Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber utama pendapatan bagi suatu negara yang berasal dari pemungutan

iuran wajib dari subjek pajak atas objek pajak yang dimilikinya guna membiayai pengeluaran

pemerintah baik belanja rutin maupun belanja pembangunan. Berdasarkan UndangUndang

Nomor 28 Tahun 2007, pengumpulan pajak menerapkan sistem penilaian sendiri sehingga

kesadaran wajib pajak adalah faktor yang sangat menentukan mematuhi kewajiban pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mengurangi penipuan atau

manipulasi pajak yang terjadi pada penerimaan pajak dengan melakukan pemeriksaan pajak atau

memantau dan medeteksi ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajak.

Didukung oleh kesadaran wajib pajak yang tinggi dalam mematuhi kewajiban perpajakan yang

berlaku. Kesadaran wajib pajak merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

kepatuhan wajib pajak (Daroyani, 2010).

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara memiliki peran yang sangat besar dan

semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pengeluaran pemerintah

(Pratiwi dan Putu, 2014). Dengan besarnya penerimaan pajak yang diterima oleh negara,

diharapkan negara dapat memutar roda perekonomian dengan cara penyertaan modal pada

perusahaan-perusahaan milik negara dan melakukan pembangunan, sehingga negara dapat

melakukan peningkatan pembelanjaan barang modal dan belanja rutin yang dampaknya akan

dirasakan oleh sektor swasta sebagai rekanan pemerintah. Penerimaan dari sektor pajak

memberikan kontribusi yang paling besar bagi pendapatan negara dibandingkan dengan
pendapatan lain seperti penerimaan dari sektor bukan pajak atau hibah. Pendapatan negara pada

tahun 2013 tercatat sebesar Rp 1.525 Trilliun kontribusi pajak terhadap pendapatan negara

sebesar Rp 1.193 Trilliun atau sebesar 78% dari total pendapatan negara (www.depkeu.go.id).

Sebagai negara yang berkembang sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi

yang dimiliki untuk menjadi negara yang lebih maju, dan sumber penerimaan negara Indonesia

dibagi menjadi dua yaitu penerimaan dalam negeri dan dari penerimaan luar negeri, dan pajak

merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Akan tetapi pencapaian yang direncanakan

oleh pemerintah, belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya

wajib pajak yang tidak melaporkan besarnya pajak sesuai yang diberikan pemerintah, dan

cenderung mengurangi biaya pajak yang ditetapkan.

Selain itu masih banyak masalah yang timbul hampir di semua aspek. Salah satunya adalah

aspek ekonomi karena adanya krisis di Amerika yang berdampak pada perekonomian yang ada

di negara Indonesia. Hal tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah pun menurun dengan tajam.

Pemerintah harus tetap mengatasi masalah ini dengan memperhitungkan penerimaan negara

yaitu dengan pemungutan pajak. Pemungutan pajak memang bukan suatu yang mudah, selain

peran serta aktif pegawai pajak, kesadaran masyarakat juga dituntut untuk membayar pajak. Pada

umumnya masyarakat (Wajib Pajak) cenderung untuk menghindarkan diri dari pembayaran

pajak. Kecenderungan ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan

kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap peraturan perpajakan.

Berdasarkan Direktorat Jendral Pajak (DJP), penyampaian SPT Tahunan 2014 melalui e-

Filling sampai batas waktu 31 Maret 2015 ada sebanyak 2,46 juta SPT. Sementara tahun

sebelumnya hanya mencapai angka 1,08 juta SPT. Naiknya jumlah WP yang melaporkan SPT

secara online tersebut dibarengi dengan penurunan jumlah WP yang melaporkan kewajibannya
secara manual ke Kantor Pelayanan Pajak maupun drop box yang disediakan. DJB mencatat SPT

yang masih dilaporkan dengan cara konvensional sebanyak 6,21 juta SPT, dibandingkan tahun

sebelumnya 6,51 juta SPT.

Beberapa fenomena kasus-kasus yang terjadi dalam dunia perpajakan Indonesia belakangan

ini membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk membayar pajak (Arum, 2012). Kondisi

tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, karena para wajib pajak tidak ingin pajak

yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa

masyarakat dan wajib pajak berusaha menghindari pajak. Saat ini di Indonesia kesadaran wajib

pajak masih rendah (Susilawati dan Ketut, 2013).

Tinggi rendahnya wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran wajib pajak. Apabila wajib pajak memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan serta pelayanan yang berkualitas

terhadap wajib pajak maka akan timbul kesadaran akan membayar pajak. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak PKB dan BBNKB yaitu kesadaran

wajib pajak, sosialisasi perpajakan, serta kualitas pelayanan kantor SAMSAT.

Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk

memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib pajak terhadap fungsi

pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan pajak. Dianutnya self

assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga

masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary complience) (Darmayanti, 2004).

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut


pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib Pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki

penghasilan diatas pendapatan tidak kena pajak (Abdul Rachman, 2010:32). Pembebanan pajak

oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakikatnya

merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara

langsung dan bersamasama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk

pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Mohammad Zain, 2008: 43). Menurut Erard dan

Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan dikemukakan kembali oleh Siti Kurnia

(2006:111).

Pengertian kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak

atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan

terhadap pelayanan pemerintah. Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138)

kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Ketidakpatuhan pajak adalah wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya untuk

membayar pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak melaporkan kewajiban

pajaknya sesuai undang-undang yang berlaku, serta tidak membayar pajaknya sesuai

ketentuan.Menurut Raja Malem Taringan bahwa permasalahan ekternal perpajakan berasal dari

Wajib Pajak. Permasalahan eksternal tersebut timbul karena permasalahan internal dan sistem

pajak itu sendiri. Pernyataan ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 2003 di Pulau Jawa menyebutkan bahwa 41% responden

tidak percaya bahwa pajak yang dibayarkannya akan kembali kepada diri mereka dalam bentuk

fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Darmin Nasution juga melihat bahwa masih perlu

dilakukan upaya lebih lanjut agar Indonesia dapat sebanding dengan negara lain. Darmi juga
tidak mengelak ketika ditanya apakah salah satu faktor yang membuat orang enggan membayar

pajak adalah karena manfaatnya kurang begitu dirasakan.

Pada awal tahun 1984, sejak dimulai tax reform sistem perpajakan di Indonesia berubah dari

official assesment system menjadi self assesment system. Dalam official system tanggung jawab

pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assesment

system Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar

atau menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang

telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Nampak jelas bahwa self

assesment system.

Wajib Pajak lebih dipandang sebagai subjek bukan objek pajak. Sebagai konsekuensi dari

perubahan ini Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) berkewajiban untuk melakukan pelayanan,

pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak. Menurut Isroah (2012:7), self assesment

system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan besarnya pajak terutang. Sebab masih banyak Pengusaha Kena Pajak yang belum

memiliki kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi mereka

sendiri sebagai warga negara yang baik.

Kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak agar penerimaan pemerintah dapat berjalan

dengan baik maka harus dilakukan pemeriksaan dan penagihan kepada wajib pajak dan

menghindari penggelapan pajak yang marak terjadi di negara ini serta kepercayaan masyarakat

untuk membayar pajak juga meningkat. Pemerintah juga harus banyak melakukan sosialisasi

agar wajib pajak dapat melaporkan pajak yang seharusnya diberikan kepada pemerintah tanpa

mengurangi atau menyimpan untuk diri sendiri.


Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang wajib pajak atau

kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin

paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan atau melupakan

kewajiban perpajakan mereka, sedangkan orang yang tidak paham terhadap peraturan perpajakan

maka akan cenderung tidak akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. pada wajib pajak bertujuan

untuk menjaga kepuasan wajib pajak yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Jika pelayanan terhadap wajib pajak baik maka dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dari wajib pajak dan akan berdampak kepada penerima pajak untuk tahun-tahun berikutnya.

Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak

meremehkan peraturan perpajakannya. Sanksi perpajakan merupakan suatu kebijakan yang

efektif untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak. Akan tetapi, banyak wajib pajak yang lalai

dengan kewajibannya dalam membayar pajak.

Hal tersebut dapat menimbulkan suatu pertanyaan apakah sanksi perpajakan sudah tidak

layak lagi dipakai sebagai pemberi efek jera kepada wajib pajak, sehingga pengenaan sanksi

perpajakan harus dibenahi. Penelitian yang dilakukan Supadmi (2010) menyebutkan bahwa

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas

pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak.

Utami et. al. (2012) mengemukakan bahwa wajib pajak sadar dengan membayar pajak akan

menjadi salah satu sumber yang digunakan untuk membiayai pembangunan negara. Ketika

tingkat kesadaran dari wajib pajak meningkat, hal ini akan memberikan pengaruh dorongan
kepada wajib pajak untuk patuh dan membayar pajak. Arum (2012) menyimpulkan bahwa

kesadaran wajib pajak berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengetahuan adalah hasil kerja fikir (penalaran) yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan

menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara. Apabila wajib pajak telah mengetahui dan

memahami kewajibannya sebagai wajib pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya

adalah membayar pajak. Semakin tahu dan paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan,

maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila

dilalaikan kewajiban perpajakn mereka. Hal itu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat

akan menjalankan kewajibannya dengan baik (Hidayati, 2014).

Sanksi perpajakan di berikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan

patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam Undang-Undang dapat berupa sanksi

administrasi (denda dan bunga) dan sanksi pidana. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Rustiyaningsih, 2011). Sanksi perpajakan terjadi karena

terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dimana semakin besar

kesalahan yang dilakukan wajib pajak, maka semakin berat pula sanksi yang akan diberikan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan diatas, serta untuk

memperkuat teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.


1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak?

2. Bagaimana pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak?

3. Bagaimana pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak?

4. Bagaimana pengaruh Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari adanya pembahasan masalah yang terlalu luas sehingga membuat

penelitian kurang terfokus dan dapat menyimpang dari sasaran penelitian yang telah ditentukan,

maka penulis memfokuskan pada masalah mengenai “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membuat rumusan

masalah yang diharapkan dapat bermanfaat untuk mencari jawaban mengenai masalah tersebut

ialah “Bagaimana Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?”


1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Praktik

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada wajib

pajak perihal gambaran mengenai pengaruh perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Akademik

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada peneliti dimasa

yang akan datang terkait pengaruh perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak dan

perbandingan untuk penelitian yang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai