Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang

Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun ini sedang berupaya untuk terus
menemukan temuan-temuan baru agar dapat meningkatkan penerimaan atau
pemasukan negara dalam bidang apapun termasuk dalam bidang perpajakan. Salah satu
yang sedang diperjuangkan pemerintah untuk meningkat pemasukan negara yaitu
dalam bidang perpajakan. Pemerintah terus mencari dan menemukan cara-cara baru
untuk meningkatkan disiplin masyarakat dalam pajak atau istilah lainnya dalam dunia
perpajakan yaitu kepatuhan wajib pajak. Dengan kesadaran masyarakat terhadap pajak,
maka kepatuhan oleh wajib pajak pun akan meningkat dan pendapatan dalam bidang
perpajakan pun akan ikut meningkat. Pada 2020, penerimaan pajak sebesar Rp 1.070
triliun, turun 19,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan
perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sementara di sisi lain, negara masih
mengharapkan pajak sebagai sumber utama pendapatan. Berdasarkan APBN 2020,
pajak berkontribusi besar terhadap pendapatan negara sebesar 83,54% dari total
pendapatan negara.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, salah satu penyebab rendahnya
rasio penerimaan perpajakan (tax ratio) di Indonesia adalah masih rendahnya kepatuhan
penyampaian pajak (tax compliance). Menkeu mengakui, selain itu, rumitnya
peraturan di bidang perpajakan juga menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat
penerimaan pajak
kepatuhan wajib pajak . Perlu upaya ekstra, baik bagi pembayar pajak maupun pegawai
pajak sendiri untuk memahami peraturan-peraturan tersebut. Pemerintah terus berupaya
melakukan reformasi berbagai regulasi di bidang perpajakan. Maka dari itu sejak tahun
2002 Direktorat Jendral Pajak melaksanakan modernisasi sistem administrasi
perpajakan dengan tujuan untuk mencapai tingkat kepatuhan sukarela wajib pajak yang
tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan
produktivitas aparatur perpajakan yang tinggi. Peran akuntan yang memiliki keterkaitan
erat dengan perpajakan diharapkan juga dapat berkontribusi dalam modernisasi
perpajakan di Indonesia dalam rangka meningkatkan APBN dari sektor pajak.
A. Perpajakan dan APBN di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) menyatakan


bahwa, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak memiliki fungsi-fungsi, antara lain :

- Sebagai anggaran atau penerimaan (budgeter)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang digunakan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Pemerintah negara dari sektor
perpajakan ini dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri APBN.
Dewasa ini penerimaan dari sektor pajak menjadi tulang punggung penerimaan
negara.

- Sebagai mengatur (regulerend)

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan


pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Contohnya adalah
pengenaan bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah dan produk-produk
impor tertentu dalam rangka melindungi produk dalam negeri, pemberian insentif
pajak dalam rangka meningkatkan investasi, dan pengenaan pajak ekspor untuk
produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.

- Sebagai Stabilitas

Pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-


kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan
untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat melalui
pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien dan efektif.
- Sebagai Redistribusi Pendapatan

Penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Ada empat jenis tarif pajak, yaitu :

1. Tarif proporsional, tarif pajak yang presentasenya tetap meskipun terjadi perubahan
dasar pengenaan pajak.
2. Tarif tetap, tarif pajak akan selalu tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
3. Tarif progresif, tarif pajak akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar
pengenaan pajak.
4. Tarif degresif, kenaikan persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar
pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Sistem pemungutan pajak suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap


optimalisasi pemasukan dana ke kas negara. Indonesia menerapkan sistem-sistem
berikut dalam pungutan pajaknya :

1. Self Assessment System, yaitu suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan
kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak
perpajakannya.
2. Official Assessment System, yaitu suatu sistem perpajakan di mana inisiatif untuk
memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem inilah fiskus
yang aktif mencari WP untuk di berikan NPWP sampai kepada penetapan jumlah
pajak terutang melaui penerbitan SKP (Surat Ketetapan Pajak).
3. Witholding Assessment System, yaitu sistem perpajakan dimana pihak ketiga
mendapat tugas dan kepercayaan untuk memotong atau memungut suatu persentase
pajak tertentu, terhadap jumlah pembayaran atau transaksi yang dilakukannya
dengan penerima pengahasilan, yaitu Wajib Pajak.

Pajak adalah sumber pendapatan negara yang sangat penting untuk


pemerintahan dan pembangunan nasional. Sehingga Pemerintah menempatkan
kewajiban pajak sebagai salah satu wujud dari kewajiban negara yang merupakan
sarana pembiayaan negara dalam pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan
negara. Pentingnya dan peran strategis sektor perpajakan dalam pelaksanaan
pemerintahan dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
setiap tahun yang disampaikan oleh pemerintah, yaitu peningkatan persentase
kontribusi pajak dari tahun ke tahun.

APBN dapat mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945 (Perubahan), dimana
dinyatakan bahwa, ”Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran.
Penerimaan berasal dari perpajakan maupun non perpajakan, Pengeluaran yaitu belanja
pemerintah pusat dan daerah

Berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


ditegaskan bahwa APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa:

1. Fungsi otorisasi, yaitu anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan


pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan, yaitu anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan, y a i t u anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi, y a i t u anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, y a i t u kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi, yaitu anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian

Anda mungkin juga menyukai