Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HUKUM BISNIS

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Nama Kelompok:
1. Violita Ayu Ellyna 201810170311235
2. Gilang Satrya D 201810170311241
3. Tania Ayu Faradilla 201810170311244
4. Shiela Aprilia P 201810170311262
5. Astri Mulyaningsih 201810170311265

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
KATA PENGANTAR

Hukum yang pertama adalah Takut akan Tuhan, sebab karena anugrahNyalah
Makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.Makalah dengan Topik mengenai hukum
Transaksi Elektronik ini sebagai salah satu Tugas yang harus kami penuhi di semester
II ini.

Sebagai Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang, kami banyak belajar


mengenai bagaimana seorang Mahasiswa berkualitas di dunia kerja ( Market place).
Pemahaman akan pentingnya pengembangan dan pendalaman Pengetahuan akan
Informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang sangat erat hubungannya dengan dunia
bisnis. Sedikit banyak tentang Hukum Transaksi Elektronik ini membantu saya
memahami bahwa sesungguhnya perkembangan Transaksi Elektronik di Indonesia saat
ini sangatlah cepat

Harapan kami sebagai penulis adalah melalui makalah ini dapat menambah
pengetahuan , pemahaman bagi individu – individu yang membacanya. Perkembangan
transaksi elektronik di Indonesia yang sangat cepat sebagai warga negara Indonesia
tentunya kita harus tetap menjaga keamanan secara khusus dibidang Teknologi
Informasi sehingga informasi yang ada di dunia transaksi elektronik tetap dapat dipercaya
.

Akhirnya kami selaku penulis mengucapkan terima kasih , dan marilah kita bersama -
sama menciptakan bangsa kita menjadi bangsa yang makmur, sejahtera, damai dan
berkualitas.

Malang, 1 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR :......................................................................................i

DAFTAR ISI :.....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN :.....................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG :.....................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH:....................................................................................2

1.3. TUJUAN :....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN :………………………..…………...........


……………........3

2.1. Sejarah dan Perkembangan Transaksi Elektronik :...................................................3

2.2.Pengertian Transaksi Elektronik :….:……………......…………….……....................3

2.3. Mekanisme dan karakteristik e-commerce :...............................................................4

2.4. Ciri dan Ruang Lingkup Transaksi Elektronik :.......................................................5

2.5. Kesepakatan Pelaku Usaha dan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik :.................6

2.6. Penegakkan Hukum dalam Proses Perlindungan Konsumen Pada Transaksi


Elektronik :...............................................................................................................6

2.7. Pengertian Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik:……………...........8

2.8. Manfaat UU ITE :………...............................................………............……..........11

2.9. Kronologi Pembahasan UU ITE:…………………………….....…..............….........11

2.10 Tujuan UU ITE:……………...........…………….…..............................................12

2.11. Contoh kasus Pelanggaran UU ITE:....................................................................12

BAB III PENUTUP :..............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA :..............................................................................................17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undang


undang merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu
dibentuknya undang-undang tersebut. Perkembangan hukum seharusnya seiring
dengan perkembangan masyarakat, sehingga ketika masyarakatnya berubah atau
berkembang maka hukum harus berubah untuk menata semua perkembangan yang
terjadi dengan tertib di tengah pertumbuhan masyarakat modern, karena globalisasi
telah menjadi pendorong lahirnya era teknologi informasi. Seiring dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi informasi memegang peran
penting, baik di masa kini maupun di masa mendatang. Setidaknya ada dua hal yang
yang membuat teknologi informasi dianggap begitu penting dalam memacu
pertumbuhan ekonomi dunia. Pertama, teknologi informasi mendorong permintaan
atas produk-produk teknologi informasi, kedua adalah memudahkan transaksi bisnis
terutama bisnis keuangan disamping bisnis-bisnis lainnya. Teknologi informasi
dengan sendirinya juga merubah perilaku masyarakat. Perkembangan teknologi
informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan
sosial yang sangat cepat. Sehingga dapat dikatakan teknologi informasi saat ini
menjadi pedang bermata dua, Karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif
perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, kejahatan dalam
teknologi informasi disebut dengan Cyber Crime. Cyber Crime adalah jenis kejahatan
yang berkaitan dengan pemanfaatan sebuah teknologi informasi dan komunikasi
tanpa batas, serta memiliki sebuah karakteristik yang kuat dengan sebuah rekayasa
teknologi yang mengandalkan tingkat keamanan yang tinggi, dari sebuah informasi
yang disampaikan dan diakses oleh pengguna internet.

Dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE telah


dijelaskan bahwa “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik”.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Sejarah dan perkembangan transaksi elektronik
1.2.2 Apa pengertian dari Transaksi Elektronik?
1.2.3 Mekanisme dan karakteristik e-commerce
1.2.4 Ciri dan Ruang Lingkup Transaksi Elektronik
1.2.5 Kesepakatan Pelaku Usaha dan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik
1.2.6 Penegakkan Hukum dalam Proses Perlindungan Konsumen Pada
Transaksi Elektronik
1.2.7 Apa pengertian undang-undang ITE?
1.2.8 Apa manfaat dari UU ITE?
1.2.9 Bagaimana kronologi pembahasan UU ITE?
1.2.10 Apa manfaat dan tujuan dibuatnya UU ITE?
1.2.11 Contoh kasus Pelanggaran UU ITE:
1.2.12 Apa pengertian undang-undang ITE?

1.3. TUJUAN

Untuk mengetahui pentingnya UU ITE dalam kemajuan teknologi sekarang ini.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan Transaksi Elektronik

Internet mengalami perkembangan dan penggunaannya meluas ke


kegiatan bisnis, industri, dan rumah tangga di seluruh dunia. Perkembangan dan
kemajuan internet telah mendorong kemajuan di bidang teknologi informasi.
Penggunaan internet yang semakin luas dalam kegiatan bisnis, industri, dan
rumah tangga telah mengubah pandangan manusia. Dimana kegiatan-kegiatan
tesebut awalnya di monopoli oleh kegiatan fisik kini bergeser menjadi kegiatan di
dunia maya Cyber world yang tidak memerlukan kegiatan fisik. Transaksi jual
beli barang yang awalnya bersifat konvensional perlahan-lahan beralih menjadi
transaksi jual beli barang secara elektronik yang menggunakan media internet
yang dikenal dengan e-commerce atau kontrak dagang elektronik. Di Indonesia,
fenomena e-commerce ini sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculnya
situs http:www.sanur.com sebagai toko buku on-line pertama. Meski belum
terlalu populer, pada tahun 1996 tersebut mulai bermunculan berbagai situs yang
melakukan e-commerce. Sepanjang tahun 1997- 1998 eksistensi e-commerce di
Indonesia sedikit terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga
saat ini kembali menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas
pada minoritas masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi. E-commerce
dapat dipahami sebagai kegiatan transaksi perdagangan baik barang dan jasa
melalui media elektronik yang memberikan kemudahan didalam kegiatan
bertransaksi konsumen di internet. Keunggulan e-commerce terletak pada
efisiensi dan kemudahannya, membahas tentang hukum e-commerce maka tidak
akan lepas dari hukum internet cyber law.

2.2. Pengertian Transaksi Elektronik

Transaksi elektronik adalah istilah untuk perbuatan hukum yang dilakukan


dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan media elektronik
lainnya. Perbatan hukum disini sanggatlah luas, untuk itu ruang lingkupnya dapat
dilihat dalam pasal 40 peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan sistem elektronik dan transaksi elektronik, yang terdiri atas
lingkup publik atau lingkup privat.

2.3. Mekanisme dan Karakteristik E-Commerce

Transaksi elektronik antara e-merchant (pihak yang menawarkan barang


atau jasa melalui internet) dengan e-customer (pihak yang membeli barang atau
jasa melalui internet) yang terjadi di dunia maya atau di internet pada umumnya
berlangsung secara paperless transaction, sedangkan dokumen yang digunakan
dalam transaksi tersebut bukanlah paper document, melainkan dokumen
elektronik (digital dokument).

Mekanisme transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan


adanya penawaran suatu produk tertentu oleh penjual (misalnya bertempat
kedudukan di USA) di suatu website melalui server yang berada di Indonesia
(misalnya detik.com). Apabila konsumen Indonesia melakukan pembelian, maka
konsumen tersebut akan mengisi order mail yang telah disediakan oleh pihak
penjual.

E- Commerce memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Terjadinya transaksi antara dua belah pihak

Dengan menghubungkan jaringan komputer perusahaan dengan internet,


perusahaan dapat menjalin hubungan bisnis dengan rekan bisnis atau konsumen
secara lebih efisien. Sampai saat ini internet merupakan infrastruktur yang ideal
untuk menjalankan e-commerce, sehingga istilah E-Commerce pun menjadi
identik dengan menjalankan bisnis di internet.

2. Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi

Pertukaran informasi dalam E-Commerce dilakukan dalam format dijital


sehingga kebutuhan akan pengiriman data dalam bentuk cetak dapat dihilangkan.
Dengan menggunakan sistem komputer yang saling terhubung melalui jaringan
telekomunikasi, transaksi bisnis dapat dilakukan secara otomatis dan dalam waktu
yang singkat. Akibatnya informasi yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi
bisnis tersedia pada saat diperlukan. Dengan melakukan bisnis secara elektronik,
perusahaan dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan
pengiriman informasi. Proses transaksi yang berlangsung secara cepat juga
mengakibatkan meningkatnya produktifitas perusahaan.

3. Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan


tersebut

Intranet merupakan infrastruktur jaringan komputer yang menghubungkan


semua sumber daya manusia, baik manajmen maupun staf, dalam sebuah
perusahaan sehingga dengan mudah mereka dapat saling berkomunikasi untuk
menunjang aktivitas bisnis sehari-hari. Aplikasi-aplikasi yang berhubungan
dengan komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi biasanya diimplementasikan di
dalam sistem intranet ini. Ekstranet merupakan sebuah infrastruktur jaringan yang
menghubungkan perusahaan dengan para pemasok dan rekanan bisnisnya. Jika
dahulu teknologi EDI (Electronic Data Interchange) banyak dipergunakan untuk
keperluan ini, tipe E-Commerce B-to-B merupakan pilihan tepat untuk
membangun sistem ekstranet di perusahaan.

2.4. Ciri dan Ruang Lingkup Transaksi Elektronik

Mekanisme transaksi elektronik tidak seperti transaksi jual beli


konvesional karena setiap transaksi elektronik diawali dengan tahap penawaran
melalui media internet oleh pelaku usaha, tahap penerimaan oleh konsumen, tahap
kesepakatan antara para pihak, tahap pembayaran melalui jasa perbankan, dan
diakhiri dengan tahap pengiriman produk yang dipesan melalui jasa ekspedisi.
Dalam praktiknya, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK) belum sepenuhnya melindungi konsumen dalam transaksi
elektronik.

Kondisi tersebut karena UUPK belum mengaur mengenai implementasi


lebih lanjut pengertian perlindungan konsumen yang mencakup perlindungan
konsumen online, hak atas informasi yang harus diberikan kepada konsumen
melalui media online untuk mencegah terjadinya tindakan curang,
penyalahgunaan kartu pembayaran milik orang lain, tanggungjawab pelaku usaha
yang mencakup tanggungjawab ISP (Internal Service Provider), beban
pembuktian elektronik, dan penyelesaian sengketa melalui sarana teknologi
informasi. Mengenai masalah penyelesaian sengketa dalam transaksi elektronik
memiliki kecenderungan memilih forum arbitrase.

