Anda di halaman 1dari 10

ARAH KEBIJAKAN POLITIK HUKUM TERHADAP

PERKEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA

Untuk memenuhi komponen tugas mata kuliah Politik Hukum

Dosen Pengajar :

Prof. Dr. H. Idrus Affandi, S.H., M.Si


Dr. Firman Turmantara, S.H., S.Sos., M.Hum

Disusun Oleh :

RECTIORA PANJAITAN

188040039

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2019
ARAH KEBIJAKAN POLITIK HUKUM
TERHADAP PERKEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi pembangunan hukum dan pembangunan ekonomi dirasa perlu diserasikan. Ini
berarti perkembangan kegiatan ekonomi dirasa perlu diserasikan. Ini berarti perkembangan
kegiatan ekonomi yang relatif lebih pesat selama ini, perlu diikuti dengan perkembangan
pengaturan hukumnya. Beberapa kegiatan ekonomi yang baru banyak yang belum ada
peraturan perundang-undangannya yang ada tidak lagi memberi kepastian secara mantap. Pada
dasarnya pengkajian hukum ekonomi diarahkan untuk meningkatkan daya dukung hukum
dan/atau peraturan perundangundangan yang mengatur kegiatan ekonomi. Kelengkapan
perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan ini akan memberi kepastian hukum bagi
pelaksanaan hubungan hukum yang menciptakan hak dan kewajiban bagi para subjek hukum,
pada umumnya, serta dalam hubungan kegiatan ekonomi pada khususnya.1

Perkembangan perekonomian dunia yang berlangsung sangat cepat, arus globalisasi


dan perdagangan bebas serta kemajuan teknologi, telekomunikasi dan informasi telah
memperluas ruang transaksi barang dan jasa yang ditawarkan menjadi lebih bervariasi, baik
barang dan jasa produksi dalam negeri maupun produksi luar negeri. Kemajuan tersebut telah
menghadirkan banyaknya fasilitas telekomunikasi dan canggihnya produk teknologi informasi
yang mampu mengintegrasikan semua media informasi untuk mempermudah segala kegiatan
manusia sehari-hari. Di tengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global
communication network) ini, internet menjadi populer dan membuat dunia semakin mengecil
(shrinking the world) sekaligus memudarkan batas negara berikut kedaulatan dan tatanan
masyarakatnya.2

Hukum dan ekonomi harus berjalan dalam suatu wadah yang harmonisasi dan
diarahkan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat. Penciptaan kebijakan deregulasi ekonomi
sangat dipengaruhi suhu suatu negara, bagaimana negara saat itu, amankah, dipengaruhi bangsa
lain atau bisa berpijak dalam aturan yang digariskan oleh suatu negara. Inilah yang menjadi
bahan persandingan bahwa hukum, politik dan ekonomi bisa menjadi suatu produk hukum

1
Sumantoro, Hukum Ekonomi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm 23
2
Arsyad Sanusi, Efektivitas UU ITE dalam Pengaturan Perdagangan Elektronik (E- Commerce), Jurnal Hukum
Bisnis, 29 (1), 2010, hlm. 5
yang bernilai sebagai kebijakan yang harus ditaati oleh seluruh warga negaranya. Kedudukan
politik hukum secara harfiah dalam ekonomi suatu negara seperti sebuah simbiosis mutualisme
yang saling terkait. Jika politik hukum dilakukan berarti secara tidak langsung akan terjadi
pembaharuan kebijakan ekonomi.

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dan pergeseran yang cepat dalam suatu
kehidupan tanpa batas di era globalisasi ini. Globalisasi merupakan proses penghapusan
berbagai kendali yang menghalangi gerak kinerja perdagangan dan modal untuk merentangkan
jangkauan seluas bola dunia.3

Pemanfaatan teknologi telah mendorong pertumbuhan bisnis dengan pesat, karena


berbagai informasi dapat disajikan melalui hubungan jarak jauh dan mereka yang ingin
mengadakan transaksi tidak harus bertatap muka, akan tetapi cukup melalui peralatan komputer
dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi juga membentuk masyarakat dunia
baru yang tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial dan telah membalikkan segalanya yang
jauh menjadi dekat yang khayalan jadi nyata. Internet dan teknologi informasi merupakan
inovasi baru pada dekade terakhir ini yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Electronic Commerce (E-Commerce) adalah suatu contoh dari kemajuan teknologi


informasi, dimana transaksi bisnis tidak lagi dilakukan secara konvensional, yang
mengharuskan pembeli berinteraksi langsung dengan penjual atau adanya keharusan
menggunakan uang tunai. Tetapi penjual diwakili oleh suatu sistem yang melayani pembeli
secara online dengan melalui media jaringan komputer. Dalam melakukan transaksi, seorang
pembeli berhadapan dan berkomunikasi dengan sistem yang mewakili penjual. Oleh karena
itu, E-Commerce ini membutuhkan infrastruktur sistem yang mampu menjamin keamanan
transaksi tersebut.

Pemerintah Indonesia ingin menempatkan Indonesia sebagai Negara Digital Economy


terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Kondisinya saat ini banyak pelaku bisnis e-
commerce pemula (startup) baik perdagangan online maupun startup digital dengan ide-ide
segar dan inovatifyang kurang memiliki akses atau pendanaan untuk mengembangkan
bisnisnya.

3
Joko Susanto, Kajian Teoritik Tentang Pengaruh Globalisasi Terhadap Proses Demokratisasi, Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, Th XIII, No 2, April 2000, hlm. 59-72
Pembangunan hukum harus menunjukkan bahwa pembangunan harus menjadi alat
legitimasi dan pengaman bagi pembangunan ekonomi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan
pranata hukum, nilai dan prosedur, perundang-undangan dan birokrasi penegak hukum yang
bukan hanya mencerminkan hukum sebagai kondisi-kondisi dari proses pembangunan
melainkan juga menjadi penopang yang tangguh atas struktur politik, ekonomi dan sosial.4

Politik perundangan-undangan tidak dapat dipisahkan dari politik hukum, karena


peraturan perundang-undangan merupakan salah satu dari subsistem hukum. Lebih lanjut,
Jimly Asshiddiqie mengungkapkan bahwa semua bentuk peraturan perundang-undangan dan
termasuk policy rules berisi norma hukum yang bersifat abstrak dan umum (abstract and
general norms) sebagai keseluruhan legal policy yang mengandung kebijakan-kebijakan
kenegaraan, pemerintahan, dan pembangunan. Legal policy yang tertinggi dimuat dalam
naskah undang-undang dasar.5

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin membahas tugas makalah ini dengan
judul “ARAH KEBIJAKAN POLITIK HUKUM TERHADAP PERKEMBANGAN E-
COMMERCE DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan di atas, adapun identifikasi
masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana arah kebijakan politik hukum di bidang ekonomi digital?


2. Bagaimana tantangan hukum dalam perkembangan e-commerce di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis arah kebijakan politik hukum di
bidang ekonomi digital.
2. Untuk mengetahui kebijakan hukum dalam perkembangan E-Commerce di
Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis

4
Mulyana W.Kusumah, Perspektif, Teori dan Kebijaksanaan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm.29
5
Jimly Asshiddiqie (a), Konstitusi Ekonomi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hal.21
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kajian
akademik tentang politik hukum di Indonesia.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengetahuan dalam pengkajian ilmu hukum dan memberikan sumbang pemikiran bagi
khasanah ilmu hukum pidana mengenai arah kebijakan politik hukum Indonesia dalam
perkembangan E-Commerce di Indonesia.
E. Kerangka Pemikiran
1. Arah Kebijakan Politik Hukum di bidang Ekonomi

Perkembangan Hukum dan Ekonomi sangat berkaitan dengan perkembangan dan


usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, usaha manusia tersebut ditunjang
dengan perkembangan teknologi, besarnya interaksi, dan ketersediaan sumber daya
alam dan manusia. Ilmu hukum dan ilmu ekonomi selalu dinamis dengan perubahan-
perubahan yang diinginkan oleh pasar agar pasar dapat menerima dan menerapkannya
untuk kebutuhan praktis. Dalam ajaran sosilogis yurisprudence di lihat besarnya
pengaruh praktis dalam bidang ekonomi dalam melakukan pembentukan hukum seperti
diperkenankannya diterapkan beberapa doktrin-doktrin, dan beberapa traktat dalam
bidang ekonomi sebagai sumber hukum yang mengatur prilaku ekonomi.

Menurut Pound, bahwa hukum secara fungsional bertujuan sebagai sarana untuk
merekayasa sosial (“law as a tool social enginering”), ini dapat dibenarkan bahwa
hukum akan digunakan untuk maksud-maksud tertentu sesuai dengan tujuan hukum
(teori fungsional hukum). Contohnya yaitu hukum dibentuk dan dibangun untuk
mengatur bagaimana hukum tersebut dapat mengatur prilaku bisnis yang dilakukan
oleh investor agar kegiatan ekonomi yang mereka buat mendapat perlindungan oleh
hukum, untuk menjamin terdapatnya perlindungan hukum maka dibentuklah sebuah
kaedah hukum dalam bidang investasi dalam bentuk perundang-undangan, doktrin,
yurisprudensi, traktat, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya.

Maka, juga menurut Kranenburg6, pembagian umum hukum Publik dan Hukum
Privat dapat diterima selama dipergunakan sebagai pembagian bahan hukum. Demikian

6
Kranenburg, R., De Grondslangen der Rechtsweteschap (Harlem: H.D, Tjeenk Willink, 1948), hlm. 92
pula van Apeldorn menyetujui pembagian Hukum Publik dan Hukum Privat didasarkan
atas kepentingan yang diaturnya.

Untuk pembinaan Hukum Ekonomi diperlukan keahlian-keahlian yang terpadu atau


interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang membutuhkan toleransi. Di samping
itu, untuk penelitian-penelitiannya diperlukan metodologi yang biasa dipergunakan
dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial lainnya, baik secara kualitas maupun kuantitatif.
Tentu saja tidak seluruh bidang hukum ekonomi dapat terbina.

Maka langkah pertama yang harus diambil ialah mengadakan inventarisasi dari
seluruh undang-undang yang menyangkut penghitungan ekonomi, lebih-lebih yang
tersebut dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Antara politik dan hukum terdapat hubungan yang tarik menarik, dalam hal ini yang
lebih dominan terpengaruh adalah hukum oleh politik, karena subsistem politik
memiliki konsentrasi energi yang lebih besar daripada hukum. Sehingga jika harus
berhadapan dengan politik, maka hukum berada dalam kedudukan yang lebih lemah.
Istilah politik Hukum merupakan terjemahan bahasa Indonesia dan terjemahan bahasa
Belanda rechtpolitiek, prespektif etimologis ini memandang politik Hukum dari sisi tata
Bahasa, disini kita bisa mengetahui apakah konsep garamatikal akan mempengaruhi
nilai pengertian. Politik Hukum berasal dari dua kata yaitu: Politk yang merupakan
kosakata yang memiliki makna yang bemacam-macam yang menangandung makna
system politik suatu Negara atau yang menyangkut tujuan yang ingin dicapai dalam
Kehidupan berpolitik itu sendiri. Politik identik dengan langlah yang diambil oleh suatu
negara untuk membuat bentuk kebijaksanaan.7

7
Kaelan MS, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2004, hlm. 95
Dalam kaitan ini Lev mengatakan untuk memahami sistem hukum ditengah-tengah
tranformasi politik harus diamati dari bawah dan dilihat peran sosial politik yang
diberikan orang kepadanya.8

Sehubungan dengan kuatnya hubungan hukum dengan politik dalam berhubungan


dengan hukum seperti yang dikemukakan oleh Dahrendoff, dimana beliau menyatakan
ada enam ciri kelompok dominan atau kelompok pemegang kekuasaan politik antara
lain:9

1. Jumlahnya selalu lebih kecil dari jumlah kelompok yang dikuasai

2. Memiliki kelebihan kekayaan khusus untuk tetap memeliihara dominasinya


berupa kekayaan material, intelektual dan kehormatan moral.

3. Dalam pertentangan selalu teroganisir lebih baik dari kelompok yang


ditundukkan.

4. Kelas penguasa hanya terdiri dari orang-orang yang memegang posisi dominan
dalam bidang politik sehingga elit penguasa diartikan sebagai elit penguasa dalam
bidang politik.

5. Kelas penguasa selalu berupaya memonopoli dan mewariskan kekuasaan


politiknya kepada kelas /kelompoknya sendiri.

6. Ada reduksi perubahan sosial terhadap perubahan komposisi kelas penguasa.

Konfigurasi politik mempengaruhi karakter produk hukum sehingga setiap


perubahan konfigurasi politik akan mempengaruhi pula terhadap karakter produk
hukum. Pola konfigurasi politik suatu negar pada suatu kurun waktu dapat
mempengaruhi dan membentuk karakter produk hukum dinegeri tersebut.Didalam
negara yang konfigurasi politiknya demokratik dan non otoriter maka produk
hukumnya akan berkarakrakter reponsif dan populistik , sebaliknya didalam negara
yang konfigurasi politiknya otoriter dan non demokratis maka produk hukumnya akan
berkarakter konservatif ortodok atau elite. Perubahan konfigurasi politik dari sisi

8
Daniel S. Lev, Islamic Court in Indonesia, University Of California Press, Berkeley, 1972, hlm 2
9
Moh. Mahfud, MD, Poltik Hukum di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, hlm 14
demokratis ke otoriter atau sebaliknya akan berimplikasi pada perubahan karakter
produk hukum.10

Berdasarkan teori dari politik hukum tadi spektrum lain yang mesti dicermati ,
adalah upaya pengembangan hukum dalam setiap masyarakat mesti dilihat dalam
konteks prakteknya.

Konfigurasi politik akan mempengaruhi kegiatan ekonomi apabila para pengambil


kebijakan membuat suatu produk hukum yang mempengaruhi bidang ekonomi, ketika
para pembuat kebijakan membuat suatu aturan, alur fikiran akan dipengaruhi dan
diintimidasi oleh pihakpihak yang berkopenten dalam kegiatan ekonomi misalnya para
pengusaha,para penguna jasa ekonomi, masyarakat secara umum, negara dengan
BUMN dan BUMDnya serta lembaga swadaya masyarakat dengan melihat susasana
kondusif politik saat itu, akan dibawa kemanakah, belum lagi kebijakan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh negara-negara internasional karena kegiatan ekonomi mempunyai
cakupan kegiatan yang sangat luas meliputi kegiatan didalam negeri dan kegitan luar
negeri.

2. Tantangan Hukum dalam Perkembangan E-Commerce di Indonesia

Secara umum e-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan


mekanisme elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce dapat melibatkan
transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori
otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.

Faktor-faktor yang menjadi pendorong implementasi e-commerce, menurut


Desruelle dan Burgelman (2001) meliputi:11

1. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan;

2. Kompetisi yang semakin tajam;

3. Perkembangan teknologi;

4. Pengurangan tujuan secara fisik; dan

10
Moh. Mahfud MD, Perkembangan Politik Hukum,Disertasi, S3, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta,1993,hlm.66
11
Dalam Ainur Rofiq, Pengaruh Dimensi Kepercayaan (Trust) Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce,
Tesis. Universitas Brawijaya Malang, 2007, hlm. 26
5. Publisitas.

Disamping banyaknya manfaat yang ditawarkan oleh sistem e-commerce, ada


celah-celah ancaman yang ada dalam pemanfaatannya. Ancaman tersebut yaitu
berbagai kemungkinan munculnya kejadian yang dapat membahayakan aset- aset yang
berharga. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber/internet tidak dapat menggunakan
pendekatan hukum konvensional saja sebab akan banyak kesulitan yang muncul.
Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata
meskipun dokumen yang dijadikan sebagai alat bukti bersifat elektronik atau softcopy.

Oleh karena itu maka peran Negara dalam hal ini pemerintah mempunyai kewajiban
untuk melindungi warga negaranya dengan menjalankan fungsi perlindungan melalui
regulasi hukum yang mengatur transaksi ecommerce tersebut, sehingga kepastian
hukum tercapai dan kesejahteraan bisa terwujud.

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai strategi
untuk mengumpulkan dan memanfaatkan semua informasi terkait pokok
permasalahan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan menganalisis bagaimana peran dan sinergi antar lembaga
terkait guna mendukung pembangunan e-commerce dalam negeri sebagai upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional di era ekonomi digital.
2. Pengumpulan Data Menggunakan metode desk study yaitu cara pengumpulan data
dan informasi melalui pemeriksaan dan analisis data dan informasi yang
menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran
literatur. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah literatur, artikel,
jurnal, penelitian ilmiah, serta laman internet yang berkenaan dengan penelitian
yang dilakukan.
G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui keseluruhan isi penulisan tesis ini, maka dibuat suatu sistematika yang

secara garis besar terdiri dari 4 (lima) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama ini merupakan awal dari penelitian yang akan membahas :

Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian; Kerangka Pemikiran, dan Metode Penelitian.

BAB II ARAH KEBIJAKAN POLITIK HUKUM TERHADAP

PERKEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA

Bab kedua ini merupakan tinjauan teoritis yang menguraikan tinjauan

umum tentang:

1. Ketentuan hukum dalam kegiatan e-commerce di Indonesia

2. Arah Kebijaka Politik Hukum dalam kegiatan e-commerce di Indonesia

3. Tantangan Hukum dalam kegiatan e-commerce di Indonesia

BAB III HASIL PENELITIAN

Bab ketiga ini akan membahas tentang temuan temuan penulis selama

penelitian yang menunjukan bahwa telah terjadi arah kebijakan politik

hukum dan tantangan hukum serta peraturan-peraturan untuk mengatur

kegiatan e-commerce di Indonesia

BAB IV PENUTUP

Bab kelima ini terdiri dari kesimpulan, dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai