dalam politik anggaran dan keuangan tentunya dapat berperan sebagai instrumen
untuk ikut serta mengatur agar pungutan pajak dapat dipatuhi karena dirasakan adil
bagi masyarakat. Fungsi mengatur dari pajak dimaksudkan bahwa pajak itu dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengatur pelaksanaan kebijakan Negara dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi tersebut dapat diwujudkan dalam suatu bentuk
paket kebijakan perpajakan (fiscal policy) secara khusus misalnya insentif pajak
terhadap para investor, tidak mengenakan suatu pajak tertentu di daerah kawasan
berikat, mengenakan tarif pajak yang tinggi terhadap penjualan minimal beralkohol,
dll.
3. Fungsi Distribution of Income
Pajak yang dipungut pemerintah didistribusikan kembali kepada masyarakat sehingga
pendapatan nasional melalui pajak dapat dikontribusikan merata di seluruh lapisan
masyarakat. Dalam teori hukum pajak lazim disebut dengan earmarking tax, yaitu
bahwa penerimaan pajak harus diperuntukkan kembali kepada masyarakat. Dengan
adanya funsi ini memberika stimulus agar masyarakat patuh membayar pajak, ikut
juga mengawasi penggunaan dari penerimaan pajak.
4. Fungsi Harmonization of Political Wants and Economy
Kepentingan pemerintah dalam memungut pajak harus jelas sesuai dengan peraturan
perpajakan, namun tetap memperhatikan keserasian keadaan politik dan ekonomi
Negara. Misalnya, pungutan pajak harus menghormati dan memberlakukan
perjanjian pajak yang dilakukan secara bilateral antarnegara (tax treaty) dan pajak
internasional berikut ini.
a. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
b. Regulasi pajak secara internasional

5. Fungsi Stabilization of Economy


Pajak merupakan alat untuk menstabilkan perekonomian karena dengan pajak akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada lapangan kerja,
stabilitas harga, inflasi neraca perdagangan, dst. Oleh karena itu, regulasi pajak
kebijakan pajak diupayakan agar:
a. Jangan sampai menghambat lancarnya produksi dan perdagangan;
b. Tidak menghalangi usaha rakyat untuk mencapai kemakmuran;
c. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative;
d. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan rakyat;
e. Memperhitungkan potensi penerimaan;
f. Tidak merugikan kepentingan umum.

2. Pendekatan fungsi pajak yang lebih diutamakan berdasarkan artikel diatas adalah fungsi
regulerend dikarenakan fungsi ini dapat berperan sebagai instrumen untuk ikut serta
mengatur agar pungutan pajak dapat dipatuhi karena dirasakan adil bagi masyarakat.
Fungsi mengatur dari pajak dimaksudkan bahwa pajak itu dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mengatur pelaksanaan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
yang dalam hal ini Indonesia mengalami masa pandemic –Covid 19 yang telah
menyerang berbagai sendi kehidupan dan lapisan masyarakat. Tidak hanya bidang
kesehatan, pendidikan, sosial, efek pandemi juga merambah ke bidang ekonomi hingga
pariwisata. Dengan adanya fungsi regulerend ini pemerintah dapat memberikan stimulus
termasuk insentif pajak kepada masyarakat sehingga dapat mendukung tumbuhnya
perekonomian Indonesia di masa Pandemi-Covid 19.

3. Untuk mendukung tercapainya sasaran fungsi penerimaan pajak, ditempu berbagai


kebijakan yang meliputi upaya :

a. Intensifikasi pemungutan pajak;


b. Ekstensifikasi subjek atau objek pajak;
c. Kerjasama dengan instansi pemerintah dalam rangka pengumpulan data;
d. Mengoptimalkan bank data secara elektronik;
e. Peningkatan pelayanan kepada wajib pajak.
4. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia ada 3 yaitu :
a. Self-Assessment System
Sistem perpajakan ini digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya adalah PPn dan PPh.
b. Official Assessment System
Sistem Perpajakan ini memungkinkan pihak berwenang untuk dengan bebas
menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada otoritas pajak atau
pemungut pajak. Dalam system pemungutan pajak ini biasanya wajib pajak bersifat
pasif dan hutang pajak hanya dapat digunakan setelah otoritas pajak mengeluarkan
surat ketetapan pajaknya. Contohnya adalah PBB.
c. Withholding Assessment System
Sistem, Perpajakan ini memberikan pengertian bahwa besaran pajak akan dihitung
oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak atau petugas pajak. Contohnya adalah PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh final Pasal 4 ayat (2), contohnya adalah
pemotongan penghasilan pegawai oleh bendahara instansi.

Jadi berdasarkan artikel di atas, system pemungutan pajaknya yaitu Self Assessment
System, dikarenakan dengan menentukan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayarkan oleh perusahaan atau badan usaha itu sendiri tanpa adanya pengawasan
dari pemerintah khususnya Direktorat Perpajakan, tentunya mereka akan melaporkan
PPh maupun PPn dari perusahaan atau badan usaha itu dengan nominal yang kecil
guna mendapatkan laba bersih yang lebih besar tentunya.

5. Yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion adalah Tax avoidance merupakan
praktik yang umumnya dilakukan oleh Wajib Pajak guna meminimalisir pembayaran beban
pajak individu atau perusahaan yang terutang pada kas negara. Hal tersebut tentu membawa
dampak buruk bagi negara karena bisa mengakibatkan berkurangnya pendapatan negara dari
sektor pajak. Contohnya adalah Para Pelaku usaha memecah Laporan Keuangan agar peredaran
bruto tidak melebihi 4,8 miliar sehingga mereka tetap mendapatkan keringanan pajak PPh
denga tarif sebesar 0.5 % dari peredaran bisnis. Sementara tax evasion merupakan tindakan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tujuan mengurangi jumlah pajak terutang atau sama
sekali tidak membayar pajak melalui cara-cara illegal. Contohnya adalah Para Wajib Pajak tidak
melaporkan sebagian atau seluruh penghasilannya dalam SPT atau membebankan biaya-biaya
yang tidak seharusnya dijadikan pengurang penghasilan untuk tujuan meminimalkan beban
pajak mereka.
Jadi berdasarkan pengertian dari tax avoindance dan tax evasion dapat ditarik
kesimpulan bahwa hal yang melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion
adalah persoalan kepatuhan wajib pajak/tax compliance dan tax morale. menurut OECD,
tax morale adalah ukuran persepsi atau kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban
pembayaran pajak.

Sumber :
1. https://www.pajakku.com/read/5f6ad6402712877582239046/Apa-Bedanya-Tax-
Avoidance-dan-Tax-Evasion-?-
2. BMP HKUM 4407/MODUL 1 Hukum Pajak dan acara perpajakan

Anda mungkin juga menyukai