Disusun Oleh :
Elfan ReyhanPrakoso
40011421655025
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PENDAHULUAN
Pajak juga merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang,
baik untuk orang pribadi maupun badan usaha yang sifatnya memaksa menurut
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Salah satu perwujudan kewajiban dan peran serta wajib pajak
untuk ikut secara langsung dan bersama-sama melaksanakan pembiayaan negara
dan pembangunan nasional adalah dengan cara melakukan pembayaran pajak.
Membayar pajak bukan hanya suatu kewajiban, tetapi merupakan hal dari setiap
warga negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta terhadap pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk merealisasikan hal
tersebut, negara harus menggali sumber dana dari dalam negri berupa pajak.
Dengan pemerataan pembangunan semua rakyat Indonesia dapat merasakan
manfaat dan fungsi pajak.
Kegiatan pemungutan pajak yang dilakukan, tidak selalu mendapat respon atau
tanggapan yang baik dari perusahaan. Perusahaan akan berupaya untuk dapat
membayar pajak seminimal mungkin hal ini dikarenakan pajak akan mengurangi
laba bersih, sedangkan pemerintah menginginkan pembayaran pajak semaksimal
mungkin dengan tujuan untuk pendanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Hal tersebut menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah
pembayaran pajak. Bagi pemerintah, pajak menjadi pendapatan terbesar, hal
tersebut menjadi alasan pemerintah untuk terus menggenjot dan mengoptimalkan
pendapatan dari pajak. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
mengoptimalkan pendapatan dari pajak tersebut. Namun, dalam upaya tersebut
terdapat kendala dalam pemungutannya salah satunya menghindari pembayaran
pajak. Terlepas dari kesadaran wajib pajak, sebagian wajib pajak melakukan
perlawanan terhadap pajak, dengan salah satu caranya yaitu praktik penghindaran
pajak.
Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu dilakukan penghindaran pajak
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala atau nilai di
mana perusahaan dapat dikelompokkan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log
size, nilai saham dan lain sebagainya. Untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tersebut dapat dilihat dari ketiga variabel tersebut. Apabila total aktiva yang
dimiliki besar, serta penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Apabila jumlah aktiva besar maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang
dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam
masyarakat (Hormati, 2009).
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam agency theory diasumsikan bahwa semua individu akan bertindak dan
berbuat untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Manajer sebagai agent akan
bertindak mensejahterakan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan
opportunistik. Tindakan opportunistik ini dilakukan manajer dengan cara
memaksimalkan laba perusahaan agar mendapatkan imbalan yang sebesar-
besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya tindakan
opportunistik yang dilakukan manajer bisa mengarah pada praktek penghindaran
pajak.
2.1.2 Pajak
Definisi Pajak
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (Resmi,
2019) :
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.”
Jenis Pajak
Jenis jenis pajak dibagi menjadi beberapa kolompok (Resmi, 2019), yaitu
pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung, artinya pajak yang hanya dapat ditanggung oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dialihkan maupun diberikan kepada individu atau pihak
tertentu. Pajak tersebut harus ditanggung oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan.
b. Pajak Tidak Langsung, artinya pajak yang akhirnya bisa dialihkan maupun
diberikan kepada individu lain atau pihak ketiga. Ketika ada aktivitas,
peristiwa atau perilaku yang menyebabkan pajak tidak langsung terutang,
seperti terjadi pengiriman barang atau jasa.
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif, pajak yang saat pemungutannya mempertimbangkan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau saat pengenaan pajak yang
mempertimbangkan keadaan subjeknya.
b. Pajak Objektif, pajak yang saat pemungutannya mempertimbangkan
berbagai jenis objeknya, baik berupa benda, kondisi, perilaku, atau
peristiwa yang menimbulkan kewajiban membayar pajak, terlepas dari
situasi keadaan dan tempat tinggal pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak).
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pemungutan pajak oleh pemerintah pusat
biasanya digunakan untuk mendanai rumah tangga negara pada umumnya.
b. Pajak Daerah, pemungutan pajak oleh pemerintah daerah, baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota),
dan digunakan untuk mendanai rumah tangga di setiap daerah. Pajak
Daerah ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Sistem ini melakukan pemungutan pajak dengan besaran pajak yang harus
dibayar/dilunasi atau pajak yang terutang oleh Wajib Pajak ditentukan oleh
fiskus atau otoritas pajak sebagai pemungut pajak (Wajib pajak bersifat final).
Sistem ini melakukan pemungutan pajak, dimana fiskus atau otoritas pajak
memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung jumlah pajak
Wajib Pajak, dan sistem tersebut mengharuskan wajib pajak untuk berpartisipasi
secara aktif dalam penghitungan, penyetoran dan pelaporan ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) dan fiskus atau otoritas pajak hanya bertanggung jawab untuk
memberikan informasi dan pengawasan.
