Anda di halaman 1dari 11

JAWABAN TUGAS PERPAJAKAN 1

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Karakteristik :

1. Peralihan kekayaan

2. Dapat dipaksakan

3. Tidak ada kontraprestasi langsung

4. Dipungut oleh pemerintah

5. Untuk pengeluaran pemerintah

6. Alat mencapai tujuan

7. Dipungut langsung maupun tidak langsung

1. Pajak Merupakan kontribusi wajib dan bersifat memaksa

2. Pemungutan Pajak Dilakukan Berdasarkan Undang-Undang

3. Pajak Tidak Memberikan Kontraprestasi Secara Langsung

Pajak dipungut berdasarkan UU.

Tidak ada kontraprestasi atau imbalan secara lansung dalam pembayaran pajak.

Pemungutan pajak dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.

Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan sarana/prasarana umum.

Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan dana ke kas negara dan juga mengatur.

2. Tinjauan pajak berdasarkan aspek

 1. Aspek ekonomi

 2. Aspek hukum

 3. Aspek keuangan
 4. Aspek sosiologi

1.   Tinjauan pajak dari Aspek hukum

Peraturan kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali
kepada masyarakan melalui kas Negara termasuk dalam hukum pajak. Pengaturan ini menyangkut
hubungan hukum antara Negara dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar
pajak, maka hukum pajak merupakan bagian hukum public.

Hubungan hukum pajak dengan hukum pidana dapat dilihat dengan adanya sanksi pidana atas
kesengajaan wajib pajak yang melanggar ketentuan hukum. Hukum pajak di Indonesia mempunyai hierarki
yang jelas dengan urutan Undang Undang Dasar 1945, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan
sebagainya, hierarki ini dijalankan secara ketat, termasuk didalamnya pajak dan pungutan lainnya yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara yang diatur dalam undang-undang. Peraturan yang tingkatannya
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi.

Hukum pada dasarnya ialah mengatur kemashlahatan umat manusia, jadi bila perpajakan dilihat dari aspek
hukumnya, maka yang sangat mendasar ialah apakah perpajakan itu sendiri menimbulkan dampak
negative atau positif bagi negara. Bila telah ditinjau atau dianalisis secara demikian, maka barulalah bisa
melihat bagaimana dampak perpajakan bagi kewarganaegaraan.

Permasalahan yang terjadi bahwa banyak masyarakat yang menganggap pajak itu bukan sesuatu yang
sangat penting dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak untuk pembangunan
perekonomian bangsa, belum lagi tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin menurun terhadap
pegawai pajak dan pemerintah, yang saat ini sedang ramai dibicarakan mengenai kasus korupsi yang
dilakukan oleh oknum pegawai pajak, serta penyelewengan anggaran pembelanjaan Negara baik dari
tingkat pemerintah pusat sampai daerah yang sebagian besar pendapatannya berasal dari pajak.

Hukum pajak diindonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya, dikarenakan tidak adanya control yang baik
antar pihak-pihak yang memiliki wewenang, sehingga banyak perusahaan dan orang pribadi yang dengan
mudahnya memanipulasi data keuangan agar pajak yang dibayarkan tidak besar dan penyelewengan
terhadap jabatan dan wewenang pegawai pajak yang hanya mengambil keuntungan pribadi.

  

2.   Tinjauan pajak dari Aspek Ekonomi.

     Masalah pajak tetap menjadi bagian dari proses pembangunan, seperti dikutip Hyman dalam Irianto dan
Jurdi (2005-90) pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagi beralihnya sumber daya dari sector privat
kepada sector public. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua
situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya
untuk kepentingan penguasaan barand dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan Negara dalam
penyediaan barang dan jasa public merupakan kebutuhan masyarakat.
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan
kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi
masyarakat. Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan suatu kepentingan umum untuk kepuasan
bersama, sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi ke masyarakat.
Dalam kehidupan ekonomi, sebagian besar kegiatan ekonomi dilakukan melalui mekanisme pasar bebas,
mekanisme ini tidak akan berjalan lancar apabila tidak didukung oleh pemerintah dalam menunjang sarana
dan prasarana, untuk itu pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan
pemerintah merupakan suatu kepentingan umum (public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak
yang mengalir dari masyarakat nantinya akan kembali ke masyarakat pula. Hal ini erat kaitannya dengan
kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan kenaikan pendapatan masyarakat melalui
distribusi pendapatan. Hubungan antara aspek ekonomi dengan pajak adalah dengan adanya pajak maka
pemerintah dapat membangun prasarana ekonomi yang nantinya erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan kesejahteraan warganya.
Demikian pula, tanpa adanya kesadaran membayar pajak oleh warga maka pemerintah tidak mampu untuk
meningkatkan prasarana ekonomi.

Maka dari itu pemerintah memiliki peranan yang sangat penting, kebijakan perpajakan yang baik ikut
menentukan jalannya perekonomian di suatu Negara, dalam hal ini dijelaskan bahwa penentuan tarif pajak
yang tinggi akan mengakibatkan penurunan investasi yang akan berdampak terhadap penerimaan pajak
dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Negara tersebut, begitupula sebaliknya jika penentuan
tarif pajak yang rendah akan berdampak positif terhadap perekonomian, karena investasi akan bertambah,
sumber penerimaan Negara akan mengalami kenaikan yang mengakibatkan perekonomian mengalami
pertumbuhan yang baik. Karena itulah menurut (Tjahjono, 2005-6) Pajak digunakan sebagai alat untuk
melaksanakan kebijakan Negara dalam bidang ekonomi dan social.

3.  Tinjauan Pajak dari Aspek Keuangan

Pajak dipandang penting sebagai penerimaan negara, sehingga kondisi keuangan negara tidak lagi
semata-mata dari penerimaan berupa minyak dan gas akan tetapi menjadikan pajak sebagai salah satu
primadona dari penerimaan utama negara. Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek
ekonomi hanya lebih menitikberatkan pada aspek keuangan.. Oleh karena itu, Alat ukur yang digunakan
sebagai indikator efektif dan produktifnya pemungutan pajak yaitu dalam fungsinya pengumpulan
penerimaan negara berupa pajak. Kecendrungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu
negara, akan semakin tinggi tax ratio. Tax ratio adalah perbandingan antara penerimaan pajak dan jumlah
produk domestik bruto (PDB)

Struktur penerimaan negara sudah bergeser dalam dasawarsa terakhir ini.. Salah satu sumber dana untuk
pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam
negeri dan pengeluaran rutin.

4. Tinjauan Pajak dari Aspek Sosial


Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau
dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada
masyarakat. Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti, dengan pembangunan ini dibiayai
masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah
penting, karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) masyarakat atau berasal dari
pemerintah (public saving). Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan
di berbagai sektor.

a. Aspek Ekonomi 

Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan


masyarakat menuju kesejahteraan masyarakat. Pajak sebagai sumber motor penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat. 

b. Aspek Hukum 

Pajak merupakan masalah keuangan negara, adapun dasar yang digunakan untuk mengatur
masalah keuangan negara tersebut yaitu pasal 23 (2) UUD 1945, dan untuk teknis pelaksanaan
perpajakan yang mengatur masalah perpajakan terdapat UU Perpajakan. 

c. Aspek Keuangan 

Pajak dipandang sebagai aspek penting dalam penerimaan negara yang menjadikan pajak
sebagai primadona penerimaan negara. 

d. Aspek Sosiologi 

Pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga
digunakan untuk membiayai pembangunan, bearti pembangunan ini dibiayai oleh masyarakat. 
3. Fungsi pajak

 1. Fungsi penerimaan (budgetair / finansial)

 2. Fungsi mengatur (regulerand)

 3. Fungsi lainnya

 Fungsi Pajak 

Ada 2 fungsi pajak : 

- Fungsi Budgeter 

- Fungsi Regulerend 

Fungsi Budgeter 

Adalah fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-
banyaknya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin & pengeluaran pembangunan,
bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah. 

Fungsi Regulerend 

Adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai
tujuan-tujuan yang letaknya diluar bidang keuangan. 

Fungsi Demokrasi 

Adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong,
termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia yang sering
dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. 

Fungsi Distribusi 
Adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. 

Fungsi Stabilitas

Pajak juga memiliki fungsi penting dalam sistem ekonomi negara, yaitu menjaga kestabilan ekonomi
suatu negara.

Redistribusi Pendapatan

Fungsi redistribusi pendapatan yakni membuat pendapatan masyarakat merata. Pemerintah dapat
memanfaatkan pajak untuk membuka lapangan pekerjaan.

4. Jelaskan tentang keberadaan hukum pajak di antara hukum-hukum yang ada di


Indonesia

 Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
antara lain terdiri atas : Hukum Perorangan -Hukum Keluarga -Hukum Warisan -Hukum
Harta Kekayaan

 Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.
5.perbedaan hukum pajak materil dan formal

1.Hukum Pajak Materil

Hukum ini memuat norma-norma yang menjelaskan tentang keadaan, perbuatan, peristiwa
hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), pihak yang dikenai pajak (subyek pajak), besaran
pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu berkaitan dengan timbul dan dihapusnya
utang pajak, serta dinas sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara pemerintah dan wajib
pajak.

