Anda di halaman 1dari 33

i

PROPOSAL PKL

TATA CARA PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SPT


TAHUNAN 1771 WAJIB PAJAK BADAN SESUAI PP NO.23 TAHUN 2018
MELALUI E-FORM PADA KLIEN IBS CONSULTING PT.BIRO
PERJALANAN WISATA MEGA RIZKY PERSADA

Diajukan Sebagai Suatu Kebetulan Studi


Untuk Meraih Gelar Ahli Madya
Oleh

ABDUL HAZIM
A0D020002

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2023
ii

PROPOSAL PKL

TATA CARA PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SPT


TAHUNAN 1771 WAJIB PAJAK BADAN SESUAI PP NO.23 TAHUN 2018
MELALUI E-FORM PADA KLIEN IBS CONSULTING PT. BIRO
PERJALANAN WISATA MEGA RIZKY PERSADA

Oleh

ABDUL HAZIM
A0D020002

Setelah membaca Proposal PKL ini dengan seksama,maka menurut


Pertimbangan kami Proposal PKL ini telah memenuhi syarat dan
Dapat di setujui untuk melaksanakan PKL lebih lanjut.

Mengetahui; Mataram,…………………….2023
Ketua Program, Menyetujui:
Pembimbing,

Dr.M. Firmansyah,SE.,M.Si Nurabiah,MM.Si


NIP 197906292006041003 NIP 198002122008122001

PROGRAM D-III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2023
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................1

I. JUDUL TATA CARA PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN


PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN SESUAI PP NO.23
TAHUN 2018 MELALUI E-FORM PADA KLEIN IBS CONSULTING PT. BIRO
PERJALANAN WISATA MEGA RIZKY PERSADA.................................................1

II. LATAR BELAKANG.........................................................................................1

III. TUJUAN DAN MANFAAT PKL................................................................6

3.1 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL).....................................................6

3.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)...................................................6

IV. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7

4.1 Definisi Pajak............................................................................................7

4.2 Fungsi Pajak .............................................................................................8

4.3 Pengelompokan Pajak ..............................................................................9

4.4 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak.............................................................10

4.4.1 Kewajban Wajib Pajak.....................................................................10

4.4.2 Hak Wajib Pajak..............................................................................12

4.5 Kewajiban dan Hak Konsultan Pajak......................................................14

4.5.1 Kewajiban Konsultan Pajak.............................................................14

4.6 Tata Cara Pemungutan Pajak .................................................................17

4.6.1 Stelsel Pajak.....................................................................................17

4.6.2 Sistem Pemungutan Pajak ...............................................................18

4.7 Pajak Penghasilan ( PPh )........................................................................19

4.7.1 Pengertian Pajak Penghasilan..........................................................19


2

4.7.2 Subjek Pajak Penghasilan................................................................20

4.7.3 Objek Pajak Penghasilan..................................................................21

4.8 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan PPh........................................24

4.8.1 Batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh..................................24

4.8.2 Tarif Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah...............................25

V. JADWAL KEGIATAN..................................................................................25

5.1 Tempat dan Waktu PKL..........................................................................25

5.2 Pembelajaran yang diproleh selama PKL...............................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
3

I. JUDUL : TATA CARA PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN


PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN
SESUAI PP NO.23 TAHUN 2018 MELALUI E-FORM
PADA KLEIN IBS CONSULTING PT. BIRO PERJALANAN
WISATA MEGA RIZKY PERSADA.

II. LATAR BELAKANG

Luasnya wilayah Indonesia yang berbentuk kesatuan dan tujuan Indonesia

yang tertuang dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945 untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakatnya, Indonesia perlu pembiayaan yang besar dalam

melakukan pembangunan demi memberikan kesejahteraan masyarakat. Sumber

pembiayaan pembangunan di Indonesia didapatkan dari pajak dan bukan pajak,

sehingga pajak adalah salah satu penopang yang sangat vital di Indonesia

(Sugiharty dan Mulyanti, 2016).

Sugiharty dan Mulyanti (2016: 251) menyampaikan bahwa pajak adalah

salah satu sumber penerimaan Negara seperti penerimaan dari Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Bea Masuk dan Keluar, Bea Cukai dan penerimaan dari

Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga

Negara, dimana pengeluaran yang dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas.

Semakin besarnya pengeluaran, pemerintah akan membutuhkan penerimaaan

Negara yang besar. Salah satu pendukung optimalisasi pendapatan negara adalah

dengan melakukan reformasi perpajakan secara lebih komprehensif di bidang

kebijakan dan administrasi. Reformasi perpajakan yang dilakukan Dirjen Pajak

juga diharapkan dapat membuat Wajib Pajak patuh dalam melaksanakan


4

kewajibannya dengan selalu berusaha mengoptimalkan pelayanannya. Kepatuhan

masyarakat dimana disini adalah Wajib Pajak dalam membayarkan kewajibannya

sangatlah mempengaruhi besarnya penerimaan negara dalam sektor pajak.

Disisi lain, saat ini perekonomian di Indonesia didukung oleh UMKM

(Usaha Kecil Mikro dan Menengah). Pada Tahun 2017, UMKM mendominasi

perekenomian di Indoesia dengan jumlah unit usaha 98,8 % dari total unit usaha,

tenaga kerja sebesar 96,99 % dari total tenaga kerja, dan pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB) UMKM cukup stabil, yaitu 60,3 % dari PDB. Hal ini

menjadikan pelaku UMKM memiliki potensi pajak yang besar untuk membangun

Indonesia (Ferio, 2019).

Pada Tahun 2018 Presiden Joko Widodo merevisi Peraturan PPh Final

UMKM untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Berbentuk Koperasi,

Persekutuan Komanditer, Firma, atau Perseroan Terbatas yang memiliki dan

menerima peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4.800.000.000 dalam satu tahun

pajak. Aturan ini biasa disebut dengan Pajak UMKM, direvisi dengan perubahan

tarif yang awalnya sebesar 1% menjadi 0,5 %, revisi ini tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Pengesahan Peraturan Pemerintah ini secara

resmi mengganti dan mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

(Poernomo, 2019).

Alasan dilakukannya penurunan tarif pajak UMKM adalah pembayaran

PPh UMKM (PPh Final) Pada Tahun 2017 berkontribusi sebesar 2,2% terhadap

total penerimaan PPh yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Semenjak
5

diberlakukan pada Juli 2013 silam, penerimaan pajak UMKM terus mengalami

peningkatan dari tahun 2013 – 2017. Adanya penurunan tarif tersebut diharapkan

dapat membuat pelaku UMKM menjadi patuh dalam perpajakan terutama dalam

melaporkan SPT Tahunannya melalui e-from. Penurunan tarif ini juga diharapkan

dapat membuat wajib pajak UMKM tidak terbebani, sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Tujuan dari Pajak UMKM ini

juga adalah dapat mendorong peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan

perekonomian, lebih memberikan keadilan, diberikan kemudahan dalam

melaksanakan perpajakan, memberi kesempatan untuk berkontribusi bagi negara,

dan pengetahuan mengenai pajak pada masyarakat menjadi meningkat

(Poernomo, 2019).

Disisi lain, tata cara perhitungan dan pembayaran pajak UMKM melalaui

e-from sebagai berikut: 1).Hitung omzet bulanan,Setiap pelaku usaha dianjurkan

melakukan pencatatan keuangan baik pengeluaran-pemasukan, laporan laba-rugi,

dan total omzet yang dihasilkan setiap bulannya. Selain bisa menjadi acuan untuk

perkembangan bisnis, laporan ini juga bisa menjadi dokumen penting saat kamu

membayar dan melaporkan pajak. 2).Hitung pajak penghasilan,Setelah

mengetahui omzet per bulan, kini saatnya menghitung pajak penghasilan. Sesuai

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, UMKM dengan omzet bruto di

bawah Rp4,8 miliar setahun dapat menggunakan tarif Pajak Penghasilan (PPh)

Final sebesar 0,5% dari penghasilan bruto. 3).Membuat kode billing (tagihan

pajak),Kode billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing
6

DJP atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan WP. 4)

Membayar PPh Final sesuai kode billing,Setelah mendapatkan kode billing, kamu

bisa membayarkan PPh yang sebelumnya sudah dihitung dari omzet tiap bulan.

PPh Final ini dapat dibayarkan setiap tanggal 15 di bulan berikutnya (Nurfitrianti,

2022).

Disisi lain juga, terdapat tata cara pelaporan pajak UMKM melalui e-from

sebaiagai berkut : 1) Buka situs DJP Online di www.pajak.go.id. Kemudian pilih

login. 2) Masukkan NPWP, kata sandi, serta kode keamanan untuk login. 3) Pilih

menu lapor e-form lalu klik buat SPT'. Saat mendapat pertanyaan apakah anda

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, pilih “Ya” dan klik e-form SPT 1771. 4)

Isi tahun pajak, status SPT Normal dan pembetulan ke-0. Selanjutnya klik “kirim

permintaan”. 5) Setelah itu, dokumen e-form otomatis terunduh dan kode

verifikasi akan dikirim ke e-mail. Klik "Download Viewer" pada halaman unduh

formulir elektronik lalu klik "windows (24mb)". 6) Ikuti perintah instalasi dengan

klik next, install, dan finish. 7) Buka file e-form untuk memulai pengisian pilih

“pencatatan” kemudian lakukan proses perekaman harta, perekaman utang dan

perekaman anggota keluarga. 8) Aktifkan data pembayaran PPh final 0,5% omzet

dengan mencentang PP 46/23. Klik kotak biru yang bertuliskan PP 46/23.

Lakukan proses perekaman pembayaran PPh final 0,5% omzet. 9) Pindahkan nilai

omzet ke lampiran III SPT. Pilih "Ya”. 10) Jika tidak ada bukti potong yang

direkam, klik halaman berikutnya untuk proses selanjutnya. 11) Jika tidak ada

penghasilan pekerjaan bebas sehubungan pekerjaan dan penghasilan lainnya, klik


7

halaman berikutnya untuk proses selanjutnya. 12) Rekam nomor HP dan status

kewajiban perpajakan sesuai kondisi wajib pajak. Status Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) pilih sesuai dengan kondisi wajib pajak. 13) Jika data identitas,

KTP, dan tanggal sudah direkam, klik “submit”. Silakan pilih “Tanggal

Pelaporan”. 14) Klik unggah lampiran, pilih file pdf hasil scan rekap pembayaran

PPh final. Lalu klik “submit”. 15) Submit SPT berhasil dilakukan, lalu klik “OK”.

Cek email untuk memastikan Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) sudah diterima

(Indraini, 2022).

Mengingat pemahaman wajib pajak mengenai tata cara dan ketentuan

perpajakan yang sering kali menjadi sebuah permasalahan dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya dan terjadinya perubahan-perubahan peraturan

perpajakan yang membuat semakin kompleks dan detailnya aturan pajak yang

harus ditaati oleh wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak memberikan kelonggaran

dan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk meminta pihak lain yang memahami

masalah perpajakan sebagai kuasa Wajib Pajak untuk membantu dalam hal

melakukan kewajiban perpajakan.

Selaku PT. Inovatif Bisnis Solusi ( IBS Consulting ) merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan (akuntansi dan perpajakan)

kurang lebih sudah berdiri selama 7 tahun dengan wilayah kerja NTB. IBS

Consulting saat ini memiliki klien sebanyak 30 WP Badan dan 28 WP OP.

Konsultan membantu menyelesaikan kewajiban perpajakan mulai dari kegiatan

pembuatan NPWP, penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Jenis usaha


8

Wajib Pajak yang difasilitasi oleh konsultan ini antara lain Wajib Pajak Orang

Pribadi dengan usaha dagang dan Wajib Pajak Badan dengan usaha penginapan

berupa hotel, resto, kontraktor dan lain sebagainya, dari beberapa diantaranya

merupakan subjek pajak Luar Negeri.

Berdasarkan uraian diatas pentingnya pajak sebagai penerimaan Negara

dan Wajib Pajak sebagai Sumber penerimaan pajak, dimana wajib pajak masih

kurang memahami kewajiban-kewajiban perpajakan, maka peran konsultan sangat

penting untuk memfasilitasi atau bertindak sebagai kuasa khusus Wajib Pajak,

oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul laporan PKL. TATA

CARA PERHITUNGAN,PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SPT

TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN SESUAI PP NO.23 TAHUN 2018

MELALUI E-FORM PADA KLEIN IBS CONSULTING PT. BIRO

PERJALANAN WISATA MEGA RIZKY PERSADA.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PKL

3.1 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


PKL ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tentang tata cara penghitungan,pembayaran dan pelaporan

SPT Tahunan Wajib Pajak Badan sesuia dengan PP No.23 tahun 2018

melalui e-form.

2. Membandingkan teori yang sudah dipelajari di kampus dengan praktik

lapangan selama menjalankan PKL.


9

3.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL),yaitu sebagai berikut :

1. Secara akdemik, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

2. Secara teoristis sebagai penerapan ilmu agar lebih mudah memahami

bagaimana kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan dapat digunakan dalam

kajian ilmiah bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

3. Dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan dalam bidang

perpajakan,khususnya dalam hal penghitungan, pembayaran dan pelaporan

Pajak Penghasilan melalui e-from.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Pajak


Dalam kehidupann sehari-hari kita sering mendengar istilah

pajak,namun pengertian ini yang sesungguhnya masih belum jelas artinya

dalam undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga

undang-undang nomor 6 tahun 1983 yakni ketentuan umum dan tata cara

perpajakan dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada

Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat (Waluyo, 2009).


10

Definisi pajak menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Mardiasmo (2016: 3).

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan untuk

membayar pengeluaran umum.

2. Menurut Andriani (2014: 3).

pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

yang berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan

pemerintah.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

yang melekat pada pengertian pajak adalah :

a. Iuran rakyat kepada Negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa

uang (bukan Barang).

b. Berdasarkan undang-undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksananya.


11

c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara

langsung dapat ditunjuk, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

4.2 Fungsi Pajak


Menurut Agung (2014: 34), Ada dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (budgetair)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

4.3 Pengelompokan Pajak


Menurut Mardiasmo (2015: 5), Pajak dapat di kelmpokkan menjadi
tiga kelompok yaitu :

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dibebankn atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.


12

2. Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutannya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

1. Pajak Daerah tingkat I (Provinsi)

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan dan Pajak Rokok.

2. Pajak Daerah tingkat II (Kota/Kabupaten)


13

Contoh : pajak hiburan, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame,

pajak penerangan jalan dan lain sebagainya.

4.4 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

4.4.1 Kewajiban Wajib Pajak


Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007 sebagai berikut :

1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan

kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif.

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah

kerjanya tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat

kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena

pajak.

3. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam

bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan

mata uang rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor

Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan

atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

4. Menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan

menggunakan satuan mata uang asing selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.
14

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat

setoran pajak ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perundang-

undang perpajakan,dengan tidak menggantungkan pada adanya surat

ketetapan pajak.

7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau Wajib Pajak badan,

dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

8. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,

atau objek pajak yang terutang pajak.

4.4.2 Hak Wajib Pajak


Menurut undang-undang No. 28 tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) surat pemberitahuan

masa.

2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria

tertentu.

3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan

pajak penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara


15

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada

Direktur Jendral Pajak.

4. Membetulkan surat pemberitahuan yang telah di sampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jendral Pajak

belum melakukan tindakan pemeriksaan.

5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu :

a. Surat ketetapan pajak kurang bayar.

b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan.

c. Surat ketetapan pajak nihil.

d. Surat ketetapan pajak lebih bayar.

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh orang pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

7. Mengajukan permohonan banding kepada badan pradilan pajak atas surat

keputusan keberatan.

8. Mengajukan keberatan kepada Direktorat Jendral Pajak atas suatu :

a. Surat ketetapan pajak kurang bayar.

b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan.

c. Surat ketetapan pajak nihil.

d. Surat ketetapan pajak lebih bayar.

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh orang pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


16

9. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau surat

keputusan keberatan.

10. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan

hak dan memenuhi kewajiban sesuatu dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

11. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa

bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam

hal Wajib Pajak menyampaikan pembetulan surat pemberitahuan tahunan

pajak penghasilan sebelum tahun 2007, yang mengakibatkan pajak yang

masih harus dibayar ,menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya UU No. 28 Tahun 2007.

4.5 Kewajiban dan Hak Konsultan Pajak

4.5.1 Kewajiban Konsultan Pajak


Menurut Zulkarnain (2022: 1), Konsultan Pajak yang telah
memiliki Izin Praktik konsultan Pajak diwajibkan melaksanakan hal-hal
berikut ini:

1. Memberikan jasa konsultasi kepada Wajib Pajak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Mematuhi kode etik Konsultan Pajak dan berpedoman pada standar

profesi Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Asosiasi Konsultan Pajak.

3. Mengikuti kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan yang

diselenggarakan atau diakui oleh Asosiasi Konsultan Pajak dan memenuhi

satuan kredit pengembangan profesional berkelanjutan.


17

4. Menyampaikan laporan tahunan Konsultan Pajak, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Memuat jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah

diberikan jasa konsultasi di bidang perpajakan dalam bentuk softcopy

yang disampaikan melalui aplikasi administrasi Konsultan Pajak dan

hardcopy yang dicetak dari aplikasi administrasi Konsultan Pajak.

b. Melampirkan daftar realisasi kegiatan pengembangan profesional

berkelanjutan bagi Konsultan Pajak yang telah wajib mengikuti

pengembangan profesional berkelanjutan.

c. Melampirkan fotokopi Kartu Tanda Anggota Asosiasi Konsultan

Pajak yang masih berlaku.

d. Disampaikan paling lama akhir bulan April tahun pajak berikutnya

5. Memberitahukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak setiap

perubahan data diri Konsultan Pajak dengan melampirkan bukti perubahan

di maksud.

6. Memberitahukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai

perubahan Asosiasi Konsultan Pajak tempat Konsultan Pajak berhimpun

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Surat Keputusan

Pencabutan Keterangan Terdaftar Asosiasi Konsultan Pajak tempat

Konsultan Pajak berhimpun dengan melampirkan fotokopi surat keputusan

keanggotaan pada Asosiasi Konsultan Pajak yang baru yang telah

dilegalisasi oleh Ketua Umum Asosiasi Konsultan Pajak.


18

7. Mendokumentasikan :

a. Surat kontrak perjanjian dengan persekutuan badan hukum tempat

Konsultan Pajak berpraktik dalam memberikan jasa konsultasi

kepada setiap Wajib Pajak.

b. Surat kontrak perjanjian dengan Wajib Pajak yang menjadi dasar

penyusunan Laporan Tahunan Konsultan Pajak.

8. Menyetujui publikasi data Konsultan Pajak berupa nama dan alamat

Konsultan Pajak pada aplikasi administrasi Konsultan Pajak.

4.5 Hak Konsultan Pajak

Konsultan Pajak mempunyai hak untuk memberikan jasa konsultasi

di bidang perpajakan sesuai dengan batasan tingkat sertifikasi Konsultan

Pajak yang dimiliki (Zulkarnain, 2022: 1).

4.6 Tata Cara Pemungutan Pajak

4.6.1 Stelsel Pajak


Menurut Mardiasmo (2018:8), Pemungutan pajak dapat dilakukan
berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata

mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini

adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya


19

adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan

riil diketahui).

b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan

tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel

ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus

menunggu akhir tahun untuk membayar pajak. Sedangkan kelemahannya

adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang

sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan

keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih

besar dari pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus

menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta

kembali.
20

4.6.2 Sistem Pemungutan Pajak


Menurut Mardiasmo (2016: 9), System pemunguatan pajak
memilki 3 jenis yaitu :

1. Official Assesstment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assesstment System

Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib

Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
21

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak.

Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang

ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

4.7 Pajak Penghasilan ( PPh )

4.7.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo (2018: 3),

Berpendapat bahwa: “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan

terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh

dalam tahun pajak”. Sedangkan Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-undang

No.36 tahun 2008 pajak penghasilan: “Penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

4.7.2 Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1

tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi Subjek Pajak adalah :

1. Orang Pribadi
Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih

dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut)

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau Orang pribadi yang dalam
22

suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat

tinggal di Indonesia.

2. Subjek Pajak Warisan


Warisan yang belum di bagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak sebagai ahli waris.

3. Subjek Pajak Badan


Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, terdiri

dari dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik, atau organisasi yang

sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya.

4. Bentuk Usaha Tetap


Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan di Indonesia.

4.7.3 Objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1

tentang Objek Pajak Penghasilan, yang menjadi Objek Pajak Penghasilan

adalah Penghasilan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
23

luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk

apapun.Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya

karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha.

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan

atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan


24

usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan

pengembalian uang.

7. Dividen, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi.

8. Royalti.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang,kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.Penghasilan tersebut dapat di kelompokkan menjadi :


25

a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas,

seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris,

akuntan, pengacara, dan sebagainya.

b. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.

c. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga,

dividen, royalti, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan,

dan sebagainya.

d. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan

ke dalam salah satu dari tiga kelompok penghasilan di atas, seperti:

1) Keuntungan karena pembebasan utang.

2) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

3) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

4) Hadiah undian Bagi Wajib Pajak Dalam negeri, yang menjadi Objek Pajak

adalah penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia. Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri,yang menjadi Objek

Pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

4.8 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan PPh

4.8.1 Batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh


Tabel 1. Batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh.

No Jenis Pajak Batas Pembayaran Batas Pelaporan


1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan
berikutnya
26

2 PPh pasal 4(2) pemotongan Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan


berikutnya berikutnya

3 PPh pasal 15 setor sendiri Tanggal 15 bulan Tanggal 20 bulan


berikutnya berikutnya
4 PPh pasal 15 pemotong Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan
berikutnya berikutnya
5 PPh pasal 21 Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan
berikutnya berikutnya
6 PPh pasl 23/26 Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan
berikutnya berikutnya
7 PPh pasal 25 Tanggal 15 bulan Tanggal 20 bulan
berikutnya berikutnya
8 PPh pasal 22 impor setor sendiri Saat penyelesaiaan
(dilunasi bersamaan dengan bea dokumen
masuk,PPN,PPnBM)
9 PPh pasal 22 impor yang 1hari kerja berikutnya Hari kerja terakhir
pemungutan oleh BC minggu berikutnya
10 PPh pasal 22 pemungutan oleh Hari yang sama dengan 14 hari setelah masa
bendaharaawan pembayaran atas pajak berakhir
penyerahan barang
11 PPh pasal 22 migas Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan
berikutnya berikutnya
12 PPh pasal 22 pemungutan oleh WP Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan
badan tertentu berikutnya berikutnya
13 PPN & PPnBM Akhir bulan beriutnya Akhir bulan berikutnya
setelah masa pajak setelah masa pajak
berakhir & sebelum berakhir
SPT masa PPN
disampaikan

4.8.2 Tarif Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Tarif pajak yang diterapkan atas UMKM atas Wajib Pajak Dalam

Negeri 1% sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013. Mulai

tahun pajak 2018 bulan juni tarif pajak diturunkan menjadi 0,5% sesuai

Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 2018 (Agustinus, 2020).


27

V. JADWAL KEGIATAN PKL

5.1 Tempat dan Waktu PKL


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di

Kantor Konsultan Pajak Inovatif Bisnis Solusi (IBS Consulting) yang

beralamat di Komplek Pertokoan Rungkang Jangkuk, Jl. P. Diponegoro,

Kelurahan Sayang – Sayang, Kota Mataram. Penulis melaksanakan

praktek Kerja Lapangan selama 60 hari di mulai tanggal 13 Februari 2023

sampai 13 April 2023.

Hari kerja di kantor IBS consulting di mulai Hari Senin s/d Hari

Jumat. Dengan jam kerja untuk Hari Senin s/d Hari Jumat dimulai pukul

08.00 WITA sampai pukul 17.00 WITA. Waktu istirahat mulai pukul

12.00 WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

NO JENIS FEBRUARI MARET APRIL

KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 OBSERVASI

LAPANGAN

2 MELENGKAPI

ADMINISTRASI

PKL

3 MENERIMA

SURAT
28

BALASAN

4 KEGIATAN PKL

5 PENGAJUAN

JUDUL

6 ACC JUDUL

TERPILIH

7 PEMBAGIAN

DOSEN

PEMBIMBING

8 PENYUSUNAN

PROPOSAL

9 KONSULTASI

PROPOSAL

10 ACC PROPOSAL

11 MELENGKAPI

DATA

12 PENYUSUNAN

LAPORAN
29

5.2 Pembelajaran yang diperoleh selama PKL

1. Memperoleh pembelajaran cara kerja tim yang baik. Yaitu bekerja secara

berkelompok dengan cara komunikasi, koordinasi, dan kosultasi dengan

anggota tim lainnya.

2. Disiplin waktu dengan baik dalam bekerja mulai dari jam masuk, batas

waktu mengerjakan tugas yang diberikan, jam istirahat dan jam pulang

sudah ditentukan waktunya.

3. Mendapat banyak pembelajaran atau pengalaman mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan seperti Aktifasi Efin, Membuat NPWP, Membuat ID

Billing, Lapor SPT Masa maupun SPT Tahunan melalui e-form.


30

DAFTAR PUSTAKA

Agustina (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Penghasilan, Dan Tarif


Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Dalam Memenuhi
Kewajiban Perpajakan (Studi Empiris Pelaku UMKM di Kabupaten
Buleleng). Jurnal Akuntansi Profesi, 6(1), 1–11.

Adriani (2016). Teori Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Agung (2016). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia.

Anonim (2020).”Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL)”;2019 Akademik


D3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Mataram.

Madiasmo (2018).Perpajakan Edisi XIX,Percetakan Andi Offset,Yogyakarta.

Nurfitrianti (2022). Cara perhitungan,pembayaran dan pelaporan pajak UMKM,


https://www.jenius.com/highlight/detail/cara-perhitungan-bayar-pajak-
penghasilan-dan-lapor-spt-tahunan-buat-umkm (diakses 3 Maret 2023).

Resmi (2014).Perpajakan Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 8,Salemba


Empat,Yogyakarta.

Sugiharty dan Mulyanti (2016). Penenerapan PP No. 23 Tahun 2018 Terhadap


Peningkatan Kepatuhan Pembayaran Pajak pada Pelaku UMKM (Usaha
Miko Kecil Menengah). Jurnal Akuntansi dan Bisnis 1(2): 68-81.

Waluyo (2009),Perpajakan Indonesia Edisi XI,Salemba Empat,Jakarta Selatan.

Zulkarnain (2021).Hak dan Kewajiban Konsultan Pajak,dikutip tanggal 25


februari 2023 jam 09.30 WITA: https://www.pajakonline.com/hak-dan-
kewajiban-konsultan-pajak.
31

Anda mungkin juga menyukai