Sisitem ini melakukan pemungutan pajak, dimana pihak ketiga yang bukan
Wajib Pajak dan juga bukan fiskus/otoritas pajak yang menghitung jumlah pajak
terutang oleh Wajib Pajak.
Tujuan penghindaran pajak ialah untuk merekayasa usaha wajib pajak agar
beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan celah – celah
peraturan perpajakan yang ada untuk memaksimalkan jumlah laba setelah pajak,
karena dalam hal ini pajak merupakan unsur pengurangan laba.
Leverage pada perusahaan ada dua macam, yang pertama operating leverage
yaitu timbul apabila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya operasi
tetap, dan akan berdampak pada perubahan tingkat penjualan terhadap laba yang
semakin besar. Kedua financial leverage yaitu timbul apabila perusahaan dalam
membelanjai kegiatan operasi dan investasi menggunakan dana dengan biaya tetap
(hutang) (Sudana, 2015).
2.1.5 Profitabilitas
Pada umumnya tujuan sebuah peusahaan yakni memperoleh laba atau
keuntungan, oleh karena itu profitabilitas di dalam sebuah perusahaan itu penting.
Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Seringkali rasio profitabilitas digunakan dalam pengambilan keputusan suatu
manajemen operasi maupun investor dan kreditor. Bagi investor laba merupakan
satu – satunya tolak ukur perubahan nilai efek suatu perusahaan. Bagi kreditor laba
merupakan pengukuran arus kas operasi yang nantinya dapat digunakan sebagai
sumberpembayaran bunga dan pokok pinjaman (Wijayani, 2016).
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Tujuan selanjutnya.
Sementara itu, manfaat rasio profitabilitas bagi perusahaan atau pihak luar dari
perusahaan menurut Kasmir (2013) yaitu:
(Dyreng et. al., 2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan mungkin berperan dalam manajemen pajak, dan menemukan bahwa
perusahaan yang lebih kecil, dengan pertumbuhan tinggi memiliki tarif pajak yang
lebih tinggi. (Wilson, 2007) dalam penelitiannya mengenai aktivitas
penyembunyian pajak (tax shelter) perusahaan, menemukan bahwa
penyembunyian pajak berasosiasi positif dengan ukuran perusahaan. Sedangkan
(Dassen 1995 dalam Puspita dan Harto, 2014) menemukan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan, kualitas audit secara teknis makin rendah, karena kemampuan
deteksi semakin rendah. Hal ini tentu meningkatkan potensi penghindaran pajak
oleh perusahaan.
Menurut (Rego 2003 dalam Dewi dan Jati, 2014) semakin besar ukuran
perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal
itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk
melakukan tindakan penghindaran pajak dari setiap transaksi. Variabel size diukur
dengan menggunakan Natural logarithm total asset yang dimiliki perusahaan
(Guire et. al., 2011).
Perusahaan dapat mengoptimalkan dengan baik sumber daya yang ada dengan
melihat penjualan dari tahun sebelumnya. Pengukuran pertumbuhan penjualan
dapat menggambarkan baik atau buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu
perusahaan. Perusahaan dapat memprediksi seberapa besar laba yang akan
diperoleh dengan melihat besarnya pertumbuhan penjualan. (Dewinta dan
Setiawan, 2016) mengatakan bahwa peningkatan pertumbuhan penjualan
cenderung akan membuat perusahaan mendapatkan laba yang besar, maka dari itu
perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance.
Tabel 2.1
No. Peneliti dan Sampel dan Periode Variabel yang Hasil Penelitian
Tahun Penelitian digunakan
1. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Penelitian ini
manufaktur yang Tax Avoidance mendapatkan
terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : hasil bahwa
Joshua Serafim, Indonesia selama Profitabilitas, profitabilitas,
Arwina tahun 2017-2019. Likuiditas, Intensitas intensitas modal,
Karmudiandri Modal, Leverage, leverage, dan
Tahun : 2021 Ukuran Perusahaan, komite audit
Komite Audit, dan berpengaruh
Pertumbuhan Penjualan terhadap
penghindaran
pajak. Sedangkan,
likuiditas, ukuran
perusahaan, dan
pertumbuhan
penjualan tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
2. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Hasil
Wastam Wahyu manufaktur yang Tax Avoidance penelitian
Hidayat tercatat di Bursa Efek Variabel Independen : menunjukkan
Tahun : 2018 Indonesia (BEI) pada Profitabilitas, Leverage bahwa
tahun 2011 sampai dan Pertumbuhan profitabilitas dan
dengan 2014 penjualan pertumbuhan
penjualan
memiliki
pengaruh negatif
dan
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak (p value
<0,05),
sedangkan
leverage tidak
didukung dengan
baik. Secara
keseluruhan,
kemampuan
model untuk
menjelaskan
penghindaran
pajak adalah
27,40%. Diskusi
dan keterbatasan
dibahas dalam
artikel.
3. Peneliti : Perusahaan Variabel Dependen : Dari penelitian ini
Kevin Honggo, manufaktur yang Tax Avoidance hasil menunjukan
Aan Marlinah terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : bahwa ukuran
Tahun : 2019 Indonesia selama Ukuran Perusahaan, perusahaan, dan
periode 2014 sampai Umur Perusahaan, sales growth
2016. Dewan Komisaris memiliki
Independen, Komite pengaruh
Audit, Sales Growth, terhadap
dan Leverage penghindaran
pajak. Sedangkan
umur perusahaan,
dewan komisaris
independen,
komite audit, dan
leverage tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
4. Peneliti : perusahaan Variabel Dependen : Hasil penelitian
Shanti manufaktur yang Tax Avoidance menunjukkan
Dwigunawati terdapat di BEI pada Variabel Independen : bahwa
Indah tahun 2013-2017 Profitabilitas, Leverage, profitabilitas dan
Tahun : 2020 Corporate Social leverage
Responsibility dan berpengaruh
Kepemilikan signifikan
Institusional terhadap tax
avoidance,
sedangkan
corporate
social
responsibility dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
avoidance.
5. Peneliti : Perusahaan sektor Variabel Dependen : Hasil pengujian
Nanda Eka manufaktur yang Tax Avoidance yang diperoleh
Murwaningtyas terdaftar di Bursa Efek Variabel Independen : dari penelitian ini,
Tahun : 2019 Indonesia periode tanggung jawab secara simultan
2016-2017 sosial perusahaan, menunjukkan
profitabilitas, umur bahwa tanggung
perusahaan, dan jawab sosial
kompensasi rugi fiskal.
perusahaan,
profitabilitas,
umur perusahaan,
dan kompensasi
rugi fiskal
berpengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak. Secara
parsial, tanggung
jawab sosial
perusahaan, umur
perusahaan,
kompensasi rugi
fiskal memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak, dan
profitabilitas tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran
pajak.
Leverage
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Sales Growth
Tabel 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4 Hipotesis
Menurut (Kurniasih dan Sari 2013 dalam Jasmine, 2017) menyatakan bahwa
laverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya
pos biaya tambahan berupa bunga atau interest dan pengurangan beban pajak
penghasilan wajib pajak badan.
METODE PENELITIAN
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis
deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis deskriptif merupakan
metode analisis yang digunakan untuk menguji variabel mandiri dalam suatu
penelitian (Sugiyono, 2016).
Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur,
jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program
Nur Indriantoro (2016). Data yang diambil dalam penelitian ini berupa laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2016 sampai 2020.
2. Leverage
Leverage menurut (Cahyono, Rita, Kharis, 2016) menggambarkan proporsi
total hutang perusahaan terhadap total asset yang dimiliki perusahaan dengan
tujuan untuk mengetahui keputusan pendadaan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi menunjukkan
perusahaan tersebut banyak bergantung pada hutang dalam membiayai aset
perusahaan. Hutang tersebut akan menyebabkan adanya beban bunga atas
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Variabel leverage di
ukur dengan Total Debt to Equity dengan rumus sebagai berikut :
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan (laba), baik dalam hubungan dengan penjualan, aset
dan modal saham tertentu (Husnan, 2010). Rasio profitabilitas dalam penelitian
ini diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir
periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Prakosa, 2014).
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai ekuitas, nilai penjualan maupun nilai aset. Dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan adalah total aset
karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln total asset. Penggunaan natural
log (Ln) dalam penelitian ini dimaksud untuk mengurangi fluktuasi data yang
berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Waluyo,
dkk 2015). Karena, ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih
dibandingkan proksi-proksi yang lainnya dan cenderung berkesinambungan
antar periode. Semakin besar asset yang dimiliki maka semakin besar
perusahaan tersebut :
5. Sales Growth
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji ini
diperlukan karena nilai residual akan mengikuti distribusi normal. Sehingga jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. uji statistik dilakukan dengan cara kolmogorov
smirnov yaitu subjek dengan taraf signifikan (α) 0,05 apabila nilai p>α maka
terdistribusi normal dan apabila nilai p<α maka terdistribusi tidak normal.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2018)
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi yaitu dengan melihat nilai R2
yang menunjukkan nilai yang tinggi, tetapi secara individual banyak variabel
independen yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Dapat juga dilihat dari matrik korelasi variabel-variabel independen dan
juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inlation factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolonieritas mempunyai nilai VIF < 10 dan mempunyai
angka tolerance >0,1 (Ghozali, 2018).
c. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilihat dari pola yang teratur pada grafik scatterplot serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2018)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji
Durbin Watson (Ghozali, 2018).Durbin Waston dengan nilai DW 2.061 lebih
besar dari batas atas (du) 1.76 dan kurang dari 4 – 1.76 (4 – du), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya bahwa tidak ada autokorelasi.
Tabel 3.1