Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, UKURAN

PERUSAHAAN DAN SALES GROWTH TERHADAP


PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


Indonesia Tahun 2016 -2020)

Usulan Penelitian untuk Pra Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi

Disusun Oleh :
Elfan ReyhanPrakoso
40011421655025

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI


SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan salah satu yang menyangkut kemandirian ekonomi suatu bangsa
yang dapat diukur dari kemandirian pembiayaan pengeluaran pemerintah yang
tercermin dalam anggaran negara. Kemandirian anggaran negara juga dapat
mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia maka relatif cepat untuk melakukan
pemulihan perekonomian. Kemandirian keuangan tenaga kerja akan mengurangi
tekanan-tekanan terhadap segala yang berkaitan dengan pembangunan nasional
seperti arah, tujuan, maupun sasaran, sehingga tujuan kemerdekaan akan lebih cepat
tercapai. Suatu anggaran negara dapat dikatakan mandiri jika semua pengeluaran
berasal dari pemerintah itu sendiri.Salah satu kemampuan pemerintah untuk dapat
menghimpun masyarakat yaitu melalui suatu alat untuk mengukur suatu obyek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatau variabel perpajakan.

Peran pajak dalam perekonomian akan berkaitan secara langsung dengan


efisiensi ekonomi, karena sebagain besar pendapatan pajak digunakan pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, dan insfrastruktur
lain untuk mempercepat laju perekonomian negara. Melalui percepatan ini,
efeisiensi ekonomi diharapkan bisa terwujud.

Pajak juga merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang,
baik untuk orang pribadi maupun badan usaha yang sifatnya memaksa menurut
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Salah satu perwujudan kewajiban dan peran serta wajib pajak
untuk ikut secara langsung dan bersama-sama melaksanakan pembiayaan negara
dan pembangunan nasional adalah dengan cara melakukan pembayaran pajak.
Membayar pajak bukan hanya suatu kewajiban, tetapi merupakan hal dari setiap
warga negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta terhadap pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk merealisasikan hal
tersebut, negara harus menggali sumber dana dari dalam negri berupa pajak.
Dengan pemerataan pembangunan semua rakyat Indonesia dapat merasakan
manfaat dan fungsi pajak.

Kegiatan pemungutan pajak yang dilakukan, tidak selalu mendapat respon atau
tanggapan yang baik dari perusahaan. Perusahaan akan berupaya untuk dapat
membayar pajak seminimal mungkin hal ini dikarenakan pajak akan mengurangi
laba bersih, sedangkan pemerintah menginginkan pembayaran pajak semaksimal
mungkin dengan tujuan untuk pendanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Hal tersebut menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah
pembayaran pajak. Bagi pemerintah, pajak menjadi pendapatan terbesar, hal
tersebut menjadi alasan pemerintah untuk terus menggenjot dan mengoptimalkan
pendapatan dari pajak. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
mengoptimalkan pendapatan dari pajak tersebut. Namun, dalam upaya tersebut
terdapat kendala dalam pemungutannya salah satunya menghindari pembayaran
pajak. Terlepas dari kesadaran wajib pajak, sebagian wajib pajak melakukan
perlawanan terhadap pajak, dengan salah satu caranya yaitu praktik penghindaran
pajak.

Penghindaran pajak merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan


memperkecil jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada negara, dan dalam hal ini
tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh perusahaan atau bersifat legal.
Semakin kecil jumlah pajak yang dibayarkan, maka semakin besar laba yang
diperoleh perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan
pemerintah. Bagi wajib pajak (perusahaan), pajak merupakan biaya atau beban
yang akan mengurangi laba bersih. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan
yang besar maka pajak penghasilan yang dibayarkan ke kas negara juga besar. Oleh
sebab itu wajib pajak (perusahaan) berusaha untuk membayar pajak sekecil
mungkin. Di lain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak.
Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan timbulnya perlawanan pajak.
Menurut (Waluyo, 2010) perlawanan terhadap pajak dibedakan menjadi
perlawanan pasif dan aktif. Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit
pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi,
sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan secara langsung
ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan menghindari pajak.

Penghindaran pajak bisa dilakukan dengan cara penghindaran pajak (tax


avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion). Dalam buku-buku perpajakan
Indonesia, pengindaran pajak (tax avoidance) dianggap sebagai kegiatan legal
dalam usaha pengurangan pembayaran pajak, sedangkan penggelapan pajak (tax
evasion) dianggap illegal. Perbedaan keduanya terletak pada aspek legalitasnya,
dimana penghindaran pajak (tax avoidance) secara umum dianggap sebagai upaya
tax management yang legal karena lebih banyak memanfaatkan “loopholes” yang
ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (lawfull), sedangkan penggelapan
pajak (tax evasion) mengarah pada suatu tindak pidana di bidang perpajakam secara
illegal dan berada di luar kententuan perpajakan (unlawfull) (Santoso dan Rahayu
2013). Perusahaan akan lebih memilih melakukan usaha pengurangan pajak melalui
tax avoidance yang tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti
memanfaatkan pengecualian dan potongan yang dikenakan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam perpajakan yang berlaku (Dewinta dan Setiawan, 2016),
penghindaran pajak memiliki persoalan yang rumit dan unik karena di satu sisi
penghindaran pajak diperbolehkan, namun di sisi lain penghindaran pajak tidak
diinginkan.
Metode yang digunakan untuk menghindari pajak sangat bervariasi dan
biasanya digunakan untuk menutupi kebenaran demi menghindari pajak. Praktik
penghindaran pajak dapat dilakukan dengan beberapa modus antara lain : (i) modus
franchisor adalah dengan membuat laporan keuangan seolah- olah rugi (ii) modus
pembelian bahan baku dari perusahaan satu grup, pembelian bahan dilakukan
dengan harga mahal dari perusahaan satu grup yang berdiri di negara yang bertarif
pajak rendah (iii) modus berhutang atau menjual obligasi kepada afliasi perusahaan
induk dan membayar kembali cicilan dengan bunga sangat tinggi (iv) modus
menggeser biaya usaha ke negara bertarif pajak tinggi dan mengalihkan profit ke
negara yang bertarif pajak rendah (v) modus menarik deviden lebih besar dengan
menyamarkan biaya royalty dan jasa manajemen untuk menghindarkan pajak
korporasi (vi) modus terakhir dengan mengecilkan omset penjualan (Suryana :
2013).

