Anda di halaman 1dari 57

UNIVERSITAS INDONESIA

ASPEK PERPAJAKAN ELECTRONIC COMMERCE

(E-COMMERCE)

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk perkuliahan Mata Kuliah


Pemajakan Atas Bisnis & Industri Tertentu

KEMAS IQBAL KAILANI - 1706107806

RADEN MOCHAMMAD RAYHAN I -1706107951

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

DEPOK

2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

1. Nama : Kemas Iqbal Kailani

NPM : 1706107655

Tanda Tangan : k.i.k

Tanggal : 22 November 2018

2. Nama :.Raden Mochammad Rayhan Izzy

NPM : 1706107951

Tanda Tangan : r.m.r

Tanggal : 22 November 2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4


1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7

2.1 Definisi Electronic Commerce (E-Commerce) ......................................................... 7


2.2 Kerangka Umum E-Business Modeling ................................................................... 7
2.3 Ruang Lingkup E-Commerce.................................................................................... 8
2.4 Perjanjian dalam E-Commerce................................................................................ 15
2.5 Aspek Akuntansi dalam E-Commerce .................................................................... 22
2.6 Praktik e-commerce dalam aspek pajak .................................................................. 29
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 51

3.1 Aspek Bisnis, Akuntansi dan Pajak ........................................................................ 51


BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

iii
4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Roda kehidupan yang senantiasa dinamis, semuanya tidak terlepas dari
adanya perubahan. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan yang bersifat
positif dan perubahan yang bersifat negatif, perubahan dapat terjadi dalam setiap
aspek kehidupan manusia bisa dari aspek sosial, politik, budaya, hingga ekonomi.

Perubahan dapat terjadi karena adanya inovasi baru yang diciptakan,


meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, gejolak di dalam masyarakat,
berkembangnya ideologi-ideologi baru, kebutuhan masyarakat yang semakin
beragam, fluktuasi kondisi ekonomi, meningkatnya interaksi antar masyarakat, dan
lain-lain.

Salah satu wujud dari perubahan di dalam kehidupan manusia adalah


terjadinya proses globalisasi, dimana interaksi dan integrasi antar manusia di dunia
tidak lagi terhalang oleh batas geografis antar negara, melainkan keseluruhan sistem
masyarakat tersebut seolah-olah berada di dalam satu sistem kehidupan yang
memungkinkan masyarakat yang tinggal di belahan dunia lain untuk saling bertukar
informasi dan melakukan kegiatan-kegiatan atau perjanjian-perjanjian dengan
masyarakat di belahan dunia lainnya.

Proses globalisasi yang menjadi peluang bagi terbuka luasnya interaksi


antar masyarakat di dunia, ternyata semakin didorong oleh teknologi informasi dan
komunikasi yang turut mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat pula.
Jaringan internet mulai merambah kedalam setiap aktivitas masyarakat modern dan
memberikan pengaruh positif yang signifikan di dalam mempermudah kegiatan
manusia. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet, sepanjang tahun
2017, dari total masyarakat Indonesia sebanyak 262 juta orang, 143 juta orang nya
telah terhubung dengan jaringan internet (http://tekno.kompas.com/, 2018).
Kesatuan antara proses globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin
canggih tersebut membawa pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan ekonomi,
khususnya dalam bidang model bisnis/perdagangan.

Universitas Indonesia
5

Model bisnis/perdangan yang kini tengah berkembang adalah electronic


commerce, atau yang biasa disebut e-commerce. E-commerce membawa suatu
warna baru di bidang perniagaan dimana, transaksi jual beli barang dan / atau jasa
tidak lagi dilakukan sebagaimana cara konvensional pada umumnya, yang
mengharuskan adanya tatap muka antara penjual dan pembeli secara langsung,
melainkan hanya melalui internet / dunia maya. Ketika pihak penjual dan pembeli
melakukan perjanjian jual beli, maka barang dan / atau jasa yang menjadi objek
perdagangan, dapat langsung dikirm oleh penjual dan diterima oleh pembeli.
Begitupun dengan skema pembayarannya yang juga tidak memerlukan adanya
pertemuan secara fisik antar penjual dan pembeli, namun dapat dilakukan dengan
cara transfer antar bank. Menurut data statistik yang dihimpun oleh BPS, jumlah
industri e-commerce meningkat sebesar 17% selama 10 tahun terakhir dengan total
jumlah usaha e-commerce mencapai 26,2 juta unit. Sejalan dengan hasil riset global
dari Bloomberg, pada tahun 2020 mendatang, lebih dari separuh penduduk
Indonesia akan terlibat dalam aktivitas e commerce (http://news.analisadaily.com/,
2017)

Model perdangan melalui jaringan daring ini sebenarnya bukan hal yang
baru di dunia bisnis. Sejarah mencatat, fenomena e-commerce di Indonesia pertama
kali ditandai dengan kemunculan sanur.com sebagai situs penjualan produk buku
secara online pada tahun 1998. Namun, sangat disayangkan bisnis tersebut kurang
mendapat perhatian dari pelaku usaha dan masyarakat kala itu dikarenakan kondisi
ekonomi yang tengah tidak kondusif akibat krisis moneter yang melanda tanah air
pada saat itu. Baru pada tahun 1999, bisnis tersebut mulai hidup kembali, meskipun
geliatnya tidak sehebat situs-situs e-commerce yang berkembang pada saat ini
(http://nasional.republika.co.id, 2016).

Melihat kecendrungan masyarakat yang saat ini sudah sangat faham


teknologi dan menjadikan transaksi jual beli online sebagai bagian yang tidak
terlepaskan dari kehidupan sehari-hari, membuat e-commerce menjadi sesuatu hal
yang kompleks yang menjadi concern tersendiri bagi para pihak tertentu yang
berkepentingan. Hal ini menyebabkan fenomena e-commerce menjadi suatu hal
yang dapat ditinjau dari berbagai perspektif, sudut pandang, dan disiplin ilmu,

Universitas Indonesia
6

mulai dari perspektif bisnis, legal, akuntansi, hingga pajak, dimana, masing-masing
aspek tersebut melihat fenomena e-commerce sebagai suatu fokus tersendiri yang
selalu menarik untuk dikaji.

1.2 Perumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
menghasilkan beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana praktik e-commerce apabila ditinjau dari aspek bisnis?


2. Bagaimana praktik e-commerce apabila ditinjau dari aspek legal?
3. Bagaimana praktik e-commerce apabila ditinjau dari aspek akuntansi?
4. Bagaimana praktik e-commerce apabila ditinjau dari aspek pajak?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat mengetahui praktik e-commerce
apabila ditinjau dari aspek bisnis, legal, akuntansi, dan pajak.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun dengan metode studi literatur dan desk research. Metode studi
literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari
literatur-literatur yang relevan, baik yang sifatnya elektronik maupun yang non
elektronik. Sedangkan metode desk research dilakukan dengan cara melakukan
analisa antara teori yang ideal dengan data / realita yang terjadi di lapangan.

Universitas Indonesia
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Electronic Commerce (E-Commerce)


Electronic commerce atau yang umumnya dikenal dengan e-commerce pada
dasarnya adalah kemampuan melakukan transaksi yang melibatkan pertukaran
barang atau jasa antara dua pihak atau lebih dengan menggunakan alat dan teknik
elektronik (Office of Tax Policy, U.S. Treasury Department, Selected Tax Policy
Implications of Global Electronic Commerce, 1996).
Sedangkan menurut Doernberg dan Hinnekens, e-commerce adalah
berbagai aktivitas komersial yang dilakukan melalui penggunaan komputer,
termasuk perdagangan on-line barang dan jasa, transfer dana elektronik,
perdagangan instrumen keuangan online, pertukaran data elektronik antara
perusahaan dan pertukaran data elektronik di dalam perusahaan. (Doernberg &
Hinnekens, Electronic Commerce and International Taxation, 1999).

2.2 Kerangka Umum E-Business Modeling


Model bisnis terdiri dari aspek produk, pelanggan, infrastruktur, dan
finansial. Model bisnis merupakan hubungan konseptual antara strategi, organisasi
bisnis, dan sistem informasi. Sedangkan Ontologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang the being. Yang dibahas dalam ontologi adalah hakikat realitas. Ontologi
model bisnis terdiri dari empat pilar utama, yaitu:

a. Apa, yaitu apa yang ditawarkan perusahaan (Product Innovation);


b. Siapa, yaitu siapa yang menjadi target perusahaan (Customer
Relationship);
c. Bagaimana, yaitu bagaimana merealisasikan target perusahaan
(Infrastructure Management) ; dan
d. Berapa, yaitu berapa harga dari apa yang ditawarkan perusahaan
(Financial Aspects)

Menurut Currie, (2004 : hal. 68) model bisnis terdiri dari 3 faktor yaitu
strategi bisnis, organisasi bisnis, dan teknologi bisnis. 3 faktor tersebut
dipengaruhi oleh factor eksternal seperti lingkungan social, hokum, ketatnya

Universitas Indonesia
8

kompetisi, permintaan konsumen, dan konfigurasi nilai. Hubungan itu dapat


digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1 Kerangka Model E-Business

2.3 Ruang Lingkup E-Commerce


Berbicara mengenai lingkup e-commerce di Indonesia, sama halnya dengan
membicarakan mengenai bentuk-bentuk platform dari e-commerce yang
berkembang pada saat ini, serta pihak-pihak yang juga berada di sekitar
lingkungan e-commerce yang saling terlibat satu sama lain, yang berguna di
dalam mendukung keberlangsungan dan pencapaian tujuan dari kegiatan e-
commerce itu sendiri.

