DOSEN PENGAMPU
Rika Suprapty, SE., MM
DISUSUN OLEH
Moh Aditya
22130084
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)........................................................2
2.1.1 Pengertian Penghindaran Pajak..........................................................2
2.1.2 Indikator Penghindaran Pajak.............................................................2
2.1.3 Skema Penghindaran Pajak.................................................................5
2.2 Penggelapan Pajak........................................................................................8
2.2.1 Pengertian Pajak....................................................................................8
2.2.2 Indikator Penggelapan Pajak...............................................................9
2.2.3 Penyebab Penggelapan Pajak...............................................................9
BAB III......................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
i
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini :
1. Untuk mengetahui pengertian Tax Avoidance dan Tax Evasion.
2
Jika kita analogikan pajak dengan karcis tol, Jika kita lewat jalan tol
namun tidak membayar karcis tol, maka itulah penggelapan pajak.
Sedangkan jika kita menghindari untuk membayar karcis tol dengan
cara memilih lewat jalan biasa, maka itulah penghindaran pajak.
Menghindari membayar tol (pajak) dengan cara tidak lewat jalan tol
adalah cara yang legal.
2.1.6 Skema Penghindaran Pajak
Beberapa skema penggelapan pajak yang umumnya dilakukan oleh
perusahaan adalah:
1. Transfer Pricing
Transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan
(transfer) barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dalam transaksi bisnis maupun
finansial (Gunadi:1994). Dalam konteks perpajakan transfer pricing
digunakan untuk merekayasa pembebanan harga suatu transaksi antara
perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dalam
rangka meminimalkan beban pajak yang terutang secara keseluruhan
atas grup perusahaan. Dari sisi negara, praktik transfer pricing dapat
mengakibatkan distorsi penerimaan negara dari sektor pajak.
Menurut Griffin dan Pustay, perusahaan multinasional
berusaha untuk memaksimalkan laba bersih setelah pajak dengan cara
“they may manipulate transfer prices to shift reported profits from
high-tax countries to law-tax countries”. Skema transfer pricing yang
umumnya dilakukan oleh perusahaan adalah:
Menggelembungkan inter company cost.
Membebankan biaya royalti atas pemakaian merek dagang
milik induk perusahaan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Memperbesar biaya bahan baku dan atau memperkecil
penghasilan dari penjualan barang.
Memperkecil omzet penjualan melalui transaksi maklon.
Pinjaman saham melalui perusahaan PMA, dilakukan dengan cara :
(1) membebankan biaya bunga dari pinjaman pemegang saham kepada
pemberi pinjaman di luar negeri, atau
(2) penghindaran PPh pemotongan dan pemungutan (withholding tax),
yaitu melalui praktik pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham, dan
praktik pemakaian bahan baku untuk perusahaan di luar negeri dan
pemakaian merek dagang induk perusahaan tanpa pembayaran royalti
kepada induk perusahaan di luar negeri.
pajak di mana para pengusaha melakukan usaha. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Azzara (1999), “a tax haven is a location which
offer a low-tax or no-tax environment for which businessman can
operate.”
Namun demikian, beberapa ahli perpajakan ada yang
berpendapat bahwa negara tax haven tidak dapat didefinisikan dengan
jelas karena sifatnya sangat relatif, yaitu tergantung pada ketentuan
masing-masing negara. Suatu negara dapat saja disebut sebagai tax
haven oleh negara lain apabila negara tersebut memberikan suatu
insentif dalam kegiatan perekonomian di suatu daerah tertentu dalam
wilayah negara tersebut. Jadi, apakah suatu negara akan
diklasifikasikan sebagai negara tax haven atau tidak oleh negara lain
tergantung dari definisi negara tax haven yang diberikan oleh negara
lain tersebut.
Karena tidak ada definisi yang jelas, maka untuk menentukan
bahwa suatu negara sebagai tax haven dapat berdasarkan beberapa
keriteria sebagai berikut (Zain:2005):
Tidak memungut pajak sama sekali atau apabila memungut
pajak maka tarifnya sangat rendah.
Memiliki peraturan yang ketat tentang rahasia bank dan atau
rahasia bisnis dan tidak akan mengungkapkan kerahasiaan
tersebut kepada siapapun atau negara manapun, walaupun hal
itu dimungkinkan pengungkapannya berdasarkan perjanjian
internasional.
Tersedia fasilitas alat komunikasi modern yang memungkinkan
komunikasi ke seluruh dunia tanpa ada hambatan apapun.
Pengawasan yang longgar terhadap lalu lintas devisa, termasuk
deposito yang berasal dari negara asing, baik perorangan
maupun badan.
Adanya promosi dan kepercayaan bahwa negara-negara tax
haven merupakan pusat keuangan yang baik dan terjamin.
Para peneliti di bidang international taxation pada umumnya membagi
negara tax haven dalam empat kelompok (Darussalam, Danny dan
Indrayagus:2007), yaitu:
Classical tax haven, yaitu negara yang tidak mengenakan pajak
penghasilan sama sekali atau menerapkan tarif pajak
penghasilan yang rendah (no-tax haven).
Tax havens, yaitu negara yang menerapkan pembebasan pajak
atas sumber penghasilan yang diterima dari luar negeri (no tax
on foreign source of income).
Special tax regimes, yaitu suatu negara yang memberikan
fasilitas pajak khusus bagi daerah-daerah tertentu di wilayah
negaranya.
7
3. Thin Capitalization
Thin capitalization merupakan modal terselubung melalui
pinjaman yang melampui batas kejawaran. Pinjaman dalam konteks
thin capitalization ini adalah pinjaman berupa uang atau modal dari
pemegang saham atau pihak-pihak lain yang memiliki hubungan
istimewa dengan pihak peminjam (Rohatgi:2002).
Pada umumnya bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman
yang bukan penduduk di negara peminjam dapat dijadikan pengurang
pada penghasilan kena pajak si peminjam, sedangkan dividen tidak
dapat dijadikan sebagai pengurang. Menurut Gunadi (1994),
pemberian pinjaman dalam skema thin capitalization dapat dilakukan
melalui beberapa cara sebagai berikut:
Direct loan. Pinjaman diperoleh secara langsung dari investor
(pemegang saham). Dari pinjaman tersebut investor
mendapatkan bunga yang besarnya pada umumnya ditentukan
oleh investor tersebut.
Back to back loan. Investor menyerahkan dananya kepada
mediator sebagai pihak ketiga untuk langsung dipinjamkan
kepada anak perusahaan dengan memberinya imbalan.
Paralel loan. Investor luar negeri mencari mitra perusahaan
Indonesia yang mempunyai anak perusahaan yang berada di
negara investor. Sebagai imbalan atas pemberian pinjaman
kepada anak perusahaan (Indonesia) di negara investor,
selanjutnya investor meminta kepada perusahaan Indonesia
untuk juga memberikan pinjaman kepada anak perusahaan
milik investor di Indonesia.
4. Treaty Shopping
Tax treaty dapat dijadikan objek untuk melakukan aktivitas
penghindaran pajak, meskipun tujuan dari tax treaty pada hakekatnya
adalah untuk mencegah penghindaran pajak. Skema treaty shopping
dilakukan oleh penduduk suatu negara yang tidak memiliki tax treaty
mendirikan anak perusahaan di negara yang memiliki tax treaty dan
melakukan kegiatan investasinya melalui anak perusahaan tersebut,
sehingga investor dapat menikmati tarif pajak rendah dan fasilitas-
fasilitas perpajakan lainnya yang tercantum dalam tax treaty.
Skema treaty shopping dilakukan untuk memanfaatkan fasilitas-
fasilitas dalam tax treaty (treaty benefit). Padahal treaty benefit hanya
8
boleh dinikmati oleh residen (subjek pajak dalam negeri) dari kedua
negara yang mengikat perajanjian. Untuk dapat memanfaatkan treaty
benefit harus memenuhi dua syarat (Mansury:1999):
Syarat formal (administrative requirement), yaitu pembuktian
bahwa yang bersangkutan adalah residen (penduduk) dari
negara yang mengikat perjanjian berupa Certificate of
Residence yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di
negara treaty partner.
Syarat material (substantive requirement), yaitu Wajib Pajak di
negara treaty partner memang benar-benar residen di negara
partner tersebut, bukan residen negara ketiga.
1. Kondisi lingkungan
Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan
dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling
bergantung satu sama lain. Hampir tidak ditemukan manusia di dunia
ini yang hidupnya hanya bergantung pada diri sendiri tanpa
memperdulikan keberadaan orang lain, begitu juga dalam dunia
perpajakan, manusia akan melihat lingkungan sekitar yang seharusnya
mematuhi aturan perpajakan. Mereka saling mengamati terhadap
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-
hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga
mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara.
Tax evasion (penggelapan pajak) yaitu usaha-usaha untuk
memperkecil jumlah pajak yang terutang atau menggeser beban pajak
yang terutang dengan melanggar ketentuan-ketentuan pajak yang
berlaku.
Penghindaran Pajak (tax avoidance) merupakan tindakan legal, dapat
dibenarkan karena tidak melanggar undang-undang, dalam hal ini
sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan.
Tujuan penghindaran pajak adalah menekan atau meminimalisasi
jumlah pajak yang harus dibayar.
Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-
hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga
mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara.
Skema Penghindaran Pajak :Transfer Pricing,Pemanfaatan Tax Haven
Country, Thin Capitalization,Treaty Shopping, dan Controlled Foreign
Corporation (CFC)
Sri Mulyani: Cegah Penghindaran Pajak dengan Transparansi
Yang dimaksud dengan Kebijakan Transparansi oleh Sri Mulyani
dalam artikel adalah Kebijakan antarnegara yang menetapkan
ketentuan-ketentuan tentang apa-apa saja tindakan-tindakan legal dan
illegal tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Penghindaran
Pajak oleh warga negaranya yang dilakukan di luar negaranya. Setiap
negara saling membuat kebijakan dan disetujui satu sama lain,saling
bertukar informasi sebagai pengawasan perpajakan tentang segala
sesuatu yang dilakukan warga negaranya di luar negaranya. Segala
sesuatu yang diawasi tersebut dapat mengantisipasi terjadinya
penghindaran pajak yang illegal serta dapat mnggenjot penerimaan
negara menjadi tinggi.
12
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berharap agar tingkat penghindaran pajak
menurun dengan adanya kebijakan yang transparan dan pengawasan pajak
yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
http://linda-akutansi.blogspot.com/2011/12/tax-planning.html
http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=36&q=&hlm=3