Anda di halaman 1dari 15

Perpajakan E-Commerce/Perdagangan

Melalui Sistem Elektronik (PMSE)

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus Perpajakan

oleh :

Eksanti Anggraeni Saputra 120110180030

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Tujuan ........................................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
1. Gambaran E-Commerce ........................................................................................................... 6
1.1 Definisi E-Commerce ............................................................................................................. 6
1.2 Definisi PMSE ....................................................................................................................... 6
1.3 Jenis E-Commerce ................................................................................................................. 7
1.4 Model Bisnis E-Commerce .................................................................................................... 8
2. Perpajakan E-Commerce .......................................................................................................... 9
2.1 Dasar Hukum ........................................................................................................................ 9
2.2 Perlakuan Pajak E-Commerce sebelum dan sesudah UU Ciptaker ............................... 10
2.3 Subjek Pajak........................................................................................................................ 10
2.4 Objek Pajak ......................................................................................................................... 12
2.5 Kewajiban Pengusaha E-Commerce .................................................................................. 13
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP........................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
References ............................................................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin


mempengaruhi kehidupan sehari – hari masyarakat. Salah satu internet, yang mampu
mengubah gaya hidup masyarakat, termasuk di Indonesia. Pengguna internet di Indonesia
pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta(Hootsuite & We Are Social, 2021), ini artinya
penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7%. Besarnya pengguna
internet di Indonesia selaras dengan berkembangnya aktivitas masyarakat melakukan jual
beli secara melalui E-Commerce.
E-Commerce merupakan suatu proses transaksi antara penjual dengan pembeli
dalam kegiatan membeli dan menjual suatu produk secara elektronik dari satu perusahaan
ke perusahaan lainnya dengan menggunakan teknologi komputer sebagai media dari
kegiatan transaksi bisnis yang dilakukan (Laudon & Laudon, 1998). Perkembangan
teknologi di Indonesia sejalan dengan meningkatnya aktivitas E-Commerce di Indonesia.
Era ekonomi digital sudah menjadi salah satu perhatian bagi Indonesia, hal ini ditandai
dengan semakin pentingnya peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
kegiatan bisnis di Indonesia. Salah satu platform E-Commerce adalah marketplace.
Marketplace menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas jual beli
secara online dan praktis. Besarnya pangsa pasar di Indonesia menyebabkan semakin
banyak marketplace yang muncul, seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Shopee dll.
Semakin banyaknya platform yang bermunculan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan kemudahan yang ditawarkan, sehingga aktivitas E-Commerce semakin meningkat
pesat.
Dalam situasi pandemi seperti saat ini, E-Commerce menjadi kebutuhan
masyarakat dalam memenuhu kebutuhan sehari hari. Dilansir dari (Statista, 2020)
pengguna E-Commerce di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 138 juta pengguna, dan
diprediksi akan meningkat 15% menjadi 159 juta pengguna pada tahun 2021. Kemudahan
dan efisiensi dari E-Commerce menjadi daya tarik yang besar bagi masyarakat. Selain itu,

3
penawaran lain seperti harga atau tarif yang lebih murah dibandingkan melakukan transaksi
secara langsung menjadi faktor pendukung pesatnya peningkatan aktivitas E-Commerce di
Indonesia. Peningkatan jumlah pengguna yang sangat pesat merupakan potensi
meningkatnya perekonomian negara.

Berdasarkan grafik yang diambil dari (Databoks, 2021), nominal transaksi E-Commerce di
Indonesia mencapai Rp 266,3 Triliun pada tahun 2020 atau meningkat 29,6% dari tahun
sebelumnya.
Jika melihat dari data-data yang telah disajikan diatas, dapat dilihat adanya peranan
digitalisasi dalammengubah sebuah perekonomian negara. Dengan era ekonomi digital ini,
mengubah perilaku konsumen dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari, selain itu pihak
produsen juga perlu melakukan penyesuaian dalam melakukan aktivitas agar dapat
memenuhi kebutuhan konsumen sehingga rantai ekonomi tetap berjalan. Aktivitas jual beli
yang menyangkut berbagai pihak dalam E-Commerce mengandalkan fleksibilitas dalam
melakukan pembayaran transaksinya.
Fleksibilitas transaksi E-Commerce menjadi nilai positif, karena mampu
memangkas rantai bisnis yang panjang menjadi lebih efektif dan efisien. Namun,
diperlukan regulasi untuk memastikan seluruh pihak terkait dalam transaksi memenuhi hak
dan kewajiban seperti transaksi lainnya, salah satunya kewajiban perpajakan. Regulasi

4
perpajakan dalam E-Commerce diperlukan agar mengakomodir pajak dapat dikenakan
pada penjual maupun pembeli dalam transaksi E-Commerce. Langkah otoritas pajak di
Indonesia untuk meregulasi aktivitas transaksi E-Commerceawalnya mengacu pada UU
Nomor 36 tahun 2008 sebelum diberlakukannya UU Cipta Kerja(Ciptaker). Penyesuaian
peraturan diperlukan untuk mengikat para pelaku usaha dalam E-Commerce membayar
pajaknya, karena masih banyak pelaku usaha yang belum memenuhi kewajiban
perpajakannya. Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia(Apindo), mayoritas transaksi E-
Commerce tidak memenuhi kewajiban membayar pajaknya meskipun rata-rata nilai
transaksinya mencapai 100 triliun rupiah. Rendahnya tingkat kepatuhan pelaku usaha E-
Commerce terhadap kewajiban perpajakan perlu diperhatikan karena menjadi potensi
pendapatan negara yang terbuang.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk membantu pembaca memahami
bentuk dan jenis regulasi perpajakan yang dikenakan pada aktivitas transaksi dalam E-
Commerce.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Gambaran E-Commerce
1.1 Definisi E-Commerce
Menurut Nufransa (2014:11) yang dikutip oleh (Arimbhi, Susanto, &
Ghany, 2019) E-Commerce yang merupakan singkatan dari electronic commerce
didefinisikan sebagai seluruh bentuk dan macam dari aktivitas bisnis dengan media
teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Laudon&Laudon (1998) yang
dikutip oleh (Sudrajat, 2020) E-Commerce didefinisikan sebagai kegiatan jual-beli
dengan memanfaatkan digitalisasi atau secara elektronik yang dilakukan oleh
konsumen serta antar perusahaan dengan memanfaatkan computer sebagai media
perantara dalam melakukan transaksi jual-beli tersebut. Menurut Varmaat (2007)
yang dikutip oleh (Sasana, 2018) E-Commerce didefinisikan sebagai sebuah
kegiatan bertransaksi dengan menggunakan internet sebagai media dalam
melakukan aktitas bisnis berupa perdagang digital sehingga pihak yang terlibat atas
kegiatan transaksi tersebut ialah tiap-tiap individu yang memiliki jaringan internet.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa E-Commerceommerce pada dasarnya
merupakan sebuah konsep perdagangan elektronik yang mengacu pada
pemanfaatan kemajuan teknologi masa kini. Perdagangan sendiri didefinisikan
sebagai aktivitas yang di dalamnya berkaitan dengan transaksi jual-beli.

1.2 Definisi PMSE


Berdasarkan UU RI Nomor 2 Tahun 2020 sebagai pengganti Perpu 1/2020,
PMSE singkatan dari Perdagangan Melalui Sistem Elektronik diartikan sebagai
kegiatan perdagangan yang aktivitas transaksi nya dilakukan sesuai dengan
perangkat dan prosedur elektronik dimana pihak yang dapat melakukan PMSE
ialah pihak pelaku usaha, konsumen, pribadi dan instansi penyelenggara negara.
Namun singkatnya, pihak yang melakukan kegiatan PMSE dapat dikategorikan
menjadi pelaku usaha dalam negeri dan pelaku usaha luar negeri.

6
1.3 Jenis E-Commerce
a. Business to Business (B2B)
Jenis E-Commerce business to business (B2B) ini diartikan sebagai
aktivitas transaksi bisnis digital antara bisnis yang satu dengan bisnis
lainnya sehingga secara tidak langsung penerapan skala dari jenis E-
Commercemerce ini sangat besar. Dengan luasnya skala dari penerapan
jenis E-Commercemerce ini maka barang yang diperdagangkan pun
dilakukan dalam jumlah banyak atau lebih dikenal dengan sebutan grosir.
b. Business to Consumer (B2C)
Jenis E-Commerce ini diartikan sebagai aktivitas transaksi bisnis
antara bisnis dengan konsumen akhir dimana toko ritel menjadi salah satu
contoh konsumen akhir yang cukup menggambarkan aktivitas transaksi ini
dalam kegiatan proses bisnis nya.
c. Consumer to Consumer (C2C)
Jenis E-Commerce ini diartikan sebagai aktivitas transaksi bisnis
yang dilakukan antar konsumen, dengan kata lain konsumen disini
merangkap perannya sebagai penjual. Namun, penerapan jenis E-
Commerce ini tidak ada unsur transaksi online di dalamnya karena C2C
sejatinya berfungsi untuk menghubungkan antara konsumen yang satu
dengan yang lainnya.
d. Consumer to Business (C2B)
Jenis E-Commerce ini diartikan sebagai aktivitas transaksi bisnis antara
konsumen dengan bisnis (perusahaan) berkebalikan dengan konsep
business to consumer (B2C) dimana kosumen disini menjadi pihak penjual
untuk kepentingan dari bisnis yang lebih besar
e. Business to Administration (B2A)
Jenis E-Commerce ini diartikan sebagai aktivitas transaksi bisnis
yang dilakukan antara bisnis dengan administrasi public dalam hal ini ialah
platform-platform terkait pelayanan pemerintah.

7
1.4 Model Bisnis E-Commerce
Menurut Nurfansa (2014:101) yang dikutip oleh (Arimbhi, Susanto, &
Ghany, 2019) bahwa dalam transaksi E-Commerce terdapat berbagai model bisnis
berbeda yang dibagi ke dalam empat model bisnis berikut :
a. Online Marketplace
Model bisnis E-Commerce ini didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
penyediaan tempat berbasis teknologi untuk kemudian dimanfaatkan oleh
para penjual guna melakukan kegiatan jual-beli secara daring dimana
tempat ini disediakan oleh para penyelenggara jasa internet dalam bentuk
laman situs yang disewakan kepada para penjual. Konsep dari jual-beli pada
situs ini sama dengan konsep tempat perbelanjaan di dunia nyata, bedanya
pada situs ini seluruh kegiatan jual-beli dilaksanakan di dunia maya
sehingga para konsumen dapat mengakses kapan saja dan dimana saja
selama terdapat fasilitas internet di sekitarnya. Pihak yang terkait di
dalamnya ialah mal internet, toko internet, penyelenggara online
marketplace, online marketplace merchant dan pembeli.
b. Classified Ads
Model bisnis E-Commerce ini didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
penyediaan tempat dimana para penjual dari berbagai sektor dapat
mempromosikan dagangannya secara daring pada situs yang
diselenggarakan oleh jasa classified ads sehingga situs ini tidak
memfasilitasi adanya transaksi online karena proses transaksi dilakukan
antara penjual dengan penyelenggara jasa classified ads nya langsung.
Pihak yang terkait di dalamnya antara lain penyelenggara classified ads,
pengiklan dan pengguna iklan.
c. Daily Deals
Model bisnis E-Commerce ini didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
penyediaan tempat yang menawarkan media untuk konsumen membeli
beragam bisnis yang menjual barang/jasa dengan diskon dari harga yang
ditawarkan di tempat penjualan biasa sebagai alat pemasarannya Pihak yang

8
terkait di dalamnya antara lain situs daily deals, penyelenggara daily deals,
daily delas merchant, voucher dan pembeli.
d. Online Retail
Beda dengan model online marketplace sebelumnya, model bisnis
E-Commerce online retail ini didefinsikan sebagai sebuah kegiatan
penyediaan tempat yang di dalamnya terdapat aktivitas penjualan langsung
atas barang atau jasa dalam bentuk berwujud atau tidak berwujud yang
dikelola langsusng oleh pihak perusahaan ataupun penjual yang
memperdagangkan barang atau jasa nya. Pihak yang terkait di dalamnya
antara lain situs online retail, penyelenggara online retail dan pembeli.

2. Perpajakan E-Commerce
2.1 Dasar Hukum
Dalam penerapannya, perpajakan E-Commerce ini dilandasi oleh beberapa
hukum antara lain :
a. Surat Edaran Dirjen Pajak SE nomor 62/PJ/2013 tentang penegasan ketentuan
perpajakan atas transaksi E-Commerce
b. PMK Nomor 48/PMK.03/2020 tentang tata acarapenunjukan pemungut,
pemungutan dan penyetoran serta pelaporan pajak pertambahan nilai atas
pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean melalui perdagangan melalui sistem
elektronik
c. UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 111 tentang cipta kerja
d. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang perdagangan melalui
sistem elektronik
e. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan

f. UU RI Nomor 2 Tahun 2020 pengganti UU Nomor 1 Tahun 2020

9
2.2 Perlakuan Pajak E-Commerce sebelum dan sesudah UU Ciptaker
Sebelum diberlakukannya UU Cipta Kerja (Ciptaker), dalam memajaki
industry E-Commerce pemerintah mengacu kepada UU Nomor 36 tahun 2008
dengan konsep bahwa perlakuan pajak atas transaksi E-Commerce disamakan
dengan perlakuan pajak terhadap transaksi konvensional dengan arti lain perlakuan
pajak nya mengikuti aturan yang sudah ada sebelumnya. Namun, seiring
berkembangnya teknologi dan penyebaran pasar digital maka dibutuhkan regulasi
yang lebih kuat lagi untuk menyikapi transaksi ekonomi digital ini. Maka dari itu
pemerintah mulai tahun 2017 mulai gencar merencanakan dan mengembangkan
aturan perpajakan yang dinilai mampu untuk dikhususkan terhadap transaksi
ekonomi digital saja. Selain itu, sebelum diberlakukannya UU Ciptaker, dalam
memajaki industry E-Commerce pemerintah menggunakan SE-62/PJ/2013 sebagai
acuan salah satu aturan untuk menegaskan transaksi E-Commerce. Setelah adanya
UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Ciptaker maka aturan ini menjadi aturan untuk
memberikan kepastian serta perlindungan hukum untuk para pelaku usaha ketika
menjalankan usahanya secara daring, baik itu pelaku usaha yang berada di wilayah
territorial Indonesia ataupun di luar daerah territorial Indonesia. UU Ciptaker yang
berkaitan dengan perdagangan digital ini ditujukan untuk menciptakan suatu iklim
berusahan di dalam negeri yang adil dan mencegah adanya kebocoran potensi
penerimaan pajak dari PPN dan PPh dalam negeri.

2.3 Subjek Pajak

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Subjek pajak PPN atas E-Commerce ini merupakan pembeli atas BKP/JKP
yang merupakkan orang pribadi atau badan dengan kriteria sebagai berikut :
• Subjek pajak memiliki tempat tinggal atau memiliki kedudukan yang
bertempat di Indonesia
• Subjek pajak melakukan pembayaran atas transaks E-Commerce
dengan menggunakan fasilitas produk perbankan seperti kartu debit,
kartu kredit dan lainnya

10
• Wajib pajak melakukan transaksi dengan alamat internet protocol
Indonesia dan menggunakan nomor telepon dengan kode negara
Indonesia
Contohnya antara lain :

• Layanan streaming music


• Aplikasi dan games digital
• Layanan streaming film
• Jasa online lainnya

b. Pajak Penghasilan (PPh)


Berdasarkan peraturan yang terdapat pada UU RI Nomor 2 Tahun 2020,
Subjek Pajak Penghasilan dari kegiatan PMSE ialah orang pribadi atau badan
yang menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri yang
memenuhi kehadiran ekonomi signifikan dikarenakan dalam penentuan subjek
pajak dalam negeri untuk badan diharuskan memiliki kehadiran fisik di
Indonesia sedangkan rata-rata subjek pajak luar negeri terkait PMSE kantor
kedudukannya bukan di Indonesia sehingga perlu adanya kriteria ekonomi
signifikan yang nantinya bisa memenuhi untuk dikategorikan sebagai Bentuk
Usaha Tetap (BUT) lalu dikenai Pajak Penghasilan atas penghasilan yang
diterimanya dari Indonesia.
Kriteria Subjek Pajak dengan kehadiran ekonomi signifikan antara lain :

• Peredaran bruto konsolidasi usaha sampai dengan jumlah tertentu


• Penjualan di Indonesia sampai dengan jumlah tertentu
• Pengguna aktif media digital di Indonesia sampai dengan jumlah
tertentu

11
2.4 Objek Pajak

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


• Pemanfaatan atas Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud termasuk
di dalamnya barang digital dan,
• Pemanfaatan atas Jasa Kena Pajak (JKP) termasuk di dalamnya jasa
digital yang kedua objek PPN ini berasal dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
(PMSE)
atas pengenaan objek ini hanya meliputi objek yang termasuk ke dalam
jenis E-Commerce Business to Business (B2B) dan Business to Consumen
(B2C) saja.

b. Pajak Penghasilan (PPh)


Berdasarkan keempat model bisnis E-Commerce maka objek PPh nya pun
dibedakan berdasarkan tiap-tiap keempat model bisnis E-Commerce yang telah
dijelaskan di atas, antara lain :

• Atas model bisnis online marketplace, objek pajaknya ialah penghasilan


atas penyediaan tempat atau waktuterkait situs internet yang digunakan
untuk keperluan kegiatan bisnis dan diperuntukkan untuk sarana
penyampaian suatu informasi
• Atas model bisnis classified ads, objek pajaknya ialah penghasilan yang
berasal dari penjualan barang dan penyediaan jasa dari operasi bisnis
nya
• Atas model bisnis daily deals, objek pajaknya ialah penghasilan yang
berasal dari jasa perantara pembayaran yang berkaitan dengan kegiatan
bisnis nya
• Atas model bisnis online retail, objek pajaknya ialah penghasilan yang
berasal dari penjualan barang dan penyediaan jasa yang berkaitan
dengan kegiatan bisnis nya

12
2.5 Kewajiban Pengusaha E-Commerce
Secara hakikatnya, kewajiban pengusaha e-commerce tidak ada bedanya
dengan kewajiban pengusaha konvensional. Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) PMK
48/2020 Berikut beberapa kewajiban yang harus dipenuhi antara lain :
a. Pengusaha wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang dipungut
apabila ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai pemungut PPN PMSE
b. Pengusaha perlu mengetahui besaran PPN yang harus dipungut dan saat
pemungutannya
c. Pengusaha perlu membuat bukti pungut PPN atas PPN yang telah dipungut
berupa commercial invoice, billing, order receipt, dan dokumen sejenis lainnya
d. Pengusaha wajib menyetorkan PPN yang dipungut
e. Pengusaha wajib untuk melaporkan PPN yang telah dipungut secara triwulanan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdagangan elektroknik atau dikenal E-Commerce merupakan aktivitas bisnis
termasuk jual beli, hingga pemasaran suatu produk menggunakan jaringan internet. E-
commerce memiliki beragam jenis dan model sesuai dengan bentuk dari layanan yang
ditawarkan dan ruang lingkup cakupannya. Berdasarkan grafik yang diambil dari
(Databoks, 2021), nominal transaksi E-Commerce di Indonesia mencapai Rp 266,3 Triliun
pada tahun 2020 atau meningkat 29,6% dari tahun sebelumnya. Menurut Nufransa
(2014:11) yang dikutip oleh (Arimbhi, Susanto, & Ghany, 2019) E-Commerce yang
merupakan singkatan dari electronic commerce didefinisikan sebagai seluruh bentuk dan
macam dari aktivitas bisnis dengan media teknologi informasi dan komunikasi.
Namun dalam penerapan peraturannya, kegiatan e-commerce ini dikenal juga
dengan istilah Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) dimana jika berdasarkan
UU RI Nomor 2 Tahun 2020 sebagai pengganti Perpu 1/2020, PMSE singkatan dari
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik diartikan sebagai kegiatan perdagangan yang
aktivitas transaksi nya dilakukan sesuai dengan perangkat dan prosedur elektronik dimana
pihak yang dapat melakukan PMSE ialah pihak pelaku usaha, konsumen, pribadi dan
instansi penyelenggara negara. Maka dari itu terdapat instrument hukum yang mengatur
proses dari PSME ini antara lain Surat Edaran Dirjen Pajak SE nomor 62/PJ/2013 tentang
penegasan ketentuan perpajakan atas transaksi E-Commerce, PMK Nomor
48/PMK.03/2020 tentang tata acarapenunjukan pemungut, pemungutan dan penyetoran
serta pelaporan pajak pertambahan nilai atas pemanfaatan barang kena pajak tidak
berwujud dan/atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean melalui
perdagangan melalui sistem elektronik, UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 111 tentang cipta
kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang perdagangan melalui sistem
elektronik, UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan dan UU RI Nomor 2
Tahun 2020 pengganti UU Nomor 1 Tahun 2020. Instrumen hukum tersebut mengatur
mengenai tata cara, kriteria dan syarat penarikan pajak terhadap produk ekonomi digital
dari kegiatan PMSE.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adam, D. V., & Astin, I. P. (2019). Kebijakan Pengenaan Pajak atas Transaksi Perdagangan
Onlin (E-Commerce).
Arimbhi, P., Susanto, I., & Ghany, S. (2019). PROSES BISNIS DAN ASPEK PEMUNGUTAN
PAJAK ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0. Jurnal Reformasi Administrasi, 53-67.
Databoks. (2021, Januari 29). Nilai Transaksi E-Commerce Mencapai Rp 266,3 Triliun pada
2020. Retrieved from Databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/29/nilai-transaksi-e-commerce-
mencapai-rp-2663-triliun-pada-2020
Hootsuite & We Are Social. (2021). Digital 2021. Retrieved from
https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
Laudon, K., & Laudon, J. (1998). Management Information Systems. New Jersey: Pearson
Education Limited.
Paramitari, N., Widiati, I., & Suryani, L. P. (2019). Analisis Yuridis Pemungutan Pajak Dalam
Transaksi E-Commerce di Indonesia. Jurnal Analogi Hukum, 1(1), 114-119.
Ridayati, E., Astuti, D., Nova, Y., Maulana, A., Sudjeni, A., Hanif, A., & Hermawan K, G.
(2020). PENGENAAN PAJAK E-COMMERCE PASCA DIUNDANGKANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA. Jurnal
Lex Specialis Vol 1, No 2.
Ridh, & Ridho, N. M. (2021). Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai(PPN) pada Transaksi E-
Commerce. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol.5 No.1.
Sasana, L. (2018). ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE PADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK.
Jurnal Mandiri.
Statista. (2020). Digital Market Outlook. Statista.
Sudrajat, A. (2020). Pajak E-Commerce, Pemecahan dan Solusinya. Jurnal Pajak Vokasi
(JUPASI) Vol.2 No.1, 22-36.
Suprihatin, N. S., & Afriyanti, M. (2021). Dampak Penerapan Transaksi E-Commerce Melalui
Pemungutan Pajak Penghasilan(PPN). Jurnal Riset Akuntansi 16(1), 29-41.

15

Anda mungkin juga menyukai