Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan Pajak Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Eksanti Anggraeni Saputra


120110180030
Program Studi Akuntansi, Universitas Padjadjaran
E-mail: eksantianggraeni@gmail.com

Abstrak
Peningkatan penerimaan negara utamanya dalam sektor perpajakan menjadi salah
satu faktor pendorong bagi fiskus untuk mengupayakan peningkatan kepatuhan wajib
pajak secara sukarela. Salah satu tantangan peningkatan kepatuhan wajib pajak ialah
pemenuhan kewajiban dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi fiskus dikarenakan peraturan perpajakan yang berlaku
di Indonesia terkait sistematika pemungutan perpajakan mengatur wajib pajak untuk
melakukan perhitungan serta pelaporan pajak terutang nya secara pribadi (self
assessment). Berkaitan dengan hal tersebut, fiskus memutuskan untuk melakukan kegiatan
pemeriksaan pajak dengan harapan hal tersebut dapat mengawasi, meningkatkan serta
memfasilitasi hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak. Pemeriksaan Pajak dalam hal
ini menjadi aspek penting bagi fiskus karena selain untuk mengetahui tingkat kepatuhan
dari wajib pajak, dapat juga memberikan kontribusi di dalamnya terhadap penerimaan
pajak.

Kata kunci: Self Assessment System, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional merupakan kegiatan pemerintah yang bertujuan


untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Pendanaan pembangunan nasional dipenuhi oleh
pendapatan negara yang berasal dari penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak,
dan hibah. Pemerintah berupaya untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam
pembiayaan pembangunan nasional. Kemandirian yang dimaksud adalah pemerintah
mampu memanfaatkan kemampuan dalam negeri dengan cara meningkatkan penerimaan
negara dari berbagai potensi dan sektor dalam negeri.
Pajak memiliki potensi besar untuk membiayai pembangunan dan
pengeluaran negara. Oleh karena itu, penerimaan pajak memiliki porsi besar dalam
memenuhi target tahunan pendapatan negara. Seiring meningkatnya kebutuhan
pembangunan nasional, target pendapatan negara termasuk penerimaan pajak akan
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, pemerintah memiliki fokus untuk melakukan
percepatan pemulihan ekonomi, reformasi pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial
dan birokrasi. Untuk mewujudkan rencana tersebut, postur APBN 2021 meningkat 6,7%
dari realisasi tahun sebelumnya. Penerimaan pajak pada tahun 2021 memiliki target yang
meningkat 12,6% dari realisasi tahun sebelumnya.
Dengan besarnya kebutuhan pajak untuk mewujudkan agenda
pembangunan pemerintah, masyarakat selaku wajib pajak perlu mendukung proses pajak
agar berjalan sebagai bentuk pemenuhan kewajiban atas hak yang telah diberikan oleh
negara. Wajib pajak harus memiliki kesadaran tanpa paksaan untuk melakukan pemenuhan
pajak. Namun, kesadaran tersebut tidak akan terjadi apabila informasi tentang pengetahuan
dan pemahaman yang mendasar tentang pajak.
Ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan telah mengalami
perubahan dan penyempurnaan dalam rangka menyesuaikan dengan kehidupan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia. Berdasarkan keterangan yang dilansir pada
laman web resmi Direktorat Jenderal Perpajakan mengenai Sistem Perpajakan yang
berlaku di Indonesia (DJP, 2018), Sejak perubahan ketentuan perundang –undangan
perpajakan pada tahun 1983(reformasi perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan
perpajakan sebelumnya yaitu peraturan yang dibuat oleh kolonial Belanda (ordonansi PPs
1925 dan ordonansi PPd 1944), otoritas pajak Indonesia telah mengganti sistem
pemungutan pajaknya dari yang semula sistem Official Assesment menjadi sistem Self
Assesment. Pada sistem Official Assesment, besarnya pajak terutang ditetapkan
sepenuhnya oleh institusi pemungut pajak, sehingga Wajib Pajak bersifat pasif dan
menunggu institusi pemungut pajak menyampaikan utang pajaknya. Reformasi perpajakan
Indonesia dengan sistem Self Assesment memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang,
sehingga besaran pajak yang terutang juga ditetapkan secara mandiri oleh Wajib Pajak.
Intitusi pemungut pajak hanya mengawasi melalui beberapa tindakan pengawasan maupun
penegakan hukum.
Proses pengawasan oleh institusi pemungut pajak dalam hal ini Kantor
Pelayanan Pajak dilakukan dengan adanya pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak tidak
mengurangi kepercayaan yang sudah diberikan pada Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak
bertujuan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakan secara objektif dan didasari dengan standar pemeriksaan agar tetap profesional.
Petugas pajak dalam hal ini melakukan kegiatan pemeriksaan pajak demi memenuhi
pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap sistem pemungutan pajak di Indonesia. Selain
itu, petugas pajak bertugas untuk memberikan informasi tentang proses pemenuhan
kewajiban perpajakan pada Wajib Pajak.
Indikator yang seringkali digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak
adalah ketepatan waktu pelaporan Surat Pemberitahuan(SPT). SPT merupakan dokumen
yang berisikan laporan pajak terutang dan merupakan salah satu bentuk kewajiban
perpajakan oleh wajib pajak orang pribadi ataupun badan untuk kemudian disampaikan
kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Sistem Self
Assesment menjadi alasan mengapa pemeriksaan pajak menjadi penting agar proses
pemungutan pajak berjalan dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Perpajakan di Indonesia


i. Definisi
S.I Djajadiningrat dalam (Perpajakan, 2020, hlm. 2) mendefinisikan pajak
sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh rakyat yang menjadi wajib
pajak dengan menyerahkan sebagian kekayaannya kepada kas negara akibat
adanya suatu keadaan ataupun kejadian yang menyebabkan timbulnya
pengenaan pajak namun bentuknya bukan berupa hukuman dan sifatnya
memaksa serta timbal balik atas pembayaran pajak tersebut tidak dirasakan
secara langsung oleh wajib pajak. Iuran pajak yang dibayarkan oleh anggota
masyarakat kepada negara diperuntukkan untuk mendanai beragam
pengeluaran pemerintah dalam kepentingan pembangunan nasional utamanya
dari segi pembangunan fasilitas ataupun infrastruktur demi memenuhi
kemakmuran rakyat Indonesia.

ii. Fungsi Pajak


Sebagaimana yang diketahui, pajak merupakan salah satu alat yang sangat
berpengaruh bagi perekonomian negara. Maka dari itu, penerapan pajak dalam
kenyataannya tidak lepas dari dua fungsi yang menjadi pedoman pemberlakuan
perpajakan di Indonesia, antara lain:
a. Fungsi Budgetair
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pajak merupakan salah
satu penyumbang terbesar dalam penerimaan negara Indonesia maka
dari itu pajak pun digunakan sebagai fungsi budgetair dalam
perekonomian agar penerimaan negara untuk APBN dapat tercapai
dengan optimal.
b. Fungsi Regulerend
Pajak berfungsi sebagai alat pengatur kebijakan perekonomian
negara baik dari segi sosial ataupun ekonomi. Beberapa contohnya ialah
pengenaan pajak yang tinggi bagi minuman keras agar dapat menekan
tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman keras yang secara tidak
langsung hal ini mengatur pergerakan sosial masyarakat di negara
Indonesia. Adapun contoh lainnya ialah pengenaan tarif pajak nol
persen bagi penjualan ekspor oleh para eksportir dengan tujuan
mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan aktivitas ekspor
produk dalam negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara
Indonesia yang secara tidak langsung mengatur pergerakan
perekonomian negara Indonesia.

iii. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Dalam penerapannya, pemungutan perpajakan dilakukan dengan beberapa
sistem pemungutan perpajakan yang berlaku. Berikut beberapa pembagian dari
sistem pemungutan pajak antara lain:
a. Official Assessment System
Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak
yang seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan kepada
pemerintah sesuai dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang
berlaku.

b. Self Assessment System


Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan kepada wajib
pajak yang kemudian dilaporkan kepada negara.

c. Official Assessment System


Withholding assessment system merupakan sistem pemungutan
pajak yang seluruh wewenang administrasi perpajakannya diserahkan
kepada pihak ketiga di luar pemerintah dan wajib pajak nya.

Sejak tahun 1983 negara Indonesia sudah menerapkan self assessment


system pada pemungutan pajak nya setelah sebelumnya sempat menerapkan
official assessment system yang dirasa kurang efektif untuk negara Indonesia
karena kurangnya kepercayaan wajib pajak untuk memberikan wewenang
terhadap pemerintah untuk menentukan besaran pajak terutang nya.

2. Konsep Dasar Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan atau yang lebih dikenal dengan sebutan SPT


merupakan dokumen yang berisikan laporan pajak terutang dan merupakan salah
satu bentuk kewajiban perpajakan oleh wajib pajak orang pribadi ataupun badan
untuk kemudian disampaikan kepada pemerintah Indonesia melalui Direktoran
Jenderal Pajak (DJP). Berikut beberapa fungsi dari SPT antara lain :

a. Bagi Wajib Pajak


SPT berfungsi sebagai sarana untuk pembayaran dan pelunasan
pajak terutang yang sebelumnya telah dibayarkan oleh wajib pajak itu
sendiri ataupun dipotong/dipungut oleh pihak pemotong/pemungut
dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP)


SPT berfungsi sebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukan
atas suatu pajak keluaran serta sebagai sarana pembayaran terkait pajak
yang telah dilaksanakan oleh PKP atau dilakukan pemungutan oleh
pihak lain dalam satu masa pajak.

c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak


SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan besaran pajak terutang yang telah dipotong
sebelumnya dari pihak lain.

d. Bagi Petugas Pajak


SPT berfungsi sebagai alat untuk menguji kepatuhan wajib pajak terkait
pemenuhan kewajibannya dalam rangka melaksanakan fungsi
pengawasan melalui pemeriksaan pajak.

Untuk dapat memahami secara jelas mengenai konsep dari Surat


Pemberitahuan (SPT) maka wajib pajak pun perlu memahami kategori yang ada
dalam SPT, antara lain :

1. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan


SPT Tahunan merupakan suatu bentuk dokumen pelaporan pajak
terutang yang disampaikan dalam jangka waktu setahun sekali oleh
wajib pajak orang pribadi ataupun badan dan di dalamnya terdapat
komponen yang berhubungan dengan perhitungan serta pembayaran
dari pajak penghasilan, objek dan bukan objek pajak penghasilan serta
harta dan atau/ kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan yang
mengatur.
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
SPT Masa merupakan suatu bentuk dokumen pelaporan pajak
terutang yang disampaikan setiap bulan dalam satu tahun pajak atau
bagian tahun pajak oleh wajib pajak orang pribadi atau badan yang
berkaitan dengan perhitungan serta pembayaran dari pajak penghasilan
dan pajak pertambahan nilai (PPN).

3. Konsep Dasar Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan Pajak didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang di
dalamnya berisikan aktivitas pengolahan data, keterangan atau bukti pemenuhan
kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara objektif dan didasari dengan suatu
standar pemeriksaan agar pelaksanaan pemeriksaan pajak tetap berlangsung secara
profesional. Sebagaimana yang diketahui, Indonesia saat ini menganut sistem
pemungutan self-assessment dimana wajib pajak itu sendiri yang akan
memperhitungkan serta melaporkan kewajiban pajak terutangnya.
Petugas pajak dalam hal ini melakukan kegiatan pemeriksaan pajak demi
memenuhi pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap sistem pemungutan yang
diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari pemeriksaan pajak itu sendiri
ialah untuk menguji kepatuhan wajib pajak orang pribadi ataupun badan dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya dan untuk tujuan lain. Berdasarkan
keterangan yang dilansir dari laman web Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dua
kategori tujuan pemeriksaan pajak yang sebelumnya telah disebutkan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Dalam Rangka Menguji Kepatuhan Wajib Pajak
a. Pemeriksaan Khusus,
Pemeriksaan Khusus dilakukan oleh petugas pajak dengan tujuan
mengawasi kepatuhan wajib pajak karena adanya indikasi terkait
ketidakpatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
baik itu berdasarkan data konkret ataupun setelah dilakukannya analisis
risiko.
b. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Rutin dilakukan oleh petugas pajak dengan tujuan
pemenuhan hak dan atau pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak.
Dalam hal ini, pemeriksaan rutin akan erat kaitannya dengan pemeriksaan
dari Surat Pemberitahuan (SPT) karena SPT merupakan salah satu
kewajiban wajib pajak yang harus dipenuhi dan diawasi oleh petugas pajak.
2. Dalam Rangka Tujuan Lain
Pemeriksaan Pajak yang dilakukan dengan tujuan lain dimaksudkan
berkaitan dengan beberapa aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan
antara lain :
a. Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan
b. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP
berdasarkan permohonan Wajib Pajak
c. Penentuan saat produksi dimulai
d. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
e. Penetapan besarnya biaya pada tahapan eksplorasi
f. Penagihan pajak
g. Keberatan
h. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan pengukuhan PKP secara
jabatan
Selain itu, terdapat pula tahapan atas pemeriksaan pajak yang dilakukan
oleh petugas pajak agar pelaksanaan pemeriksaan tetap berjalan sesuai dengan yang
seharusnya dan memiliki sistematika yang teratur. Pemeriksaan pajak dimulai
dengan petugas pajak menyampaikan pemberitahuan kepada wajib pajak atas akan
diadakannya pemeriksaan pajak dengan melampirkan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor
yang kemudian selanjutnya petugas pajak melakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar pemeriksaan yang berlaku. Jika hasil mengenai pemeriksaan pajak sudah
keluar, hasil tersebut harus diinformasikan kepada wajib pajak dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dengan
melampirkan temuan atas hasil pemeriksaan serta melampirkan dasar hukum atas
temuan tersebut.
Setelah itu, pemeriksaan pajak diakhiri dengan pembuatan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan beberapa surat ketetapan yang berlaku antara lain Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayarr
Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB) yang kemudian ditutup dengan diterbitkannya LHP tersebut
yang berisikan informasi mengenai usulan diterima atau ditolaknya permohonan
oleh wajib pajak. Wajib pajak dalam hal ini diminta untuk bekerja sama dengan
petugas pajak demi kelancaran pemeriksaan pajak yang dilakukan. Wajib pajak
diharuskan untuk memberikan petugas pajak kemudahan dalam mengakses
dokumen yang dibutuhkan ataupun pemeriksaan fisik ke tempat-tempat yang
memang dirasa perlu untuk dilakukannya pemeriksaan oleh petugas pajak.

4. Pemeriksaan Pajak atas Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan


Berdasarkan hasil penelitian oleh (Sudiyanto, 2015), pelaksanaan pemeriksaan
pajak pada Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan dalam rangka menghindari adanya
wajib pajak yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan kepada DJP serta
mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak dalam menyampaikan atau
melaporkan SPT sesuai dengan waktu yang seharusnya. SPT digunakan sebagai salah
satu alat untuk pemeriksaan pajak dikarenakan perlu adanya kepastian terkait
kebenaran data yang dilaporkan oleh wajib pajak, namun fiskus memberikan
kesempatan terlebih dahulu bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya dalam pelaporan SPT dengan menerbitkan surat teguran yang kemudian
teguran tersebut dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk menyampaikan alasan
terkait kelalaiannya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pemeriksaan SPT pun termasuk ke dalam salah satu jenis pemeriksaan pajak
yaitu pemeriksaan rutin yang diharapkan dapat memenuhi hak dan kewajiban wajib
pajak. Pemeriksaan SPT ini pun berkaitan dengan sistem pemungutan yang diterapkan
di Indonesia, dimana wajib pajak memperhitungkan dan melapor pajak terutang nya
secara pribadi ke Kantor Pelayanan Pajak dimana dalam hal tersebut perlu adanya
pengawasan secara rutin terhadap SPT yang disampaikan oleh wajib pajak mengingat
pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak erat kaitannya dengan tujuan DJP
untuk menciptakan sikap kepatuhan wajib pajak secara sukarela.
KESIMPULAN

Pembangunan nasional merupakan kegiatan pemerintah yang bertujuan untuk


mensejahterakan rakyat Indonesia. Pajak memiliki potensi besar untuk membiayai
pembangunan dan pengeluaran negara. Oleh karena itu, penerimaan pajak memiliki
porsi besar dalam memenuhi target tahunan pendapatan negara. Seiring meningkatnya
kebutuhan pembangunan nasional, target pendapatan negara termasuk penerimaan
pajak akan meningkat setiap tahunnya. Reformasi perpajakan Indonesia dengan sistem
Self Assesment pun hadir dengan memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang,
sehingga besaran pajak yang terutang juga ditetapkan secara mandiri oleh Wajib Pajak.
Pemenuhan kewajiban perpajakan dari segi kepatuhan perpajakan pun menjadi hal
yang harus diperhatikan baik oleh fiskus ataupun wajib pajak. Fiskus dalam hal ini
memiliki tantangan yang berkaitan dengan adanya self assessment system serta
peningkatan kepatuhan wajib pajak sehingga memunculkan pentingnya aktivitas dari
pemeriksaan pajak. Pemeriksaan Pajak sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai
suatu rangkaian kegiatan yang di dalamnya berisikan aktivitas pengolahan data,
keterangan atau bukti pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara
objektif dan didasari dengan suatu standar pemeriksaan agar pelaksanaan pemeriksaan
pajak tetap berlangsung secara profesional. Petugas pajak pun dalam hal ini melakukan
kegiatan pemeriksaan pajak demi memenuhi pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap
sistem pemungutan yang diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari
pemeriksaan pajak itu sendiri ialah untuk menguji kepatuhan wajib pajak orang pribadi
ataupun badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan untuk tujuan lain. Surat
Pemberitahuan (SPT) dinilai sebagai suatu alat pemeriksaan pajak dalam mengukur
dan mengawasi tingkat kepatuhan wajib pajak, namun fiskus pada dasarnya akan
memberikan kesempatan terlebih dahulu bagi wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakannya dalam pelaporan SPT dengan menerbitkan surat teguran
yang kemudian teguran tersebut dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk
menyampaikan alasan terkait kelalaiannya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pemeriksaan SPT ini pun berkaitan dengan sistem pemungutan yang diterapkan di
Indonesia, dimana wajib pajak memperhitungkan dan melapor pajak terutang nya
secara pribadi ke Kantor Pelayanan Pajak dimana dalam hal tersebut perlu adanya
pengawasan secara rutin terhadap SPT yang disampaikan oleh wajib pajak mengingat
pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak erat kaitannya dengan tujuan DJP
untuk menciptakan sikap kepatuhan wajib pajak secara sukarela.
DAFTAR PUSTAKA

DJP. (2018). Sistem Perpajakan. Retrieved from DJP Web Site :


https://www.pajak.go.id/id/sistem-perpajakan
Gunawan, A. (2018). Sistem Pemeriksaan SPT Tahunan PPh Kembali POS Dalam Rangka
Intensifikasi Pajak di KPP "S". Jurnal Ecopreneur.12, 11 - 23.
Panga, R. B., & Elim, I. (2015). Analisis Efektivitas Pemeriksaan Pajak Dalam Upaya
Meningkatkan Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama BItung .
Jurnal Emba , 796-805.
Salendu, I. (2017). Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan Atas Pelaksanaan
Self Assesment System dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Kotamobagu . Jurnal Emba , 2033 - 2039.
Sudiyanto, T. (2015). Analisis Pemeriksaan Pajak Terhadap Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Palembang Seberang Ulu. Jurnal
Media Wahana Ekonomika , 37 - 45.
Sukmawati, A., & Winata, A. (2019). Ekualisasi SPT Masa Dengan SPT Tahunan Badan
Untuk Mengantisipasi Potensi Pemeriksaan Pajak Pada PT A di Kota Solo. Jurnal
Vokasindo , 88 - 98 .

Anda mungkin juga menyukai