Hukum Pajak Materiil adalah kaidah-kaidah atau ketentuanketentuan dari suatu peraturan
perundang-undangan pajak yang berkenaan dengan isi dari peraturan perudang-undangan
yang bersangkutan. Hukum Pajak Material menerangkan tentang Subjek, Objek atau tarip
Pajak.

Contoh wujud dari hukum pajak materiil adalah pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

Hukum Pajak Formil

Perbedaan Hukum Pajak Materil Dan Formil

Hukum Pajak

Hukum pajak formil merupakan hukum yang memuat prosedur untuk mewujudkan hukum pajak
materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi.

Hukum pajak formil memuat tata cara atau prosedur penetapan jumlah utang pajak, hak-hak
fiskus untuk mengadakan monitoring dan evaluasi.

Selain itu juga menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan pembukuan atau
pencatatan dan prosedur pengajuan surat keberatan maupun banding.
Contoh wujud dari hukum pajak formil adalah Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, bentuknya
adalah:

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19


Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Hukum Pajak Formil menerangkan tentang hak dan kewajiban wajib pajak, hak dan kewajiban
fiscus, dan lain-lain. Hak wajib pajak dapat dilihat dalam UUKUP, yaitu :

Meminta restitusi;

Mengajukan keberatan;

Mengajukan banding, dan lain-lain.

Kewajiban wajib pajak sebagaimana diuraikan dalam UUKUP adalah sebagai berikut :

Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

Mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) atau Surat Pemberitahuan Obyek
Pajak (SPOP) dengan benar; lengkap, jelas, dan menandatanganinya.

Mengadakan pencatatan atau pembukuan;

Membayar Pajak terhutang wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan, dan lain-lain.

Hak Fiskus diatur dalam UUKUP yaitu sebagai berikut :

Melakukan pemeriksaan;

Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak;

Mengeluarkan Surat Tagihan Pajak;

Mengeluarkan Surat Paksa, dan lain-lain.

Kewajiban Fiskus yang ditetapkan dalam UUKUP adalah sebagai berikut :


Memberikan Keputusan atas keberatan pajak dari wajib pajak;

Mengembalikan kelebihan pembayaran pajak kepada wajib pajak;

Merahasiakan wajib pajak

Sambungan :

Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan
rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak yaitu:

1. Hukum pajak materil, yaitu memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contoh:
Undang-undang Pajak Penghasilan.

2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum iini memuat antara lain:

a. Tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

b. Hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan dna peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-hak


Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan atau banding. Contoh: Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.

Pada pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN), hukum pajak formil dan
materil terpisah. Hukum pajak formil untuk kedua jenis pajak tersebut adalah UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana diubah
terakhir dengan UU No16 Tahun 2009. Artinya, kewajiban dan hak WP dalam urusan PPh dan
PPN dapat kita temukan pada UU KUP.
Berbeda dengan hukum pajak formil, hukum pajak materil PPh terpisah dengan hukum pajak
materil PPN. Hukum pajak materil PPh adalah UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah
terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008, sedangkan untuk PPN adalah UU No. 8 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.

Paparan diatas adalah Sambutan dari Kepala Sub-Direktorat Peraturan KUP dan PPSP
Direktorat Peraturan Perpajakan I dalam acara Pembukaan DTSS Manajemen Waskon
Angkatan II dan DTSS KUP Menengah Angkatan II di Aula Gedung B BPPK. DTSS Manajemen
Waskon Angkatan II dan DTSS KUP Menengah Angkatan II yang diselenggarakan oleh
Pusdiklat Pajak mulai tanggal 13 sampai dengan 17 Mei 2013 di Gedung A BPPK dibuka
secara resmi oleh Kepala Sub-Direktorat Peraturan KUP dan PPSP Direktorat Peraturan
Perpajakan I DJP.

6. Jelaskan pembagian pajak berdasarkan golongan, sifat, dan pemungut !

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus di pikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : pajak penghasilan

b. Pajak tidak langsung,yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak.

Contoh : pajak pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutannya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas:


Pajak propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor.

Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

7. Jelaskan perlawanan terhadap pajak ! ppt

8. Ppt

9. Ppt

10. Ppt

11. ppt

Anda mungkin juga menyukai