2.5. Kesepakatan Pelaku Usaha dan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik

Perjanjian yang dinyatakan sah adalah suatu perjanjian yang memenuhi empat
syarat yang tedapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

a. Adanya kesepakatan dua belah pihak


b. Kecapakan untuk melakukan perbuatan hukum
c. Adanya objek tertentu
d. Adanya sebab yang halal

Syarat pertama dan kedua diatas yang dinamakan syarat subjektif, apabila
salah satu dari kedua syarat tersebut tidak dapat dipenuhi, mak perjanjian dapat
dibatalkan. Sedangkan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif, maka
apabila salah satu dari kedua syarat tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum
(Johanes Ibrahim dan Lindawaty 2005:44).

Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata yaitu,
penyesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya,
pernyataan kehendak antara dua orang atau lebih dengan pihak lainnya.

Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu:

a. Bahasa yang sempurna dan tulisan


b. Bahasa yang sempurna secara lisan
c. Bahasa yang tidak sempruna asal dapat diterima oleh pihak lawan
d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya
e. Diam atau membisu, tetapi dipahami atau diterima pihak lawannya

2.6. Penegakkan Hukum dalam Proses Perlindungan Konsumen Pada Transaksi


Elektronik

Perlindungan konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya


kepastian hukum untuk memberi perlindungan konsumen agar terwujudnya tujuan
perlindungan konsumen di Indonesia (Endang Sri Wahyuni 2003: 91). Adanya
Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan dampak ekonomi yang
positif bagi dunia usaha, dunia usaha dipacu untuk meningkatkan kualitas/mutu
produk barang dan jasa sehingga produknya memiliki keunggulan kompetitif di
dalam dan luar negeri.
Di Indonesia, dalam UU ITE disebutkan bahwa transaksi elektronik dapat
dituangkan dalam kontrak elektronik. Dalam kontrak elektronik tersebut dapat
ditentukan pilihan hukum mana yang digunakan dalam menyelesaikan
perselisihan (dispute). Jika pilihan hukum tidak dilakukan, maka yang berlaku
adalah hukum yang didasarkan pada asas hukum perdata internasional. Begitupun
dengan pilihan forum pengadilan mana yang berhak. Para pihak dalam transaksi
e-commerce dapat menentukan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya mana yang dipilih dalam e-contract. Dan
jika tidak dilakukan pemilihan forum, maka penyelesaian sengketa akan kembali
pada asas dalam Hukum Perdata Internasional.
Perlindungan konsumen menjamin adanya kepastian hukum bagi
konsumen yang merasa dirugikan sehingga dapat terwujud tujuan perlindungan
konsumen, jika terjadi sengketa atau konflik antar pelaku usaha dan konsumen
maka dapat diselesaikan melalui:

1) Pengadilan (Litigasi)

2) Non Litigasi, yaitu dengan cara mengajukan gugatan melalui BPSK (Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen), melalui BPSK dapat ditempuh melalui 2
cara yaitu : Mediasi dan Arbitrase.
Perdagangan elektronik, jika terjadi sengketa ataupun konflik antara
pelaku usaha dan konsumen maka dapat ditempuh juga dengan kedua cara
tersebut diatas, tetapi dalam penyelesaian sengketa dengan jalan Non Litigasi,
lembaga arbitrase yang dipilih adalah arbitrase cyber, dimana secara umum
lembaga arbitrase dalam perdagangan konvensional dan perdagangan elektronik
adalah sama tetapi perbedaannya adalah prosedur pelaksanaan dalam penyelesaian
sengketa elektronik dilakukan melalui dunia maya, pelaksanaan penyelesaian
sengketanya dilakukan melalui media elektronik. Para pihak dapat menyelesaikan
sengketa melalui lembaga arbitrase(dalam hal ini cyber arbitration) yang sifat
putusannya final dan binding.
2.7. Pengertian Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang


berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di
luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum
Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia..

 Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,


menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau
menyebarkan informasi.

 Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang


dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya. Berikut pengertian beberapa elemen dalam informasi dan
transaksi elektronik :

 Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur


elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan,
dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

 Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem


Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat.

 Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem


Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.

 Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik


yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi
Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.
 Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang
memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek
hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.

 Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang


berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit
Sertifikat Elektronik.

 Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang


dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah
dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam
Transaksi Elektronik.

 Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas


Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi
Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

 Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau


terkait dengan Tanda Tangan Elektronik.

 Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik,


optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan
penyimpanan.

 Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem


Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam jaringan.

 Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau


kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik lainnya.

 Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat


melalui Sistem Elektronik.

 Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi


Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

 Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi


Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dari Pengirim.
 Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara,
Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang
bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.

 Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia,


warga negara asing, maupun badan hukum.

 Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan


persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

 Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh


Presiden.

Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik


(UUITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan mengenai informasi dan
transaksi elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang. Pengaturan
mengenai informasi dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa instrumen
internasional, seperti UNCITRAL Model Law on eCommerce dan UNCITRAL
Model Law on eSignature. Bagian ini dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan
para pelaku bisnis di internet dan masyarakat umumnya guna mendapatkan kepastian
hukum dalam melakukan transaksi elektronik. Beberapa materi yang diatur, antara
lain: 1. pengakuan informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah
(Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE); 2. tanda tangan elektronik (Pasal 11 & Pasal 12 UU
ITE); 3. penyelenggaraan sertifikasi elektronik (certification authority, Pasal 13 &
Pasal 14 UU ITE); dan 4. penyelenggaraan sistem elektronik (Pasal 15 & Pasal 16
UU ITE)

Beberapa materi perbuatan yang dilarang (cybercrimes) yang diatur dalam UU ITE,
antara lain:

1. konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian,


penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan (Pasal 27, Pasal
28, dan Pasal 29 UU ITE);

2. akses ilegal (Pasal 30);

3. intersepsi ilegal (Pasal 31);


4. gangguan terhadap data (data interference, Pasal 32 UU ITE);

5. gangguan terhadap sistem (system interference, Pasal 33 UU ITE);

6. penyalahgunaan alat dan perangkat (misuse of device, Pasal 34 UU ITE).

2.8. Manfaat UU ITE

Kehadiran UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (ITE) akan memberikan manfaat, beberapa diantaranya:

1. Menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi secara


elektronik

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia;

3. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan berbasis


teknologi informasi;

4. Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi


informasi.

2.9. Kronologi Pembahasan UU ITE

UU ITE mulai dirancang sejak maret 2003 oleh Kementrian Negara


komunikasi dan Informasi (Kominfo) dengan nama rancangan Undang – Undang
informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik (RUU – IETE). Semula UU ini
dinamakan Rancangan Undang – undang Informasi Komunikasi dan Transaksi
Elektronik (RUUIKTE) yang disusun Ditjen Pos dan Telekomunikasi –
Departemen perhubungan serta Departemen Perindustrian dan perdagangan,
bekerja sama dengan tim dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (unpad)
dan tim Asistensi dari ITB, serta Lembaga kerja hukum dan Teknologi
Universitas indonesia (UI).

Serta Departemen komunikasi dan Informasi terbentuk berdasarkan


peraturan peresiden RI no 9 Tahun 2005, tindak lanjut usulan UU ini kembali
digulirkan. Pada 5 september, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui surat
no.R./70/Pres/9/2005 menyampaikan naskah RUU ini secara resmi kepada DPR
RI. Bersama dengan itu, pemerintah melalui Departemen komunikasi dan
Informatika membentuk “Tim Antar Departemen dalam rangka pembahasan RUU
Antara pemerintah dan DPR RI” dengan keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika No.83/KEP/M.KOMINFO/10/2005 tanggal 24 Oktober 2005 yang
kemudian dipersempurnakan dengan keputusan menteri
No.10/KEP/M.Kominfo/01/2007 tanggal 23 Januari 2007 dengan pengarah:

1. Menteri Komuniksi dan Informatika

2. Menteri hukum dan HAM, Menteri Sekertaris Negara, dan Sekertaris Jendral

3. Defkominfo. Ketua Pelaksana Ir. Cahyana Ahmadjayadi,Dirjen Aplikasi


Telematika

4. Defkominfo, Wakil Ketua Pelaksana 1: Dirjen Peraturan Perundang–undangan

5. Departemen Hukum dan HAM dan Wakil Ketua Pelaksana 11: Staf Ahli Menteri

2.10. Tujuan UU ITE

a. Mengembangkan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi


dunia.

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonoman nasional dalam rangka


meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Meningkatkan aktifitas dan efesiensi pelayanan publik.

d. Membuka kesempatan seluas- luasnya kepada setiap orang untuk memajukan


pemikiran dan kemampuan dibidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
informasi se’optimal mungkin namun disertai dengan tanggung jawab.

e. Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggara teknologi informasi.

2.11. Contoh kasus Pelanggaran UU ITE

a. Luna maya dijerat pasal 27 undang – undang ITE karema melecehkan profesi
wartawan (bukan jurnalist, kalau jurnalis menulis dengan fakta dan bukti yang
nyata, kalaw wartawan bisa menulis dengan abstrak yang dalam hal ini kita
pandang sebagai ISU) infotaiment dengan kata “pelacur” dan “pembunuh”.
b. Prita Mulyasari di jerat pasal 27 ayat 3 Undang – undang no 11 tahun 2008
tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE), karena akan mengancam
kebebasan berekspresi.

c. Narliswandi sudah diperiksa pada 28 Agustus lali, penyidik berniat pula menjerat
Narliswandi dengan pasal 27 undang – undang informasi dan transaksi Elektronik
dengan ancman hukum 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar. Karena kasus
pencemaran nama baik terhadap anggota dewan Perwakilan rakyat, Alvin lie.

d. Agus Hamonangin diperiksa oleh penyidik polda Metro jaya Sat. IV Cyber
Crime yakni sudirman AP dan Agus Ristiani. Merujuk pada laporan Alvin
Lie,ketentuan hukum yang dilaporkan adalah dugaan perbuatan pidana pencemaran
nama baik dan fitnah seperti tercantum dalam pasal 310, 311 Kitab Undang –
undang hukum pidana (KUHP), serta dugaan perbuatan
mendistribusikan/mentrasnsmisikan informasi elektronik yang memuat materi
penghinaan seperti tertuang dalam pasal 27 ayat (3) pasal 45 (1) UU nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik (ITE).

e. Ariel dijerat pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE jo pasal 45
ayat 1 UU ITE mengatur tentang hak mendistribusikan dan atau dokumen
elektronik yang memiliki buatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik.

f. Dani Firmansyah,hacker situs KPU dinilai terbukti melakukan tindak pidana yang
melanggar pasal 22 huruf a, b, c, tahun 2008 tentang Telekomunikasi. Selain itu
Dani Firmansyah juga dituduh melanggar pasal 38 Bagian ke -11 UU
Telkomunikasi.

2.12. Sisi Positif UU ITE

Berdasarkan dari pengamatan para pakar hukum dan politik UU ITE


mempunyai sisi positif bagi Indonesia. Misalnya memberikan peluang bagi bisnis
baru bagi para wiraswastawan di Indonesia karena penyelenggaraan sistem
elektronik diwajibkan berbadan hukum dan berdomisili di Indonesia. Otomatis jika
dilihat dari segi ekonomi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain pajak
yang dapat menambah penghasilan negara juga menyerap tenaga kerja dan
meninggkatkan penghasilan penduduk.
UU itu juga dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan internet yang
merugikan, memberikan perlindungan hukum terhadap transaksi dan sistem
elektronik serta memberikan perlindungan hukum terhadap kegiatan ekonomi
misalnya transaksi dagang. Penyalahgunaan internet kerap kali terjadi seperti
pembobolan situs-situs tertentu milik pemerintah. Kegiatan ekonomi lewat transaksi
elektronik seperti bisnis lewat internet juga dapat meminimalisir adanya
penyalahgunaan dan penipuan.

UU itu juga memungkinkan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang di luar


Indonesia dapat diadili. Selain itu, UU ITE juga membuka peluang kepada
pemerintah untuk mengadakan program pemberdayaan internet. Masih banyak
daerah-daerah di Indonesia yang kurang tersentuh adanya internet. Undang-undang
ini juga memberikan solusi untuk meminimalisir penyalahgunaan internet.

2.13. Sisi Negatif UU ITE

Memiliki sisi positif UU ITE ternyata juga terdapat sisi negatifnya. Contoh
kasus Prita Mulyasari yang berurusan dengan Rumah Sakit Omni Internasional juga
sempat dijerat dengan undang-undang ini. Prita dituduh mencemarkan nama baik
lewat internet. Padahal dalam undang-undang konsumen dijelaskan bahwa hak dari
konsumen untuk menyampaikan keluh kesah mengenai pelayanan publik. Dalam
hal ini seolah-olah terjadi tumpang tindih antara UU ITE dengan UU konsumen.
UU ITE juga dianggap banyak oleh pihak bahwa undang-undang tersebut
membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat, dan menghambat
kreativitas dalam berinternet. Padahal sudah jelas bahwa negara menjamin
kebebasan setiap warga negara untuk mengeluarkan pendapat.

Undang-undang ini menimbulkan suatu polemik yang cukup panjang. Maka


dari itu muncul suatu gagasan untuk merevisi undang-undang tersebut.

Ada sejumlah pasal yang melarang penyebaran informasi palsu misalnya melalui
media pesan elektronik. Antara lain:

Pasal 28

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).

Pasal 35

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

Pasal 36

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang
mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.

Pasal-pasal tersebut, bila dilanggar akan menghadapi ancaman pidana seperti


yang diatur pada Pasal 51 UU ITE:

Pasal 51

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35


dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 12.000.000.000, 00 (dua belas miliar rupiah).

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36


dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 12.000.000.000, 00 (dua belas miliar rupiah).
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Perlindungan konsumen menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen yang


merasa dirugikan sehingga dapat terwujud tujuan perlindungan konsumen, jika terjadi
sengketa atau konflik antar pelaku usaha dan konsumen maka dapat diselesaikan melalui:
Litigasi dan Non litigasi.

Perdagangan elektronik merupakan model transaksi dengan karakteristik yang


berbeda dengan perdagangan konvensional. Daya jangkaunya tidak hanya local tapi juga
bersifat global sehingga dalam tranksaksi elektronik atau e- commerce jika terdapat
permasalahan maka dapat menggunakan instrument undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sitem dan Transaksi Elektronik.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan bagi masyarakat sebaiknya


selektif dalam melakukan transaksi secara online dan mengedepankan aspek keamanan
transaksi dan kehati-hatian sebagai pertimbangan utama dalam melakukan transaksi jual
beli secara on-line. Bagi pelaku usaha sebaiknya lebih memperhatikan perbuatan yang
dilarang sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bagi aparat
penegak hukum sebaiknya lebih teliti dalam mengawasi electronic commerce atau
dengan kata lain transaksi elektronik sehingga dapat menerapkan ketentuan dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik

http://samawaholic.com/tag/undang-undang-informasi-dan-transaksi-elektronik/

http://tugaskelompok02.blogspot.com/

http://arsip.uns.ac.id/unduh/UU-ITE.pdf

http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/lama/hukum/ruuite.htm

http://ppid.kominfo.go.id/undang-undang-bidang-komunikasi-dan-informatika/

http://prasetyooetomo.wordpress.com/2012/06/27/pengertian-uu-ite/

file:///C:/Users/OWNER/Downloads/12_Jurnal%20Rizka%20Syafriana%20(1).pdf

https://victortarigan.wordpress.com/2010/03/29/karakteristik-ecomerce/

 https://uchewthirteen.wordpress.com/2011/03/28/mekanisme-e-commerce/

https://text-id.123dok.com/document/dy4dol9yn-sejarah-dan-perkembangan-transaksi-
elektronik.html

Anda mungkin juga menyukai