2.3.1 Platform E-Commerce


E-commerce yang tengah berkembang pada saat ini memiliki
beragam fokus business activity, mulai dari fashion and apparels, beauty,
women and baby, food and grocery, home and living, electronic and
gadgets, hingga lifestyle and travel, dan masih banyak yang lainnya.
Semakin banyaknya transaksi online yang ada pada saat ini,
sebenanrnya, secara praktik bisnis, dapat digolongkan kedalam 3 bentuk e-
commerce, yaitu Business to Business (B2B), Customer to Customer (C2C),
dan Business to Customer (B2C), yaitu :

Universitas Indonesia
9

1. Business to Business (B2B)


B2B e-commerce meliputi semua transaksi elektronik barang atau jasa yang
dilakukan antar perusahaan. Produsen dan pedagang tradisional biasanya
menggunakan jenis e-commerce ini. Umumnya e-commerce dengan jenis
ini dilakukan dengan menggunakan EDI (Electronic Data Interchange) dan
email dalam proses pembelian barang dan jasa, informasi dan konsultasi,
atau pengiriman dan permintaan proposal bisnis. EDI (Electronic Data
Interchange) adalah proses transfer data yang terstruktur, dalam format
standar yang disetujui, dari satu sistem komputer ke sistem komputer
lainnya, dalam bentuk elektronik. Contoh dari e-commerce B2B adalah
Bizzy, Ralali, Tajima, Indotrading, Indonetwork, elektronik city, Mbiz, dan
Kawan Lama.

2. Costumer to Costumer (C2C)


C2C merupakan jenis e-commerce yang meliputi semua transaksi elektronik
barang atau jasa antar konsumen. Umumnya transaksi ini dilakukan melalui
pihak ketiga yang menyediakan platform online untuk melakukan transaksi
tersebut. Terdapat dua jenis C2C yaitu Marketplace dan Peer to Peer (P2P).

a) Marketplace adalah bentuk dimana pihak ketiga menyediakan jasa yg


dibutuhkan untuk transaksi antar konsumen seperti jasa pengiriman dan
pembayaran. Contoh BukaLapak, Horee, Jualio, Jualo, Kudo, Laku6,
Shopee, dan Tokopedia.
b) P2P, adalah platform dimana dua konsumen berinteraksi secara langsung
satu sama lain, tanpa intermediasi dari pihak ketiga, atau tanpa
penyediaan jasa dari pihak ketiga. Contoh carousell, carmudi, lamudi,
OLX, Mobil123, Rajamobil, KASKUS, dan aplikasi messenger lainnya
seperti Line, Instagram, Facebook.

3. Business to Consumer (B2C)


B2C adalah jenis e-commerce yang menghubungkan antara perusahaan dan
konsumen akhir. Hal ini sesuai dengan bagian ritel dari e-commerce yang

Universitas Indonesia
10

biasa dioperasikan oleh perdagangan ritel tradisional. Jenis ini bisa lebih
mudah dan dinamis, namun juga lebih menyebar secara tak merata atau
bahkan bisa terhenti. Jenis e-commerce ini berkembang dengan sangat cepat
karena adanya dukungan dari kemunculan website serta banyaknya toko
virtual bahkan mall di internet yang menjual beragam kebutuhan
masyarakat. Jika dibandingkan dengan transaksi ritel tradisional, konsumen
biasanya lebih memiliki banyak informasi dan harga yang lebih murah serta
memastikan proses jual beli hingga pengiriman yang cepat. Jenis e-
commerce ini biasa digunakan oleh penjual atau produsen yang serius
menjalankan bisnis dan mengalokasikan sumber daya untuk mengelola situs
sendiri. Contoh website B2C adalah blibli, elevania, Lazada, Matahari mall,
dan JD.ID. Terdapat pula B2C yang diklasifikasikan sebagai Electronic
Retailer (Etailer) dan Daily Deals.
1) Retailer adalah penjualan barang yang biasa dilakukan pengecer melalui
internet. Etailer menjual dengan bantuan website atau melalui
pengiklanan. Contohdari Etailer ini adalah Alfacart, electronic city,
Transmart Carrefour, KLIK Indomaret.
2) Dailiy Deals adalah penjualan barang secara elektronik dengan
menggunakan voucher sebagai alat tukar untuk produk dan layanan
tertentu. Contoh evoucher.co.id, grivi.com, GROUPON, LAKUPON,
ogahrugi.
2.4.2 Pihak penunjang E-Commerce
1) Market Research
Riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang
dilakukan secara sistematis, ditujukan untuk masukan bagi pihak
manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan
untuk pemecahan masalah. Terdapat beberapa perusahaan yang
menyediakan data riset pemasaran di bidang e-commerce seperti Nielsen,
dan ecommerce. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan
strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar dalam e-commerce.

Universitas Indonesia
11

2) Consulting
Jasa konsultasi untuk e-commerce di Indonesia disediakan beberapa
perusahaan antaralain Accenture, PWC, Deloitte, dan BCG.

3) eCommerce Enabler
Enabler e-commerce adalah bisnis yang mengoperasikan platform belanja
online dan memungkinkan untuk meramban berbagai toko online serta
berbelanja dan melakukan pembelian di situs tersebut. Perusahaan ini
menyediakan penawaran dan diskon untuk fashion, elektronik, perjalanan,
gaya hidup, makanan dan minuman, rumah tinggal, dan produk umum.
Bisnis ini khusus dalam membantu pelanggan menghemat saat mereka
berbelanja di Situs Web eCommerce di luar negeri. Contoh aCommerce,
specommerce, 8commerce.

4) Ecommerce Software
Software e-commerce adalah aplikasi dibalik sistem e-commerce. Software
ini mampu membuat mudah untuk mengatur inventory, menambah
menghapus barang, perhitungan pajak, dan hal-hal lain yang dibutuhkan
untuk mengatur website dari ecommerce. Software ini mempermudah
proses rumit menjadi tampilan sederhana yang memampukan orang non-
tekhnis dapat mengatur operasi ecommerce. Contoh aCommerce, Magento,
shopify, Jarvis Store.

5) Marketing
Untuk supporting system dari e-commerce yang berupa marketing, terdiri
dari beberapa bentuk marketing, yaitu diantaranya.
a) Email Marketing
Email Marketing adalah sebuah pesan komersil yang dikirim kepada
pelanggan sehingga mereka akan tahu ada sesuatu yang baru dari
produk atau jasa yang Anda berikan. Pesan singkat ini bisa dikirim
secara langsung pada email pribadi atau berkelompok. Contoh
perusahaan yang menyediakan jasa ini adalah Campaign Monitor,
MailChimp, BLUECORE, criteoL, ematic.

Universitas Indonesia
12

b) Media Placement
Media Placement adalah penggunaan bermacam media untuk
membangun dan mempromosikan barang dan jasa dari suatu brand.
Perusahaan yang menyediakan jasa ini adalah detik.com,
kompas.com, Tribunnews, KapanLagi.com, Vemale.com.
c) Price Comparison
Price comparison adalah servis yang menawarkan transparansi
kepada costumer/user dengan cara me-listing barang secara online dan
menampilkan overview seperti harga, di mana produk itu dapat dibeli,
special offer, delivery time, dan garansi. Situs price comparison juga
membantu user memutuskan barang yang ingin dibeli. bisnis. Contoh
Indo Katalog, iprice, priceza, telunjuk, price area.

d) Affiliate Marketing
Affiliate Marketing adalah jasa pengiriman visitor/pengunjung
sebanyak-banyaknya ke website merchant. Atas pengiriman tersebut
maka affiliate marketer memperoleh komisi. Contoh dari Affiliate
Marketing adalah aCommerce, ACCESTRADE, affiliate.

e) Ad Network
Perusahaan Ad Network memfasilitasi pemasangan banner iklan dari
advertiser (pemasang iklan) di halaman website para publisher
(pemilik website) yang masuk dalam jaringan advertising mereka. Hal
ini memungkinkan para advertiser menayangkan banner iklan mereka
di banyak website sehingga menjangkau lebih banyak audien. Selain
itu, perusahaan Ad Network juga menawarkan kemampuan targeting,
yaitu kemampuan mengatur kemunculan iklan pada audien yang
ditargetkan, baik berdasar preferensi, perilaku browsing, letak
geografis, usia, jenis kelamin dll. dengan cara ini peluang
tersampaikannya sebuah banner iklan kepada audiens yang relevan
menjadi lebih besar, dan juga menghindari ketidak efisienan
kemunculan iklan. Contoh Adskom, criteoL, Google, sociomantic.

Universitas Indonesia
13

f) Retargeting
Retargeting merupakan bentuk dari online advertising yang dapat
membantu brand berada di depan dari bounced traffic setelah
pelanggan meninggalkan website. Bagi kebanyakan websites, hanya
2% dari web traffic yang mengkonversikan kunjungan pertama
pelanggan. Retargeting merupakan alat yang didesain untuk
membantu perusahaan untuk meraih 98% pelanggan yang belum
dikonversikan dengan benar. Retargeting sendiri bersifat efektif
karena cara ini akan berfokus pada advertising atau mengiklankan
produk atau layanan kepada orang-orang yang telah familiar
dengan brand dan sebelumnya telah memberitahukan
perihal interest mereka. Contoh criteoL, Google, sociomantic, vizury.
g) Content Marketing
Content marketing adalah strategi pemasaran dimana kita
merencanakan, membuat, dan mendistribusikan konten yang mampu
menarik audiens yang tepat sasaran, kemudian mendorong mereka
menjadi kustomer. Tujuan content marketing adalah menarik audiens
baru untuk mengenal suatu bisnis dan mendorong audiens untuk
menjadi customer. Konten dalam content marketing bisa dalam
berbagai bentuk seperti: gambar, video, audio, tulisan, dsb. Contoh
Trending, GetCRAFT, clozette, dan hipwee.

h) Social Media
Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Social
Media menjadi media yang baik untuk strategi pengiklanan karena
jumlah pengguna yang banyak. Contoh Facebook, Line Instagram,
Twitter, BBM, Youtube.
i) Search Engine
Search engine sangat berpengaruh dalam pemasaran website toko
online. Banyak di antara pelanggan yang mencari produk yang mereka
ingin melalui search engine. Cara pengoptimalan pada search engine

Universitas Indonesia
14

dapat mengurangi biaya pemasaran bila dibandingkan memasang


iklan di televise ataupun di website lain. Jika website tampil pada
halaman pertama dari search engine, akan menambah peluang
bertambahnya omset.

j) Cashback
Beberapa online merchant menerapkan promo cashback sebagai
penarik konsumen. Contoh usaha yang menjalankan promo cashback
ini adalah Shopback.

k) Online to Offline (020)


O2O adalah jenis e-commerce yang menarik pelanggan dari saluran
online untuk toko fisik. O2O mengidentifiaksikan pelanggan di
bidang online seperti email dan iklan internet, kemudian
menggunakan berbagai alat dan pendekatan untuk menarik pelanggan
agar meninggalkan lingkup online. Jenis ini muncul untuk penyediaan
barang dan jasa yang tidak dapat diantar melalui logistic pengiriman
seperti kebugaran dan tempat fitness. Contohnya adalah snapcart.

6) Payment
Cara pembayaran untuk ecommerce terdapat dua jenis yaitu melalui
payment gateway dan mobile wallet.
a) Payment gateway
Merupakan sebuah sistem yang mengotorisasi proses pembayaran dari
pembeli ke penjual. Fasilitas payment gateway membuat toko online
tidak perlu menyediakan banyak rekening dari berbagai bank, toko
online cukup memiliki satu rekening dari satu Bank. Sebab, payment
gateway bisa menerima dana transfer dari berbagai rekening Bank dan
menyalurkannya ke satu rekening milik toko online tersebut. Payment
gateway juga dapat memastikan transaksi online aman sehingga
kerahasiaan data dan informasi konsumen terjaga. Contoh AirPay
Loket, adyen, CODAPAY, DOKU, Finpay.

Universitas Indonesia
15

b) Mobile Wallet
Merupakan dompet virtual yang menyimpan informasi kartu
pembayaran dalam perangkat handphone. Terdapat mobile wallet
yang dibuat oleh bank seperti mandiri e-cash, dan yang dibuat
perusahaan jasa provider seperti dompetku, flexicash, dan tcash.
Terdapat payment gateway lainnya seperti Aliay, GOPAY, GRAB,
DOKU.
7) Logistic
Logistic untuk membantu ecommerce dapat dibagi menjadi dua yaitu
Third Party Logistic (3PL)dan On-demand Delivery & Fulfillment.
a) Third Party Logistic (3PL)
Merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan jasa outsourcing
layanan logistik kepada perusahaan atau individu untuk melakukan
satu atau lebih sebuah fungsi yang berada di dalam supply chain
management. 3PL atau yang disebut third party logistic memberikan
solusi mengatur segala kebutuhan trucking dan gudang secara end-
to-end. 3PL mengurus kerumitan operasional di belakangnya dari
proses saat barang masuk ke pelabuhan, masuk ke gudang, sampai
memastikan barang yang dipesan tepat waktu sampai di tangan
pelanggan. Contoh 3PL JNE, TIKI, 21 EXPRESS, J&T EXPRESS.
b) On-demand Delivery & Fulfillment
Merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan jasa logistic hanya
pada saat pengantaran produk dari penjual kepada konsumen. Contoh
Gojek, Grab, Anterin.

2.4 Perjanjian dalam E-Commerce


Mengingat pelaksanaan bisnis online e-commerce melibatkan dua pihak
atau lebih untuk saling bersinergi, oleh karenanya aspek perjanjian merupakan salah
satu hal yang sangat penting dalam rangka membangun trust diantara pihak yang
terlibat dan juga demi menjaga keberlangsungan usaha dari e-commerce itu sendiri.

Universitas Indonesia
16

2.4.1 Hakekat Perjanjian


Dalam faham undang-undang, yang dimaksud dengan perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 KUHPerdata).
Selaras dengan faham tersebut, Perjanjian juga didefinisikan sebagai
suatu “perbuatan”, yaitu perbuatan hukum, perbuatan yang mempunyai
akibat hukum (http://legalakses.com/perjanjian/). Perjanjian juga bisa
disebut sebagai perbuatan untuk memperoleh seperangkat hak dan
kewajiban. Pada dasarnya, tujuan perjanjian layaknya seperti membuat
undang-undang, yaitu mengatur hubungan hukum dan melahirkan
seperangkat hak dan kewajiban. Perbedaannya adalah bahwa undang-
undang mengatur masyarakat secara umum, sedangkan perjanjian hanya
mengikat pihak-pihak yang memberikan kesepakatannya. Perjanjian
juga bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum, namun
sifatnya privat. Perjanjian hanya mengikat para pihak yang
menandatangani perjanjian itu. Jika pelaksanaan perjanjian
menimbulkan sengketa, perjanjian itu dapat dihadirkan sebagai alat
bukti di pengadilan guna menyelesaikan sengketa.
Berkaitan dengan e-commerce, kesepakatan atau perjanjian tentu
sangat dibutuhkan dalam hubungan antar pihak yang terlibat, seperti
halnya antar hubungan produsen dengan konsumen. Jenis barang
dan/atau jasa, syarat-syarat, nilai, dan ketentuan lainnya dituangkan di
dalam perjanjian sesuai kesepakatan para pihak. Namun, dikarenakan
belum adanya aturan perundangan (hukum positif) yang mengatur
perjanjian dalam transaksi perdagangan dengan model transaksi
elektronik (electronic commerce), maka jenis perdagangan elektronik
ini mengacu pada cakupan perspektif hukum perjanjian dalam
KUHPerdata yang menjadi dasar atau sumber dari perikatan untuk
adanya kesepakatan melakukan transaksi perdagangan yang selama ini
telah digunakan sebagai dasar dari transaksi perdagangan konvensional.
Seperti halnya dalam jual-beli konvensional, bahwa perjanjian
jual-beli dianggap telah terjadi ketika para pihak mencapai sepakat

Universitas Indonesia
17

tentang kebendaan dan harga atas barangnya, meskipun kebendaan itu


belum diserahkan dan harga juga belum dibayarkan. Begitu pula dalam
jual-beli berbasis e-commerce, bahwa lahir dan mulai berlakunya suatu
perjanjian jual-beli berbasis e-commerce adalah ketika tercapainya
kesepakatan para pihak dimana suatu perjanjian elektronik itu lahir
ketika penawaran transaksi telah dikirim oleh penjual dan telah diterima
oleh pembeli. Dengan kata lain, bahwa berlaku dan mengikatnya
perjanjian jual-beli elektronik terjadi sesuai dengan kemauan dan
kesepakatan para pihak yang terlibat.

2.4.2 Syarat – syarat dalam Perjanjian


a) Syarat Sah Perjanjian
Untuk dapat menentukan sah atau tidaknya suatu perjanjian,
maka perjanjian tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Dalam
Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat untuk sahnya
suatu perjanjian, yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang diperkenankan
Maksud dari syarat sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
adalah diharuskan adanya sepakat atau setuju terkait hal-hal pokok
dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang terlibat. Pasal 1321
KUHPerdata menentujan bahwa kata sepakat tidak sah apabila
diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan. Selanjutnya, syarat kedua yang berbunyi kecakapan untuk
membuat suatu perikatan mempunyai maksud untuk menentukan
bahwa setiap orang mempunyai kecakapan untuk membuat
perikatan kecuali Undang-Undang menyatakan sebaliknya yang
tertuang dalam Pasal 1330 KUHPerdata. Mengenai syarat ketiga
yaitu suatu hal tertentu dapat ditemukan dalam Pasal 1332 dan 1333
KUHPerdata, sedangkan untuk syarat keempat berupa suatu sebab

Universitas Indonesia
18

yang diperkenankan adalah tidak dilarangnya atau tidak


bertentangan suatu isi perjanjian dengan Undang-Undang maupun
kesusilaan atau ketertiban umum. Pasal 1335 KUHPerdata
menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau
dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang maka perjanjian
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

b) Syarat Subjektif Perjanjian


Syarat pertama dan kedua pada syarat sah yang sudah dijelaskan
sebelumnya dikenal sebagai syarat subjektif. Kata sepakat dan
kecakapan hukum disebut sebagai unsur subjektif karena
menyangkut pihak-pihak yang membuat kontrak. Dalam hal syarat
subjektif tidak terpenuhi, maka kontrak menjadi dapat dibatalkan
(voidable). Dapat dibatalkan berarti bahwa kontrak tetap sah dan
berlaku sampai hakim menyatakannya sebagai batal dan selama
alasan untuk pembatalan tidak diajukan oleh para pihak kehadapan
hakim, kontrak tetap berlaku dan mengikat (Subekti, Hukum
Perjanjian, 2008).
Syarat pertama tentang kesepakatan berarti ada persesuaian
kehendak antara para pihak, yaitu bertemunya penawaran dan
permintaan. Kesepakatan ini dapat ditempuh dengan berbagai cara,
yaitu secara tertulis atau pun tidak tertulis. Kesekapatan di dalam
suatu perjanjian dianggap cacat jika terjadi karena kekhilafan,
paksaan, atau penipuan. Akan tetapi, perjanjian tersebut tetap
dianggap sah. Untuk membatalkan isi perjanjian yang cacat, salah
satu pihak harus mengajukan permohonan ke pengadilan terlebih
dulu. Penjelasan lebih detilnya diatur di dalam Pasal 1321-3128
KUHPerdata.
Syarat kedua tentang kecakapan merupakan kemampuan
menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum (perjanjian).
Kecapakan ini ditandai dengan pencapaian umur 21 tahun atau telah
menikah walaupun usianya belum mencapai 21 tahun. Dalam Pasal

Universitas Indonesia
19

1330 KUHPerdata juga disebutkan kriteria orang yang tidak


memiliki kecakapan untuk membuat perjanjian, yaitu orang-orang
yang belum dewasa dan mereka yang ditaruh di bawah pengampuan.
Jika salah satu pihak tidak cakap, perjanjian dapat dibatalkan dengan
cara pihak tersebut mengajukan permohonan ke pengadilan.
Ketentuan lebih detil tentang kecakapan ini diatur di dalam Pasal
1329-1331 KUHPerdata.
c) Syarat Objektif Perjanjian
Syarat ketiga dan keempat tentang hal tertentu dan sebab
halal disebut syarat objektif. Kedua syarat ini berkaitan dengan
objek kontrak. Dalam hal syarat objektif tidak terpenuhi,
kontrak menjadi batal demi hukum (null and void). Ini berarti
bahwa kontrak yang dibuat tidak menciptakan akibat hukum apa
pun bagi para pihak. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan
perjanjian demikian dan tidak ada alasan hak untuk mengajukan
gugatan kehadapan hakim (Subekti, Hukum Perjanjian, 2008).
Syarat ketiga tentang hal tertentu mengandung arti bahwa di
dalam isi perjanjian harus ada objek perjanjian yang jelas. Hal
ini tercantum pada Pasal 1332 KUHPerdata yang berbunyi
“Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat
menjadi pokok suatu perjanjian” dan Pasal 1333 KUHPerdata
yang menentukan “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu,
asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau
dihitung.”
Syarat keempat tentang suatu sebab yang halal/tidak
terlarang mengandung arti bahwa isi perjanjian tidak dapat
bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban
umum. Pengertian halal tersebut tidak dimaksudkan untuk
memperlawankan dengan kata haram di dalam hukum Islam.
Jika suatu perjanjian bertentangan dengan undang-undang,

Universitas Indonesia
20

kesusilaan, atau ketertiban umum, perjanjian tersebut tidak


mempunyai kekuatan atau lazim disebut batal demi hukum
(lihat Pasal 1335-1337 KUHPerdata).
2.4.3 Asas Perjanjian dalam Transaksi Elektronik (e-commerce)
Berdasarkan Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPer, sedikitnya terdapat
lima asas yang perlu mendapat perhatian dalam membuat perjanjian
(Legalakses.com). Kelima asas tersebut adalah:
1. asas konsensualisme (concensualism),
2. asas kebebasan berkontrak (freedom of contract),
3. asas kepastian hukum (pacta sunt servanda),
4. asas kepribadian (personality), dan
5. asas iktikad baik (good faith).
Asas konsensualisme terkandung di dalam Pasal 1320 KUHPer. Pada
pasal tersebut disebutkan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini
merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak
diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan
kedua belah pihak atau konsensus.
Asas Kebebasan Berkontrak tercantum dalam Pasal 1338
KUHPerdata yang menyebutkan Setiap orang dapat secara bebas
membuat perjanjian selama kebebasan itu tetap berada di dalam batas-
batas persyaratannya, serta tidak melanggar hukum (undang-undang),
kesusilaan (pornografi, pornoaksi) dan ketertiban umum (misalnya
perjanjian membuat provokasi kerusuhan) (Miru & Pati, 2012).
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
a. membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan (Salim,
2006).

Universitas Indonesia
21

Asas kepastian hukum, yaitu asas yang berhubungan dengan akibat


perjanjian. Asas pacta sunt servanda ini merupakan asas bahwa hakim
atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh
para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Jika terjadi
sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar
janji (wanprestasi), hakim dengan keputusannya dapat memaksa agar
pihak yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
perjanjian – bahkan hakim dapat memerintahkan pihak yang lain
membayar ganti rugi.
Asas kepribadian berarti bahwa isi perjanjian hanya mengikat para
pihak secara personal dan tidak mengikat pihak-pihak lain yang tidak
memberikan kesepakatannya. Seseorang hanya dapat mewakili dirinya
sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain dalam membuat perjanjian.
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya.
Asas Iktikad Baik juga tertuang pada Pasal 1338 KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
Iktikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan
melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka, dan saling percaya.
2.4.4 Urgensi Memahami Perjanjian dalam Transaksi Elektronik (e-
commerce)
Pemahaman aspek hukum perjanjian yang baik akan membantu pelaku
bisnis :
1. terhindar dari kerugian akibat transaksi bisnis yang dilakukan;
2. mampu mengidentifikasi aspek pajak sehingga terhindar dari
pengenaan pajak dan/atau sanksi yang tidak perlu; dan
3. mampu menentukan perlakuan akuntansi yang tepat sehingga laporan
keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi bermanfaat bagi
pemangku kepentingan di dalam pengambilan keputusan

Universitas Indonesia
22

2.5 Aspek Akuntansi dalam E-Commerce


2.5.1 Proses Akuntansi
Ada tiga kegiatan dasar dalam akuntansi, yaitu identifikasi,
pencatatan, dan komunikasi. Peristiwa ekonomik (transaksi) yang
dicatat, diklasifikasikan, dan diringkas diubah menjadi laporan
akuntansi. Istilah laporan akuntansi ini lebih dikenal dengan sebutan
laporan keuangan (financial statement). Berikut alur dalam
menghasilkan sebuah laporan keuangan dalam rangka menentukan
pajak terutang.

Gambar 2.2 Siklus Akuntansi

Berkaitan dengan transaksi elektronik (e-commerce), sesuai


dengan Surat Direktur Jenderal Pajak NOMOR S-702/PJ.332/2006
dikemukakan bahwa berdasarkan pesanan (order) dari pembeli melalui
internet, Wajib Pajak dapat melakukan download serta mencetak invoice
dan billing tanpa dilengkapi dengan tanda tangan basah dan stempel
perusahaan dari lawan transaksi karena seluruh transaksi dilakukan
tanpa kertas (paperless), sehingga selanjutnya Wajib Pajak
menggunakan bukti transaksi e-commerce yang telah dicetak tersebut
sebagai dasar menyusun pembukuan perusahaan.
Pada dasarnya, Perlakuan Akuntansi atas transaksi e-commerce
tidak berbeda dengan transaksi lainnya, sehingga pencatatan dalam
sistem akuntansi pun sama dikarenakan persamaan dasar akuntansinya

Universitas Indonesia
23

tidak terpengaruh. Berikut persamaan akuntansi untuk transaksi


konvensional maupun transaksi e-commerce.

Gambar 2.3 Persamaan Dasar Akuntansi

2.5.2 Standar Akuntansi Keuangan


Prinsip/standar akuntansi adalah tata aturan yang dibuat oleh pihak
yang mempunyai otoritas untuk itu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (7) UU KUP 2007 mengacu pada standar yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia, dan harus diikuti oleh penyaji laporan
keuangan. Definisi tersebut sejalan dengan definisi SAK dalam paragraf
7 PSAK 1 yang menyatakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah
pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia serta peraturan
regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya. Standar harus dibuat berdasarkan konsep yang ada.
Standar terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan situasi
bisnis. Standar akuntansi pada umumnya mengatur praktik akuntansi
agar semua praktik akuntansi melakukan hal yang sama. Dengan adanya
keseragaman penyajian sesuai dengan standar yang berlaku, maka
diharapkan laporan keuangan sebagai produk akuntansi akan bisa
menghasilkan informasi akuntansi yang mampu menjelaskan fenomena
bisnis terutama masalah keuangan.

Universitas Indonesia
24

Saat ini, Indonesia memiliki empat pilar akuntansi untuk entitas


non-pemerintah. Keempat pilar tersebut adalah:
1. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
2. SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik),
3. SAK EMKM (Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah)

Jika dikaitkan dengan manajemen pajak, pemahaman yang baik


dan komprehensif atas SAK ini menjadi sangat penting. Alasannya
adalah bahwa implementasi keempat fungsi manajemen pajak yang
telah dibahas sebelumnya akan melibatkan SAK. Pelaksanaan
kewajiban perpajakan dalam bentuk penghitungan pajak mengacu pada
laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan tersebut disusun dan
disajikan berdasarkan SAK.
SAK yang dijadikan acuan untuk membuat laporan keuangan oleh
para pelaku usaha dalam transaksi elektronik (e-commerce), dapat
dipiih dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan bisnisnya. Dari
ketiga SAK yang ada di Indonesia, SAK EMKM adalah SAK yang
paling sederhana. Dalam SAK EMKM, laporan keuangan entitas hanya
disusun menggunakan asumsi dasar akrual dan kelangsungan usaha,
sebagaimana yang digunakan oleh entitas selain entitas mikro, kecil,
maupun menengah, serta menggunakan konsep entitas bisnis. Laporan
keuangan entitas terdiri dari: (a) laporan posisi keuangan, (b) laporan
laba rugi, dan (c) catatan atas laporan keuangan.
SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak
atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam
SAK ETAP. Dalam rangka membantu UMKM memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangannya, DSAK IAI pada tanggal 24 Oktober 2016
mengesahkan SAK EMKM (Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, dan Menengah) yang lebih sederhana dari SAK ETAP.
SAK EMKM sendiri berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018.
SAK EMKM memberikan kriteria mengenai entitas mikro, kecil,
maupun menengah berdasarkan Undang- Undang No 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai berikut.

Universitas Indonesia
25

Gambar 2.4 Kriteria UMKM

SAK yang berada diatas level SAK EMKM adalah SAK ETAP.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam
penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP
kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang
berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar
menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang

Universitas Indonesia
26

dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam


hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa
tahun. SAK ETAP bersumber dari International Best Practice yaitu
International Financial Reporting Standard for Small Medium
Enterprise.
Ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas bila ingin
menerapkan SAK ETAP yaitu:
1. Menerbitkan laporan keuangan yang betujuan umum untuk
pengguna eksternal
2. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan

Dalam SAK ETAP dijelaskan bahwa akuntabilitas publik yang


siginfikan (entitas SAK Umum) dimiliki apabila:

1. Bila entitas terdaftar di bursa pasar modal sehingga modal


perusahaan dimiliki oleh publik atau sedang dalam proses
pendaftaran pada otoritas pasar modal
2. Perusahaan memiliki posisi sebagai fidusia (yaitu memegang
harta pihak lain). Seperti bank, asuransi, manajer investasi, dan
pegadaian.

Setelah sumber SAK ETAP (International Financial Reporting


Standard for Small Medium Enterprise) ditelaah oleh dewan penerbit
standard yaitu Dewan Standard Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI), terdapat banyak kesamaan dengan PSAK/SAK
Umum. Secara umum dapat disimpulkan bahwa SAK ETAP memiliki
kualitas informasi di bawah PSAK/SAK umum, bahkan SAK ETAP
dianalogikan sebagai ‘versi kecil’ dari PSAK umum. Berikut perbedaan
antara SAK ETAP dengan SAK Umum.

Universitas Indonesia
27

Universitas Indonesia
28

Gambar 2.5 Perbedaan SAK Umum dan SAK ETAP

Universitas Indonesia
29

2.6 Praktik e-commerce dalam aspek pajak


Dari kacamata perpajakan, praktik e-commerce dapat dibedakan kedalam 4
bentuk. Sebagaimana yang diatur di dalam Surat Edaran Dirjen Pajak – SE
62/PJ/2013, 4 bentuk transaksi e-commerce tersebut adalah :
1. Online Market Place
2. Classified Ads
3. Daily Deals
4. Online Retail

2.6.1 Bentuk Transaksi E-Commerce


Dalam SE-62/PJ/2013 dijelaskan bahwasanya, bentuk transaksi e-
commerce yang dikenal pada saat ini terdiri dari 4 bentuk, yaitu Online
Marketplace, Classified Ads, Daily Deals, dan Online Retail.
2.6.1.1 Online Marketplace
Online Market Place adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan
usaha berupa Toko Internet di Mal Internet sebagai tempat Online
Marketplace Merchant menjual barang dan/atau jasa.
Di dalam model e-commerce online market place, terdapat 3 pihak yang
terlibat, yaitu
a. Penyelenggara online market place,
b. Online market place merchant, dan
c. Pembeli
Penyelenggara Online Marketplace adalah pihak yang menjalankan
kegiatan usaha Mal Internet, yaitu situs perbelanjaan yang berbasis internet
yang terdiri dari beberapa Toko Internet yang dikelola oleh Penyelenggara
Online Marketplace. Sedangkan Online Marketplace Merchant adalah
pihak yang membuka dan mengoperasikan Toko Internet untuk melakukan
penjualan barang dan/atau jasa di Toko Internet melalui Mal Internet.
Sebagai contoh, adalah Tokopedia, Shopee, Zalora, dan Elevenia.
Tokopedia, Shopee, Zalora, dan Elevenia adalah sebagai pihak
Penyelengara Online Market Place yang menyediakan tempat kegiatan
usaha berupa Toko Internet di Mal Internet. Tempat yang disediakan di
dalam Tokopedia, Shopee, Zalora, dan Elevenia dinamakan Mal Internet.

Universitas Indonesia
30

Sedangkan official store – official store seperti Zoya, Minimal, dan Oakley
yang menjajakan barang di bidang fashion, The Body Shop dan Cetaphil
yang bergerak di bidang kecantikan, Jansport yang bergerak di bidang
aksesoris berupa tas, serta official store Panasonic yang bergerak di bidang
eletronik, merupakan Online Market Place Merchant yang menggunakan
jasa dari Penyelenggara Online Market Place untuk melakukan kegiatan
usaha dalam bentuk Toko Internet di Mal Internet.
Aspek perpajakan untuk Online Market Place dapat dilihat dari 2
hubungan, yaitu hubungan antara Penyelenggara Online Market Place
dengan Online Market Place Merchant dan antara Online Market Place
Merchant dengan Pembeli. Untuk hubungan antara Penyelenggara Online
Market Place dengan Online Market Place Merchant, terdapat 2 proses
bisnis, yaitu proses bisnis jasa penyediaan tempat dan / atau waktu serta
proses bisnis penyetoran hasil penjualan kepada Online Marketplace
Merchant oleh Penyelenggara Online Marketplace. Sedangkan pada
hubungan antara Online Market Place Merchant dengan Pembeli terdapat 1
proses bisnis, yaitu proses bisnis penjualan barang dan/atau jasa. Disamping
itu, terdapat 2 aspek pajak yang terkait dengan transaksi Online Market
Place, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
A. Pajak Penghasilan (PPh)
1) Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan / Atau Waktu
(Penyelenggara Online Marketplace dengan Online
Marketplace Merchant)
a. Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu
dalam media lain untuk penyampaian informasi merupakan
objek Pajak Penghasilan (PPh) yang wajib dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23, Pasal 21, atau Pasal 26.
Termasuk dalam pengertian media lain untuk penyampaian
informasi adalah situs internet yang digunakan untuk
mengoperasikan toko, memajang content (kalimat, grafik,
video penjelasan, informasi, dan lain lain) barang dan/atau
jasa, dan/atau melakukan penjualan.

Universitas Indonesia
31

b. Imbalan sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu


dalam situs internet untuk penyampaian informasi dalam
contoh proses bisnis Online Marketplace ini dapat berupa
Monthly Fixed Fee, Rent Fee, Registration Fee, Fixed Fee,
atau Subscription Fee.
c. Online Marketplace Merchant yang merupakan WP Badan
Dalam Negeri, BUT, atau orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong pajak wajib :
- memotong PPh Pasal 21/23/26 atas imbalan sehubungan
dengan jasa penyediaan tempat dan / atau waktu dalam
media masa, media luar ruang, atau media lain
- menyetorkan pemotongan PPh pasal 21/23/26 tersebut
ke kas negara
- membuat bukti pemotongan PPh pasal 21/23/26 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 21/23/26 ke
KPP tempat Online Marketplace Merchant terdaftar
d. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 2% dari jumlah
bruto, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Dalam hal penyedia jasa dimaksud tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%, yaitu
menjadi sebesar 4% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.
e. Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 20% dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.
f. Untuk Penyelenggara Online Marketplace sebagai penyedia
jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat
final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan

Universitas Indonesia
32

yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,


menagih, dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan PTKP.
g. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,
- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,
- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh,
- Pasal 26 ayat 1 huruf d, dan
- Pasal 1 ayat 6 angka 31 PMK No. 141 Tahun 2015

2) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau jasa (Online


Marketplace Merchant dengan Pembeli )
a. Untuk pihak Online Marketplace Merchant sebagai penjual
barang atau penyedia jasa dalam Online Marketplace yang
penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif
PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang
dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan yang
dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi, dikurangi dengan PTKP.

b. Dasar hukum :
- Pasal 15 UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh, dan
- Pasal 1 ayat (1) huruf b PMK No.34 Thn.2017

Universitas Indonesia
33

3) Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan kepada Online


Marketplace Merchant oleh Penyelenggara Online
Marketplace
a. Penghasilan dari jasa perantara pembayaran merupakan
objek PPh yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 21,
Pasal 23, atau Pasal 26.
b. Imbalan sehubungan jasa perantara pembayaran dalam
contoh proses bisnis Online Marketplace ini dapat berupa
Per Sale Fee dan/atau tagihan lainnya.
c. Online Marketplace Merchant yang merupakan Wajib
Pajak badan dalam negeri, BUT, atau orang pribadi yang
ditunjuk sebagai pemotong pajak, wajib:
- memotong PPh Pasal 21/23/26 atas imbalan sehubungan
dengan jasa perantara
- menyetorkan pemotongan PPh Pasal 21/23/26 tersebut
ke kas negara
- membuat Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/23/26 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 21/23/26 ke
KPP tempat Online Marketplace Merchant terdaftar
d. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perantara
pembayaran adalah sebesar 2% dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN. Dalam hal penyedia jasa dimaksud tidak
memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih
tinggi 100%, yaitu menjadi sebesar 4% dari jumlah bruto,
tidak termasuk PPN.
e. Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa perantara
pembayaran adalah sebesar 20% dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.
c. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,

Universitas Indonesia
34

- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,


- Pasal 22 ayat 1 huruf a UU PPh,
- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh,
- Pasal 26 ayat 1 huruf d UU PPh, dan
- Pasal 1 ayat 6 angka 15 PMK No.141 Tahun 2015
B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1) Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan/Atau Waktu
(Penyelenggara Online Market Place dengan Online Market
Place Merchant)
a. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi merupakan Jasa Kena Pajak
(JKP)
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah penggantian,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penyelenggara Online Marketplace karena
penyerahan JKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Dasar hukum = Pasal 4 ayat 1 huruf c, Pasal 8A ayat 1 UU
PPN
2) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau jasa (Online
Market Place Merchant dengan Pembeli)
a. Penyerahan yang dilakukan oleh Online Marketplace
Merchant kepada Pembeli merupakan Barang Kena Pajak
(BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dapat berupa:
1. penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam
Daerah Pabean; dan/atau
2. ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud,
dan/atau ekspor JKP
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah harga jual,
penggantian, dan/atau nilai ekspor, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh Online
Marketplace Merchant karena penyerahan BKP dan/atau

Universitas Indonesia
35

JKP (contohnya harga barang dan/atau jasa, biaya


pengiriman, asuransi, dan lain-lain).
c. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat 1 huruf a UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN, dan
- Pasal 8A ayat 1 UU PPN
3) Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan Kepada Online
Marketplace Merchant Oleh Penyelenggara Online
Marketplace
a. Jasa perantara pembayaran, yang diserahkan oleh
Penyelenggara Online Marketplace kepada Online
Marketplace Merchant, merupakan Jasa Kena Pajak (JKP).
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah penggantian,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Penyelenggara Online Marketplace karena
penyerahan JKP berupa jasa perantara pembayaran
(contohnya per Sale Fee, biaya service provider settlement,
fee penggunaan kartu kredit/kartu debit/internet banking,
dan lain-lain), tidak termasuk PPN yang dipungut dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
c. Dasar hukum = Pasal 4 ayat 1 huruf c, Pasal 8A ayat 1 UU
PPN
2.6.1.2 Classified Ads
Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu
untuk memajang content (teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan
lain-lain) barang dan/atau jasa bagi Pengiklan untuk memasang iklan
yang ditujukan kepada Pengguna Iklan melalui situs yang disediakan
oleh Penyelenggara Classified Ads. Di dalam transaksi e-commerce
model Classified Ads, terdapat 3 pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu:
a. Penyelenggara Classified Ads,
b. Pengiklan, dan
c. Pengguna Iklan

Universitas Indonesia
36

Penyelenggara Classified Ads adalah pihak yang menyediakan


tempat bagi Pengiklan untuk memasang iklan yang ditujukan kepada
Pengguna Iklan melalui situs yang disediakan oleh Penyelenggara
Classified Ads. Sedangkan Pengiklan adalah pihak yang memasang
iklan dengan mengunakan situs yang disediakan oleh Penyelenggara
Classified Ads. Kemudian, Pengguna Iklan adalah pihak yang
menggunakan iklan yang dipasang di situs yang disediakan oleh
Penyelenggara Classified Ads.
Contoh dari Classified Ads adalah Kaskus, OLX (yang semula
TokoBagus), BukaLapak, dan Mitula. Kesemuanya merupakan pihak
yang bertindak sebagai penyelenggara Classified Ads, sedangkan iklan-
iklan baris yang terdiri dari gambar, informasi lengkap barang, hingga
alamat Pengiklan yang terpasang di dalam situs Classified Ads,
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para Pengiklan yang telah
menjalin kerja sama dengan Penyelenggara Classified Ads. Iklan-iklan
atas produk yang terpasang di situs Classified Ads sangatlah beragam
jenisnya. Misalnya saja, di dalam situs OLX, iklan yang terpasang di
situs tersebut terdiri dari kategori mobil, properti, fashion hingga
peralatan rumah tangga, baik produk yang masih baru, maupun yang
bekas pakai. Sedangkan Mitula, merupakan Classified Ads yang khusus
menampilkan iklan mengenai mobil mobil bekas.
Jika pada model transaksi sebelumnya (Online Market Place)
dijelaskan bahwa imbalan sehubungan dengan jasa penyediaan tempat
dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang, atau media lain,
dinamakan Monthly Fixed Fee, Rent Fee, Registration Fee, Fixed Fee,
atau Subscription Fee, maka pada Classified Ads, imbalan yang serupa,
dinamakan Transaction Fee.
Ruang lingkup Classified Ads adalah mulai dari Pengiklan
melakukan pendaftaran untuk memasang iklan sampai dengan
Pengiklan memasang iklan di situs yang disediakan oleh Penyelenggara
Classified Ads. Mengingat ruang lingkup Classified Ads hanya sebatas
pada pendaftaran hingga pemasangan iklan oleh Pengiklan, maka

Universitas Indonesia
37

dalam e-commerce model transaksi Classified Ads ini tidak dikenal


adanya istilah “jasa perantara pembayaran” (sebagaimana pada Online
Market Place) yang dilakukan oleh Penyelenggara Classified Ads
dalam rangka menampung sementara pembayaran atas transaksi antara
Pengguna Iklan dengan Pengiklan.
Aspek perpajakan untuk Classified Ads dapat dilihat dari 2
hubungan, yaitu hubungan antara Penyelenggara Classified Ads dengan
Pengiklan dan antara Pengiklan dengan Pengguna Iklan. Untuk
hubungan antara Penyelenggara Classified Ads dengan Pengiklan,
hanya terdapat 1 proses bisnis, yaitu proses bisnis jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu. Begitupula pada hubungan antara Pengiklan
dengan Pengguna Iklan, hanya terdapat 1 proses bisnis, yaitu proses
bisnis penjualan barang dan/atau jasa. Disamping itu, terdapat 2 aspek
pajak yang terkait dengan Classified Ads, yaitu Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
A. Pajak Penghasilan (PPh)
1) Proses Bisnis Penyediaan Tempat dan/atau Waktu
(Penyelenggara Classified Ads dengan Pengiklan)
a. Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu
dalam media lain untuk penyampaian informasi merupakan
objek PPh yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23,
Pasal 21, atau Pasal 26. Termasuk dalam pengertian media
lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang
digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content
(kalimat, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain lain)
barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan.
b. Imbalan sehubungan jasa tempat dan/atau waktu dalam
media lain dalam contoh proses bisnis Classified Ads ini
dapat berupa Transaction Fee
c. Pengiklan yang merupakan Wajib Pajak badan dalam
negeri, BUT, atau orang pribadi yang ditunjuk sebagai
pemotong pajak, wajib:

Universitas Indonesia
38

- memotong PPh Pasal 21/23/26 atas imbalan sehubungan


dengan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam
meda masa, media luar ruang, atau media lain
- menyetorkan pemotongan PPh Pasal 21/23/26 tersebut
ke kas negara
- membuat Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/23/26 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 21/23/26 ke
KPP tempat Pengiklan terdaftar
d. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 2% dari jumlah
bruto, tidak termasuk PPN. Dalam hal penyedia jasa
dimaksud tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100%, yaitu menjadi sebesar 4% dari
jumlah bruto tidak termasuk PPN.
e. Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 20% dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.
f. Untuk pihak Penyelenggara Classified Ads sebagai penyedia
jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat
final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan
yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi, dikurangi dengan PTKP.
g. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,
- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,
- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh,

Universitas Indonesia
39

- Pasal 26 ayat 1 huruf d UU PPh, dan


- Pasal 1 ayat 6 angka 31 PMK No. 141 Tahun 2015
2) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa (Pengiklan
dengan Pengguna Iklan)
a. Transaksi akibat penggunaan iklan, dalam hal, Pengguna
Iklan melakukan transaksi dengan Pengiklan yang
mengakibatkan timbulnya penghasilan bagi Pengiklan yang
merupakan objek pemotongan / pemungutan PPh, maka
Pengguna Iklan yang merupakan Wajib Pajak yang ditunjuk
sebagai pemotong pajak wajib melakukan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal
21/22/23/26
a. Untuk pihak Pengiklan sebagai penjual barang atau
penyedia jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang
bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan
Kena Pajak yang dihitung dari :
- Penghasilan bruto dari penjualan yang dikurangi
dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak; atau
- Penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 Undang-Undang PPh dan untuk Wajib Pajak
orang pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
b. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,
- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,
- Pasal 22 ayat 1 huruf a UU PPh,
- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh, dan

Universitas Indonesia
40

- Pasal 26 ayat 1 huruf d UU PPh


B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1) Proses Bisnis Penyediaan Tempat dan/atau Waktu
(Penyelenggara Classified Ads dengan Pengiklan)
a. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi merupakan Jasa Kena Pajak
(JKP).
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah :
- Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh Penyelenggara Classified Ads
karena penyerahan JKP (tidak termasuk PPN yang
dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak).
- Dalam hal Pengiklan tidak perlu membayar (gratis)
untuk pemasangan iklan di tempat yang disediakan oleh
Pengelola Classified Ads, maka Pengelola Classified
Ads melakukan pemberian cuma-cuma yang terutang
PPN kepada Pengiklan. DPP untuk pemberian cuma-
cuma JKP adalah Penggantian setelah dikurangi laba
kotor
c. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN,
- Pasal 8A ayat 1 UU PPN, dan
- Pasal 2 huruf b PMK No.56 Th. 2015
-
2) Proses Bisnis Penjualan (Pengiklan dengan Pengguna
Iklan)
a. Penyerahan yang dilakukan oleh Pengiklan kepada
Pengguna Iklan merupakan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dapat berupa:
- penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam
Daerah Pabean; dan/atau

Universitas Indonesia
41

- ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud,


dan/atau ekspor JKP
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah harga jual,
penggantian, dan/atau nilai ekspor, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengiklan
karena penyerahan BKP dan/atau JKP (contohnya harga
barang dan/atau jasa, biaya pengiriman, asuransi, dan lain-
lain).
c. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat 1 hururf a UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN, dan
- Pasal 4 ayat 1 huruf f, g, h UU PPN
2.6.1.3 Daily Deals
Konsep dari Daily Deals sebenarnya hampir mirip dengan
Online Market Place, hanya saja Daily Deals menggunakan voucher
sebagai sarana pembayarannya. Dalam transaksi Daily Deals
terdapat 3 pihak yang saling terlibat, yaitu :
a. Penyelenggara Daily Deals,
b. Daily Deals Merchant, dan
c. Pembeli
Penyelenggara Daily Deals adalah pihak yang menjalankan kegiatan
usaha berupa situs Daily Deals sebagai tempat Daily Deals
Merchant menjual barang dan/atau jasa. Sementara itu, Daily Deals
Merchant adalah pihak yang menjual barang dan/atau jasa dengan
menggunakan fasilitas Voucher melalui situs Daily Deals. Pembeli
adalah pihak yang melakukan pembelian barang dan/atau jasa dari
Daily Deals Merchant melalui situs Daily Deals dengan
menggunakan fasilitas Voucher. Voucher tersebut merupakan alat
tukar untuk produk dan layanan tertentu dari Daily Deals Merchant
yang diterbitkan oleh Daily Deals Merchant atau Penyelenggara
Daily Deals dan hanya bisa didapatkan oleh Pembeli melalui situs
Daily Deals. Contoh dari praktik Daily Deals di Indonesia adalah

Universitas Indonesia
42

LaKupon, Living Social, dan Fave (semula Groupon)


(http://sidomi.com/, 2014). Ketiganya merupakan pihak
Penyelenggara Daily Deals, sedangkan barang/dan atau jasa dari
berbagai macam kategori yang ada di dalamnya merupakan bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh Daily Deals Merchant. Seperti
misalnya Es Teler 77 dari kategori Makanan, yang menawarkan
promo hingga 20% di situs LaKupon (https://lakupon.com/, 2018),
Waterboom Jakarta dari kategori Hiburan dan Amaroosa Suite Bali
- Nusa Dua dari kategori Hotel dan Villa yang masing-masing
menawarkan promo sebesar 69% dan 75% di situs Fave
(https://www.myfave.com/, 2018).
Aspek perpajakan untuk Daily Deals dapat dilihat dari 2
hubungan, yaitu hubungan antara Penyelenggara Daily Deals
dengan Daily Deals Merchant dan antara Daily Deals Merchant
dengan Pembeli. Untuk hubungan antara Penyelenggara Daily Deals
dengan Pembeli, terdapat 2 proses bisnis, yaitu proses bisnis jasa
penyediaan tempat dan/atau waktu dan proses bisnis penyetoran
hasil penjualan kepada Daily Deals Merchant oleh Penyelenggara
Daily Deals. Sedangkan pada hubungan antara Daily Deals
Merchant dengan Pembeli, hanya terdapat 1 proses bisnis, yaitu
proses bisnis penjualan barang dan/atau jasa. Disamping itu,
terdapat 2 macam pajak yang terkait dengan Classified Ads, yaitu
Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

A. Pajak Penghasilan (PPh)


1) Proses Bisnis Penyediaan Tempat dan/atau Waktu
(Penyelenggara Daily Deals dengan Daily Deals Merchant)
a. Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu
dalam media lain untuk penyampaian informasi merupakan
objek PPh yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23,
Pasal 21, atau Pasal 26. Termasuk dalam pengertian media
lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet yang

Universitas Indonesia
43

digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content


(teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain lain)
barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan.
b. Imbalan sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu
dalam contoh proses bisnis Daily Deals ini dapat berupa
Monthly Fixed Fee, Rent Fee, Registration Fee, Fixed Fee,
atau Subscription Fee
c. Daily Deals Merchant yang merupakan Wajib Pajak badan
dalam negeri, BUT, atau orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong pajak, wajib:
d. memotong PPh Pasal 21/23/26 atas imbalan sehubungan
dengan jasa penyediaan tempat dan / atau waktu dalam
media masa, media luar ruang, atau media lain
e. menyetorkan pemotongan PPh pasal 21/23/26 tersebut ke
kas negara
f. membuat bukti pemotongan PPh pasal 21/23/26 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 21/23/26 ke
KPP tempat Daily Deals Merchant terdaftar
d. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 2% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN. Dalam hal penyedia jasa dimaksud
tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah
lebih tinggi 100% yaitu menjadi sebesar 4% dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN.
e. Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa penyediaan
tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk
penyampaian informasi adalah sebesar 20% (dua puluh
persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN, atau
berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) yang berlaku.

Universitas Indonesia
44

f. Untuk Penyelenggara Daily Deals sebagai penyedia jasa


yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final,
tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan yang
dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan PTKP.
g. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal
21, Pasal 23, dan Pasal 26 Undang-Undang PPh.
2) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa (Daily Deals
Merchant dengan Pembeli)
a. Penghasilan dari penjualan barang dan/atau penyediaan jasa
merupakan objek PPh
b. Apabila Pembeli barang atau pengguna jasa adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi atau Badan yang ditunjuk sebagai
pemotong/pemungut PPh, maka Pembeli barang atau
pengguna jasa tersebut wajib melakukan
pemotongan/pemungutan PPh dengan tarif dan tata cara
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Untuk Daily Deals Merchant sebagai penjual barang atau
penyedia jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang
bersifat final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan
Kena Pajak yang dihitung dari penghasilan bruto dari
penjualan yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, serta,
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan PTKP
d. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh,
- Pasal 15 UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,
- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,
- Pasal 22 ayat 1 huruf a UU PPh,

Universitas Indonesia
45

- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh, dan


- Pasal 26 ayat 1 huruf d UU PPh
3) Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan kepada Daily
Deals Merchant oleh Penyelenggara Daily Deals
a. Penghasilan dari jasa perantara pembayaran merupakan
objek PPh yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23,
Pasal 21, atau Pasal 26.
b. Imbalan sehubungan jasa perantara pembayaran dalam
contoh proses bisnis Daily Deals ini dapat berupa per Sale
Fee, Point Fee serta tagihan lainnya.
c. Daily Deals Merchat yang merupakan Wajib Pajak badan
dalam negeri, BUT, atau orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong pajak, wajib:
- memotong PPh Pasal 21/23/26 atas imbalan sehubungan
dengan jasa perantara
- menyetorkan pemotongan PPh Pasal 21/23/26 tersebut
ke kas negara
- membuat Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/23/26 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 21/23/26 ke
KPP tempat Daily Deals Merchant terdaftar
d. Tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perantara
pembayaran adalah sebesar 2% (dua persen) dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN. Dalam hal penyedia jasa
dimaksud tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100% yaitu menjadi sebesar 4% dari
jumlah bruto tidak termasuk PPN.
e. Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan dari jasa perantara
pembayaran adalah sebesar 20% dari jumlah bruto tidak
termasuk PPN, atau berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) yang berlaku.
f. Untuk pihak Penyelenggara Daily Deals sebagai penyedia
jasa yang penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat

Universitas Indonesia
46

final, tarif PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena


Pajak yang dihitung dari penghasilan bruto dari penjualan
yang dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, serta, untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan PTKP
g. Dasar hukum :
- Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,
- Pasal 21 ayat 1 huruf d, ayat 5, dan ayat 5a UU PPh,
- Pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU PPh,
- Pasal 26 ayat 1 huruf d UU PPh, dan
- Pasal 1 ayat 6 angka 15 PMK No. 141 Tahun 2015 UU
PPh
B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1) Proses Bisnis Penyediaan Tempat dan/atau Waktu
(Penyelenggara Daily Deals dengan Daily Deals Merchant)
a. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi merupakan Jasa Kena Pajak
(JKP). Termasuk dalam pengertian media lain untuk
penyampaian informasi adalah situs internet yang
digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content
(teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain lain)
barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan.
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah penggantian,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Penyelenggara Daily Deals karena penyerahan
JKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Dasar hukum = Pasal 4 ayat 1 huruf c, Pasal 8A ayat 1 UU
PPN

Universitas Indonesia
47

2) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa (Daily Deals


Merchant dengan Pembeli)
a. Penyerahan yang dilakukan oleh Daily Deals Merchant
kepada Pembeli BKP dan/atau JKP, yang dapat berupa:
- penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam
Daerah Pabean; dan/atau
- ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud,
dan/atau ekspor JKP.
merupakan Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah harga jual,
penggantian, dan/atau nilai ekspor, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh Daily Deals
Merchant karena penyerahan BKP dan/atau JKP (contohnya
harga barang dan/atau jasa, biaya pengiriman, asuransi, dan
lain-lain), tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat 1 huruf a UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf f, g, dan h UU PPN, dan
- Pasal 8A ayat 1 UU PPN
3) Proses Bisnis Penyetoran Hasil Penjualan kepada Daily
Deals Merchant Oleh Penyelenggara Daily Deals
a. Jasa perantara pembayaran, yang diserahkan oleh
Penyelenggara Daily Deals kepada Daily Deals Merchant,
merupakan Jasa Kena Pajak (JKP).
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah penggantian,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Penyelenggara Daily Deals karena penyerahan
JKP berupa jasa perantara pembayaran (contohnya per Sale
Fee, biaya settlement service provider, fee penggunaan
kartu kredit/kartu debit/intemet banking, dan lain-lain),

Universitas Indonesia
48

tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang


dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN
- Pasal 8A ayat 1 UU PPN
2.6.1.4 Online Retail
Online Retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa
yang dilakukan oleh Penyelenggara Online Retail kepada Pembeli
di situs Online Retail. Situs Online Retail adalah situs perbelanjaan
yang berbasis internet yang dikelola oleh Penyelenggara Online
Retail. Dalam transaksi Online Retail, terdapat 2 pihak yang saling
terlibat, yaitu :
a. Penyelenggara Online Retail sekaligus sebagai Online Retail
Merchant; dan
b. Pembeli
Berbeda dengan model – model transaksi e-commerce yang
telah dijelaskan sebelumnya, pada model transaksi Online Retail,
antara Penyelenggara Online Retail dengan Merchant / Vendor
bukanlah dua pihak yang berbeda, melainkan satu pihak yang sama.
Pada e-commerce model Online Retail, Penyelenggara Online Retail
adalah pihak yang memiliki situs Online Retail dan sekaligus
sebagai pihak yang melakukan penjualan barang dan/atau jasa itu
sendiri. Sehingga, situs Online Retail tersebut memang dimiliki
langsung oleh Merchant / Vendor yang bersangkutan.
Aspek perpajakan untuk Online Retail hanya terdiri dari 1
hubungan saja, yaitu hubungan antara Penyelenggara Online Retail
yang juga bertindak sekaligus sebagai Merchant dengan Pembeli.
Dalam hubungan ini, terjadi proses bisnis penjualan barang dan/atau
jasa diantara kedua belah pihak. Seperti pada bentuk trasaksi
lainnya, pada Online Retail, aspek pajak yang relevan adalah Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Universitas Indonesia
49

A. Pajak Penghasilan (PPh)


1) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa
(Penyelenggara Online Retail dengan Pembeli
(Bendaharawan Negara))
b. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Pembeli dari
Penyelenggara Online Retail, maka Pembeli yang ditunjuk
sebagai pemunugt PPh Pasal Pasal 22, wajib :
- Memungut PPh Pasal 22 atas pembayaran
sehubungan dengan pembelian barang
- Menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 tersebut ke
kas negara
- Membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22 ke
KPP tempat Pembeli terdaftar
c. Untuk pihak Penyelenggara Online Retail (sekaligus
Merchant) sebagai penjual barang atau penyedia jasa yang
penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, tarif
PPh Pasal 17 diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang
dihitung dari :
- Penghasilan bruto dari penjualan yang dikurangi
dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi dikurangi dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak; atau
- Penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 Undang-Undang PPh dan untuk Wajib Pajak
orang pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
d. Dasar Hukum :
- Pasal 15 UU PPh,
- Pasal 17 UU PPh,

Universitas Indonesia
50

- Pasal 22 ayat 1 huruf a UU PPh, dan


- Pasal 1 ayat (1) huruf b PMK No.34 Thn.2017
B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1) Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa
(Penyelenggara Online Retail dengan Pembeli)
a. Penyerahan yang dilakukan oleh Penyelenggara Online
Retail kepada Pembeli BKP dan/atau JKP, yang dapat
berupa:
- penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam
Daerah Pabean; dan/atau
- ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak
Berwujud, dan/atau ekspor JKP
merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
b. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nya adalah harga jual,
penggantian,dan/atau nilai ekspor, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh Penyelenggara
Online Retail karena penyerahan BKP dan/atau JKP
(contohnya harga barang dan/atau jasa, biaya pengiriman,
asuransi, dan lain-lain), tidak termasuk PPN yang dipungut
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Dasar hukum =
- Pasal 4 ayat 1 huruf a UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN,
- Pasal 4 ayat 1 huruf f, g, dan h UU PPN, dan
- Pasal 8A ayat 1 UU PPN

Universitas Indonesia
51

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Aspek Bisnis, Akuntansi dan Pajak


3.1.1 Contoh Perhitungan Transaksi antara Penyelenggara Online
Marketplace dengan Merchant
Converse menggunakan jasa Tokopedia untuk kegiatan usaha berupa
penjualan aksesoris berupa sepatu. Converse membayar Monthly
Fixed fee sebesar Rp 1.000.000,00. (Asumsi pendapatan Tokopedia >
Rp. 50 M/ tahun)
Aspek Bisinis:
Tokopedia, termasuk C2C. Tokopedia menyediakan jasa
penyediaan tempat untuk dagang.
Aspek Akuntansi:
Tokopedia menggunakan SAK Umum karena pendapatan per tahun
melebihi Rp. 50.000.000.000 dan mempunyai akuntabilitas publik
signifikan (memiliki kewajiban untuk membuat pelaporan keuangan
pada pihak eksternal seperti kreditur & calon investor)
Aspek Pajak:
Saat terutang adalah sesuai kontrak atau perjanjian dua pihak terkait
yaitu pada saat terjadinya pembayaran
PPh 23 untuk jasa penyediaan tempat dan/ atau waktu sebesar 2%
Rp. 1.000.000 x 2% = Rp. 20.000
Maka Converse harus memotong PPh 23 sebesar Rp. 20.000

3.1.2 Contoh Perhitungan Transaksi antara Merchant dengan


Konsumen
Converse adalah salah satu Merchant di Tokopedia. Mr. X salah satu
konsumen membeli Sepatu Converse melalui Website Tokopedia
seharga Rp 500.000. Aspek pajak apa yang timbul dan berapa besarnya
pajak terutang?

Universitas Indonesia
52

PPN:
Terutang saat penyerahan barang dari merchant ke kurir
Rp. 500.000 X 10% = Rp. 50.000
Maka Mr. X membayar sebesar Rp. 550.000 atas pembelian tersebut

3.1.3 Contoh Perhitungan penyetoran hasil penjualan


Penyelenggara Online Marketplace kepada Merchant
Tokopedia menyetorkan hasil penjualan selaama satu bulan kepada
Converse sebesar Rp. 1.000.000.000. Atas jasa perantara pembayaran
maka Converse membayar per sale fee sebesar 1% dari total penjualan.
Aspek pajak apa yang timbul dan berapa besarnya pajak terutang?

Saat terutang adalah sesuai kontrak atau perjanjian dua pihak terkait
yaitu pada saat terjadinya pembayaran
PPh 23 untuk jasa perantara pembayaran sebesar 2%
FEE : Rp. 1.000.000.000 X 1% = Rp. 10.000.000
PPh 23 : Rp. 10.000.000 X 2% = Rp. 200.000
Maka Converse harus memotong PPh 23 atas pembayaran jasa
perantara sebesar
Rp. 200.000.

Universitas Indonesia
53

BAB IV KESIMPULAN
Dari aspek bisnis, ecommerce dapat digolongkan kedalam 3 bentuk yaitu
Business to Business (B2B), Customer to Customer (C2C), dan Business to
Customer (B2C). Terdapat pula pihak-pihak yang juga berada di sekitar lingkungan
e-commerce yang saling terlibat satu sama lain, yang berguna di dalam mendukung
keberlangsungan dan pencapaian tujuan dari kegiatan e-commerce itu sendiri.

Kemudian, apabila dilihat dari aspek legal, transaksi e-commerce rentan


memiliki permasalahan dalam hal perikatan ataupun perjanjian antar pihak yang
terlibat, sehingga perlu diatur mengenai perjanjian diantara kedua belah pihak, dan
hukum perikatan / perjanjian yang dijadikan acuan adalah KUHPerdata yang
selama ini menjadi acuan hukum perikatan dalam transaksi konvensional. Hal – hal
yang harus menjadi perhatian meliputi, syarat perjanjian, aspek yang ada di dalam
sebuah perjanjian, dan tercapainya kesepahaman yang sama diantara pihak yang
terlibat agar tidak ada satu pun pihak yang mengalami kerugian di kemudian hari.

Selanjutnya, apabila ditinjau dari aspek akuntansi, pelaku transaksi e-


commerce sangat penting untuk memahami Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
dalam rangka membuat laporan keuangan yang benar dan sesuai standar sehingga
dapat dijadikan acuan dalam penghitungan pajaknya. Ada beberapa jenis SAK yang
ada di Indonesia yaitu : SAK Umum, SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK Syariah.
Dalam melaksanakan kewajiban membuat laporan keuangan, penyelenggara
transaksi ecommerce dibebaskan untuk memilih SAK yang dijadikan acuan, hanya
saja harus disesuaikan dengan perkembangan kondisi bisnis yang sedang
dijalankan.

Terakhir, apabila dilihat dari aspek pajak, pada dasarnya, transaksi e-


commerce sama saja dengan transaksi pada umumnya, hanya saja berbeda pada hal
media yang digunakan, oleh karenanya, tidak terdapat perbedaan terkait aspek
pajak yang timbul pada transaksi e-commerce. Kemudian, terdapat 2 aspek pajak
yang timbul pada transaksi e-commerce yaitu, Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai yang masing-masing aspek pajak tersebut dilihat dari setiap
proses bisnis yang terjadi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi e-
commerce.

Universitas Indonesia
54

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Doernberg & Hinnekens, 1999, Electronic Commerce and International Taxation,


Georgia, Kluwer Law International.

Peraturan
UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
SE-62/PJ/2013 Tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-
Commerce
SE-06/PJ/2015 Tentang Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan
Atas Transaksi E-
Commerce

Jurnal Ilmiah Elektronik

Office of Tax Policy, U.S. Treasury Department, 1996, Selected Tax Policy
Implications of
Global Electronic Commerce, diakses dari
https://www.treasury.gov/resource-center/tax-policy/Documents/Report-
Global-Electronic-Commerce-1996.pdf, pada tanggal 24 Februari 2018
pukul 21.15 WIB

Sumber lainnya

Anonim, 2017, Pertumbuhan E Commerce Meningkat 17% di Indonesia, diakses


dari http://news.analisadaily.com/read/pertumbuhan-e-commerce-
meningkat-17-persen-di-indonesia/402798/2017/08/24, pada tanggal 26
Februari 2018 pukul 20.00 WIB

Anonim, Electronic Retailing - E-tailing, diakses dari


https://www.investopedia.com/terms/e/electronic-retailing-e-tailing.asp,
pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 18.15 WIB

Universitas Indonesia
55

Anonim, Peer-to-Peer (P2P) Service, diakses dari


https://www.investopedia.com/terms/p/peertopeer-p2p-service.asp, pada
tanggal 26 Februari 2018 pukul 19.10 WIB

Anonim, What is ecommerce software?, diakses dari


https://www.bigcommerce.com.au/ecommerce-answers/what-
ecommerce-software/ , pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 19.35 WIB

Anonim, Apakah Yang Dimaksud Email Marketing, diakses dari


https://bukainfo.com/apakah-yang-dimaksud-email-marketing/ , pada
tanggal 26 Februari 2018 pukul 20.05 WIB

Anonim, Television vs. Billboard, Which is Better?, diakses dari


http://fortuneindo.com/read/tag/media-placement/ , pada tanggal 26
Februari 2018 pukul 19.35 WIB

Anonim, Mobile Wallet, diakses dari


https://www.investopedia.com/terms/m/mobile-wallet.asp, pada tanggal
27 Februari 2018 pukul 11.30 WIB

Anonim, Pengertian 3PL atau Third Party Logistics, diakses dari


https://www.kargo.co.id/artikel/apa-itu-3pl-third-party-logistics/, pada
tanggal 27 Februari 2018 pukul 14.45 WIB

AkuntansiPedia, 2017, Perbedaan PSAK dan SAK ETAP Dalam Penyajiannya,


diakses dari https://akuntansipedia.com/perbedaan-psak-dan-sak-etap/,
pada tanggal 27 Februari 2018 pukul 20.00

Azis, Ibnu, 2015, 4 Jenis E-Commerce yang Berkewajiban Membayar Pajak,


diakses dari
http://sidomi.com/364159/4-jenis-e-commerce-yang-berkewajiban-
membayar-pajak/, pada tanggal 22 Februari 2018 pukul 18.30 WIB

Bohang, Kartini Fatimah, 2018, Berapa Jumlah Pengguna Internet Indonesia?,


diakses dari http://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-

Universitas Indonesia
56

jumlah-pengguna-internet-indonesia, pada tanggal 21 Februari 2018 pukul


20.15 WIB

Darmawan, Apa itu Content Marketing?, diakses dari


http://panduanim.com/apa-itu-content-marketing/ , pada tanggal 27
Februari 2018 pukul 15.20 WIB

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), diakses dari
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/etap, pada tanggal
27 Februari 2018 pukul 16.15 WIB

Iriansyah, Fadly Yanuar, Manfaatkan Jaringan Logistik Kuat Grupnya,


8Commerce Tawarkan Solusi E-commerce Terintegrasi, diakses dari
https://id.techinasia.com/8commerce-enabler-dan-fulfillment-lokal, pada
tanggal 26 Februari 2018 pukul 16.00 WIB

Jetley, Megha, “What are the eCommerce Enabler?”, diakses dari


https://www.quora.com/What-are-the-eCommerce-Enabler, pada tanggal
27 Februari 2018 pukul 22/10 WIB

Mahatma, Rein, Bagaimana Portal Price Comparison Bisa Membantu Online


Shop ?, diakses dari https://startupbisnis.com/bagaimana-portal-price-
comparison-bisa-membantu-online-shop-wawancara-dengan-price-
panda/, pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 17.10 WIB

Returs, Aep, Ad Network di Indonesia, diakses dari


https://www.kompasiana.com/digitalads/ad-network-di-
indonesia_550dcfbda33311e11a2e3e5e, pada tanggal 26 Februari 2018
pukul 21.20 WIB

Sopia, Santi, 2016, Bisnis E-Commerce Meroket, Sampai Kapan Bisa Bertahan?,
diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/08/16/obwm7
j382-bisnis-ecommerce-meroket-sampai-kapan-bisa-bertahan, pada
tanggal 21 Februari 2018 pukul 19.00 WIB

Universitas Indonesia
57

Fave, 2018, Amaroosa Suite Bali Nusa Dua, diakses dari


https://www.myfave.com/jakarta/amaroossa-suite-bali-nusa-dua-
executive-suite-4d3n-room-breakfast-7025, pada tanggal 22 Februari
2018 pukul 20.35 WIB

Fave, 2018, Waterbom Jakarta PIK, diakses dari


https://www.myfave.com/jakarta/waterbom-jakarta-pik-entrance-ticket-
for-1-person-18364, pada tanggal 22 Februari 2018 pukul 21.12 WIB

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai