Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PAJAK

“PENGHINDARAN PAJAK DENGAN TAX AVOIDANCE DAN TAX


EVASION”

Disusun Oleh :

ODAH SETIA WATI (17755015)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk Negara. Setiap uang pajak yang
di bayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan Negara dari sektor pajak.
Penggunaaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan
untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah
untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas
umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang.
Sedangkan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba
bersih. Perbedaan kepentingan dari fiskus yang menginginkan penerimaan pajak yang
besar dan kontinyu tentu bertolak belakang dengan kepentingan dari perusahaan yang
menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin. Selain itu, fluktuasi kegiatan
perekonomian yang dialami perusahaan kerap tidak mendapatkan toleransi dari pihak
fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak yang progresif dan stabil.
Pengaruh fluktuasi kegiatan perekonomian tersebut, tentu akan berakibat terhadap
pelaporan keuangan perusahaan dan pelaporan pajaknya (Hardika, 2007) dalam
(Kurniasih dan Sari, 2013).
Salah satu definisi Penghindaran Pajak (tax avoidance) adalah Penataan
transaksi untuk mendapatkan keuntungan pajak, manfaat atau pengurangan dengan
cara yang dimaksudkan oleh hukum pajak (Brown, 2012) dalam (Ibnu Wijaya,2014).
Untuk memperjelas, penghindaran pajak umumnya dapat dibedakan dari penggelapan
pajak (tax evasion), di mana penggelapan pajak terkait dengan penggunaan cara-cara
yang melanggar hukum untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak
sedangkan penghindaran pajak dilakukan secara “legal” dengan memanfaatkan celah
(loopholes) yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari
pembayaran pajak, atau melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk
menghindari pajak. Selanjutnya, makalah ini akan membahas mengenai upaya yang
dilakukan wajib pajak dalam menghindari kewajiban membayar pajak baik melalui
tax avoidance maupun tax evasion.

B. Rumusan masalah
1. Mengapa wajib pajak melakukan penghindaran pajak?
2. Apa yang dimaksud dengan Tax Avoidance?
3. Apa yang dimaksud dengan Tax Evasion ?

C. Tujuan
1. Mengetahui upaya penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
2. Mengetahui tax Avoidance
3. Mengetahui tax evasion
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan


yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya
penerimaan kas negara. Perlawanan terhadap pajak terdiri dari perlawanan aktif dan
perlawanan pasif.Dalam buku-buku perpajakan Indonesia, penghindaran pajak (tax
avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan yang legal (misalnya meminimalkan
beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan) dan penyelundupan pajak (tax
evasion/tax fraud) diartikan sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan
beban pajak dengan memanipulasi pembukuan). 

a. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)


Penggelapan Pajak terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari
pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari
penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib pajak besar (berasal
dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penting
nasional) dan wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter
yang membuka praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll).

1. Pengertian Penggelapan Pajak


Pengertian Tax Evasion menurut Defiandry Taslim (2007), yaitu :
“Tax evasion (penggelapan pajak) yaitu usaha-usaha untuk memperkecil jumlah
pajak yang terutang atau menggeser beban pajak yang terutang dengan melanggar
ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku. Tax evasion merupakan pelanggaran dalam
bidang perpajakan sehingga tidak boleh dilakukan, karena pelaku tax evasion dapat
dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana”.

Pengertian Tax Evasion menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:147), yaitu :


“Pengelakan Pajak (tax evasion) merupakan usaha aktif Wajib Pajak dalam hal
mengurangi, menghapuskan, manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan
diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan
perundang-undangan.

2. Indikator Penggelapan Pajak


Adapun yang menjadi indikator dari Penggelapan Pajak menurut M Zain
(2008:51), yaitu :
1. Tidak menyampaikan SPT.
2. Menyampaikan SPT dengan tidak benar.
3. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau Pengukuhan
PKP.
4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong.
5. Berusaha menyuap fiskus.

3. Penyebab Penggelapan Pajak


Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:149) yang menyebabkan terjadinya
taxevasion yaitu :

1. Kondisi lingkungan
Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari manusia
sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain.
Hampir tidak ditemukan manusia di dunia ini yang hidupnya hanya bergantung pada
diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain, begitu juga dalam dunia
perpajakan, manusia akan melihat lingkungan sekitar yang seharusnya mematuhi
aturan perpajakan. Mereka saling mengamati terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan. Jika kondisi lingkungannya baik (taat aturan), masing-masing individu
akan termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jika lingkungan sekitar kerap
melanggar peraturan. Masyarakat menjadi saling meniru untuk tidak mematuhi
peraturan karena dengan membayar pajak, mereka merasa rugi telah membayarnya
sementara yang lain tidak.

2. Pelayanan fiskus yang mengecewakan


Pelayanan aparat pemungut pajak terhadap masyarakat cukup
menentukandalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar pajak. Hal
tersebut disebabkan oleh perasaan wajib pajak yang merasa dirinya telah memberikan
kontribusi pada negara dengan membayar pajak. Jika pelayanan yang diberikan telah
memuaskan wajib pajak, mereka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus.
Mereka menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai meskipun hanya sekedar
dengan pelayanan yang ramah saja. Tapi jika yang dilakukan tidak menunjukkan
penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat merasa malas untuk membayar
pajak kembali.

3. Tingginya tarif pajak


Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal pembayaran
pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan
untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin berkelit dari pajak, mereka
tidak akan terlalu membangkang terhadap aturan perpajakan karena harta yang
berkurang hanyalah sebagian kecilnya. Dengan pembebanan tarif yang tinggi,
masyarakat semakin serius berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang
menghantuinya. Wajib pajak ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan
berbagai cara karena mereka tengah berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan
hidupnya. Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh dengan kerja keras harus
hilang begitu saja hanya karena pajak yang tinggi.

4. Sistem administrasi perpajakan yang buruk


Penerapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam
proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus,
pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui
hambatan yang berarti. Sistem yang baik akan menciptakan manajemen pajak yang
profesional, prosedur berlangsung sistematis dan tidak semrawut. Ini membuat
masyarakat menjadi terbantu karena pengelolaan pajak yang tidak membingungkan
dan transparan. Seandainya sistem yang diterapkan berjalan jauh dari harapan,
mayarakat menjadi berkeinginan untuk menghindari pajak. Mereka bertanya-tanya
apakah pajak yang telah dibayarnya akan dikelola dengan baik atau tidak. Setelah
timbul pemikiran yang menyangsikan kinerja fiskus seperti itu, kemungkinan besar
banyak wajib pajak yang benar-benar `lari` dari kewajiban membayar pajak.
b. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran Pajak (tax avoidance) merupakan tindakan legal, dapat dibenarkan
karena tidak melanggar undang-undang, dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu
pelanggaran hukum yang dilakukan. Tujuan penghindaran pajak adalah menekan atau
meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar.

1. Pengertian Penghindaran Pajak


Pengertian Tax Avoidance menurut Harry Graham dalam Siti Kurnia Rahayu
(2010:147), yaitu :
“Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) merupakan usaha yang sama yang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Pengertian Tax Avoidance menurut Robert H Anderson dalam Siti Kurnia


Rahayu (2010:147), yaitu :
“Cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dan dapat dibenarkan terutama melalui perencanaan
perpajakan”.

Pengertian Tax Avoidance menurut NA Barr SR James AR Prest dalam Siti


Kurnia Rahayu (2010:147), yaitu :
“Sebagai manipulasi penghasilannya secara legal yang masih sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang”.

2. Indikator Penghindaran Pajak


Adapun yang menjadi indikator dari Penghindaran Pajak menurut Arnolddan
McIntyre (1995) dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

 Menahan Diri

Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu
yang bisa dikenai pajak. Contoh :
·Tidak merokok agar terhindar dari cukai tembakau
·Tidak menggunakan ikat pinggang dari kulit ular atau buaya agar terhindar dari pajak
atas pemakaian barang tersebut. Sebagai gantinya, menggunakan ikat pinggang dari
plastik.

Secara moral, hal ini tidak tercela karena tidak ada orang yang akan
menganggap perbuatan seorang perokok yang mengurangi kebiasaan merokoknya
sebagai orang yang menghindari pajak. Malah, orang yang mengurangi, atau malah
tidak merokok sama sekali dianggap sebagai tindakan terpuji.

 Pindah Lokasi

Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke
lokasi yang tarif pajaknya rendah. Contoh:

Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan


modalnya di Indonesia Timur. Namun, pindah lokasi tidak semudah itu dilakukan
oleh wajib pajak. Mereka harus memikirkan tentang transportasi, akomodasi, SDM,
SDA, serta fasilitas-fasilitar yang menunjang usaha mereka. Hal ini harus sesuai
dengan keuntungan yang akan mereka dapatkan dan keringanan pajak yang mereka
peroleh. Biasanya, hal ini jarang terjadi. Yang terjadi hanya pada pengusaha yang
baru membuka usaha, atau perusahaan yang akan membuka cabang baru. Mereka
membuka cabang baru di tempat yang tarif pajaknya lebih rendah.Hal ini tidak tercela
karena merupakan hak asasi setiap orang untuk memilih tempat atau lokasi
usaha/domisilinya.

 Penghindaran Pajak Secara Yuridis

Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang


dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan
atau ketidak jelasan undang-undang. Hal inilah yang memberikan dasar potensial
penghindaran pajak secara yuridis. Contoh:

Di Indonesia, untuk pegawai diberi tunjangan beras (in natura). Menurut undang-
undang yang berlaku, hal ini tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Penghindarannya
dengan cara: perusahaan bekerjasama dengan yayasan dalam penyaluran tunjangan
ini. Perusahaan memberi uang kepada yayasan, dan yayasan menyalurkannya ke
pegawai dalam bentuk beras. Jadi, pegawai tetap dapat beras dan hal itu dibebankan
sebagai biaya sehingga pajaknya berkurang.

Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah (loophole) yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan
optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal disini diartikan sebagai,
perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus dibayar,
membayar pajak dengan jumlah yang ‘paling sedikit’ namun tetap dilakukan dengan
cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

Permasalahannya adalah apakah penghindaran pajak selalu legal? Menurut


Roy Rohatgi (2002: 342), di banyak negara penghindaran pajak dibedakan menjadi
penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance/tax planning/tax
mitigation) dan yang tidak diperbolehkan (unacceptable tax avoidance). 

Artinya, penghindaran pajak dapat saja dikategorikan sebagai kegiatan legal dan dapat
juga dikategorikan sebagai kegiatan ilegal. Suatu penghindaran pajak dikatakan ilegal
apabila transaksi yang dilakukan semata-mata untuk tujuan penghindaran pajak atau
transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan usaha yang baik (bonafide business
purpose). Oleh karena itu, untuk mencegah praktik penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan multinasional, sebagian besar negara telah mempunyai
ketentuan anti penghindaran pajak (Brian J. Arnold dan Michael J. McIntyre,
2002:81).Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak satupun
perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela membayar pajak.
Karena pajak adalah iuran yang sifatnya dipaksakan, maka negara juga tidak
membutuhkan ‘kerelaan wajib pajak’. Yang dibutuhkan oleh negara adalah ketaatan.
Suka tidak suka, rela tidak rela, yang penting bagi negara adalah perusahaan tersebut
telah membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lain halnya dengan
sumbangan, infak maupun zakat, kesadaran dan kerelaan pembayar diperlukan dalam
hal ini.Mengingat pajak adalah beban –yang akan mengurangi laba bersih perusahaan-
maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak
sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak. Namun demikian
penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang legal agar tidak
merugikan perusahaan di kemudian hari. Penghindaran pajak dengan cara illegal
adalah penggelapan pajak. Hal ini perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang
berlaku. Contoh kasus penggelapan pajak : 

 Melaporkan penjualan lebih kecil dari yang seharusnya, omzet 20 milyar hanya
dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan sebesar 10 milyar misalnya. 
 Menggelembungkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif;
 Transaksi export fiktif,
 Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan 

Jika kita analogikan pajak dengan karcis tol, Jika kita lewat jalan tol namun tidak
membayar karcis tol, maka itulah penggelapan pajak. Sedangkan jika kita
menghindari untuk membayar karcis tol dengan cara memilih lewat jalan biasa, maka
itulah penghindaran pajak. Menghindari membayar tol (pajak) dengan cara tidak lewat
jalan tol adalah cara yang legal.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
 Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan
kas negara.
 Tax evasion (penggelapan pajak) yaitu usaha-usaha untuk memperkecil jumlah
pajak yang terutang atau menggeser beban pajak yang terutang dengan melanggar
ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku.
 Penghindaran Pajak (tax avoidance) merupakan tindakan legal, dapat dibenarkan
karena tidak melanggar undang-undang, dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu
pelanggaran hukum yang dilakukan. Tujuan penghindaran pajak adalah menekan atau
meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar.

B. SARAN

Dalam paper ini penulis berharap agar tingkat penghindaran pajak menurun dengan
adanya kebijakan yang transparan dan pengawasan pajak yang lebih efektif. Semakin
banyak wajib pajak yang patuh membayar pajak, maka akan sejahtera masyarakatnya,
dan pembangunan nasional akan berjalan secara merata.
DAFTAR PUSTAKA

Darussalam, Danny Septriadi dan Indrayagus Slamet, “Abuse of Transfer Pricing


Melalui Tax Haven Countries”, Majalah Inside Tax, Ed. 1, November 2007.

http://linda-akutansi.blogspot.com/2011/12/tax-planning.html

https://www.academia.edu/18331009/Penghindaran_Pajak_Tax_Avoidance_dan_Tax_Evasi
on

id.m.wikipedia.org

https://pajak.go.id/artikel/praktik-penghindaran-pajak-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai