Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

Nama: NIKO PRATAMA

NIM: 048744594

Penghindaran Pajak oleh Perusahaan-perusahaan di Indonesia

Sektor pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar. Menurut Mustikasari,
(2007), saat ini sekitar 80% dana APBN berasal dari penerimaan pajak. Hal ini menjadi suatu
bukti bahwa penerimaan pajak telah menjadi tulang punggung penerimaan negara yang dapat
diandalkan.

Karena peran pajak sangat besar bagi negara, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak. Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami
kendala, salah satunya adanya aktivitas penghindaran pajak atau disebut tax
avoidance (Swingly, C. dan Sukartha, 2015) yang dilakukan para Wajib Pajak pribadi
maupun badan,

Masih sering kita dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Padahal perusahaan merupakan salah satu Wajib Pajak yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu
menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani, 2017).

Adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk
penghindaran pajak (Chen, 2010). Upaya pengurangan pajak secara legal disebut
penghindaran pajak (tax avoidance) sedangkan upaya pengurangan pajak secara ilegal disebut
penggelapan pajak (tax evasion).

Sumber: https://www.pajakku.com/read/5dae89a34c6a88754c088058/Penghindaran-Pajak-
oleh-Perusahaan-perusahaan-di-Indonesia

1. Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?


2. Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang
melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion?

JAWABAN:
1. Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?
Dasar pemungutan pajak adalah undang-undang pajak (untuk setiap jenis pajak) yang
bersumber kepada konstitusi atau UUD. Pemungutan pajak harus ada ketentuan undang-
undang yang mengaturnya terlebih dahulu, seperti halnya jenis-jenis pajak. Hukum pajak
yang disebut juga hukum fiscal merupakan kebijakan public yang ditetapkan sebagai sebuah
dokumen formal, yaitu dalam konstitusi UUD negara RI 1945 dan dalam konstitusi tersebut
mengamanatkan bahwa regulasi pemungutan pajak harus ditetapkan oleh undang-undang.
Sehubungan dengan kegiatan bisnis yang berkembang pesat, dimana tidak mungkin
hanya diatur dengan undang-undang, dalam memudahkan pemungutan pajak, kewenangan
tersebut dilimpahkan kepada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan diatasnya. Hal tersebut sesuai dengan teori stufenbouw
theory mengenai hukum murni dari Hans Kelsen. Oleh karena itu, pemungutan pajak melalui
Peraturan Daerah (Perda) dapat dibenarkan karena Perda merupakan bagian dari peraturan
perundang-undangan. Sebagaimana telah diuraikan mengenai hirarki peraturan perundang-
undangan dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 12 tahun 2011 terdahulu..
Ditetapkannya pajak harus diatur dengan undang-undang dimaksudkan agar pungutan
pajak walaupun sangat dibutuhkan untuk membiayai kelangsungan pemerintahan baik pusat
dan daerah, namun tetap diupayakan tidak terlalu membebani masyarakat.
Sistem perpajakan diIndonesia menganut system self assessment, yaitu memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan sendiri, membayar
sendiri, dan melapor pajak terhutang melalui SPT (Surat Permberitahuan). Namun demikian
pemerintah memiliki instrument untuk mendeteksi atas kebenaran laporan wajib pajak
tersebut. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata laporan wajib pajak tidak benar
maka pemerintah akan mengeluarkan ketetapan pajak. Atas ketetapan pajak tersebut langsung
dapat dilaksanakan atau dieksekusi walaupun wajib pajak sedang melakukan Upaya hukum
instrument pengawasan pemerintah tersebut adalah berupa tax compliance, scoring SPT,
cross check dengan Bank Data, SPT Lebih Bayar, dan pengaduan Masyarakat.

2. Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang
melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion?
Tax Avoidance adalah sebuah upaya menghindari pembayaran pajak dengan
meringankan beban pajak dengan memanfaatkan celah dari ketentuan peraturan undang-
undang perpajakan. Sedangkan menurut James Kessler seorang ahli pajak mengatakan tax
avoidance ini diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Penghindaran pajak yang
diperbolehkan ini memiliki maksud dan tujuan yang baik, tidak dimaksudkan untuk
menghindari pajak ataupun melakukan tindakan penipuan menggunakan transaksi palsu. Dan,
penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan memiliki tujuan yang tidak baik, yaitu dengan
tujuan untuk melakukan penghindaran pajak, dan dengan menggunakan transaksi palsu.
Untuk menghindari praktik tax avoidance, pemerintah sudah mengeluarkan ketentuan-
ketentuan, salah satunya adalah anti-thin capitalization. Anti-thin capitalization adalah sebuah
upaya yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak dengan cara memperbesar pinjaman
dan bukan menambah modal untuk dapat membebankan biaya bunga dan mengecilkan laba
ketentuan. Ketentuan yang dibuat pemerintah untuk menghindari praktik ini adalah undang-
undang PPh pasal 18 ayat 1 dan PMK Nomor 169/PMK.10/2015 tentang Penentuan Besarnya
Perbandingan Antara Utang Dan Modal Perusahaan Untuk Keperluan Penghitungan Pajak
Penghasilan. Pada ketentuan ini mengatur besarnya ratio perbandingan antara modal dan
utang suatu perusahaan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan.
Tax evasion adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
nilai beban pajak Wajib Pajak, baik pribadi maupun badan atau bahkan tidak membayar pajak
sama sekali dengan cara-cara ilegal. Sedangkan, menurut Defiandry Taslim seorang praktisi
dan akademisi perpajakan, mengartikan tax evasion adalah sebuah usaha-usaha kecil untuk
mengurangi jumlah pajak yang terutang atau dengan kata lain menggeser beban pajak yang
terutang dengan cara yang melanggar ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku.
Contoh kasus tax evasion adalah Wajib Pajak dengan sengaja tidak melakukan
pelaporan baik sebagian atau seluruh penghasilannya ke dalam SPT, menggunakan beban
biaya yang tidak seharusnya agar dapat dijadikan pengurangan dalam penghasilan dengan
maksud untuk mengurangi beban pajak, kemudian membuat laporan keuangan yang palsu
dengan cara membesarkan biaya atau mengadakan biaya yang sebenarnya tidak ada.
Pihak DJP sebagai otoritas pajak di Indonesia sendiri sudah mengatur hukuman-
hukuman untuk pelaku Tax Evasion ini. Mulai dari hukuman yang ringan, yaitu sanksi
administrasi yang dapat berupa bunga, denda, kenaikan dengan besaran diatur dalam undang-
undang HPP nomor 7 tahun 2021. Serta, untuk pelanggaran berat akan dikenakan hukuman
yang berat seperti sanksi pidana berupa penjara.

Sumber :
BMP Hukum Pajak dan Acara Perpajakan HKUM4407
https://www.sobatpajak.com/article/649ab2b933e4ece4dab24480/Sobat%20Belajar%3A
%20Mengenal%20Apa%20Itu%20Tax%20Avoidance%20dan%20Tax%20Evasion%20

Anda mungkin juga menyukai