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan


biasanya melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan bukanlah
tanpa sengaja (Budiman dan Setiono, 2012).

Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya yang dilakukan


dengan tujuan untuk meminimalisasi pembayaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan, namun masih sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku. Fenomena terjadinya penghindaran pajak di Indonesia dapat dilihat dari
rasio pajak (tax ratio) negara Indonesia. Apabila semakin besar rasio pajak suatu
negara, maka akan semakin baik pula kinerja pemungutan pajak negara tersebut.

Di Indonesia usaha-usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan penerimaan


sektor pajak ini dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan
pajak (Surat Direktur Jendral Pajak No. S14/PJ.7/2003, 2003). Namun demikian
usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor ini bukan tanpa kendala. Salah
satu kendala dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya tindakan
penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan perusahaan. Penghindaran
pajak (tax avoidance) bukan merupakan pelanggaran terhadap undang-undang
perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari,
meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang
dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak (Kurniasih dan Sari, 2013). Oleh
karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan
unik.

Beberapa penelitian terdahulu mencoba mengaitkan faktor kondisi keuangan


perusahaan terhadap penghindaran pajak, diantarnya memfokuskan pada tingkat
profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal
saham tertentu. Profitabilitas dengan penghindaran pajak akan memiliki hubungan
yang positif, apabila perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak maka harus
semakin efisien sehingga tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar (Subakti,
2013).

Profitabilitas adalah salah satu indikator kinerja dalam suatu perusahaan.


Profitabilitas pada suatu perusahaan menunjukkan kemampuan yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu pada tingkat
penjualan, aset dan modal saham tertentu. ROA atau return on assets adalah salah
satu rasio untuk mengukur profitabilitas (Dewinta dan Setiawan, 2016).

Selain profitabilitas kondisi keuangan lainnya yang diperkirakan yang


mempengaruhi penghindaran pajak adalah leverage. Leverage merupakan suatu
keadaan dimana munculnya tambahantambahan dalam pos biaya yang ada.
Kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai hutangnya dapat dilihat dari
leverage sebagai indikator atau petunjuk. Selain itu, leverage juga merupakan salah
satu rasio keuangan yang memperlihatkan hubungan di antara hutang perusahaan
terhadap modal, maupun aset perusahaan, sehingga kita dapat melihat kemampuan
perusahaan dalam membiayai hutangnya apakah dari pihak internal ataupun berasal
dari pihak eksternal (Kurniasih dan Sari, 2013). Apabila tingkat rasio leverage pada
suatu perusahaan cenderung tinggi, maka hal ini menandakan bahwa perusahaan
memiliki hutang yang tinggi pula. Artinya, perusahaan yang baik semestinya
memiliki modal lebih besar daripada hutang, dan bukan sebaliknya. (Hormati,
2009).
Selain profitabilitas dan leverage, sales growth juga dapat mempengaruhi
aktivitas penghindaran pajak. Sales Growth merupakan indikator yang digunakan
untuk mengetahui pertumbuhan tingkat penjualan yang terjdadi dari tahun ke tahun.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan memungkinkan perusahaan akan lebih mampu
meningkatkan kapasitas operasi perusahaan. Apabila pertumbuhannya semakin
menurun akan ada kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas operasi
perusahaan. NOL (Net Operating Loss) adalah kondisi rugi operasi perusahaan,
dalam kondisi ini perusahaan akan mendapatkan insentif pajak yakni tidak memiliki
kewajiban untuk membayar pajak (Budiman dan Setiyono, 2012).

Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu dilakukan penghindaran pajak
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala atau nilai di
mana perusahaan dapat dikelompokkan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log
size, nilai saham dan lain sebagainya. Untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tersebut dapat dilihat dari ketiga variabel tersebut. Apabila total aktiva yang
dimiliki besar, serta penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Apabila jumlah aktiva besar maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang
dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam
masyarakat (Hormati, 2009).

Kesimpulannya ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran


pengelompokkan perusahaan, apabila semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan laba dan
berdampak pada jumlah beban pajak yang dibayarkan sehingga cenderung
melakukan penghindaran pajak. Leverage merupakan indikator kemampuan
perusahaan dalam membayar hutangnya, semakin besar hutang perusahaan maka
semakin kecil beban pajak yang dibayarkan, sehingga kemungkinan melakukan
tindakan penghindaran pajak cenderung kecil. Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu, semakin
besar laba yang diperoleh maka perusahan cenderung melakukan penghindaran
pajak untuk memaksimalkan laba yang diperolehnya. Sales growth ialah indikator
peningkatan penjualan dari tahun ke tahun, apabila mengalami peningkatan maka
perusahaan juga harus membayar beban pajak yang besar sehingga memungkinkan
terjadinya penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan


penelitian ini. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal tersebut
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Leverage, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan dan Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2016 - 2020”.

1.2 Perumusan Masalah


Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah peneliti
melakukan penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) ?


2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
4. Apakah sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak


(tax avoidance)
2. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance)
3. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance)
4. Untuk mengetahui apakah sales growth berpengaruh terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance)

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada pihakpihak
yang terkait, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengedukasi, menambah wawasan baru


dan ilmu pengetahuan dalam pembahasan teori yang berkaitan dengan praktik
pengaruh leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan sales growth terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) di dalam suatu perusahaan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi


perusahaan dalam memecahkan masalah mengenai penghindaran pajak (tax
avoidance). Selain itu, penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi perusahaan
untuk mengetahui pengaruh leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan
sales growth terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) menurut (Anthony dan Govindarajan, 2011)
adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan atau kontrak antara principal dan
agent. Hubungan antara principal dan agent tersebut disebut hubungan agensi yang
terjadi ketika salah satu pihak dalam hal ini pemilik perusahaan sebagai principal
menyewa dan mendelegasikan wewenang kepada pihak lain yaitu manajer sebagai
agent untuk melaksanakan suatu jasa. Manajer perusahaan sebagai agent
melakukan tugas-tugas tertentu untuk principal, sedangkan principal yaitu pemilik
perusahaan atau pemegang saham mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan
kepada si agent.

Hubungan keagenan yang terjadi terkadang menimbulkan masalah antara


principal dan agent atau biasanya disebut konflik kepentingan. Masalah tersebut
muncul karena baik principal maupun agent berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan masing-masing. Pemegang saham selaku pemilik perusahaan yang
bertindak sebagai principal menginginkan pengembalian yang lebih besar dan
secepat-cepatnya atas investasi yang mereka investasikan sedangkan manajer
sebagai agent menginginkan imbalan yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam
menjalankan perusahaan baik berupa pemberian kompensasi atau insentif, kenaikan
jabatan atau yang lainnya.

Manajer sebagai agent akan mengetahui semua informasi yang berkaitan


dengan perusahaan karena manajer sebagai pengelola perusahaan mengetahui
kondisi perusahaan yang sesungguhnya sedangkan pemegang saham sebagai
principal hanya memiliki sedikit informasi terkait perusahaan dibandingkan dengan
manajer. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Adanya asimetri
informasi mengakibatkan manajer sebagai agent melakukan tindakan oppotunistik
(opportunistic behaviour) yaitu tindakan mementingkan kepentingan diri sendiri
(Rahmawati 2015 dalam Saifudin dan Yunanda, 2016).

Dalam agency theory diasumsikan bahwa semua individu akan bertindak dan
berbuat untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Manajer sebagai agent akan
bertindak mensejahterakan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan
opportunistik. Tindakan opportunistik ini dilakukan manajer dengan cara
memaksimalkan laba perusahaan agar mendapatkan imbalan yang sebesar-
besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya tindakan
opportunistik yang dilakukan manajer bisa mengarah pada praktek penghindaran
pajak.

2.1.2 Pajak
Definisi Pajak

Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian pajak, yaitu :

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (Resmi,
2019) :

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.”

Definisi pajak yang dikemukakan oleh S. I. Djajadiningrat (Resmi, 2019) :


“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.”
Definisi pajak yang dikemukakan Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani (Waluyo,
2013) :
“pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.”
Definisi pajak yang dikemukakan menurut Andriani (Mustaqiem, 2014) :
“pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Fungsi Pajak
Pajak memiliki 2 fungsi pajak Suandy, (2008), yaitu fungsi budgetair (sumber
keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur).
1. Fungsi Budgetair /Finansial
Budgetair merupakan salah satu fungsi pajak, singkatnya pajak merupakan salah
satu sumber dari pendapatan negara yang semaksimal mungkin diinvestasikan
ke dalam APBN untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Regularend (Pengaturan)
Regularend merupakan salah satu fungsi pajak, singkatnya pajak penting
digunakan sebagai alat untuk mengatur masyakarat dengan tujuan tertentu
dibidang ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu seperti :
1. Pemberian insentif pajak (contoh : tax holiday)
2. Pajak dikenakan atas eskpor barang barang tertentu untuk memenuhi
kebutuhan negara.
3. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas barang Mewah untuk
produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk
dalam Negeri.

Jenis Pajak
Jenis jenis pajak dibagi menjadi beberapa kolompok (Resmi, 2019), yaitu
pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.

1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung, artinya pajak yang hanya dapat ditanggung oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dialihkan maupun diberikan kepada individu atau pihak
tertentu. Pajak tersebut harus ditanggung oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan.
b. Pajak Tidak Langsung, artinya pajak yang akhirnya bisa dialihkan maupun
diberikan kepada individu lain atau pihak ketiga. Ketika ada aktivitas,
peristiwa atau perilaku yang menyebabkan pajak tidak langsung terutang,
seperti terjadi pengiriman barang atau jasa.
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif, pajak yang saat pemungutannya mempertimbangkan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau saat pengenaan pajak yang
mempertimbangkan keadaan subjeknya.
b. Pajak Objektif, pajak yang saat pemungutannya mempertimbangkan
berbagai jenis objeknya, baik berupa benda, kondisi, perilaku, atau
peristiwa yang menimbulkan kewajiban membayar pajak, terlepas dari
situasi keadaan dan tempat tinggal pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak).
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pemungutan pajak oleh pemerintah pusat
biasanya digunakan untuk mendanai rumah tangga negara pada umumnya.
b. Pajak Daerah, pemungutan pajak oleh pemerintah daerah, baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota),
dan digunakan untuk mendanai rumah tangga di setiap daerah. Pajak
Daerah ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak (Mardiasmo, 2009) dibagi menjadi 3 macam yaitu:


1. Official Assesment System

Sistem ini melakukan pemungutan pajak dengan besaran pajak yang harus
dibayar/dilunasi atau pajak yang terutang oleh Wajib Pajak ditentukan oleh
fiskus atau otoritas pajak sebagai pemungut pajak (Wajib pajak bersifat final).

2. Self Assesment System

Sistem ini melakukan pemungutan pajak, dimana fiskus atau otoritas pajak
memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung jumlah pajak
Wajib Pajak, dan sistem tersebut mengharuskan wajib pajak untuk berpartisipasi
secara aktif dalam penghitungan, penyetoran dan pelaporan ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) dan fiskus atau otoritas pajak hanya bertanggung jawab untuk
memberikan informasi dan pengawasan.

3. With Holding System

Sisitem ini melakukan pemungutan pajak, dimana pihak ketiga yang bukan
Wajib Pajak dan juga bukan fiskus/otoritas pajak yang menghitung jumlah pajak
terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


Menurut Erly dalam (Jasmine, 2017) Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan – ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti
pengecualian dan pemotongan – pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat
hal – hal yang belum diatur dan kelemahan – kelemahan yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku.

Tujuan penghindaran pajak ialah untuk merekayasa usaha wajib pajak agar
beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan celah – celah
peraturan perpajakan yang ada untuk memaksimalkan jumlah laba setelah pajak,
karena dalam hal ini pajak merupakan unsur pengurangan laba.

Oleh karena itu, penghindaran pajak bukan merupakan pelanggaran atas


perundang – undangan perpajakan atau secara etik dianggap salah dalam rangka
usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan, atau
meringankan beban pajak yang dimungkinkan oleh undang – undang pajak.

Menurut (Wijayani, 2016) Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) merupakan


usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar
perusahaan dengan tidak melanggar undang – undang yang ada.

Menurut (Sinambela, 2019) Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) merupakan


upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan
yang dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajaknya
dengan mencari kelemahan peraturan.

Menurut komite fiskal dari Organization for Economic Coorperation and


Development (OECD) terdapat tiga karakteristik dalam penghindaran pajak yaitu :

1. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah – olah terdapat


didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.
2. Memanfaatkan loopholes dari undang – undang atau menerapkan ketentuan –
ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya
dimaksudkan oleh pembuat undang – undang.
3. Para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak
dengan syarat wajib pajak, penghindaran pajak dapat dilakuka dengan berbagai
cara sebagai berikut :
a. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven
country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).
b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang
paling rendah (formal tax planning).
c. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization,
treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance
Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti
Avoidance Rule).
2.1.4 Leverage
Menurut (Cahyono, Andini, Raharjo, 2016) leverage menggambarkan proporsi
total hutang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki perusahaan dengan tujuan
untuk mengetahui keputusan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Leverage dihitung dengan total hutang dibagi dengan total equity.

(Ngadiman & Puspitasari, 2014) mengatakan bahwa leverage adalah rasio


yang mengukur kemampuan hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek
untuk membiayai aktiva perusahaan. Leverage menjadi sumber pendanaan
perusahaan secara eksternal dari hutang, hutang yang dimaksud hutang jangka
panjang. Dimana beban bunga secara jangka panjang akan mengurangi beban pajak
yang ada.

Leverage pada perusahaan ada dua macam, yang pertama operating leverage
yaitu timbul apabila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya operasi
tetap, dan akan berdampak pada perubahan tingkat penjualan terhadap laba yang
semakin besar. Kedua financial leverage yaitu timbul apabila perusahaan dalam
membelanjai kegiatan operasi dan investasi menggunakan dana dengan biaya tetap
(hutang) (Sudana, 2015).

Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi menunjukkan perusahaan


tersebut banyak bergantung pada hutang dalam membiayai aset perusahaan. Hutang
tersebut akan menyebabkan adanya beban bunga atas pinjaman yang dapat
mengurangi penghasilan kena pajak. Sehingga perusahaan dapat melakukan
penghindaran pajak karena pengasilan kena pajak dapat berkurang dengan adanya
beban bunga tersebut.

Perusahaan yang menggunakan hutang akan menimbulkan adanya bunga yang


harus dibayar. Pada peraturan perpajakan, yaitu pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 UU
nomor 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak. Beban bunga
yang bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi
berkurang. Laba kena pajak yang berkurang pada akhirnya akan mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar perusahaan.

Penggunaan rasio leverage bagi perusahaan bertujuan untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya yang bersifat tetap (Kasmir,
2015), bukan hanya itu saja Kasmir juga menyebutkan beberapa tujuan penggunaan
rasio leverage dalam perusahaan antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak kreditur.


2. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang akan segera ditagih.
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dan
modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

Manfaat yang sering didapatkan perusahaan dalam penggunaan rasio leverage


yaitu rasio ini dapat menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lain, rasio ini juga bermanfaat untuk menganalisis seberapa
besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Manfaat lainnya
juga disebutkan sebagai berikut menurut (Kasmir, 2015) :

1. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang


bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
2. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva, khususnya aktiva tetap
dan modal.
3. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
4. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang akan segera ditagih.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

2.1.5 Profitabilitas
Pada umumnya tujuan sebuah peusahaan yakni memperoleh laba atau
keuntungan, oleh karena itu profitabilitas di dalam sebuah perusahaan itu penting.
Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Seringkali rasio profitabilitas digunakan dalam pengambilan keputusan suatu
manajemen operasi maupun investor dan kreditor. Bagi investor laba merupakan
satu – satunya tolak ukur perubahan nilai efek suatu perusahaan. Bagi kreditor laba
merupakan pengukuran arus kas operasi yang nantinya dapat digunakan sebagai
sumberpembayaran bunga dan pokok pinjaman (Wijayani, 2016).

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan.


Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan
modal saham tertentu.

Profitabilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan


memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar benar akan diterima dalam bentuk deviden (Sartono, 2015).

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan


dalam memperoleh laba, bukan hanya itu rasio ini juga dapat digunakan sebagai
alat untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam hal perolehan laba
melalui penjualan dan pendapatan investasi dalam sebuah perusahaan. Semakin
tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi laba yang diperoleh, rasio
profitabilitas tinggi menunjukan perusahaan yang baik pula, sehingga rasio ini
dapat memberikan informasi kepada pihak luar mengenai kemampuan
perusahaanya. Namun bukan hanya sebagai pemberi informasi mengenai
kemampuan suatu perusahaan, tujuan dari rasio profitabilitas juga disebutkan oleh
Kasmir, (2013) sebagai berikut:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Tujuan selanjutnya.

Sementara itu, manfaat rasio profitabilitas bagi perusahaan atau pihak luar dari
perusahaan menurut Kasmir (2013) yaitu:

1. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.


2. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
3. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan laba sendiri.
4. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.

2.1.6 Ukuran Perusahaan


Machfoedz (Suwito dan Herawati, 2005) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi
perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset
perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan.
Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium
firm, dan small firm. (Hormati, 2009) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai
skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori
besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar
total aset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.

(Dyreng et. al., 2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan mungkin berperan dalam manajemen pajak, dan menemukan bahwa
perusahaan yang lebih kecil, dengan pertumbuhan tinggi memiliki tarif pajak yang
lebih tinggi. (Wilson, 2007) dalam penelitiannya mengenai aktivitas
penyembunyian pajak (tax shelter) perusahaan, menemukan bahwa
penyembunyian pajak berasosiasi positif dengan ukuran perusahaan. Sedangkan
(Dassen 1995 dalam Puspita dan Harto, 2014) menemukan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan, kualitas audit secara teknis makin rendah, karena kemampuan
deteksi semakin rendah. Hal ini tentu meningkatkan potensi penghindaran pajak
oleh perusahaan.

Menurut (Rego 2003 dalam Dewi dan Jati, 2014) semakin besar ukuran
perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal
itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk
melakukan tindakan penghindaran pajak dari setiap transaksi. Variabel size diukur
dengan menggunakan Natural logarithm total asset yang dimiliki perusahaan
(Guire et. al., 2011).

Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan lebih


mempertimbangkan risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih
besar dibandingkan perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk melakukan
pengelolaan pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan
agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal
untuk menekan beban pajak perusahaan. Perusahaan berskala kecil tidak dapat
optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam
perpajakan (Nicodeme 2007 dalam Dharma dan Ardiana, 2016). Banyaknya
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berskala besar maka akan semakin
besar biaya pajak yang dapat dikelola oleh perusahaan.

2.1.7 Sales Growth


Menurut (Budiman dan Setiyono, 2012), pertumbuhan penjualan (sales
growth) menunjukkan perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Oleh
karenanya perkembangan tersebut bisa meningkat atau menurun. Pertumbuhan
yang meningkat memungkinkan perusahaan akan lebih dapat meningkatkan
kapasitas operasi perusahaan. Sebaliknya bila pertumbuhannya menurun
perusahaan akan menemui kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas
operasinya
Sales growth (pertumbuhan penjualan) adalah perubahan penjuala pada
laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan prospek perusahaan dan
profitabilitas di masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan dapat diukur
dengan membandingkan penjualan tahun sekarang dikurangi penjualan tahun
sebelumnya dengan penjualan tahun sebelumnya. Apabila pertumbuhan penjualan
perusahaan meningkat maka profitabilitas pun akan meningkat dan kinerja
perusahaan semakin baik, karena dengan semakin meningkatnya profitabilitas
perusahaan, semakin meningkat pula laba suatu perusahaan yang dapat mendorong
peningkatan pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun.

Perusahaan dapat mengoptimalkan dengan baik sumber daya yang ada dengan
melihat penjualan dari tahun sebelumnya. Pengukuran pertumbuhan penjualan
dapat menggambarkan baik atau buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu
perusahaan. Perusahaan dapat memprediksi seberapa besar laba yang akan
diperoleh dengan melihat besarnya pertumbuhan penjualan. (Dewinta dan
Setiawan, 2016) mengatakan bahwa peningkatan pertumbuhan penjualan
cenderung akan membuat perusahaan mendapatkan laba yang besar, maka dari itu
perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance.

2.2 Penelitian Terdahulu


Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan terkait
dengan pengaruh leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan sales growth
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Untuk selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti dan Sampel dan Periode Variabel yang Hasil Penelitian
Tahun Penelitian digunakan
1. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Penelitian ini
manufaktur yang Tax Avoidance mendapatkan
terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : hasil bahwa
Joshua Serafim, Indonesia selama Profitabilitas, profitabilitas,
Arwina tahun 2017-2019. Likuiditas, Intensitas intensitas modal,
Karmudiandri Modal, Leverage, leverage, dan
Tahun : 2021 Ukuran Perusahaan, komite audit
Komite Audit, dan berpengaruh
Pertumbuhan Penjualan terhadap
penghindaran
pajak. Sedangkan,
likuiditas, ukuran
perusahaan, dan
pertumbuhan
penjualan tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
2. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Hasil
Wastam Wahyu manufaktur yang Tax Avoidance penelitian
Hidayat tercatat di Bursa Efek Variabel Independen : menunjukkan
Tahun : 2018 Indonesia (BEI) pada Profitabilitas, Leverage bahwa
tahun 2011 sampai dan Pertumbuhan profitabilitas dan
dengan 2014 penjualan pertumbuhan
penjualan
memiliki
pengaruh negatif
dan
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak (p value
<0,05),
sedangkan
leverage tidak
didukung dengan
baik. Secara
keseluruhan,
kemampuan
model untuk
menjelaskan
penghindaran
pajak adalah
27,40%. Diskusi
dan keterbatasan
dibahas dalam
artikel.
3. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Dari penelitian ini
Kevin Honggo, manufaktur yang Tax Avoidance hasil menunjukan
Aan Marlinah terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : bahwa ukuran
Tahun : 2019 Indonesia selama Ukuran Perusahaan, perusahaan, dan
periode 2014 sampai Umur Perusahaan, sales growth
2016. Dewan Komisaris memiliki
Independen, Komite pengaruh
Audit, Sales Growth, terhadap
dan Leverage penghindaran
pajak. Sedangkan
umur perusahaan,
dewan komisaris
independen,
komite audit, dan
leverage tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
4. Peneliti : perusahaan Variabel Dependen : Hasil penelitian
Shanti manufaktur yang Tax Avoidance menunjukkan
Dwigunawati terdapat di BEI pada Variabel Independen : bahwa
Indah tahun 2013-2017 Profitabilitas, Leverage, profitabilitas dan
Tahun : 2020 Corporate Social leverage
Responsibility dan berpengaruh
Kepemilikan signifikan
Institusional terhadap tax
avoidance,
sedangkan
corporate
social
responsibility dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
avoidance.
5. Peneliti : Perusahaan sektor Variabel Dependen : Hasil pengujian
Nanda Eka manufaktur yang Tax Avoidance yang diperoleh
Murwaningtyas terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : dari penelitian ini,
Tahun : 2019 Indonesia periode tanggung jawab secara simultan
2016-2017 sosial perusahaan, menunjukkan
profitabilitas, umur bahwa tanggung
perusahaan, dan jawab sosial
kompensasi rugi fiskal.
perusahaan,
profitabilitas,
umur perusahaan,
dan kompensasi
rugi fiskal
berpengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak. Secara
parsial, tanggung
jawab sosial
perusahaan, umur
perusahaan,
kompensasi rugi
fiskal memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak, dan
profitabilitas tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak.

6. Peneliti : perusahaan properti Variabel Dependen : Hasil dari


Muhammad dan real estate yang Tax Avoidance penelitian yang
Adnan Ashari, terdaftar di BEI Variabel Independen : diperoleh :
Panubut tahun 2016-2018 Pertumbuhan (1) tidak
Simorangkir Penjualan, Kepemilikan terdapat pengaruh
dan Masripah Institusional dan signifikan antara
Tahun : 2020 Kepemilikan pertumbuhan
Manajerial penjualan
terhadap tax
avoidance, hal ini
menjelaskan
bahwa besaran
pajak tidak dapat
didasarkan atas
tingkat
pertumbuhan
penjualan,
melainkan laba
bersih,
(2) tidak
terdapat pengaruh
signifikan antara
kepemilikan
institusional
terhadap tax
avoidance, tingkat
kepemilikan
institusional tidak
dapat menjamin
suatu pihak
institusi
dapat
memberikan
kendali terhadap
perusahaan untuk
melakukan tax
avoidance,
(3) terdapat
pengaruh positif
dan signifikan
antara
kepemilikan
manajerial
terhadap
tax avoidance,
hasil ini dapat
memperjelas
bahwa pihak
manajemen
memiliki peranan
penting dalam
mengelola
laba perusahaan
sehingga memicu
praktik tax
avoidance.
7. Peneliti : Perusahaan Jasa Variabel Dependen : Berdasarkan hasil
Friska Atika Subsektor Bank yang Tax Avoidance penelitian yang
Saputri Terdaftar di Bursa Variabel Independen : dilakukan dapat
Tahun : 2018 Efek Indonesia Profitabilitas, Leverage, disimpulkan
Tahun 2012-2016 Intensitas Modal dan bahwa
Proporsi Dewan profitabilitas
Komisaris Independen berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance.
Leverage tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
Intensitas modal
tidak berpengaruh
terhadap tax
avoidance. Serta
proporsi dewan
komisaris
independen
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance
8. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Hasil dari
Yohan Yohan, manufaktur yang Tax Avoidance penelitian ini
Arya Pradipta terdaftar di bursa Efek Variabel Independen : menunjukkan
Tahun : 2019 Indonesia selama Roa, Leverage, Komite bahwa return on
periode 2013 sampai Audit, Size, Sales asset memiliki
2015. Growth pengaruh
terhadap
penghindaran
pajak. Sedangkan
leverage,
komite audit, size,
dan sales growth
tidak memiliki
pengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
9. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Berdasarkan dari
Edeline Manufaktur Yang Tax Avoidance data yang sudah
Tahun : 2018 Terdaftar Di Bursa Variabel Independen : diolah dan
Efek Indonesia Ukuran Perusahaan, pengujian analisis
Periode 2010-2013 Metode Akuntansi, Dan data
Struktur Kepemilikan yang sudah
dilakukan, maka
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak, Metode
Akuntansi
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak, dan
Struktur
Kepemilikan tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

VARIABEL DEPENDEN VARIABEL INDEPENDEN

Leverage
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) Profitabilitas

Ukuran Perusahaan

Sales Growth

Tabel 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut (Kurniasih dan Sari 2013 dalam Jasmine, 2017) menyatakan bahwa
laverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya
pos biaya tambahan berupa bunga atau interest dan pengurangan beban pajak
penghasilan wajib pajak badan.

Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan


opsional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan meninmbulkan beban
tetap yang disebut dengan bunga. Bunga bunga yang di tanggung perusahaan dapat
dimanfaatkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak penghasilan untuk
menekan beban pajaknya. Dengan begitu bahwa semakin tinggi nilai dari rasio
laverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang
digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin besar utang maka laba kena pajak
akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar.

Berdasarkan rumusan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

H1 : Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam


mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2015).

Peningkatan profitabilitas perusahaan mengikuti peningkatan laba


perusahaan, Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pihak manajemen
melakukan tindakan efisiensi. Tindakan efisiensi laba ini dapat mengarah manajer
untuk melakukan teknik penghindaran pajak (Tax Avoidance), karena pada
dasarnya apabila laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tinggi, maka beban
pajak yang harus dibayarkan juga tinggi.

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Avoidance

2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax


Avoidance)
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menentukan besar kecilnya
perusahaan dapat dilihat dari nilai ekuitas, nilai penjualan, jumlah karyawan dan
nilai total aktiva. Perusahaan yang dikelompokkan kedalam ukuran besar (memiliki
aset yang besar) akan cenderung lebih mampu dan lebih stabil untuk menghasilkan
laba jika dibandingkan dengan perusahaan dengan total aset yang kecil. Laba yang
besar dan stabil akan cenderung mendorong perusahaan untuk mlakukan praktik
penghindaran pajak karena laba yang besar akan menyebabkan beban pajak yang
besar pula. Perusahaan berskala kecil tidak dapat mengelola beban pajaknya secara
optimal karena ahli dalam bidang perpajakan yang minim.

Perusahaan besar cenderung memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya


daripada menggunakan pembiayaan yang berasal dari utang. Perusahaan besar akan
menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan menimbulkan kecenderungan bagi para
manajer perusahaan untuk berlaku agresif dan patuh. Semakin besar ukuran
perusahaan maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal
mengelola beban pajaknya. Dalam hal upaya menekan beban pajak seminimal
mungkin, perusahaan dapat mengelola total aset perusahaan untuk mengurangi
penghasilan kena pajak yaitu dengan memanfaatkan beban penyusutan dan
amortisasi yang timbul dari pengeluaran untuk memperoleh aset tersebut karena
beban penyusutan dan amortisasi dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak perusahaan.

Berdasarkan rumusan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance

2.4.4 Pengaruh Sales Growth terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasila investasi


periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang
akan datang. Dengan menggunakan pengukuran pertumbuhan penjualan
perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan
besarnya pertumbuhan penjualan (Deitiana, 2011). Semakin besar volume
penjualan suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan
perusahaaan tersebut semakin meningkat. Apabila pertumbuhan penjualan
meningkat, laba yang dihasilkan perusahaan diasumsikan mengalami peningkatan.
Laba perusahaan yang mengalami kenaikan berarti pajak yang harus dibayarkan
oleh perusahaan akan semakin besar sehingga perusahaan akan cenderung untuk
melakukan tindakan penghindaran pajak.

H4 : Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan sales growth terhadap variabel dependen,
yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Populasi penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016 sampai
tahun 2020.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis
deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis deskriptif merupakan
metode analisis yang digunakan untuk menguji variabel mandiri dalam suatu
penelitian (Sugiyono, 2016).

Metode pendekatan kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada


filsafat positivesme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2016).Sedangkan data yang diambil berupa data sekunder yang
mengacu pada informasi yang telah ada.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
Menurut Nur Indriantoro (2016) data penelitian pada dasarnya dapat
dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu, data subyek, data fisik, data dokumenter.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
dokumenter (documentary data).

Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur,
jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program
Nur Indriantoro (2016). Data yang diambil dalam penelitian ini berupa laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2016 sampai 2020.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah database laporan
keuangan dan laporan tahunan (annual report) pada perusahaan manufaktur yang
diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id. Sumber
penunjang lainnya diperoleh dari jurnal.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan
data dengan melakukan telaah pustaka, mengkaji berbagai sumber seperti buku,
jurnal dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan


melihat, menggunakan dan mempelajari data-data sekunder yang diperoleh dari
situs website www.idx.co.id. yaitu laporan tahunan yang terpilih sebagai sampel
penelitian.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Data-data yang digunakan meliputi laporan keuangan
periode 2016 - 2020, gambaran umum perusahaan dan data lain yang dibutuhkan
dalam penelitian. Variabel independen terdiri dari leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, dan sales growth terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran
pajak. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


Tax Avoidance merupakan usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah
berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak,
yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini di hitung menggunakan Cash
Effective Tax Rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya
pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. CETR diharapkan mampu
mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan
menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer. Semakin besar nilai
CETR maka semakin kecil tindakan tax avoidance perusahaan, dan sebaliknya
semakin kecil nilai CETR maka semakin besar tindakan tax avoidance
perusahaan.

2. Leverage
Leverage menurut (Cahyono, Rita, Kharis, 2016) menggambarkan proporsi
total hutang perusahaan terhadap total asset yang dimiliki perusahaan dengan
tujuan untuk mengetahui keputusan pendadaan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi menunjukkan
perusahaan tersebut banyak bergantung pada hutang dalam membiayai aset
perusahaan. Hutang tersebut akan menyebabkan adanya beban bunga atas
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Variabel leverage di
ukur dengan Total Debt to Equity dengan rumus sebagai berikut :

3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan (laba), baik dalam hubungan dengan penjualan, aset
dan modal saham tertentu (Husnan, 2010). Rasio profitabilitas dalam penelitian
ini diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir
periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Prakosa, 2014).
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai ekuitas, nilai penjualan maupun nilai aset. Dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan adalah total aset
karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln total asset. Penggunaan natural
log (Ln) dalam penelitian ini dimaksud untuk mengurangi fluktuasi data yang
berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Waluyo,
dkk 2015). Karena, ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih
dibandingkan proksi-proksi yang lainnya dan cenderung berkesinambungan
antar periode. Semakin besar asset yang dimiliki maka semakin besar
perusahaan tersebut :

5. Sales Growth

Pertumbuhan penjualan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur


pertumbuhan penjualan dari periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan
penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat
dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Menurut
Brigham dan Houston dalam (Wastam, 2018) menyatakan bahwa perusahaan
dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannhya tidak stabil. Pertumbuhan Penjualan
menunjukkan bahwa semakin besar penjualan maka semakin besar laba yang
akan diperoleh perusahaan sehingga laba yang dibebankan oleh perusahaan akan
semakin besar. Pertumbuhan penjualan dapat dicari dengan membandingkan
penjualan periode sekarang di kurangi dengan penjualan periode sebelumnya
dibagi dengan penjualan periode sekarang atau secara matematis dapat
dirumuskan :

3.5 Teknik Analisis


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang diolah menggunakan
SPSS.

3.5.1 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
deskripsi atas variabel-variabel, baik variabel independen maupun variabel
dependen. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan dalam
deskripsi antara lain berupa frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, modus),
disperse (deviasi standar dan varian) dan koefisien korelasi antar variable penelitian
(Indriantoro & Supomo,2016).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik


Suatu model regresi yang baik adalah model regresi yang memenuhi asumsi
klasik yaitu asumsi normalitas, multikolinieritas autokorelasi, dan
heteroskedastisitas. Oleh karena itu diperlukan pengujian normalitas,
multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas sebelum dilakukan uji
hipotesis. Berikut penjelasan uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam
penelitian ini (Ghozali, 2018)

a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji ini
diperlukan karena nilai residual akan mengikuti distribusi normal. Sehingga jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. uji statistik dilakukan dengan cara kolmogorov
smirnov yaitu subjek dengan taraf signifikan (α) 0,05 apabila nilai p>α maka
terdistribusi normal dan apabila nilai p<α maka terdistribusi tidak normal.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2018)
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi yaitu dengan melihat nilai R2
yang menunjukkan nilai yang tinggi, tetapi secara individual banyak variabel
independen yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Dapat juga dilihat dari matrik korelasi variabel-variabel independen dan
juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inlation factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolonieritas mempunyai nilai VIF < 10 dan mempunyai
angka tolerance >0,1 (Ghozali, 2018).
c. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilihat dari pola yang teratur pada grafik scatterplot serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2018)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji
Durbin Watson (Ghozali, 2018).Durbin Waston dengan nilai DW 2.061 lebih
besar dari batas atas (du) 1.76 dan kurang dari 4 – 1.76 (4 – du), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya bahwa tidak ada autokorelasi.

Tabel 3.1

3.5.3 Pengujian Hipotesis


Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis regresi. Hasil dari analisi
regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen
Koefisien fungsi regresi sampel dalam menafsir nilai actual dapat diukur dari
Goodness Of Fit nya. Secara Statistik, setidaknya ini dapat diukur dari
koefisiendeterminasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik
disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali,2013).
a. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variable penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
dependen dapat diketahui dari besarnya signifikansi. Apabila nilai lebih kecil
dari signifikansi0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji Signifikan Simultan (UjiF)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama- sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel
ANOVA. Jika nilai sig ≤ a = 0.05 maka terdapat satu atau lebih variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependen yang berarti hipotesis yang
dirumuskanditerima (Ghozali,2013).
c. Uji Koefisien Determintasi (R2)
Dalam penelitian ini koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
presentase perubahan variabel tidak bebas (dependen) yang disebabkan oleh
variabel bebas (independen). Koefisien determinasi (R2) mengukur sejauh
manavariabel bebas (independen). Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur sejauh
manakemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen member hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen (Ghozali,2013).
Nilai R2 digunakan dalam model penelitian yang secara khusus meneliti
permasalahan dalam lingkup tertentu. Sedangkan nilai Adjusted R2
digunakan untuk model penelitian yang hasil penelitiannya digunakan untuk
menjelaskan fenomena pada lingkup yang lebih umum karena nilai Adjusted
R2 lebih stabil bahkan jika dalam model ditambah variabel lain nilainya akan
tetap. Sehingga penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2..

Anda mungkin juga menyukai