Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau pengangkutan

sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas kehidupan masyarakat

Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

dahulu kala hingga sekarang. Banyak perbedaan yang terjadi dalam hal

pengangkutan, terutama dari hal apa yang digunakan untuk mengangkut atau alat

angkut, baik mengangkut barang maupun orang. Pengangkutan mendukung kegiatan

manusia di segala bidang, sehingga pengangkutan sangat penting dalam kehidupan

manusia dari zaman tradisional hingga zaman modern seperti sekarang.

Di Indonesia pengangkutan berupa barang dan/atau jasa sangat penting untuk

terus dikembangkan karena sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara

dengan keadaan geografis yang terbilang unik yaitu terdiri dari ribuan pulau, perairan

yang terdiri dari sebagian besar laut (sehingga disebut negara maritim), sungai dan

danau yang bisa memungkinkan pengangkutan dilakukan dari jalur darat, laut dan

udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia.1

Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-

1
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 5.

1
Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dalam hierarki Peraturan Perundang-

undangan di Indonesia. Hukum yang berlaku di Indonesia merupakan suatu sistem

yang masing-masing bagian atau komponen saling berhubungan dalam arti saling

memengaruhi dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu ketertiban

dan keteraturan manusia dalam masyarakat.2 Hal tersebut sesuai dengan pengertian

sistem itu sendiri, yang berarti merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh, teratur,

dan terdiri dari berbagai unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain kemudian

membentuk suatu totalitas.

Menarik dari hubungan tujuan sistem hukum positif Indonesia dan UUD NRI

1945, dapat terlihat bahwa terdapat beberapa hal yang ingin dicapai oleh negara.

Salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum, sebagaimana tercantum dalam

alinea keempat Pembukaan UUD 1945, selain sebagai tujuan, perihal kesejahteraan

umum ini juga menunjukkan tugas negara. Peran negara kepada bangsa Indonesia ini

dalam hal untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tugas pemerintah

negara Indonesia berkaitan dengan kesejahteraan yaitu memberikan perlindungan dan

pelayanan kepada masyarakat, baik di bidang politik, maupun di bidang sosial

budaya-ekonomi.

Kesejahteraan selalu bersinggungan erat dengan pembangunan. Pembangunan

dapat muncul dan dilaksanakan dari bidang manapun, termasuk pada bidang ekonomi

yang tidak dielakkan lagi menjadi sentral di antara bidang lainnya yang saling

2
Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit IKIP Malang, Malang, 1995, hlm.
13

2
berhubung dan berkesinambungan. Sebab pembangunan pada bidang ekonomi

memiliki pengaruh tersendiri terhadap bidang lain, dan nantinya

akan berhadapan dengan konsekuensi-konsekuensi masalah sosial yang

berwujud ketertiban sosial, misalnya yang terjadi pada bidang transportasi,

pendidikan, dan tenaga kerja. Dalam mencapai kesejahteraan tersebut, tentu akan

berbenturan dengan berbagai persoalan-persoalan di dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Salah satu persoalan yang cukup problematis pada kesejahteraan

masyarakat di Indonesia sekarang ini, adalah berkenaan dengan mobilitas masyarakat.

Jika disederhanakan, maka persoalan tersebut berkenaan dengan permasalahan yang

paling sering dijumpai di seluruh daerah baik kota-kota besar, kota-kota kecil, hingga

daerah pedesaan, adalah permasalahan mengenai transportasi publik

Peran penting jasa transportasi ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya

kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh

pelosok tanah air. Menyadari begitu besarnya peran transportasi, maka transportasi

perlu untuk ditata dalam suatu sistem transportasi nasional yang terpadu untuk

mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang aman, nyaman, cepat, teratur, dan

dengan biaya yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Pentingnya

pengangkutan ditunjukkan untuk membantu orang dan/atau barang berpindah dari

satu tempat ke tempat lain. Pengangkutan itu merupakan perpindahan tempat, baik

benda-benda maupun orang-orang.3

3
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan di
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal.1

3
Peranan pengangkutan di dalam dunia perdagangan bersifat mutlak, sebab

tanpa pengangkutan, perusahaan tidak mungkin dapat berjalan. Barang-barang yang

dihasilkan oleh produsen atau pabrik-pabrik dapat sampai di tangan pedagang atau

pengusaha hanya dengan jalan pengangkutan, dan seterusnya dari pedagang atau

pengusaha kepada konsumen juga harus menggunakan jasa pengangkutan.

Pengangkutan di sini dapat dilakukan oleh orang, kendaraan yang ditarik oleh

binatang, kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, kapal sungai, pesawat udara dan

lain-lain.

Masalah yang ada sekarang adalah terkait dengan penyediaan alat transportasi

masal yang memadai, nyaman, aman, murah, serta tepat waktu. Dengan terpenuhinya

hal tersebut maka sudah pasti akan turut meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Karena dengan hal tersebut, jasa pengangkutan menjadi lebih efisien dan menghemat

waktu

Menurut Purwosutjipto, pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara

pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat

tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri dengan membayar

uang angkutan.4 Hal lain dalam kebutuhan akan transportasi yang tidak kalah penting

adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, kelancaran pengangkutan yang menunjang

pelaksanaan pengiriman barang, perdagangan, pariwisata maupun pendidikan.5

4
Ibid, hlm. 6
5
Abdulkadir Muhammad I, op.cit, hlm. 7.

4
Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tidak dapat

dihindari berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, politik dan bidang-bidang lainnya

dalam masyarakat, tidak terkecuali bidang transportasi. Semakin majunya teknologi

yang ada, memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mempermudah segala

kegiatan sehari-sehari. Contohnya adalah smartphone, semakin canggihnya

perkembangan teknologi dalam telepon genggam, kini memudahkan penggunanya

melakukan aktifitas sehari-hari, termasuk dalam hal pengangkutan baik orang

dan/atau barang. Semakin majunya teknologi mengakibatkan semakin

berkembangnya transportasi yang ada. Dengan majunya teknologi dan ilmu

pengetahuan maka semakin mudah pula dalam memperoleh transportasi, hal ini yang

terjadi dan marak setahun terakhir yaitu fenomena ojek online. Ojek online

merupakan sarana pengangkut berbasis teknologi yang memungkinkan pengguna jasa

menggunakan jasa dari sarana pengangkut berupa kendaraan bermotor ini dimana

saja dan kapan saja, dengan memanfaatkan teknologi pada smartphone.

Ojek online beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi pekerjaan yang

menjanjikan bagi banyak orang baik pria maupun wanita di tengah maraknya

pemutusan hubungan kerja. Hanya dengan menggunakan aplikasi dalam smartphone

setiap orang dapat menggunakan transportasi berupa ojek online untuk mengangkut

barang maupun orang, yang bisa di panggil kapan saja dan dimana saja.

Ojek online merupakan sarana transportasi darat yang menggunakan kendaraan

roda dua (sepeda motor) dengan berpelat hitam, berbasis teknologi yang menandai

bahwa angkutan umum ini tidak mempunyai legalitas sah dari pemerintah untuk

5
mengangkut penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik

bayaran. Ojek online telah menjadi angkutan umum yang banyak digemari sebagian

masyarakat baik di kota kecil, maupun kota besar karena fleksibel dalam kegiatannya,

bisa menjangkau tempat yang tidak dilalui angkutan umum seperti angkutan kota

(angkot), bus, atau jenis angkutan umum beroda empat lain. Ojek online bisa masuk

dan melalui gang-gang sempit, jalan-jalan kecil, sehingga mampu menyediakan

layanan door to door. Bahkan ojek online dinilai cepat, lincah dan efisien untuk

melewati maupun menghindari kemacetan di jalan.

Adanya ojek online menimbulkan perbedaan pendapat bagi sebagian pihak.

Ojek online memiliki nilai positif untuk sebagian anggota masyarakat, yang

memerlukan jasanya, karena mudah untuk dipanggil, kapan saja dan dimana saja

dengan menggunakan dan memanfaatkan media aplikasi ojek online dalam

smartphone yang kini dimiliki hampir oleh setiap masyarakat dari berbagai lapisan di

Indonesia namun demikian, dibalik banyaknya hal yang menguntungkan dari ojek

online ini, di sisi lain sekaligus memberi kerugian bagi sebagian masyarakat lainnya

yang tidak mendapat penghasilan yang memuaskan akibat dari beroperasinya ojek

online ini. Dilema lainnya, pada satu sisi, keberadaan ojek online dianggap sangat

membantu masyarakat dalam memecahkan kendala terhadap tersedianya angkutan

umum sebagai angkutan alternatif. Sisi lain memperlihatkan bahwa keberadaan ojek

online dianggap bermasalah dalam legalitas, karena secara normatif tidak memiliki

hukum yang mengatur ojek online sebagai sarana pengangkut secara jelas.

6
Ojek online yang ada saat ini tercipta dari adanya hubungan kerja antara

pengusaha dengan pengemudi ojek online sebagai pekerja. Pengusaha yang dalam hal

ini adalah sebuah perusahaan berbentuk perseroan terbatas menjadi jembatan

penghubung antara konsumen dengan para pekerja ojek online, dengan pembagian

hasil 80% (delapan puluh persen) untuk para pekerja dan 20% (dua puluh persen)

untuk perusahaan sehingga perusahaan tidak memberikan gaji secara berkala,

melainkan para pekerja ojek online memperoleh pendapatan dari setiap pesanan yang

masuk. Perusahaan ojek online menyatakan bahwa hubungan kerja yang terjadi antara

perusahaannya dengan para pekerja bukan antara majikan dan buruh karena para

pekerja ojek online dapat menolak pesanan yang masuk dan memberikan kepada

pekerja yang lain dengan kata lain tidak ada keharusan untuk mengerjakannya, dalam

hubungan ini perusahaan sering menyebut para pengendara ojek online sebagai mitra

kerja bukan buruhnya.

Demikian pula halnya apabila perkerja ojek online berhenti bekerja, tidak akan

dikenakan sanksi apapun karena tidak ada kontrak secara tertulis yang dibuat ketika

para pekerja ojek online ini menyatakan untuk bergabung sebagai pekerja ojek online.

Pekerjaan ojek online menuntut pekerjanya untuk bekerja di jalan raya mengangkut

orang maupun barang, sehingga rentan mengalami kecelakaan kerja. Namun hal ini

belum diperhitungkan oleh perusahaan ojek online sebagai perusahaan yang

menaungi para pekerja ojek online. Belum adanya asuransi terhadap keselamatan para

pekerja ojek online saat melakukan pekerjaannya mengakibatkan kurangnya

perlindungan dalam hal keselamatan kerja yang diberikan perusahaan terhadap

7
pekerjanya, padahal angka kecelakaan di jalan terutama sepeda motor terus

meningkat setiap tahunnya.

Belum adanya aturan yang jelas mengenai ojek dalam Undang-Undang

memunculkan polemik bagaimana kedudukan hukum ojek khususnya ojek online

sebagai sarana pengangkutan orang dan/atau barang, apakah kemudian ojek online

bisa mendapat perlindungan secara hukum apabila mengalami hal-hal yang tidak

diinginkan dalam melakukan pekerjaan, seperti ganti rugi dari perusahaan tempat

para pengemudi ojek online ini bekerja, asuransi yang diberikan perusahaan terhadap

para pengemudi ojek online dalam hal keselamatan kerja serta dapatkah pengemudi

ojek online diberi sanksi karena dianggap melanggar.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian

secara normatif dan menguraikan pembahasan mengenai Kedudukan Hukum Ojek

Online Sebagai Sarana Pengangkut Orang dan/atau Barang Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaturan Ojek Online sebagai pengangkut orang dan/atau

barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan?

2. Bagaimanakah kedudukan hukum ojek online sebagai sarana pengangkutan?

8
1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan keluar dari

permasalahan yang dibahas maka perlu terdapat pembatasan dalam ruang lingkup

masalah, adapun pembatasannya adalah sebagai berikut.

1. Pertama akan membahas mengenai mengenai pengaturan terkait ojek online

sebagai pengangkut orang dan/atau barang dilihat berdasarkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Kedua akan membahas mengenai kedudukan hukum ojek online di Indonesia.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Kedudukan Hukum Ojek Online sebagai Pengangkut Orang dan/atau

Barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli

penulis dan belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Namun

ada skripsi yang mengangkat tentang ojek dan ojek online dengan pembahasan yang

berbeda, yaitu sebagai berikut.

No. Judul Rumusan Masalah

1 Tanggung Jawab Pengemudi Ojek 1. Bagaimanakah tanggung

Sepeda Motor Dalam Hal Terjadinya jawab pengemudi ojek sepeda

Kecelakaan Penumpang Ditinjau motor terhadap penumpang

Dari Aspek Hukum Perlindungan yang mengalami kecelakaan

Konsumen ditinjau dari aspek hukum

9
perlindungan konsumen ?

Oleh : Ni Kadek Darmayanti 2. Bagaimanakah penyelesaian

yang dapat ditempuh

Fakultas Hukum Universitas penumpang ojek sepeda motor

Udayana apabila mengalami kecelakaan

Denpasar 2015 ?

2. Perlindungan Hukum Terhadap 1. Bagaimanakah hubungan

Pengguna Jasa Go-Jek Atas hukum antara perusahaan Go-

Penyalahgunaan Data Pribadinya Jek, pengemudi Go-Jek, dan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor pengguna jasa Go-Jek ?

11 Tahun 2008 Tentang Informasi 2. Bagaimanakah bentuk

Dan Transaksi Elektronik perlindungan hukum terhadap

pengguna jasa Go-Jek atas

Oleh : I Gusti Ayu Dea Ranti Ranita penyalahgunaan data

pribadinya?

Fakultas Hukum Universitas

Udayana

Denpasar 2016

1.5. Tujuan Penelitian

10
Dalam penulisan skripsi ini akan dikemukakan tujuan umum dan tujuan

khusus. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.

1.5.1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui pengaturan ojek online sebagai pengangkut orang

dan/atau barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Untuk mengetahui kedudukan hukum ojek online di Indonesia.

1.5.2. Tujuan khusus

1. Untuk memahami lebih dalam mengenai pengaturan ojek online sebagai

pengangkut orang dan/atau barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Untuk memahami lebih dalam mengenai kedudukan hukum ojek online di

Indonesia.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1.6.1. Manfaat teoritis

a Untuk memahami secara lebih mendalam tentang ilmu hukum dalam teorinya.

Diharapkan penulisan ini memberikan manfaat secara akademis bagi disiplin

ilmu Hukum Pengangkutan khususnya, berkaitan dengan pengaturan hukum,

perlindungan, dan tanggungjawab dari pekerja ojek online.

11
b Memberi gambaran mengenai pengaturan ojek online sebagai sarana

pengangkut barang dan/orang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Angkutan Umum dan Jalan Raya.

1.6.2. Manfaat praktis

a Untuk mengimplementasikan teori dan aturan aturan hukum yang berkaitan

dengan ojek online sebagai sarana pengangkut orang dan/atau barang yang

ada di Indonesia.

b Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk

mengetahui kedudukan hukum ojek online dalam tata hukum Indonesia dilihat

dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan sehingga nantinya dengan penulisan karya ilmiah ini bisa

bermanfaat bagi pemecahan masalah secara praktis.

1.7. Landasan Teoritis

Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan diharapkan dapat membantu mengatur dan mengkoordinasi

angkutan-angkutan umum dan pengendara di jalan raya agar semakin tertib.

Angkutan-angkutan umum ini berperan sebagai pengangkut orang dan/atau barang

untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.

Pembahasan pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari

efektivitas hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur dalam

KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang

pada Buku II titel ke V. Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di

12
bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti UU No. 14 Tahun 1992,

serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

Pengangkutan sebagai salah satu sarana dalam pengembangan pembangunan

terus mengalami perkembangan. Salah satunya ojek yang dengan menggunakan

kendaraan bermotor roda dua memungkinkan untuk lebih efektif dan efisien bagi

masyarakat dalam melakukan kegiatan terutama di kota-kota besar yang memiliki

mobilitas tinggi. Sarana pengangkut orang maupun barang berupa ojek tidak

memiliki pengaturan hukum khusus dan tidak disebutkan secara tersrurat dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Ojek masih dinyatakan sebagai angkutan umum paratransit yang muncul

karena beragam faktor yang melatarbelakanginya. Ojek memiliki potensi tersendiri

yang dapat menguntungkan banyak pihak apabila memiliki aturan hukum. Fungsi

transportasi yang rasional selalu diorientasikan kepada fungsi kedekatan dan

kemudahan.6 Perlunya aturan hukum mengenai ojek ini juga perlu menilik dari latar

belakang munculnya para tukang ojek sendiri. Sebagian besar tukang ojek memiliki

karakteristik latar sosial ekonomi yang serupa, yaitu latar tingkat pendidikan serta

tingkat penghasilan yang rendah. Tidak sedikit pula ditemukan bahwa para tukang

ojek tersebut menjadikan ojek sebagai mata pencaharian utama mereka alias tidak

memiliki pekerjaan lain selain menjadi tukang ojek.

6
Hariadi, Permasalahan Moda Transportasi Perkotaan di Provinsi Sulteng, Ditlantas Polda
Sulteng, 2010, hlm.1

13
Ada beberapa aspek yang perlu tercakup jika ojek online dimasukkan di dalam

aturan perundang-undangan. Aspek-aspek tersebut antara lain.

a. Keselamatan

Aspek keselamatan adalah hal paling utama dan terpenting dalam

penyelanggaran angkutan umum. Dengan memerhatikan keselamatan, berarti

telah memerhatikan jaminan keamanan, perlindungan dan kenyamanan dalam

perjalanan baik untuk pengemudi terlebih lagi untuk penumpang

b. Tarif dan Identitas Pengendara Ojek Online

Persoalan mengenai tarif angkutan umum seringkali mengundang polemik

tersendiri, karena pada periode tertentu tarif akan berubah-ubah. Tarif tersebut

akan memengaruhi tingkat permintaan dan penawaran angkutan umum

nantinya, berdampak tidak hanya pada penyedia jasa angkutan, namun juga

pada penumpang khususnya penumpang yang pada aktivitas dan

kesehariannya memang bertumpu dengan mengandalkan angkutan umum.

c. Pembinaan

Pembinaan menjadi faktor yang cukup penting dalam membekali pengendara

ojek online ketika terjun melaksanakan pekerjaannya sebagai pelaku

pelayanan angkutan umum di masyarakat.

d. Sanksi Administrasi

Dilegalkannya ojek online, berarti memberikan payung hukum kepada pekerja

ojek online sebagai pengendara. Sehingga jika nantinya ada pelanggaran,

aturan ini tinggal diterapkan bersama sanksi apa yang diberikan.

14
Dalam menggunakan sarana pengangkut berupa ojek online, para pengguna jasa

harus melakukan perjanjian melalui internet dalam aplikasi di smartphone atau

gadget yang nantinya akan langsung terhubung dengan operator pusat yang akan

memberikan kabar langsung pada pekerja ojek online yang berada di lapangan.

Transportasi ojek online yang saat ini sangat diminati banyak masyarakat

Indonesia ada karena perjanjian kerja yang mengakibatkan terciptanya hubungan

kerja antara perusahaan ojek online dengan para pekerja sebagai pengemudi ojek

online sebagai mitra kerjasama.

a Pengertian hubungan kerja

Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang

mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

b Perjanjian kerja

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut

KUHPerdata) menyatakan bahwa Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih.

Hubungan kerja tercipta dari adanya perjanjian kerja yang disetujui oleh kedua

belah pihak. Dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah

perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang

memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.

15
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara

pengangkut dengan pengirim/penumpang, di mana pengangkut mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke

tempat tujuan tertentu dengan selamat sedangkan pengirim/penumpang mengikatkan

diri untuk membayar uang angkutannya.7

Dengan memperhatikan perjanjian pengangkutan di atas, maka pihak-pihak

dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan penumpang/pengirim.

Adapun sifat dari perjanjian pengangkutan adalah timbal balik yang artinya baik

pengangkut maupun pengirim/penumpang masing-masing mempunyai kewajibannya

sendiri. Di mana kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari

suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban

pengirim/penumpang adalah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari

penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut. Maka sifat hukum

perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian untuk melakukan pelayanan

berkala seperti yang tersebut dalam Pasal 1601 KUH Perdata.8

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada karya ilmiah ini adalah metode penelitian

yuridis normatif, yaitu metode penelitian hukum yang terfokus pada mengkaji dari

kaidah-kaidah, dan norma-norma dalam hukum positif. Tahapan pertama penelitian

7
HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Hukum Pengangkutan,
Jembatan, Jakarta, 1981, hal. 2
8
Ibid. hlm. 8

16
hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum

obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah

hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan

untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).9

1.8.2 Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

Perundang-undangan (Statute-aproach), yaitu pendekatan dengan menggunakan

legislasi dan regulasi, penelitian dilakukan terhadap produk-produk hukum, di mana

peneliti perlu memahami hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-

undangan.10 Produk-produk hukum dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD NRI 1945) serta Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

1.8.3 Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan bersumber dari studi kepustakaan, bahan-

bahan hukum ini terdiri dari:

9
Hardihan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif, Law Review Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan, No. 3 Tahun 2006, hlm. 50
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013,
hlm. 137

17
1. bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang bersifat autoritatif, yang artinya

memiliki otoritas.11 Bahan hukum primer ini bersumber dari peraturan

perundang-undangan, di mana otoritas tertinggi adalah Undang-Undang

Dasar, kemudian diikuti peraturan perundang-undangan di bawahnya yang

diurutkan menurut hierarki tata urutan peraturan perundang-undangan di

Indonesia sebagaimana tertulis pada Undang-Undang nomor 12 tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Adapun bahan hukum

primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri atas : UUD NRI

1945, KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Umum, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014

Tentang Angkutan Jalan, dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35

Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan

Kendaraan umum.

2. bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang bersumber dari pendapat

ilmiah para sarjana, dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan

transportasi khususnya mengenai ojek. Secara runtut dapat ditulis sebagai

berikut.

a. Buku-buku teks yang ditulis oleh para pakar dan ahli hukum yang

berpengaruh;

b. Jurnal-jurnal dan makalah hukum;


11
Ibid, hlm. 181

18
c. Pendapat para sarjana; dan

d. Berbagai kasus hukum yang berkaitan dengan ojek online, khususnya

dengan legalitas ojek online sebagai angkutan umum.

3. bahan hukum tersier yaitu berupa kamus-kamus yang membantu menunjang

pemahaman, memberi petunjuk, maupun memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder. Dalam skripsi ini bahan hukum tersier

yang digunakan adalah kamus besar bahasa Indonesia.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan sistem bola salju (snow

ball system) di mana teknik pengumpulan data ini di awali dengan pencarian literatur,

dari satu literatur dengan merujuk pada daftar pustaka untuk kemudian di catat dan

dilakukan pencarian literatur lainnya sesuai dengan permasalahan yang di teliti.

Demikian untuk seterusnya sehingga bahan hukum telah dirasa cukup untuk

membahas permasalahan.

1.8.5. Pengolahan dan Analisis Data

Adapun teknik data didalam penulisan skripsi ini adalah data yang diperoleh

baik dari kepustakaan maupun dari lapangan yang telah dikumpulkan kemudian

diolah dengan mengambil data yang berkaitan erat dengan permasalahan dan data

pendukung penyelesaian masalah, kemudian data tersebut disajikan dengan teknik

deskripsi analisa. Analisis dilakukan dengan memaparkan isi hukum dengan

menguraikannya secara lengkap dan jelas untuk selajutnya dilakukan

19
pengklasifikasian terhadap bahan-bahan tertulis melalui proses analisis dan dikaitkan

dengan teori, konsep serta doktrin para sarjana.

20

Anda mungkin juga menyukai