Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PKL

PROSEDUR PENAGIHAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 (EMPAT) PADA BAPPENDA NTB

OLEH

GHINA VIRANIA DEVARIANI


A0D018047

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii

PROPOSAL PKL

PROSEDUR PENAGIHAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 (EMPAT) PADA BAPPENDA NTB

Oleh

GHINA VIRANIA DEVARIANI


A0D018047

Setelah membaca Proposal PKL ini dengan seksama, maka menurut


pertimbangan kami Proposal PKL ini telah memenuhi syarat dan
dan dapat disetujui untuk melaksanakan PKL lebih lanjut.

Mataram, Februari 2021

Mengetahui : Menyetujui :
Ketua Program : Pembimbing :

Drs. Abdul Manan, M.Si Hj. Siti Fatimah. SE,ME


NIP 196112311989031011 NIP 197208182005012001

PROGRAM D-III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..... i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
I. JUDUL………………………………………………………………....... 1
.
II. LATAR BELAKANG…………………………………………………… 1
III. TUJUAN DAN MANFAAT…………………………………………….. 4
IV. JADWAL KEGIATAN………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 19
1

I. JUDUL : PROSEDUR PENAGIHAN KETERLAMBATAN PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 (EMPAT) PADA

BAPPENDA NTB

II. LATAR BELAKANG

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara sangat berperan

penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Peran penting dari

penerimaan pajak adalah penyediaan dana bagi pembiayaan pembangunan

nasional dan juga mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman dari luar

negeri. Penerimaan pajak juga berguna dalam mendukung dan mempercepat

proses pembangunan di daerah yang juga merupakan bagian dari pelaksanaan

pembangunan nasional.

Saat ini masih banyak masyarakat yang belum benar-benar paham akan

peran penting pajak bagi pembangunan nasional. Hal ini akan menjadi hambatan

bagi pemungutan pajak yang akan berdampak negative bagi pembangunan

nasional. Oleh karena itu maka pemerintah perlu memberi himbauan dan

sosialisasi bagi masyarakat, agar masyarakat ikut berperan aktif dalam

pembayaran pajak mereka.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis pajak. Namun, apabila di tinjau

dari pemungutannya, maka ada 2 (dua) golongan, yaitu Pajak Pusat (Negara) dan

Pajak Daerah. Pajak Pusat (Negara) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat, contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atan Barang Mewah (PPnBm).


2

Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,

contohnya Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Kendaraan

Bermotor, Pajak Sarang Burung Walet dan sebagainya.

Salah satu potensi yang cukup besar pada sector pajak adalah Pajak

Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Yang dimaksud kendaraan bermotor

adalah semua kendaraan beroda 2 (dua) atau lebih beserta gandengannya yang

digunakan semua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa

motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya

energy tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat besar yang bergerak (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang pajak daerah dan retribusi daerah).

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 tahun

2011 Tentang Pajak Daerah pasal 2 menyatakan yang termasuk pajak daerah

adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Saat ini Pajak Kendaraan Bermotor

merupakan pajak daerah tingkat 1 atau Pajak Provinsi yang memiliki peran

penting bagi pendapatan daerah karena memberi kontribusi yang cukup besar.

Yang dimaksud Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda

beserta gandenganya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakan

oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk

mengubah suatu sumber daya energy tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan

bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar dalam
3

operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta

kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

BAPPENDA Provinsi NTB sebagai SKPD dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serat Peraturan Gubernur Nusa

Tenggara Barat Nomor 51 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan-Badan Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat.

Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) merupakan

instansi yang berwenang untuk memungut pajak kendaraan bermotor.

Pemungutan pajak kendaraan bermotor pada BAPPENDA Provinsi Nusa

Tenggara Barat harus melalui beberapa prosedur administrasi yang telah

ditetapkan. Prosedur tersebut merupakan landasan tata cara pemungutan pajak

kendaraan bermotor mulai dari pendataan dan pendaftaran kendaraan bermotor

hingga prosedur penagihan keterlambatan pembayaran pajak. Saat ini

BAPPENDA Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terus berupaya untuk

meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor, misalnya melalui penagihan

dengan memberikan surat teguran. Selain bertujuan untuk meningkatkan

penerimaan pajak kendaraaan bermotor, penagihan pajak kendaraan bermotor

dengan surat teguran juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak

untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sebelum jatuh tempo pembayaran.


4

III. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan

Tujuan dari PKL ini

1. Mengetahui prosedur penagihan keterlambatan pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) roda 4 (empat) pada kantor BAPPENDA NTB.

2. Membandingkan antara peraturan perpajakan dengan prakter lapangan

khususnya pada kantor BAPPENDA NTB.

3.2. Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari PKL ini adalah :

1. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli

Madya Perpajakan (A.Md. Pjk) pada program Diploma III Perpajakan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

2. Secara praktis bermanfaat untuk mempraktekan pengetahuan yang di dapat di

bangku kuliah, dan sekaligus meningkatkan pengalaman di dunia kerja.

3. Sebagai referensi bagi pembaca yang memiliki minat yang sama terutama

tentang pajak kendaraan bermotor.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

IV.1. Pengertian Umum Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang


5

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat (1) berbunyi Pajak

adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keprluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan oleh

para ahli, diantaranya (Mardiasmo 2019) :

1. Menurut Soemitro.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi)
yang langsung di tunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
2. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
3. Pajak Menurut P. J. A. Adriani
Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
4. Soeparman Soemahamidja (1964) dalam disertainya yang berjudul: “Pajak
Berdasarkan Asas Gotong Royong” sebagai berikut :
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-

unsur yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :

1. Iuran rakyat kepada Negara.

2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang.


6

3. Hasilnya untuk membiayai pembangunan.

4. Tidak ada timbal jasa.

5. Pembayaran pajak bersifat wajib dalam arti bila kewajiban itu tidak dipenuhi

maka dapat ditagih secara paksa sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Dapat dipaksakan.

IV.2. Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran Negara. Fungsi pajak menurut Siti resmi 2011 : terdapat

dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi penerimaan (Budgetair)

Sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2. Fungsi pengatur (Regularend)

Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang social dan ekonomi.

IV.3. Jenis Pajak

Pembagian pajak menurut golongan , sifat dan pemungutannya yaitu


(Mardiasmo 2019) :
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Contoh : Pajak Penghasilan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifatnya
7

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan keadaan


pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan
subjeknya.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya
baik berupa baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat
tinggal.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada
umumnya.
Contoh : PPh, PPN, dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
b. Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota)
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
Contoh : PKB, BBNKB, PBBKB, dana PAP (pajak provinsi). Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dll.

IV.4. Asas Pemungutan

Asas pemungutan pajak dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik

penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan

yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.


8

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan

suatu Negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap

orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesi tetapi bertempat tinggal di

Indonesia. (Mardiasmo 2019)

IV.5. System Pemungutan Pajak

Terdapat 3 jenis sistem perpajakan

a. Official Assessment System

System pemungutan  pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

(fiskus) untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b. Self Assessment System

System pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam

menentukan (menghitung,membayar, dan melaporkan) sendiri jumlah pajak

yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

c. With Holding System

System pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) yang ditunjuk untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. (Mardiasmo 2019)


9

IV.6. Pengertian Pajak Daerah

IV.6.1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1

Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak,

adalah kontribusi wajib kepadadaerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

IV.6.2.Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak daerah di kelompokan menjadi 2 :

a. Pajak Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

4. Pajak Air Permukaan.

5. Pajak Rokok.

b. Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Restoran.

2. Pajak Hiburan.

3. Pajak Reklame.

4. Pajak Penerangan Jalan.

5. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan.


10

6. Pajak Air Tanah.

7. Pajak Parkir.

8. Pajak Sarang Burung Walet.

9. Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan.

10. Pajak Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

IV.6.3.Subjek dan Objek Pajak Daerah

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat

dikenakan pajak daerah. Sedangkan objek pajak daerah adalah tergantung kepada

jenis pajaknya. Contoh pajak hotel. Yang menjadi subjek pajak hotel adalah orang

pribadi atau badan yang mengusahakan jasa hotel, sedangkan objek pajak hotel

adalah pembayaran atas jasa nginap.

IV.7. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1

Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Pasal 1 Ayat (11) dan (13) yang dimaksud

Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya

energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan

roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang

dioperasikan di air. Sedangkan yang dimaksud Pajak Kendaraan Bermotor yang


11

selanjutnya disingkat PKB, adalah Pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan

kendaraan bermotor.

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan

data obyek dan subyek pajak penentuan besarnya pajak yang terutang sampai

kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.

IV.8. Landasan Hukum Pajak Kendaraan Bermotor

Yang menjadi landasan hukum pajak kendaraan bermotor antara lain:

a. Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 5049 Tahun

b. Peraturan pemerintah Nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak yang dipungut

berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak

(lembar Negara repblik Indonesia tahun 2009 nomor 153, tambahan lembar

Negara republic Indonesia nomor 5179)

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah Dan Retribusi Daerah

d. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

pajak Daerah

e. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 31 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Ketiga Atas Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2012 Tentang


12

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1

Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

IV.9. Subjek, Objek dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

IV.9.1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak Kendaraan Bermotor menurut Undang-Undang Nomor  

28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah orang pribadi,

atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor.

IV.9.2. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Kendaraan Bermotor menurut Undang-Undang Nomor 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Dikecualikan dari objek Pajak Kendaraan Bermotor yaitu :

a. Kereta api;

b. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan

dan keamanan Negara;

c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsultan,

perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik dari lembaga-lembaga

internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintan; dan

d. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat Nomor 1 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Provinsi Nusa
13

Tenggara Barat, yaitu : Pabrikan atau importir yang semata-mata dipamerkan

dan tidak untuk dijual.

IV.9.3. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dalam Peraturan Daerah Nusa

Tenggara Barat Nomor 1 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan

bermotor. Yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak adalah:

a. Untuk orang pribadi ialah orang yang bersangkutan, kuasanya dan/atau ahli

warisnya; dan

b. Untuk badan ialah pengurusnya atau kuasa badan tersebut.

IV.10. Dasar Penganaan dan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

IV.10.1. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung berdasarkan

Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 1 tahun 2011  sebagai perkalian 2 (dua) unsur

pokok :

1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor

Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) diperoleh berdasarkan harga pasaran

umum atas suatu kendaran bermotor. Harga pasaran umum adalah harga rata-

rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat. Dalam hal harga

pasaran umum suatu kendaran bermotor tidak diketahui, Nilai jual kendaraan

bermotor dapat ditentukan berdasarkan faktor-faktor:


14

a. Harga kendaran bermotor dengan isi silinder dan/atau suatu tenaga yang

sama;

b. Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi;

c. Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor yang sama;

d. Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan bermotor

yang sama;

e. Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor;

f. Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis;

g. Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Import

Barang (PIB).

2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran

lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor dihtung berdasarkan faktor-

faktor sebagai berikut :

a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu, roda, dan berat

kendaraan bermotor;

b. Jenis bahan bakar kendaran bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin,

gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan

c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor

yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.

IV.11. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Pajak Daerah tertulis bahwa, Tarif Pajak Kendaraan Bermotor


15

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Berdasarkan Peraturan

Mentri Dalam Negeri. Tarif Kendaran Bermotor ditetapkan sebesar :

a. 1,7% (satu koma tujuh persen) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pribadi;

b. 1,0% (satu koma nol persen) untuk kendaraan bermotor angkutan umum;

c. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan ambulans, pemadam kebakaran,

lembaga sosial keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI dan pemerintah daerah;

d. 0,2% (nol koma dua persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-

alat besar.

IV.12. Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Besarnya pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terhutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak Kendaraan Bermotor dengan

dasar pengenaan pajak. Secara umum, Perhitungan Pajak Kendaraan

Bermotor adalah sebagai berikut :

Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) adalah nilai jual

kendaraan bermotor yang diperoleh berdasarkan Harga Pasaran Umum

(HPU) atas suatu kendraan bermotor sebagaimana tercamtum dalam tabel

NJKB yang berlaku. Sedangkan bobot yang mencerminkan secara relatif


16

kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan

kendaraan bermotor.

Contoh Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Pada tahun 2013, NJKB mobil Toyota kijangg innova tipe V 2.0 tahun pembuatan

2008 adalah sebesar RP. 190.000.000,00 dengan bobot sebesar 1,0. Dengan

demikian dasar pengenaan pajak mobil tersebut adalah :

RP. 190.000.000,00 X 1,0 = Rp. 190.000.000,00

Besarnya pajak kendaraan bermotor yang terhutang :

1,5% X Rp. 190.000.000,00 = Rp. 2.850.000,00

IV.13. Cara Perhitungan Denda Pajak Kendaraan Bermotor

Untuk menghitung besarnya denda Pajak Kendaraan Bermotor

yang harus dibayar dengan rumus sebagai berikut :

IV.14. Tata cara Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.

Pajak Kendaraan Bermotor harus dibayar sekaligus dimuka

untuk masa 12 (dua belas) bulan. Pajak Kendaraan Bermotor harus dibayar

pada saat pendaftaran atau paling lama pada saat jatuh tempo pajak dengan

menggunakan SSPD. Sebagaimana di atur dalam Peraturan Gubernur

Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2012 BAB XI Bagian ke satu pasal
17

47 ayat (3) keterlambatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) dari pokok pajak setiap

bulannya.

IV.15. Tata cara Penagihan Keterlambatan Pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor.

Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum jatuh tempo pajak,

Gubernur melalui Kepala BAPPENDA (Badan Pengelolaan Pendapatan

Daerah) menyampaikan surat pemberitahuan. Apabila pajak yang

terhutang tidak dilunasi atau dibayar sampai jatuh tempo pajak maka di

sampaikan surat teguran pertama, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak

diterimanya surat teguran pertama oleh Wajib Pajak belum juga dilunasi,

maka diterbitkan surat teguran kedua. selanjutnya apabila pajak terutang

tidak dilunasi setelah penyampaian surat teguran kedua maka di terbitkan

surat paksa. Dalam waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak

surat paksa diterima maka akan dilakukan penyitaan terhadap objek pajak

tersebut. Dan setelah 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan

penyitaan wajib pajak belum juga melunasi pajaknya maka akan di adakan

pelelangan terhadap objek pajak tersebut, hasil lelang tersebut akan

disetorkan ke Kas Daerah.


18

V. JADWAL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

FEBRUARI MARET APRIL

JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi lapangan X

Melengkapi administrasi PKL X

Menunggu surat balasan X

Pengenalan objek PKL X

Pelaksanaan PKL X

Pengajuan judul PKL X

Penetapan judul PKL X

Penyusunan proposal X

Konsultasi proposal X

Pengesahan proposal X

Penyusunan laporan X

Konsultasi laporan X

Pengesahan laporan X

Usulan ujian PKL X


19

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2021, “ Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan”, 2021, Program


Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Mataram
Anonim, 2020 ‘‘Sitem Pemungutan Pajak di Indonesia’’. https://klikpajak.id/blog.
“PROFIL BAPPENDA PROVINSI NTB 2020”. BAPPENDA NTB
Mardiasmo 2019. Perpajakan, Andi Ovces Jakarta.
Siti resmi 2011. Teori dan Kasus. Edisi 6 Salemba Empat. S Resmi. Jakarta
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai