Disusun Oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Objek PPN/Bukan
No Produk/Jasa
Objek PPN
1 Jasa penyewaan kamar Bukan objek PPN
2 Tambahan jasa penyewaan kamar, Bukan Objek PPN
meliputi:
a. pelayanan kamar
b. air conditioning
c. binatu (laundry and dry
cleaning)
d. kasur tambahan (extrabed)
e. furnitur dan perlengkapan tetap
(fixture)
f. telepon
g. brankas (safety box)
h. internet
i. televisi satelit/kabel
j. minibar
3 Fasilitas terkait kegiatan perhotelan
untuk tamu, meliputi:
a. fasilitas olah raga dan hiburan
b. fotokopi
c. teleks Bukan Objek PPN
d. faksimil
e. transportasi hotel (kendaraan
antar-jemput) yang semata-mata
untuk tamu yang menginap
Makanan dan minuman yang
4 Bukan Objek PPN
disajikan di hotel
Penyewaan ruangan untuk ATM,
kantor, perbankan, restoran, tempat
5 Objek PPN
hiburan, karaoke, apotek, toko retail,
dan klinik
Jasa penyewaan unit dan/atau
ruangan termasuk tambahannya di
6 apartemen, kondominium, dan Objek PPN
sejenisnya, serta fasilitas penunjang
terkait
Jasa biro perjalanan atau perjalanan
7 wisata yang diselenggarakan oleh Objek PPN
pengelola jasa perhotelan
Dilihat dari tabel tersebut, ruang lingkup hotel yang didefinisikan oleh UU
Pajak Daerah berbeda dengan ruang lingkup yang didefinisikan oleh UU PPN. Sehingga
seolah-olah akan terjadi overlapping pengenaan pajak terhadap beberrapa pihak,
yaitu:
2.4.2 Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan hotel yang penting. Dalam
neraca dilaporkan posisi kekayaan hotel seperti kas, piutang, persediaan, aktiva lancar
lain-lain, gedung dan perlengkapan gedung, aktiva tetap lain-lain, dan tanah.
Disamping kekayaan hotel, neraca juga melaporkan kewajiban hotel yang terdiri dari
utang dagang, utang pajak, utang gaji, utag jangka pendek, utang jangka panjang serta
modal.
2.4.3 Hubungan Laporan Rugi-Laba dengan Neraca
Laporan rugi-laba merupakan laporan yang mencakup aktivitas hotel untuk
jangka waktu setahun. Bila dalam jangka waktu operasi setahun tersebut hotel
menghasilkan laba (penjualan lebih besar daripada seluruh biaya yang terjadi) maka
laba yang dihasilkan pada periode tertentu, misalnya pada 2011, akan dilaporkan pada
neraca 2011, per 31 Desember 2011 dibawah judul rekening modal, pada rekening
laba yang ditahan. Laba periode ini dicantumkan pada rekening laba yang ditahan
karena laba ini pada saat pencatatan belum didistribusikan kepada pemilik hotel
berupa dividen.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
3.1.1. Sejarah PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk.
PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk. (SHID) beroperasi di hotel dan
akomodasi atau fasilitas sewa yang terkait dengan bisnis hotel. PT Hotel Sahid Jaya
International didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1969 dengan maksud dan
tujuan untuk terlibat dalam bisnis dalam industri perhotelan dan pariwisata.
Pada tahun 1970, Perusahaan memulai pembangunan hotel di Jalan Jenderal
Sudirman 86, Jakarta, yang kemudian mulai beroperasi pada tanggal 23 Maret 1974,
dengan nama Hotel Sahid Jaya. Selain 439 kamar, Hotel Sahid Jaya juga memiliki
sejumlah ruang konferensi, restoran, ruang kantor, pusat perbelanjaan, dan fasilitas
olahraga seperti kolam renang dan lapangan tenis. Pada tahun 1987, Hotel Sahid Jaya
memperoleh statusnya sebagai hotel bintang lima.
Pada tanggal 22 Desember 1986, Pemegang Saham Perusahaan mulai
mengembangkan sebuah bangunan, sebagai perpanjangan dari yang sudah ada,
sehingga pada akhir pengembangan gedung, jumlah kamar Hotel Sahid Jaya
meningkat menjadi 751.
Sejalan dengan kemajuan Perusahaan dalam industri perhotelan, PT Hotel
Sahid Jaya International melakukan Penawaran Umum Perdana dan mencatatkan
sahamnya di Pasar Saham Indonesia pada tahun 1990. Tindakan ini diambil untuk
mendapatkan modal segar dari masyarakat untuk memperluas Bisnis perusahaan.
Pada tahun 1993, Perusahaan membagikan 40.800.000 saham bonus dari kapitalisasi
premi saham, dimana setiap pemegang 5 saham menerima 3 saham bonus.
Selanjutnya, pada tanggal 26 September 1997, Perusahaan memperoleh Pernyataan
Efektif dari Ketua Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas (Rights
Issue) I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sejumlah 217.600.000 saham,
dimana setiap pemegang 1 saham berhak untuk membeli 2 saham.
Perusahaan pada tanggal 22 Desember 2011, telah melakukan kuasi
reorganisasi yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
yang diadakan pada tanggal yang sama. Karena itu, Perusahaan telah menghilangkan
saldo defisit Perusahaan pada Laporan Konsolidasi Perusahaan per 30 Juni 2011.
3.1.2 Visi dan Misi PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk.
1. Visi PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk.
Untuk berkembang menjadi hotel profesional dan berkemampuan yang
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, inovasi, produktivitas, sumber
daya manusia dan layanan yang terbukti berkualitas tinggi sesuai dengan
standar internasional tanpa mengabaikan nilai-nilai dan harga diri budaya
Indonesia.
3.3.7 Persediaan
Persediaan Real Estat
Persediaan real estat terdiri dari bangunan (secara strata title) yang siap
dijual yang dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan
dan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga
jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya
penyelesaian dan estimasi biaya penjualan.
Persediaan Hotel
Persediaan dari hotel dinyatakan berdasarkan biaya atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value).
Biaya perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata
tertimbang. Persediaan yang tidak lagi memiliki manfaat ekonomis di masa
mendatang dihapuskan menjadi beban tahun berjalan berdasarkan
penelaahan manajemen atas nilai ekonomis persediaan tersebut.
Kendaraan 4 tahun
Nilai residu, masa manfaat dan metode penyusutan dan amortisasi aset tetap
ditelaah dan disesuaikan secara prospektif, apabila diperlukan, pada setiap akhir tahun
buku.
Perusahaan telah menilai kembali aset tetap tertentu pada periode sebelumnya
berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai independen dalam rangka
kuasi reorganisasi. Nilai aset tertentu yang direvaluasi pada periode sebelumnya
dianggap sebagai biaya perolehan (deemed cost).
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau
saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset dikredit
atau dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif pada tahun aset tersebut
dihentikan pengakuannya.
Aset dalam penyelesaian disajikan sebagai bagian aset tetap sebagai "Aset
dalam Penyelesaian" dan dinyatakan sebesar biaya perolehannya. Semua biaya,
termasuk biaya pinjaman, yang terjadi sehubungan dengan konstruksi aset tersebut
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap dalam konstruksi.
Aset Sewa
Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2011), penentuan apakah suatu
perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung
sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan
apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset dan
perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut.
Menurut PSAK revisi ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai
sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substantial seluruh risiko
dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Dalam sewa pembiayaan dari sudut pandang lessee, Perusahaan dan
Entitas Anak mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau
sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang
merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas
sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa,
sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo
liabilitas. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Beban
keuangan dicatat dalam laporan laba rugi.
Aset sewaan (disajikan sebagai bagian aset tetap) disusutkan selama
jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan dan
periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa
Perusahaan dan Entitas Anak akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir
masa sewa.
3.3.12 Dividen
Pembagian dividen kepada para pemegang saham Perseroan diakui sebagai
liabilitas dalam laporan keuangan konsolidasian pada periode ketika dividen tersebut
disetujui oleh para pemegang saham Perseroan dan sudah diumumkan kepada publik.