Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH IMPLEMENTASI PENERAPAN E-RETRIBUSI TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PASAR SNI KAPONGAN


KABUPATEN SITUBONDO
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian)

Disusun Oleh:

Fathoni Septa Charisma 190820301012

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN CHARISMA
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................. 2
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................... 3
D. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBIJAKAN PUBLIK................................................................................. 7
B. PENDAPATAN ASLI DAERAH................................................................. 7
C. RETRIBUSI DAERAH................................................................................. 8
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN.................................................................................... 9
B. LOKASI PENELITIAN................................................................................ 9
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA............................................................. 9
D. UJI KEABSAHAN DATA............................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dalam era globalisasi memberikan kemudahan bagi manusia
untuk memperoleh informasi lebih secara lebih cepat. Dalam bidang pemerintahan saat ini
merupakan suatu kewajiban untuk penerapan pelayanan publik berbasis teknologi atau
biasa yang disebut e-goverment. Melalui e-goverment pemerintah dapat meningkatkan
pelayanan dan transprasi pengelolaan keuangan kepada masyarakat.
Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan pelayanan publik berbasis teknologi
tersebut dibuktikan melalui dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-goverment. Pada
instruksi tersebut dijelaskan bahwa pemerintah harus segera melaksanakan implementasi
e-goverment agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk
mengeliminasi sekat birokrasi,transparansi,serta memudahkan akses informasi dengan
sistem yang terintregrasi sehingga seluruh elemen negara dapat memanfaatkan informasi
dan layanan pemerintah kapanpun dan dimanapun.
Melalui Instruksi Presiden tersebut seluruh daerah hingga saat ini berlomba lomba
untuk memajukan daerahnya dan bersaing di era teknologi dengan memunculkan gagasan
mengenai smart city yang merupakan konsep tentang tatanan kota cerdas sehingga
masyarakat di daerahnya dengan mudah mengakses informasi pelayanan melalui internet.
Salah satu bentuk dari konsep smart city adalah kampanye tentang Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan pemerintah dituangkan dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2016 tentang strategi keuangan inklusif
kemudian diperjelas dengan peraturan Bank Indonesia Nomer 20/6/PBI/2018. Dengan
adanya GNNT diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat,pelaku bisnis, dan
lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam transaksi
keuangan sehingga menjadi lebih mudah,aman,dan efisien. Bentuk nyata GNNT yaitu
dengan penggunaan kartu elektronik smart cart/ e-money kartu ini memiliki pengenal
terenkripsi unik yang memungkinkan pemiliknya untuk login ke berbagai layanan yang
disediakan oleh pemerintah (Utomo & Hariadi,2016)
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu dari 100 kota dan kabupaten se
Indonesia yang sudah menerapkan konsep smart city dari segi pelayanan masyarakat yang
di berikan oleh kementrian komunikasi dan informatika. Penerapan e-retribusi mulai di
terapkan mulai tahun 2018 sebagai pilot project yaitu pasar Kapongan yang sudah
mendapatkan kategori pasar rakyat berstandar nasional indonesia kemudian dari segi
administrasi,sarana prasarana,serta kemampuan sumber daya manusia pasar kapongan
lebih siap untuk penerapan sistem e-retribusi pendapatan pelayanan pasar dan pelayanan
kebersihan/persampahan. Pasar kapongan sendiri memiliki jumlah pedagang sebanyak 63
pedagang dengan alokasi pedagang kios sebanyak 29 dan pedagang los sebanyak 34
pedagang.
Pendapatan retribusi pelayanan pasar dan retribusi pelayanan
kebersihan/persampahan menjadi komponen penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Situbondo. Kontribusi pendapatan retribusi pelayanan pasar dan pelayanan
kebersihan/persampahan cukup besar terhadap pendapatan asli daerah yang mana di
Kabupaten Situbondo Terdapat 18 pasar rakyat yang tersebar se-kabupaten dimana 2 di
antaranya sudah bersertifikat standart nasional indonesia. Pada awalnya pasar kapongan
menggunakan pemungutan manual sama seperti pasar lainya sesuai yang termuat dalam
Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2016 Tentang pelayanan pasar dan Peraturan Daerah
Nomer 5 Tahun 2011 Tentang Pelayanan persampahan/kebersihan yaitu petugas penarik
retribusi berjalan berkeliling pasar ke pedagang yang berjualan untuk memungut retribusi
sesuai dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dalam hal ini karcis sebagai
tanda bukti setoran pembayaran,kemudian petugas penarik retribusi menyetorkannya ke
Kas Daerah (KASDA) dalam jangka waktu 1x24 Jam. Namun dalam pemungutan retribusi
yang dilakukan secara manual di nilai kurang efektif dan berpotensi rawan kebocoran
penerimaan pendapatan. Sehingga dalam hal ini pasar kapongan yang sudah bersertifikat
standart nasional indonesia menjadi pilot project penggunaan sistem e-retribusi untuk
meminimalisir potensi kebocoran keuangan yang telah disebutkan tadi.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian melakukan MoU dengan Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) untuk memfasilitasi penerapan e-retribusi
dengan menyediakan tabungan,kartu e-money,serta mesin elektronik data capture (EDC)
untuk gesek kartu e-money yang di miliki oleh pedagang. Pedagang hanya perlu menambah
saldo pada kartu e-money nya untuk pembayaran retribusi setiap harinya, dengan adanya
penggunaan kartu e-money petugas penarik retribusi sangat terbantu karena tidak lagi di
repotkan dengan uang receh kembalian yang biasanya di berikan oleh pedagang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang
diambil adalah:
1. Bagaimana penerapan kebijakan penggunaan e-retribusi terhadap
peningkatan pendapatan retribusi pelayanan pasar dan pelayanan
kebersihan/persampahan?
2. Apakah kebijakan penggunaan e-retribusi yang saat ini di implementasikan
pada pasar kapongan dapat di lakukan juga di pasar lain se Kabupaten
Situbondo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dampak dari implementasi penerapan e-
retribusi terhadap pendapatan asli daerah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak yang
berkepentingan,yakni:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dalam penelitian sejenis serta menambah wawasan tenang
kebijakan e-retribusi dalam pengelolaan pasar
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah Kabupaten Situbondo khususnya Dinas Perdagangan dan
Perindustrian dalam pengambilan kebijakan tentang e-retribusi untuk
pasar se Kabupaten Situbondo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik
Pengertian kebijakan publik menurut leo agustino (2008:7), kebijakan publik
adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan – hambatan dan
kemungkinan – kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud (Leo Agustino,2008:7)
Pendapat lain dikemukakan oleh Arifin Tahir (2014:21-22) bahwa terdapat lima
hal yang berhubungan dengan kebijakan publik,antara lain:
1. Tujuan/Kegiatan yang berorientasi tujuan harus menjadi perhatian utama
2. Kebijakan merupakan pola model tindakan pejabat pemerintah mengenai
keputusan diskresinya secara terpisah
3. Kebijakan harus mencakup apa yang nyata pemerintah buat
4. Bentuk kebijakan publik dalam bentuknya yang positif didasarkan pada
ketentuan hukum dan kewenangan
5. Kebijakan publik adalah dapat dicapainya kesejahteraan masyarakat
Dari beberapa pendapat mengenai kebijakan publik penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kebijakan publik merupakan suatu keputusan/tindakan yang diusulkan
oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang nyata dalam kesejahteraan masyarakat.
Tahap-tahap implementasi kebijakan yang akan digunakan dalam penelitian
tentang pelaksanaan kebijakan e-retribusi pasar ini adalah tahap implementasi menurut
Jones yaitu terdiri dari interpretasi, pengorganisasian, dan tahap aplikasi. Pemilihan tahap-
tahap implementasi menurut Jones ini menurut peneliti cukup relevan dengan materi
pembahasan dari objek yang akan diteliti. Pemilihan tahap implementasi menurut Jones
dipilih karena dalam penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana proses atau
bagaimana pelaksanaan kebijakan e-retribusi pasar di pasar Kapongan dan belum akan
membahas tentang dampak (policy effect) apa yang dihasilkan dari pelaksanaan kebijakan
tersebut. Hal ini dikarenakan kebijakan e-retribusi merupakan kebijakan yang masih
terbilang baru, yaitu baru ditetapkan pada bulan Juli 2018 tahun lalu. Sehingga untuk
memperoleh data-data tentang dampak dari penerapan program tersebut akan cukup sulit
serta kebijakan tersebut belum secara efektif dilakukan secara berulang.
Menurut Jones dalam Budiman Rusli (2013), tahapan-tahapan/aktivitas yang
terdapat dalam implementasi kebijakan terdiri dari tiga macam indikator, antara lain:
1. Pengorganisasian (organized)
Yaitu proses untuk menetapkan dan menata kembali sumber daya
(resource), unit-unit (units), dan metode-metode. (methods) yang mengarah
pada upaya mewujudkan (merealisasikan kebijakan menjadi hasil/output)
sesuai dengan apa tujuan dan sasaran kebijakan.
2. Interpretasi (interpretation)
Tahap interpretasi merupakan aktivitas interpretasi (penjelasan) substansi
dari suatu kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan mudah dipahami,
sehingga substansi kebijakan dapat dilaksanakan dan diterima oleh para pelaku
dan kelompok sasaran kebijakan.
3. Aplikasi (application)
Yaitu tahap nyata penerapan segala rencana proses pelaksanaan kebijakan
kedalam bentuk realisasi yang sesungguhnya melalui penyediaan pelayanan
secara rutin, pembayaran atau lainnya sesuai dengan tujuan kebijakan. Tahap
aplikasi merupakan tahap paling akhir, karena dalam tahap ini akan diketahui
apakah kebijakan tersebut hanya sebuah rumusan kebijakan atau penafsiran
mengenai kebijakan yang abstrak atau sebuah kebijakan yang dapat
diimplementasikan dan dapat menjawab tantangan berbagai permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat secara keseluruhan (Rusli, 2013).

B. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan asli daerah berdasar UU Nomer 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah pasal 1 angka 8 bahwa pendapatan asli daerah,
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasar
peraturan daerah sesuai dengan perundang – undangan. Kemudian menurut Warsito
(2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan
yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari:
pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan
pendapatan asli daerah lainnya yang sah” . Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu
bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber
dana pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah daerah menggali
dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber pendapatan asli daerah.
C. Retribusi Daerah
Menurut UU No.28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi hanya dapat dikenakan
apabila pemerintah daerah memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat
atau pemerintah daerah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Di
Kabupaten sendiri diperjelas dengan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang
Retribusi pelayanan pasar, Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2011 tentang retribusi
pelayanan persampahan/kebersihan
Retribusi Daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu retribusi jasa
umum, jasa usaha, retribusi perizinan.
1. Jasa Umum
Jasa umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dinikmati oleh
pribadi atau badan.
2. Jasa Usaha
Jasa usaha adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial
3. Retribusi Perizinan
Retribusi perizinan adalah pungutan atas pelayan perizinan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan sebelumnya, maka penulis
menggunakan metode jenis penelitian deskriptif kualitatif , yaitu penelitian ilmiah
yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara
alamiah dengan mengedepankan proses interaksi yang mendalam antara peneliti
dan fenomena yang di dalami (Herdiyansyah, 2012). Dengan menggunakan
metode kualitatif diharapkan dapat mengetahui secara mendalam dan terperinci
terkait fenomena yang dipilih, sehingga penelitian kualitatif dianggap tepat untuk
mengamati, mencermati, mengolah, serta menganalisis data dari hasil penelitian
yang akan di lakukan.
Oleh karena itu dengan menggunakan metode kualitatif dapat menjawab dari
beberapa permasalahan dari implementasi penerapan e-retribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah di pasar kapongan Kabupaten Situbondo.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan pasar rakyat yang telah memperoleh sertifikat
standart nasional indonesia dalam kategori pasar rakyat yaitu pasar kapongan terletak di
Jl. Raya Surabaya-Banyuwangi Desa Kesambi Rampak Kecamatan Kapongan Kabupaten
Situbondo
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap
muka (face to face) antara pewawancara dan yang diwawancarai
tentang masalah yang diteliti (Gunawan, 2014). Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara
yang dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan
mengarah pada kedalaman informasi yang diperoleh (HB Sutopo,
2002:59). Dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur,
maka peneliti dapat melakukan improvisasi dengan menyampaikan
beberapa pertanyaan tambahan terkait jawaban yang diberikan oleh
informan sehingga informasi yang diperoleh lebih lengkap. Dalam
wawancara semi terstruktur, digunakan pedoman wawancara sebagai
patokan ataupun kontrol dalam hal alur pembicaraan dan untuk
prediksi waktu wawancara (Herdiansyah, 2012). Informan yang di
pilih dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Perdagangan dan
Perindustrian, Kepala Seksi Pengelolaan Pendapatan Dinas
Perdagangan dan Perindustrian , Kepala Pasar Kapongan, Pedagang
Pasar Kapongan.
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis
atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Herdiansyah,
2009). Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah data
yang dihimpun oleh pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
kebijakan e-retribusi di pasar Kapongan, yaitu data dari Pengelola
Pasar Kapongan.
3. Observasi
Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat
data terutama aktivitas penerapan e-retribusi. Dengan demikian hasil
observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasi data yang telah
terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya.
D. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat diartikan kesesuaian antara alat ukur dengan sesuatu yang
akan di ukur, sehingga hasil ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang
sebenarnya. Namun dalam penelitian kualitatif, keabsahan diartikan sebagai kebenaran,
kejujuran yang didasarkan atas sudut pandang subjek yang diteliti (Herdiansyah, 2012).
Teknik triangulasi dipergunakan untuk memeriksa keabsahan data, teknik ini
dilakukan dengan pembandingan data dengan pemeriksaan atau konfirmasi melalui
sumber yang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam
memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan interview digunakan untuk
menjaring data primer yang berkaitan dengan penerapan e-retribusi terkait retribusi
pelayanan pasar dan pelayanan kebersihan/persampahan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.


Gunawan, I., 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdiansyah, H., 2009. Metode Penelitian Kualitatif: Seni dalam Memahami Fenomena Sosial.
Yogyakarta: Greentea Publishing. __________, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif
untuk Ilmu Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Rusli, B., 2013. Kebijakan Publik. 1st ed. Bandung: Hakim Publishing.
Sutopo, 2006. Metodologi Penelitian Kualitataif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
2 ed. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. ______, 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Tahir, A., 2014. Kebijakan Publik & Transparansi: Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Bandung: Alfabeta.
Utomo, C. E. W. & Hariadi, M., 2016. Strategi Pembangunan Smart City dan Tantangannya bagi
Masyarakat Kota. Jurnal Strategi dan Bisnis , pp. 159-176.
Warsito. 2001. Hukum Pajak. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada. Hal 128

Anda mungkin juga menyukai