Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki dua sumber pendapatan negara. Salah satunya yang

menjadi sumber penerimaan yang cukup besar dan juga sumber dana yang

penting bagi pembangunan nasional adalah pajak. Pajak menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 ialah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Peran pajak sebagai sumber penerimaan dalam negeri menjadi sangat

dominan, namun masih belum optimal jika dilihat dari wajib pajak yang

belum menjadi wajib pajak yang patuh. Oleh karena itu, setiap rakyat

Indonesia harus sadar bahwa dengan semakin menikmati hasil-hasil

pembangunan maka tanggung jawab rakyat terhadap pajak dalam pelaksanaan

pembangunan semakin besar. Kesadaran akan tanggung jawab ini menjadi

nilai fundamental dalam pembangunan dan diharapkan kepatuhan wajib pajak

dapat diwujudkan. (Sugiyono, 2011).

Pelaksanaan penegakan hukum pajak secara tegas dan konsisten akan

mampu menciptakan kepatuhan yang lebih dari wajib pajak, yang bermuara

pada peningkatan penerimaan dari sektor pajak. Pemberian sanksi bagi

pelanggar ketentuan perpajakan dimaksud untuk mencegah tingkah laku yang

1
2

tidak dikehendaki sehingga akan tercapai kepatuhan yang lebih dari wajib

pajak.

Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak di Indonesia dibedakan

menjadi dua, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. (pajak.go.id). Pajak Pusat

adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat (dalam hal ini dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Pajak) guna membiayai rumah tangga pemerintah

pusat dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Besaran Pajak Pusat ditetapkan melalui Undang-Undang dan PP /

Perpu. Adapun beberapa jenis pada Pajak Pusat yaitu :

1. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.

Penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah,

dan lain sebagainya.

2. Pajak Pertumbuhan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau

Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). 

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang KenaPajak tertentu

yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM.

4. Bea Materai

Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,

seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat


3

berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah

tertentu sesuai dengan ketentuan.

Pajak Daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah (dalam hal ini

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah / Dispenda) yang digunakan untuk

membiayai rumah tangga pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besaran dan bentuk pajak daerah

ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Dari beberapa jenis objek pajak

daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Wajib pajak yang

memiliki kendaraan bermotor roda dua atau lebih berkewajiban untuk

membayar pajak, dan menjadi sumber pendapatan daerah. Perkembangan

dibidang dunia otomotif yang begitu pesat mengakibatkan arus perputaran

kendaraan bermotor menjadi cepat pula. Perkembangan jumlah kendaraan

bermotor dari setiap tahun ke tahunnya di Indonesia mengalami peningkatan

sebesar 6juta unit per tahun. (Kompas.com). Hal ini menjadi penting karena

bila tidak ditangani dengan professional maka pendapatan daerah dari sisi

pajak kendaraan bermotor akan berkurang dan akan berdampak pada

terhambatnya pembangunan.

Penegakan hukum dalam pajak kendaraan bermotor diwujudkan

melalui pemberian sanksi yaitu berupa pengenaan sanksi administrasi Pajak

Kendaraan Bermotor kepada wajib pajak yang tidak melakukan pembayaran

sesuai jatuh tempo yang terdapat pada Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

Pajak kendaraan bermotor ini adalah salah satu pajak daerah yang terangkai

dalam Undang-Undang mengenai perimbangan antara pemerintah pusat dan


4

pemerintah daerah Undang-Undang No. 33 tahun 2004, yang menyatakan

bahwa PKB sebagai bagian dari pajak daerah dan dengan peraturan

pemerintah nomor 3 tahun 1957, pajak diserahkan pada daerah untuk

dipungut dan diurus, dan selanjutnya sebagai sumber keuangan Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap atau sering dikenal dengan istilah

SAMSAT yang merupakan salah satu sarana dari pengawasan pajak

kendaraan bermotor yang telah memberikan konstribusi dalam penerimaan

pajak negara, secara umum SAMSAT diberikan tugas untuk memberikan

pelayanan dan pengawasan terhadap pembayaran pajak kendaraan bermotor

(Suryadi, 2006 : 3).

Menurut hasil data yang diperoleh dari SAMSAT Kota Bengkulu pada

tanggal 1 januari 2016 – 31 desember 2017 membuktikan bahwa jumlah

keseluruhan tunggakan pajak kendaraan bermotor telah mencapai angka

28.451 unit dari 328.320 unit kendaraan yang terdaftar di Kota Bengkulu.

Jumlah tunggakan pajak tersebut terdiri dari sedan 383 unit, jeep 322 unit,

mini bus 2.329 unit, microbos 21 unit, bus 25 unit,pick up 1.019 unit, truck

861 unit, sepeda motor 23.486 unit dan ransus 5 unit. Data diatas

menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak di Kota

Bengkulu dalam membayar pajak kendaraan. Hal ini mengakibatkan

penerimaan PAD dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) tidak

maksimal.

Dalam mengatasi hal ini, sanksi pajak memiliki peran yang penting

guna memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak meremehkan lagi
5

peraturan perpajakan. Semakin tinggi kesadaran Wajib Pajak semakin tinggi

pula kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Apabila tingkat kepatuhan Wajib Pajak tinggi, tentunya penerimaan Negara

dari sektor pajak akan terus meningkat dan pemerintah dapat menjalankan

perannya. Sikap kemauan untuk membayar pajak harus dimiliki oleh Wajib

Pajak agar penerimaan pajak dapat mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan data di atas, Maka penulis akan membahas permasalahan

tersebut dengan mengadakan penelitian dan menuangkan hasilnya dalam

skripsi dengan judul :

“Pengaruh Pengenaan Sanksi Administrasi dan Kesadaran Wajib Pajak

Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pengaruh Pengenaan Sanksi Administrasi Pajak terhadap

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota

Bengkulu.

2. Bagaimana pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Bengkulu.

3. Bagaimana Pengaruh Pengenaan Sanksi Administrasi Pajak dan

Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Bengkulu.


6

1.3 Batasan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini hanya pada dua variabel yang

mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Masih terdapat variabel lain yang

belum diteliti dan mungkin memiliki kontribusi yang besar dalam

mempengarui Kepatuhan Wajib Pajak seperti Kualitas Pelayanan Pajak dan

Pengetahuan Wajib Pajak.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : “Untuk mengetahui pengaruh

Pengenaan Sanksi Administrasi Pajak dan KesadaranWajib Pajak terhadap

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota

Bengkulu”.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Kontribusi Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan dalam hal pemungutan pajak khususnya mengenai

pengaruh pengenaan sanksi adminsitrasi dan kesadaran wajib pajak


7

dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak. Selain itu juga diharapkan

dapat digunakan sebagai acuan peneliti senajutnya.

2. Kontribusi Praktek

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, saran dan

masukan yang berguna bagi pemerintah kota Bengkulu dalam

pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan selanjutnya

yang berkaitan langsung dengan pengenaan sanksi administrasi dan

kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor dalam peningkatan kepatuhan

wajib pajak.
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Konsep Teoritis

2.1.1 Pengertian Pajak

Terdapat beberapa definisi pajak yang dikemukakan para ahli. Namun,

semua definisi tersebut memiliki inti yang sama. Resmi (2014:1) menjelaskan

bahwa definisi pajak menurut S.I. Djajadiningrat adalah sebagai berikut:

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada


kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum “.
Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa definisi pajak menurut Rochmat

Soemitro adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemamakmuran rakyat”.
Berdasarkan beberapa definisi pajak di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pajak memiliki karakteristik sebagai berikut:

8
9

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan

perpajakan akan berakibat adanya sanksi.

3. Tidak ada kontra prestasi atau jasa timbal dari negara yang dapat dirasakan

langsung oleh pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak

boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan).

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan umum.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan

nasional karena pajak merupakan penyumbang terbesar penerimaan negara

yang potensial dalam pelaksanaan pembangunan. Menurut Resmi (2014:3),

terdapat dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak berfungsi salah satu dan penyumbang terbesar penerimaan

pemerintah, uang digunakan untuk membiayai pengeluaran baik rutin

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah

berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi

pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis


10

pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), dan lain-lain.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak digunakan sebagai alat pengatur untuk membantu pelaksanaan

kebijakan pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar

bidang keuangan. Untuk mencapai tujuan dari pemungutan pajak,

beberapa ahli mengemukakan tentang asas pemungutan pajak antara lain

menurut Adam smith dalam bukunya Wealth of nation (1904) dengan

ajaran yang terkenal “The Four Maxims” asas pemungutan pajak terdiri

dari :

a. Asas Equality

Asas equality berarti asas keseimbangan dengan kemampuan atau

asas keadilan dan didefinisikan bahwa pemungutan pajak yang

dilakukan harus adil, sesuai dengan kemampuan dan penghasilan

Wajib Pajak, tanpa memihak- mihak dan diskriminatif.

b. Asas Certainty

Asas certainty adalah asas kepastian hukum dimana setiap pungutan

pajak yang dilakukan harus berdasarkan Undang Undang dan tidak

boleh ada penyimpangan.

c. Asas Convinience of Payment (Asas Keuangan)

Asas ini disebut juga dengan asas pemungutan pajak tepat waktu,

yaitu pajak dipungut saat Wajib Pajak berada di saat yang baik dan
11

sedang bahagia, misalnya saat baru menerima penghasilan (pajak

penghasilan) atau memperoleh hadiah (pajak hadiah).

d. Asas Efficiency

Asas efficiency yaitu biaya pemungutan pajak dilakukan seefisien

mungkin sehingga tidak terjadi biaya administratif pemungutan

pajak lebih besar daripada penerimaan pajak itu sendiri. Asas ini

mempertimbangkan cost dan benefit. Jadi pemungutan pajak ini

diusahakan meraih benefit dengan cost yang lebih rendah. Misalnya

pemungutan pajak tidak dilakukan setiap hari namun ada waktu-

waktu tertentu serta pengumpulan surat pemberitahuan ada waktu-

waktu yang telah ditentukan.

2.1.3 Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga

yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut

lembaga pemungutnya. Resmi (2014:7) menjelaskan tiga pengelompokkan

pajak sebagai berikut:

1. Menurut Golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh).
12

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifat

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau keadaan subjeknya. Contoh:

Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa

yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun

tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN),Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara pada umumnya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II

(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor,

Pajak Air Permukaan, Pajak Parkir, dan lain lain.


13

2.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

2.1.4.1 Stelsel Pajak

Cara pemungutan pajak didasarkan pada beberapa sistem untuk

mengetahui penghitungan dan dasar pengenaan pajak yang harus

dibayar. Resmi (2014:9) menjelaskan bahwa terdapat tiga stelsel

pemungutan pajak, yaitu :

a. Stelsel Nyata (Riil).

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

objek yang sesungguhnya terjadi. Contoh: Untuk Pajak Penghasilan

maka objeknya adalah penghasilan).

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

suatu anggapan yang diatur oleh Undang-undang. Contoh:

penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun

sebelumnya, sehingga pajak yang terhutang pada suatu tahun juga

dianggap sama dengan pajak terutang tahun sebelumnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Contoh:

mekanisme PPh Pasal 25/29. Wajib Pajak menggunakan pajak

terhutang tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menentukan

besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan. Setelah tahun pajak

berakhir, maka wajib pajak akan melaporkan penghasilannya selama


14

setahun kedalam SPT Tahunan untuk menghitung PPh Pasal 29.

Dalam menghitung jumlah pajak yang sesungguhnya di akhir tahun

pajak (PPh Pasal 29) maka wajib pajak dapat mempertimbangkan

kredit pajak PPh Pasal 25 yang telah dibayarkannya

2.1.4.2 Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak oleh pemerintah dalam memperoleh haknya

harus berdasarkan prinsip atau dasar pemungutan. Prinsip yang

digunakan inilah yang disebut dengan asas pemungutan pajak. Menurut

Resmi (2014:10), asas pemungutan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Asas Domisili ( Asas Tempat Tinggal )

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di

wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar.

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan

tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu Negara.


15

2.1.4.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal dengan beberapa sistem

pemungutan. Menurut Resmi (2014:11), dikenal beberapa sistem

pemungutan pajak, yaitu:

a. Official Assessment System

Yaitu sistem pemungutan yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para

aparatur perpajakan.

b. Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib

Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku.

c. Witholding system

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.


16

2.1.5 Pajak Daerah

Pajak Daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah (dalam hal ini

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah/Dispenda) yang digunakan untuk

membiayai rumah tangga Pemerintah Daerah dan tercantum dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besaran dan bentuk pajak daerah

ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Menurut Mardiasmo (2011:12),

beberapa pengertian atau istilah yang terkait dengan Pajak Daerah antara lain:

1. Daerah Otonomi, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur

dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib

kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi


17

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontra investasi kolektif dan bentuk usaha

tetap.

4. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.

5. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,

pemotong pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah.

2.1.6 Pajak Kendaraan Bermotor

2.1.6.1 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pengertian kendaraan bermotor pada hakekatnya juga sama

yaitu kendaraan yang berada dalam “lalu lintas besar” atau lalu lintas

umum. Rumusan istilah terakhir ini telah digunakan oleh pemerintah

pusat dalam mengadakan pemungutan yang bernama “sumbangan

barang mewah” atas kendaraan bermotor baik bagi kendaraan bermotor

untuk keperluan usaha.

Dari pengertian tentang kendaraan bermotor di atas adalah,

bahwa yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan

bermotor yang diperuntukan dan digunakan dijalan umum untuk

mengangkut barang atau orang sebagaimana dimaksud dalam lalu

lintas. Jadi tidak termasuk kereta api yang berada di lalu lintas, maka

kereta api yang berada di lalu lintas khusus yaitu Rel 1, pesawat udara
18

yang berada dalam lalu lintas khusus didarat dilandasan penerbangan

dan pelabuhan udara, begitu juga dengan gocart, hand tractor pertanian,

traktor pertanian, buldoser, kendaraan alat permanen hasil pertanian,

port klif didaerah pelabuhan laut serta dikawasan industri lainnya.

Kendaraan bermotor yang dipersamakan dengan itu tidak

termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor menurut sejarah

perundang-undangan pajak yang memungut Pajak Kendaraan

Bermotor, karena kendaraan bermotor tersebut tidak menggunakan dan

tidak diperuntukan untuk mengangkut barang atau dijalan umum.

Kendaraan bermotor dapat didefinisikan sebagai sebuah kendaraan

beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua

jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan yang berfungsi untuk mengubah suatu daya energi tertentu

menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk

alat-alat berat yang besar.

Selain pengertian pajak kendaraan bermotor ada beberapa istilah

teknis penting lainnya yang telah diatur pengertiannya dalam Undang

Undang No 28 Tahun 2009 diantaranya :

a. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau

lebih beserta gandengannya yang digunakan di jalan umum, dan

digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor/peralatan lainnya

yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi


19

tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan tidak termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar.

b. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang

disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut

bayaran.

c. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang

dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak

termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa

perlengkapan pengangkutan bagasi.

d. Jenis kendaraan bermotor adalah isi ruang yang berbentuk bulat

tarak pada mesin kendaraan bermotor yang ikut menentukan

besarnya kekuatan mesin.

e. Isi silinder adalah isi ruang yang berbentuk bulat tarak pada mesin

kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan

mesin.

f. Tenaga kuda / horse power adalah ukuran daya kemampuan

mesin.

g. Tahun pembuatan adalah tahun perakitan.

h. Nilai jual adalah nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku.

i. Peningkatan kendaraan bermotor yang selanjutnya peningkatan

pajak kendaraan bermotor adalah tanda lunas pajak kendaraan

bermotor.
20

j. Tanda Pelunasan dan Pengesahan Kendaraan Bermotor (PPKB)

adalah bukti pelunasan pembayaran pajak dan pengesahan

kendaraan bermotor.

k. Pemilik adalah hubungan hukum antara orang atau badan dengan

kendaraan bermotor yang namanya tercantum dalam Buku

Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

l. Jalan umum adalah sarana jalan yang dibangun dan

pemeliharaannya oleh pemerintah pusat maupun daerah yang

digunakan untuk lalu lintas kendaraan bermotor.

2.1.6.2 Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah pasal 3, objek Pajak Kendaraan

Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan

Bermotor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah

kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di

semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di

air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan

GT 7 (tujuh Gross Tonnage).

Sementara itu dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :

a. Kereta Api.

b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan


21

pertahanan dan keamanan Negara.

c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai Kedutaan,

Konsulat, Perwakilan Negara Asing dengan asas timbal balik dan

lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dari Pemerintah dan pajak lainnya yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

2.1.7 Pengenaan Sanksi Administrasi

Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar

peraturan, dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena

melanggar peraturan dan hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan

bahwa sanksi denda adalah hukuman yang negatif kepada orang yang

melanggar peraturan dengan cara membayar uang (Suhartono, 2010 : 56).

Suhartono (2010 : 305-312) menyatakan bahwa terdapat indikator dari sanksi

administrasi :

a. Keterlambatan Pembayaran Pajak

Adanya keterlambatan pembayaran pajak menjadi salah satu penyebab

faktor munculnya sanksi administrasi. Ketika pajak yang tidak atau kurang

untuk dibayar setelah jatuh tempo pembayaran, pada saat itu pejabat pajak

yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah berwenang

melakukan penagihan pajak disertai pengenaan sanksi administrasi berupa

bunga.
22

b. Bunga 2% per bulan

Sanksi ini pada dasarnya menjadi beban wajib pajak atas kelalaian baik

disengaja atau tidak disengaja yang mengakibatkan tidak tepatnya waktu

pembayaran pajak yang menjadi kewajibannya.Ketika pajak yang tidak

atau kurang untuk dibayar setelah jatuh tempo pembayaran, pada saat itu

pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah

berwenang melakukan penagihan pajak disertai pengenaan sanksi

administrasi berupa bunga dengan ketentuan sebesar 2% per bulan.

c. Pengenaan Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi yang berupa bunga merupakan salah satu jenis sanksi

administrasi yang dapat dikenakan kepada wajib pajak tatkala melakukan

pelanggaran hukum pajak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban.

Kewajiban wajib pajak yang terkait dengan sanksi administrasi berupa

bunga adalah pembayaran secara lunas pajak dalam jangka waktu yang

ditentukan sebagaimana yang tercantum dalam dasar penagihan pajak.

d. Pengenaan Sanksi Denda

Pengenaan sanksi administrasi yang berupa denda kepada wajib pajak

penghasilan maupun pengusaha kena pajak diatur dalam Pasal 7 ayat (1)

UU KUP. Sanksi administrasi berupa denda dikenakan karena tidak

menyampaikan surat pemberitahuan dalam jangka waktu yang ditentukan,

termasuk jangka waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan.


23

e. Pajak sebagai iuran rakyat

Pajak dianggap sebagai iuran yang berasal dari rakyat dan akan digunakan

untuk rakyat itu sendiri, dalam hal pembangunan serta kesejahteraan

rakyat.

f. Perhitungan Sanksi Denda

Sanksi denda dapat dihitung berdasarkan tanggal jatuh tempo masa

berlaku yang ada di dalam STNK kendaraan bermotor dan belum

melakukan perpanjangan atau belum membayar pajak tepat pada waktunya

maka akan dikenai denda pajak kendaraan bermotor sebesar 2% per

bulannya.

g. Tujuan Sanksi Administrasi

Adapun tujuan dari sanksi adminitrasi adalah untuk meningkatkan

kesadaran wajib pajak guna pentingnya kesadaran wajib pajak terhadap

pembayaran pajak.

2.1.8 Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan

perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah

keadaan mengetahui atau mengerti perihal tentang pajak. Penilaian positif

dari masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh

pemerintah akan menggerakkan dan menyadarkan masyarakat untuk

mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Boediono, 2011 : 65).


24

Adanya indikator yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak menurut

Suhartono (2010 : 86):

a. Kegunaan Pajak

Guna pajak adalah untuk membiayai pengeluaran umum negara, namun

terkadang kegunaan pajak adalah untuk membayar hutang negara. Maka

dari itu, kemauan masyarakat untuk membayar pajak akan membantu

negara ini terbebas dari hutang.

b. Ketepatan Pembayaran Pajak

Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat sebagai ketepatan Wajib Pajak untuk

membayar pajak. Sejak tahun 1984, sistem perpajakan di Indonesia

menganut prinsip Self Assessment. Prinsip ini memberikan kepercayaan

penuh kepada pembayar pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya

dalam bidang perpajakan, seperti yang tertuang dalam Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan bahwa Wajib Pajak harus mengisi dan

menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan

menandatanganinya.

c. Pengisian Formulir Pajak

Formulir pajak harus diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apa

adanya jujur serta teliti, ha tersebut harus diperhatikan agar saat

perhitungan pajak tidak terjadi kesalahan.

d. Sanksi Pembayaran Pajak


25

Sanksi pajak akan diberikan kepada wajib pajak yang terlambat membayar

pajak. Di Indonesia sanksi pajak adalah berupa denda. Sanksi denda ini

ditemukan di dalam Undang-Undang Perpajakan, terkait besarnya denda

saat ini ditentukan sebesar 2% perbulannya.

e. Fungsi Pajak

Fungsi pajak terdiri dari fungsi anggaran, fungsi mengatur, fungsi

stabilitas dan fungsi retribusi pendapatan.

f. Prosedur Pembayaran Pajak

Dalam proses dan prosedur pembayaran pajak harus sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku, hal tersebut dimungkinkan agar wajib

pajak tidak melakukan penyimpangan prosedur pembayaran pajak.

2.1.9 Kepatuhan Wajib Pajak

E. Eliyani (2006 : 38) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak

didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi

yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan

membayarkan pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Ketidak patuhan

timbul kalau salah satu syarat definisi tidak terpenuhi. Pendapat lain tentang

kepatuhan wajib pajak juga dikemukakan oleh Novak (2006 : 43) seperti dikutip

oleh Suhartono (2010 : 54), yang menyatakan adanya indikator kepatuhan wajib

pajak adalah :

1. Kedisiplinan membayar pajak


26

Tingkat kedisiplinan wajib pajak sangat erat halnya dengan kepatuhan wajib

pajak, semakin banyak wajib pajak yang disiplin dalam membayar pajak

maka semakin mengingkat kepatuhan wajib pajak terhadap pajak.

2. Tingkat Pengetahuan terhadap Pajak

Pengetahuan terhadap pajak meliputi bagian dari fungsi dan tujuan dari

pajak itu sendiri, wajib pajak harus memiliki pengetahuan dasar mengenai

pajak.

3. Sosialisasi tentang Pajak

Sosialisasi tentang pajak akan membuat wajib pajak memiliki pemahaman

secara langsung serta memiliki kesadaran langsung terhadap pentingnya

pajak itu sendiri.

4. Sosialisasi tentang Sanksi Administrasi Pajak

Sosialisasi ini memiliki tujuan agar wajib pajak tidak menganggap enteng

tentang sanksi administrasi pajak dan akan membuat wajib pajak sadar serta

patuh terhadap pembayaran pajak.

5. Wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan

Wajib pajak yang paham dan memiliki kesadaran terhadap pajak harus

mengetahui secara jelas apa saja peraturan yang mengatur pajak terutama

UU Perpajakan.

6. Patuh terhadap Pajak

Wajib pajak harus memiliki kesadaran dan kepatuhan dalam membayar

pajak tepat dengan waktunya, karena jika wajib pajak tidak membayar tepat

dengan waktunya maka wajib pajak akan mendapatkan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku.


27

2.1.10 Pengaruh Sanksi Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor

Sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak

tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi menjadi sebuah jaminan bahwa wajib

pajak tidak akan melalaikan dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai wajib

pajak, dengan adanya sanksi yang memberi efek jera, kepatuhan wajib pajak

semakin meningkat (Mardiasmo, 2011:59). Sanksi perpajakan dianggap akan

menambah masalah atau mempersulit wajib pajak itu sendiri dalam membayar

pajak. Untuk menghindari sanksi, wajib pajak akan cenderung untuk taat dan

patuh melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zulfikar Utomo, dkk (2015)

dan Iwayan Mustika Utama (2012) menyimpulkan bahwa sanksi administrasi

pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.

2.1.11 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor

Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak tentunya berasal dari dalam

diri individu itu sendiri, karena kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi

dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan

perpajakan dengan benar dan sukarela. Jika pemahaman wajib pajak itu semakin

membaik terhadap fungsi pajak maka wajib pajak akan bersedia membayar pajak

dengan kesadarannya sendiri. Sehingga hal ini dianggap berkaitan dengan


28

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Karena kesadaran wajib pajak

sangat menentukan tingkat kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi kesadaran

wajib pajak diharapkan semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zulfikar Utomo dkk (2015),

Dewi Kusuma Wardani dan Moh. Rifqi Asis (2017) menyimpulkan bahwa

Kesadaran Wajib Pajak mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

2.2 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Penelitian Judul Variabel Model Hasil Penelitian


Terdahulu Analisis
Muhammad Pengaruh Kesadaran Wajib Model variabel kesadaran
Zulfikar Kesadaran Pajak, Regresi wajib pajak,
Utomo, Wajib Pajak, Pengetahuan Berganda. pengetahuan pajak,
Imam Pengetahuan Pajak, Sanksi dan sanksi pajak
Suyadi, Pajak dan Pajak, dan mempunyai pengaruh
Devi Farah Sanksi Pajak Kepatuhan Wajib yang signifikan
Azizah Terhadap Pajak. terhadap kepatuhan
(2015). Kepatuhan wajib pajak kendaraan
Wajib Pajak bermotor di Kota
(Studi Pada Malang.
Wajib Pajak
Kendaraan
Bermotor Di
Kota
Malang).

Dewi Pengaruh Pengetahuan Model Pengetahuan Wajib


Kusuma Pengetahuan Wajib Pajak, Regresi Pajak, Kesadaran
Wardani, Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Berganda. Wajib Pajak dan
Moh. Rifqi Kesadaran Pajak, dan Proram Samsat Corner
Asis (2017). Wajib Pajak Program Samsat berpengaruh positif
dan Program Corner. dan signifikan
Samsat terhadap kepatuhan
Corner wajib pajak kendaraan
Terhadap bermotor.
Kepatuhan
29

Wajib Pajak
Kendaraan
Bermotor.
I wayan Pengaruh Kualitas Model Kualitas Pelayanan
Mustika Kualitas Pelayanan, Sanksi Regresi dan Sanksi Perpajakan
Utama Pelayanan, Perpajakan , dan Berganda. berpengaruh positif
(2012) Sanksi Biaya Kepatuhan. dan signifikan pada
Perpajakan , Kepatuhan Wajib
dan Biaya Pajak, sedangkan
Kepatuhan Biaya Kepatuhan
Terhadap berpengaruh negatif
Kepatuhan dan signifikan pada
Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib
Pajak.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian

terdahulu. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Penelitian Terdahulu Judul Perbedaan


Muhammad Zulfikar Pengaruh Kesadaran Wajib Variabel Bebas :
Utomo, Imam Suyadi, Pajak, Pengetahuan Pajak Pengetahuan Pajak
Devi Farah Azizah dan Sanksi Pajak Terhadap
(2015). Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Pada Wajib Pajak Periode Pengamatan:
Kendaraan Bermotor Di 2015
Kota Malang).
Obyek Penelitian :
Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor pada Kantor
SAMSAT Kota Malang.

Dewi Kusuma Pengaruh Pengetahuan Variabel Bebas :


Wardani, Moh. Rifqi Wajib Pajak, Kesadaran Pengetahuan Wajib Pajak
Asis (2017). Wajib Pajak dan Program dan Program Samsat
Samsat Corner Terhadap Corner
Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor. Periode Pengamatan:
2017

Obyek Penelitian :
Wajib Pajak Kendaraan
30

Bermotor pada Kantor


SAMSAT Yogyakarta.

I wayan Mustika Pengaruh Kualitas Variabel Bebas :


Utama (2012) . Pelayanan, Sanksi Kualitas Pelayanan dan
Perpajakan ,dan Biaya Biaya kepatuhan
Kepatuhan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Periode Pengamatan:
2012

Obyek Penelitian :
Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor pada Kantor
Bersama SAMSAT
Tabanan.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konseptual teoritis yang

mendasari penelitian ini secara sistematis dan sederhana dapat digambarkan

sebagai berikut:

Sanksi Administrasi Pajak


(X1)

Kepatuhan Wajib Pajak


(Y)

Kesadaran Wajib Pajak


(X2)

Pengaruh secara bersama-sama.


Pengaruh setiap variabel.
31

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.2
Operasional Variabel

Variabel Pengertian Indikator


Penelitian
Sanksi Sanksi pajak adalah suatu bentuk 1. Sanksi perpajakan yang
Administrasi tindakan berupa hukuman denda dikenakan bagi pelanggaran
(X1) yang diberikan kepada wajib pajak aturan pajak cukup berat,
yang melakukan pelanggaran pajak 2. Pengenaan sanksi yang cukup
baik disengaja maupun tidak berat merupakan salah satu
disengaja. sarana untuk mendidik wajib
pajak,
3. Sanksi pajak harus dikenakan
kepada pelanggarannya tanpa
toleransi.
Kesadaran Kesadaran wajib pajak adalah 1. Kesadaran bahwa pajak
Wajib Pajak perasaan yang timbul dari dalam merupakan bentuk partisipasi
(X2) diri wajib pajak untuk memenuhi dalam menunjang
kewajiban perpajakannya dengan pembangunan Negara,
ikhlas tanpa adanya unsur paksaan. 2. Kesadaran adanya hak dan
kewajiban pajak untuk
memenuhi kewajiban dalam
membayar pajak,
3. Kepercayaan masyarakat
dalam membayar pajak untuk
pembiayaan negara dan
daerah,
4. Kesadaran bahwa pajak
ditetapkan dengan undang –
undang dan dapat dipaksakan.
32

Tingkat Kepatuhan wajib pajak adalah 1. Memenuhi kewajiban pajak


Kepatuhan suatu bentuk sikap dari wajib sesuai dengan ketentuan yang
Wajib Pajak pajak untuk taat, tunduk dan patuh berlaku,
(Y) dalam membayar pajak sesuai 2. Membayar pajaknya tepat pada
dengan ketentuan dan peraturan waktunya,
perpajakan yang berlaku. 3. Wajib Pajak memenuhi
persyaratan dalam
membayarkan pajaknya,
4. Wajib Pajak dapat mengetahui
jatuh tempo pembayaran.
5. Wajib Pajak tidak mempunyai
tunggakan pajak

2.5 Perumusan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) “hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hipotesis assosiatif”. Menurut Sugiyono (2011:69) “hipotesis

assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu

menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih”.

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan melibatkan dua variabel

independen yaitu Pengenaan Sanksi Administrasi dan Kesadaran Wajib

Pajak ,serta satu variabel dependen yaitu Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha1: Sanksi Administrasi Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Ha2: Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak.
33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat & Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor SAMSAT Kota Bengkulu. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018.

3.2 Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

bentuk penelitian survei. Menurut Sugiyono (2011:8) “Metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan”.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

yang terdaftar di SAMSAT Kota Bengkulu.

Tabel 3.1
Data Kendaraan Bermotor per Satwil/Samsat
sampai dengan bulan Desember 2017

Jumlah/Jenis Kendaraan
Satwil/Samsat Mobil BUS Mobil Sepeda Ransus Total
PNP BRG Motor
Kota Bengkulu 44.344 961 21.166 261.747 102 328.320

Sumber: Samsat Kota Bengkulu, 2017

34
35

Karena banyaknya jumlah populasi yang diteliti, teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Sampling Insidental (accidental sampling).

Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan penulis

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan cocok

sebagai sumber data (Sugiyono, 2011:122). Dalam penelitian ini, sampel

yang diambil adalah ±100 wajib pajak yang sedang melakukan kewajiban

membayar pajak di kantor SAMSAT Kota Bengkulu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik survey

melalui pembagian kuesioner. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah subyek (self report data), Data subyek yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu oleh

3.5 Instrumen Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Data Primer, data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian yang belum

diolah dan perlu dikembangkan sendiri oleh penulis, yaitu hasil dari pengisian

kuisioner yang dibagikan kepada wajib pajak yang sedang membayar pajak

kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Kota Bengkulu.


36

b) Data Sekunder, data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan

oleh peneliti, misalnya dalam bentuk tabel ataupun dalam bentuk diagram.

Instrumen pernyataan yang disusun dalam penelitian ini menggunakan skala

Likert 5 point. Sugiyono (2011: 93) mengatakan bahwa “Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial”. Setiap item dari masing-masing variabel dijadikan

dasar untuk pembuatan kuesioner di mana jawaban diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.2
Daftar Skala Likert

No Uraian Skor
1 Sangat setuju/selalu/sangat positif 5
2 Setuju/sering/positif 4
3 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3
4 Tidak setuju/hampir tidak 2
pernah/negative
5 Sangat tidak setuju/tidak pernah 1
Sumber: Sugiyono (2011:94)

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2011:147) merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data

digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel Independen (X)

terhadap variabel Dependen (Y).

3.6.1 Uji Kualitas Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan

reliable. Untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan dari alat ukur
37

tersebut dapat menjamin mutu dari penelitian sehingga kesimpulan-

kesimpulan terhadap hubungan-hubungan antar variabel dapat dipercaya,

akurat dan dapat diandalkan sehingga hasil penelitian bisa diterima, maka

dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

3.6.1.1 Uji Validitas

Validasi menunjukkan sejauh mana relevansi setiap pertanyaan

terhadap apa yang dinyatakan atau apa yang diukur dalam penelitian. Uji

validitas bertujuan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan

dalam penelitian dapat mengukur atribut yang dimaksud. Dengan

menggunakan prosedur seleksi item dengan cara menguji karakteristik

masing-masing item yang menjadi bagian tes yang bersangkutan, item-item

yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak dapat diikutkan menjadi bagian

tes. Suatu pernyataan dianggap valid dan dapat mengukur variabel penelitian

yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atau sama

dengan 0,30 (Sugiyono, 2011).

Pengujian validitas instrumen/kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan software statistik berupa SPSS 16,0 (Statistical Product and

Service Solutions). Untuk menentukan kevalidan dari setiap item kuesioner

digunakan uji korelasi person produkt moment. Kriteria pengujian adalah

sebagai berikut :

1. Jika r hitung ≥ r tabel (uji dua pihak dengan sig. 0,05), maka dapat

dinyatakan valid.
38

2. Jika r hitung < r tabel (uji dua sisi dengan sig. 0,05), maka dapat

dinyatakan tidak valid.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat konsistensi pengukuran

dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh

mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menimbulkan beda

interprestasi dalam memahami pertanyaan tersebut. Sebuah instrumen

dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai

koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,70

(Uma Sekaran, 2006). Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang bisa

digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach. Pengujian ini menggunakan

software statistik berupa SPSS 16,0 (Statistical Product and Service

Solutions).

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji hipotesis.

Oleh karena itu, diperlukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari :

uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas yang dilakukan

dengan bantuan software SPSS 16,0 (Statistical Product and Service

Solutions).

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti


39

diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik (Ghozali, 2013). Pengujian dengan menggunakan uji statistik One

Sample Kolmogorov Smirnov Test (K-S). Jika nilai probabilitas signifikansi

K-S lebih besar dari 0.05, maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2013).

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variable independen. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,

2013). Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation

factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <

0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013).

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2016:134). Model regresi yang baik

adalah jika tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Kriteria pengambilan


40

keputusan adalah apabila nilai signifikansi suatu variabel bebas lebih kecil

dari 0,05 maka telah terjadi heteroskedastisitas.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

antara dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Perhitungan statistik disebut

signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah

kritis (Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda, karena untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen

terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini menggunakan program

SPSS. Model prediksi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

model pengujian hipotesis dibawah ini:

Y =a+b1 X 1 +b 2 X 2 + ε̇

Keterangan :
Y : Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
X1 : Sanksi Administrasi
X2 : Kesadaran Wajib Pajak
α : Konstanta
ḃ : Koefisien regresi masing-masing Variabel X
ε̇ : Error

3.6.3.1 Uji F

Uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-


41

sama terhadap variabel terikat atau dependen (Ghozali, 2013). Pengujian

dapat dilakukan dengan cara:

1. Jika nilai probabilitas (signifikansi) lebih besar dari 0,05 maka variabel

independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 maka variabel

independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji f hitung dimaksudkan untuk menguji model regresi atas pengaruh seluruh

variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

3.6.3.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( R2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Sugiono,

2013). Nilai koefisien determinasi terletak di antara nol dan satu. Nilai yang

kecil menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati

satu menandakan variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6.3.3 Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikatnya. Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika

sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

Anda mungkin juga menyukai