Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS PEMAHAMAN DAN PERSEPSI ETIS DARI SISI

KONSULTAN PAJAK TENTANG PENGHINDARAN PAJAK


AKTIF DALAM BENTUK TAX AVOIDANCE DAN TAX
EVASION

(Studi Pada Kantor Konsultan Pajak Nina Fathonah)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

CHANTIKA CATUR FEBRIANDINI

NIM: 2101030160

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
FAKULTAS TEKNIK DAN BISNIS
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................

1.5 Batasan Penelitian.......................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................

2.1 Kajian Teori...............................................................................................................

A. Pengertian Pajak........................................................................................................

B. Pemahaman dan Persepsi..........................................................................................

C. Persepsi Etis...............................................................................................................

D. Konsultan Pajak.........................................................................................................

E. Penghindaraan Pajak (Tax Avoidance).....................................................................

F. Penggelapan Pajak (Tax Evasion).............................................................................

2.2 Daftar Penelitian Terdahulu......................................................................................

G. Kerangka Berfikir......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

i
DAFTAR TABEL

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Pasal 1 ayat (1)

berbunyi, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak berperan strategis bagi

keuangan negara Indonesia yaitu untuk APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara) yang mana setiap tahun perannya sekitar 70% hingga 75% (Lenggono,

2019). Hal ini membuktikan bahwa pajak sangat penting bagi pelaksanaan dan

peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat maka dari itu pemerintah Indonesia berusaha

meningkatkan penerimaan pajak setiap tahun nya.

Menurut Christine Manurip , I Gede Suwetja ; ( 2022) Sebagai sumber

pendapatan negara, pajak sangat penting dan perlu mendapat pengelolaan yang

baik. Pada dasarnya negara mengharapkan bahwa dalam pelaksanaan pemenuhan

kewajiban perpajakan oleh wajib pajak dari proses awal hingga proses yang

terakhir dapat berjalan tanpa adanya hambatan dan tidak terjadi suatu indikasi

bahwa wajib pajak melakukan penyelewengan dalam proses pelaksanaan

kewajibannya tersebut. Namun apa yang diharapkan pemerintah tidak dapat

dicapai sepenuhnya, hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan tanggung

jawab yang tinggi setiap wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya sehingga

menjadi hambatan bagi pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak secara


maksimal. Adapun persepsi bahwa pajak yang dibayarkan disalahgunakan oleh

pihak tertentu, masyarakat akan menyisihkan sebagian dari penghasilan yang

diterimanya untuk membayar pajak apabila mereka merasakan pelayanan public

sebanding dengan pembayaran pajaknya, adanya perlakuan adil dari pemerintah

serta proses hukum yang jelas dari pemerintah (Aligarh, 2017:15).

Sebagian besar WP memandang bahwa pajak merupakan suatu beban atau

biaya yang dapat mengurangi penghasilan mereka. Banyak WP yang cenderung

berusaha untuk meminimalkan pembayaran beban pajak mereka dengan

melakukan berbagai bentuk perlawanan pajak. Perlawanan pajak secara umum

terbagi menjadi dua jenis, yaitu perlawanan pasif dan aktif. Perlawanan pajak

pasif biasanya berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan

mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif

adalah suatu jenis perlawanan yang secara nyata terlihat pada semua usaha dan

perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah dengan tujuan

menghindari pajak. Bentuk perlawanan pajak yang paling banyak dilakukan

melalui perlawanan pajak aktif. Adapun beberapa cara dalam perlawanan pajak

aktif yang dapat dilakukan adalah penghindaran pajak (tax avoidance) dan

penggelapan pajak (tax evasion). (Sri Wahyuni, 2021)

Tax adoivance adalah sebuah upaya atau tindakan untuk menghemat pajak

yang dianggap sah dan diperbolehkan untuk dilakukan oleh wajib pajak.

Sedangkan, Tax evasion merupakan sebuah tindakan pengelapan pajak yang

melanggar aturan yang berlalu karena merupakan sebuah tindakan ilegal apabila

dilakukan oleh WP. Belum terpenuhinya target penerimaan pajak tersebut dapat

disebabkan oleh adanya indikasi tax avoidance dan tax evasion yang dilakukan

2
oleh WP. Banyak strategi yang dapat dilakukan oleh WP pribadi dan WP badan

untuk meminimalkan pembayaran pajak yang dikenakan. Tindakan tax avoidance

dan tax evasion yaitu usaha untuk mengurangi utang pajak yang bersifat ilegal

(unlawful) dengan melanggar ketentuan perpajakan seperti dengan melibatkan

penipuan, penyembunyian atau menghilangkan catatan. Perbedaan antara tax

avoidance dan tax evasion tentu sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh

setiap orang atau pelaku pajak. (Sri Wahyuni, 2021)

Dengan adanya pelanggaran mengenai tax avoidance dan tax evasion itu

semua tidak bisa lepas dari peran seorang konsultan pajak. Menurut berita yang

dilansir oleh pppk.kemenkeu.go.id menjelaskan bahwa Konsultan Pajak adalah

orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam

rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi diperlukannya pengawasan atau

pemahaman wajib pajak oleh para konsultan pajak agar memberi persepsi etis

mengenai tax avoidance dan tax evasion agar para pelaku pajak tidak menerapkan

pelanggaran tax avoidance dan tax evasion.

Terkait dengan adanya pelanggaran tax avoidance dan tax evasion

konsultan pajak tidak dapat menerima permintaan tax avoidance dan tax evasion

karena konsultan pajak bertanggung jawab membantu klien mereka mematuhi

peraturan perpajakan yang berlaku dan menyelesaikan kewajiban perpajakan

meraka secara tepat maka diperlukannya persepsi etis dari konsultan pajak

tentang penghindaran pajak dan penggelapan pajak dan hasil yang disimpulkan

penggelapan pajak dinilai sudah tidak etis lagi. Beberapa penelitian mengenai

penggelapan pajak di berbagai negara juga ada yang menyimpulkan bahwa

3
penggelapan pajak dapat dibenarkan secara etis dengan berbagai alasan yang biasa

diberikan seperti korupsi pemerintah. Uraian di atas menunjukkan persepsi yang

berbeda-beda muncul dari berbagai macam budaya dan macam profesi tentang

adanya tindakan penghindaran pajak dan penggelapan pajak, ada yang

mengatakan etis dan ada juga yang mengatakan tidak etis. Tujuan dari penelitian

ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan persepsi etis dari sisi konsultan

pajak tentang adanya tindakan penghindaran pajak aktif dalam bentuk tax

avoidance dan tax evasion. (Christine Manurip , I Gede Suwetja ; 2022)

Namun pada kenyataannya masih banyak ditemukan para pelaku pajak

masih menerapkan tax avoidance dan tax evasion, untuk contoh pelanggaran tax

avoidance sebagaimana yang telah dilansir pada situs web Kontan.co.id

menjelaskan bahwa Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Kementerian Keuangan

(Kemenkeu) Suryo Utomo angkat bicara soal temuan tax avoidance atau

penghindaran pajak yang diestimasi merugikan negara hingga Rp 68,7 triliun per

tahun. Temuan tersebut diumumkan oleh Tax Justice Network melaporkan akibat

penghindaran pajak, Indonesia diperkirakan rugi hingga US$ 4,86 miliar per

tahun. Angka tersebut setara dengan Rp 68,7 triliun bila menggunakan kurs rupiah

pada penutupan di pasar spot Senin (22/11) sebesar Rp 14.149 per dollar Amerika

Serikat (AS). Dalam laporan Tax Justice Network yang berjudul The State of Tax

Justice 2020: Tax Justice in the time of Covid-19 disebutkan dari angka tersebut,

sebanyak US$ 4,78 miliar setara Rp 67,6 triliun diantaranya merupakan buah dari

pengindaran pajak korporasi di Indonesia. Sementara sisanya US$ 78,83 juta atau

sekitar Rp 1,1 triliun berasal dari wajib pajak orang orang pribadi. Suryo

mengatakan, untuk meminimalisasi tax avoidance, pihaknya melakukan

4
pengawasan terhadap transaksi yang melibatkan transaksi instimewa. Kata Suryo,

biasanya tax avoidance muncul karena transaksi-transaksi yang terjadi antara

pihak yang mempunyai hubungan instimewa baik di dalam negeri maupun luar

negeri.

Untuk contoh pelanggaran tax evasion, sebagaimana yang telah dilansir

pada situs web pajak.co.id menerangkan bahwa Tim Penyidik Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jakarta Selatan I dengan bantuan seksi

Intelijen Kanwil DJP Jakarta Selatan I, dan pihak Ditreskrimsus Polda Metro Jaya

berhasil membawa wajib pajak berinisial HI dari kediamannya, Kota Jakarta Barat

pada Selasa, 22 September 2021. Tersangka HI disangkakan telah melakukan

tindak pidana di bidang perpajakan yaitu dengan sengaja menerbitkan dan/atau

menggunakan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya

melalui PT. ASM, PT. BUL dan PT. BDS. Dalam perkara ini kerugian negara

yang ditimbulkan sekitar Rp9,9 miliar. Sampai saat ini proses penyidikan perkara

tindak pidana perpajakan atas PT. ASM, PT. BUL, dan PT. BDS masih

berlangsung di Kanwil DJP Jakarta Selatan I. Surat Pemberitahuan Dimulainya

Penyidikan (SPDP) telah disampaikan, namun HI menunjukkan sikap yang tidak

kooperatif pada saat dipanggil oleh tim penyidik dalam rangka permintaan

keterangan sebagai tersangka. Setelah dua kali tidak hadir memenuhi panggilan

penyidik tanpa alasan yang patut dan wajar, penyidik kemudian berkoordinasi

dengan pihak Ditreskrimsus Polda Metro Jaya untuk mencari keberadaan

tersangka HI dan selanjutnya diserahkan ke tim penyidik. Dalam perkara tindak

pidana perpajakan ini, rangkaian kegiatan membawa ditindaklanjuti dengan

5
penangkapan dan penahanan terhadap HI, karena Tersangka dikhawatirkan akan

melarikan diri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memutuskan untuk meneliti

“Analisis Pemahaman Dan Persepsi Etis Dari Sisi Konsultan Pajak Tentang

Penghindaran Pajak Aktif Dalam Bentuk Tax Avoidance Dan Tax Evasion”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemahaman dan Persepsi Etis Konsultan Pajak Tentang

Penghindaran Pajak?

2. Bagaimana Pemahaman dan Persepsi Etis Konsultan Pajak Tentang

Penggelapan Pajak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Memahami Mengenai Pemahaman dan Persepsi Etis Konsultan

Pajak Tentang Penghindaran Pajak.

2. Untuk Memahami Mengenai Pemahaman dan Persepsi Etis Konsultan

Pajak Tentang Penggelapan Pajak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menambah kekayaan literatur yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk referensi mengenai pemahaman

6
dan persepsi etis dari sisi konsultan pajak tentang

penghindaraan pajak dalam bentuk tax advoidance dan tax

evasion.

b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi akademis

dalam pemahaman dan persepsi etis dari sisi konsultan pajak

tentang penghindaraan pajak dalam bentuk tax advoidance dan

tax evasion.

2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pengalaman penulis baik secara teori mengenai pemahaman

dan persepsi etis dari sisi konsultan pajak tentang

penghindaraan pajak dalam bentuk tax advoidance dan tax

evasion.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan dan digunakan sebagai

referensi dan bahan perbandingan yang relevan untuk

penelitian selanjutnya serta dapat menambah pengetahuan

terapan dan kepustakaan.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian lebih terfokus dan tidak meluas dari pembahasan

dimaksudkan, maka skripsi ini membataskan ruang lingkup penelitian

kepada pemahaman dan persepsi etis dari sisi konsultan pajak tentang

penghindaraan pajak dalam bentuk tax advoidance dan tax evasion.

7
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatas yang mungkin dapat

menimbulkan ketidakakuratan pada hasil penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Populasi penelitian ini adalah hanya Kantor Konsultan Pajak di

Lamongan, sehingga penelitian yang diuraikan hanya berlaku pada

Kantor Konsultan Pajak di Lamongan saja dan tidak dapat

digenerlisasikan untuk seluruh Kantor Konsultan Pajak seluruh

Indonesia.

2. Penelitian ini hanya dilakukan kepada Konsultan Pajak Nina

Fathonah saja sehingga hasil analisis yang diperoleh hanya untuk

Konsultan Pajak Nina Fathonah saja tidak berlaku untuk seluruh

Konsultan Pajak.

8
9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

F. Pengertian Pajak

a) Definisi Pajak

Menurut Sotarduga Sihombing, Susy Alestriani Sibagariang : 2020 Banyak

definisi tentang pajak yang dikemukan oleh para ahli, di bawah ini adalah

beberapa diantaranya:

1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H. Pajak merupakan iuaran rakyat

kepada Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak kemudian dilakukan penyesuaian definisi oleh beliau sebagai

berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas

Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya dipergunakan

untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment.

2. Prof. Dr. P.J.A. Andriani Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pajak

membayarnya menurut peraturanperaturan umum (undang-undang)

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan

yang digunakannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.


3. Sommerfelf Ray M, Anderson Herschel M, Dan Brock Horace R. Pajak

adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,

bukan akibat pelanggaran hukum. Namun wajib dilaksanakan, berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa memperoleh imbalan

secara langsung dan proporsional, agar pemerintah mampu melaksanakan

tugas-tugasnya dalam menjalankan pemerintah.

4. Dr. Soeparman Soemahamidjaya. Menurut Dr. Soeparman

Soemahamidjaya, pengertian pajak adalah iuran wajib bagi warga atau

masyarakat, baik itu dapat berupa uang ataupun barang yang dipungut oleh

penguasa dengan menurut berbagai norma hukum yang berlaku untuk

menutup biaya produksi barang dan juga jasa guna meraih kesejahteraan

masyarakat.

Dengan mendasarkan pada beberapa definisi pajak tersebut di atas dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa tentang pengertian pajak.

1. Pajak memiliki makna iuran yang dapat dilaksanakan.

2. Pajak memiliki dampak tanpa jasa timbal/kotraprestasi/imbalan secara

langsung. Pajak menurut UU RI NO. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan yaitu, perpajakan adalah kontribusi wajib

kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat umbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Dari beberapa definisi pajak di atas, dapat diidentifikasikan unsurunsur yang

terkandung di dalamnya:

11
1. Ada masyarakat, keharusan adanya masyarakat, karena pajak di punggut

untuk penyelenggaraan kepentingan umum, dimana kepentingan umum

dalam masyarakat terdapat dalam masyarakat terdapat dalam kehidupan

yang berkelompok.

Berdasarkan undang-undang. Jika perintah memungut tanpa ijin pemiliknya,

maka dapat dikatakan sebagai perampokan. Untuk itu maka pungutan pajak harus

berdasarkan undang-undang.

2. Ada pemungut pajak. Pemungut pajak harus fiskus adalah pemerintah

yang sah (dahulu dapat dipungut oleh kepala suku atau kepala warga

maupun raja).

3. Ada wajIb pajaknya. Wajib pajak dapat berupa perseorangan atau wajib

pajak badan.

4. Ada objek pajaknya. Objek pajak atau tatbestand adalah keadaan,

perbuatan atau peristiwa yang dapat dikenai pajak atau dapat menjadi

objek pajak yaitu:

a. Keadaan, misalnya setiap orang yang dalam tahun pajak

mempunyai penghasilan dan besarnya penghasilan melebihi

penghasilan tidak kena pajak (PTKP) , maka penghasilan tersebut

disebut penghasilan kena pajak dan dengan sendirinya dikenakan

pajak penghasilan (PPh).

b. Perbuatan, misalnya jual beli surat berharga atas transaksi jual beli

dengan menggunakan dokumen akan dikenakan “Bea Meterai”

c. Peristiwa, suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak manusia,

misalnya terjadi kebakaran. Obyek atas peristiwa ini merupakan

12
bagian dari pajak penghasilan atas ganti rugi kebakaran.

Karakteristik yang terdapat dari definisi pajak di atas adalah:

1. Adanya pengalihan kekayaan dari sektor wajib pajak ke sektor

pemerintah.

2. Pemungutan pajak dapat dipaksakan secara hukum melalui dua

cara, yaitu melalui pengadilan atau surat paksa yang

disampaikan pihak fiskus.

3. Pajak dapat dikenakan terhadap orang pribadi, barang, dan

wajib pajak badan.

4. Pajak dapat dipungut secara periodik ataupun insidentil.

5. Tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh Negara dalam

pembayaran pajak.

6. Pajak yang dipungut Negara digunakan untuk fungsi budgeter

dan regulerend.

b) Fungsi Pajak

Menurut Sotarduga Sihombing, Susy Alestriani Sibagariang : 2020

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter) Pajak merupakan sumber pemasukan

keuangan negara dengan cara mengumpulkan dana atau uang dari wajib

pajak ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau

pengeluaran negara lainnya. Sehingga fungsi pajak merupakan sumber

13
pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran

negara dengan pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi) Pajak merupakan alat untuk

melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam lapangan sosial dan

ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

a. Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

b. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,

seperti: pajak ekspor barang.

c. Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang

produksi dari dalam negeri, contohnya: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN).

d. Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu

perekonomian agar semakin produktif.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi) Pajak dapat digunakan untuk

menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan

kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan

keadaan perekonomian, seperti: untuk mengatasi inflasi, pemerintah

menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar dapat

dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi,

pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat

ditambah dan deflasi dapat di atasi.

c) Jenis Pajak

14
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu

pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga

pemungutnya.

a. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua :

1. Pajak langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh

Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang

lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang

bersangkutan.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh

pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

2. Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung

terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang

menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau

jasa.

Contoh : Pajak pertambahan nilai (PPN).PPN terjadi karena terdapat

pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh

produsen atau pihak yang menjual barang, tetapi dapat dibebankan kepada

konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam harga

jual barang atau jasa).

Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau pajak tidak

langsung dalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga unsur yang

15
terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakanya. Ketiga unsur tersebut terdiri

atas :

1. Penanggung jawab banyak, adalah orang yang secara formal yuridis

diharuskan melunasi pajak;

2. Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih

dahulu beban pajaknya;

3. Pemikul pajak, adalah orang yang menurut undang-undang harus dibebani

pajak.

Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, pajaknya disebut pajak

langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut terpisah atau terdapat pada lebih

dari satu orang, pajaknya disebut pajak tidak langsung.

d) Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Reni Novita Sari : 2023 Sistem pemungutan pajak merupakan suatu

cara yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang perlu dibayarkan

oleh Wajib Pajak kepada negara. Dengan kata lain, sistem ini menjadi metode

untuk mengelola utang pajak yang bersangkutan supaya bisa masuk ke kas

negara. Sistem perpajak di Indonesia berubah-ubah dikarenakan sistem yang

sebelumnya dianggap kurang efektif dan efisien bukti nyata dari ketidak efektifan

sistem ini dapat dilihat dari sistem perpajakan Indonesia yang pernah berada

dibawah standar perpajakan internasional.maka dari itu, Indonesia melaksanakan

pemungutan pajak dengan berbagai sistem Menurut Mardiasmo (2016:8) yaitu :

1. Official Assessment System, merupakan sistem pemungutan pajak dengan

memberikan wewenang kepada fiskus untuk menentukan besarnya jumlah

pajak yang terutang. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya

16
pjak terutang berada pada fiskus. Wajib pajak bersifat pasif, dan utang

pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System, Wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar. Pada sistem ini wajib pajak lebih

bersifat aktif tanpa adanya campur tangan dari fiskus. Disini fiskus yang

bertugas untuk mengawasi wajib pajak.

3. With holding System, sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.”

G. Pemahaman dan Persepsi

a) Definisi

Menurut Puja Safitri : 2022 Pemahaman ialah kemampuan untuk

menerangkan dan menginterprestasikan sesuatu, yang berarti bahwa seseorang

telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Pemahaman

dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menentukan arti informasi. Persepsi

adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Dengan demikian, yang

dimaksud dengan persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami

lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai

rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis.

Menurut Widiasworo (2017:81), pemahaman merupakan kemampuan

untuk menghubungkan atau mengasosiasikan informasi – informasi yang

17
dipelajari menjadi satu gambar yang utuh di otak kita. Menurut Kotler dalam

Fentri (2017), persepsi adalah proses seorang individu memilih ,

mengorganisasikan, dan menafsirkan masukkan – masukkan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang bermakna tentang dunia. (Christine Manurip, I

Gede Suwetja : 2022)

Menurut Rahma Izzati Khoirina : 2021 Persepsi merupakan salah satu

unsur penting dalam perilaku manusia. Hal ini disebabkan perilaku manusia baik

yang berbentuk perilaku positif maupun perilaku negatif dapat disebabkan

persepsinya atas perilaku tersebut apakah positif atau negatif. Adapun positif atau

negatifnya persepsi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun

eksternal. Bentuk persepsi masyarakat tentang suatu hukum atau suatu peristiwa

hukum pun akan mempengaruhi perilakunya berkaitan dengan hal-hal tersebut..

Menurut Sugiharto, dkk menjelaskan bahwa persepsi adalah proses otak

menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalamnya melalui penangkapan panca

indera. Menurutnya bahwa dalam mempersepsikan sesuatu seseorang dapat

melihat dari sudut pandang yang berbeda sesuai dengan berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Stimulus yang masuk ke dalam otak dapat dipersepsikan

positif ataupun negatif yang akan mempengaruhi tindakannya tentang stimulus

tersebut.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono persepsi merupakan kemampuan

dalam proses mengorganisir suatu pengamatan atas objek yang diterima melalui

panca indra. Kemampuan ini meliputi tiga hal berupa kemampuan untuk

membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan dan kemampuan untuk

memfokuskan. Meskipun objek yang diterima sama namun persepsi setiap orang

18
dapat berbeda karena adanya sistem perbedaan dalam nilai yang dianut dan ciri

kepribadian.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan kemampuan otak untuk memproses sekaligus mengorganisir objek

yang diterimanya melalui panca indra di mana hasil proses ini dapat

mempengaruhi tindakan ataupun reaksi yang akan dilakukan berkaitan dengan

objek yang telah ia proses.

Konsep persepsi menurut Imam Ghazali termasuk dimensi kejiwaan

hewani manusia dalam jenis daya penggerak. Secara rinci Imam Ghazali

menyebutkan bahwa dalam daya penggerak terdapat dua daya agar akhirnya

manusia mewujudkan reaksi atas stimulus yang diterimanya. Dua daya tersebut

ialah pertama daya stimulatif atau pendorong yang distimulasi oleh daya persepsi.

Kedua daya aktif atau daya berbuat yang mana pelakunya adalah otot untuk

bergerak sesuai isyarat daya pendorong. Persepsi yang dibentuk oleh informasi

dan berbagai hal negatif akan mengarahkan persepsinya pada pemikiran

merugikan. Sedangkan informasi dan berbagai hal positif yang diterima otak

melalui indra akan mengarahkan persepsinya pada pemikiran menguntungkan.

Jika informasi yang diterima mengindikasikan adanya keuntungan maka daya

pendorong akan mengisyaratkan pada pelaku daya pembuat untuk berbuat.

Sebaliknya jika informasi yang diterima mengindikasikan adanya kerugian maka

daya pendorong akan mengisyaratkan pada pelaku daya pembuat untuk

menghindarinya.

19
Dalam proses terjadinya persepsi terdapat syarat-syarat yang harus

dipenuhi seseorang untuk dapat melakukannya. Menurut Walgito syarat-syarat

individu dapat melakukan persepsi yaitu:

1) Adanya Objek (sasaran yang diamati) Objek yang merupakan sasaran yang

diamati akan diterima oleh alat indera sebagai reseptor. Penerimaan ini

kemudian mengenai saraf dan menimbulkan rangsangan. Objek ini dapat

hadir dari luar diri individu maupun dalam diri individu itu sendiri. Namun

sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2) Adanya alat indera, saraf dan susunan saraf pusat Alat indera atau reseptor

merupakan alat untuk menerima objek persepsi yang selanjutnya akan

diterima oleh saraf sensoris. Saraf sensoris ini merupakan saraf yang

berfungsi untuk menyalurkan objek yang diterima oleh alat indra menuju

susunan saraf pusat yang terdapat pada otak manusia. Susunan saraf pusat

inilah yang melakukan proses persepsi terhadap suatu objek baik berupa

benda ataupun peristiwa. Selain itu susunan saraf pusat juga memberi

keputusan respon motorik apa yang harus dilakukan. Sehingga dalam

proses persepsi kenormalan alat indra, saraf sensorik dan saraf pusat

merupakan komponen penting.

3) Adanya perhatian Perhatian individu atas berbagai hal di sekitarnya

merupakan langkah persiapannya untuk mengadakan persepsi. Tanpa

adanya perhatian proses persepsi tidak akan terjadi. Hal ini dikarenakan

rasa perhatian dalam individu dapat memunculkan dorongan untuk

mengarahkannya mengamati sesuatu yang akan dipersepsi.

20
Setelah syarat-syarat di atas terpenuhi, seorang individu yang akan berpersepsi

memiliki beberapa faktor yang akan mempengaruhi proses persepsinya terhadap

sesuatu. Faktor ini dapat berasal dari dalam dirinya (internal) dan juga dapat

berasal dari luar dirinya (eksternal). Menurut Walgito, sebagaimana yang dikutip

dalam buku “Memahami Perilaku dan Kejiwaan Manusia” secara umum faktor

yang mempengaruhi persepsi seseorang ada 6 hal, yaitu:

1) Ketersediaan Informasi

Sebelumnya Adanya informasi yang berkaitan dengan objek

persepsi merupakan faktor penting dalam memperlancar proses

pembentukan persepsi. Sehingga ketiadaannya dapat mengganggu proses

pembentukan persepsi secara benar. Misalkan ada seseorang yang datang

di tengah-tengah diskusi yang kemudian memunculkan opini yang tidak

sesuai dengan informasi yang dibincangkan anggota yang lain.

Kemunculan opini yang tidak sesuai ini disebabkan ia tidak memiliki

cukup informasi tentang apa yang telah didiskusikan oleh anggota yang

lain yang mulai lebih awal.

2) Kebutuhan Psikologis

Seseorang cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan

kebutuhannya saat itu. Sehingga dapat saja terjadi seseorang

mempersepsikan sesuatu yang seharusnya berposisi sebagai kebutuhan

sekunder menjadi kebutuhan primer karena ia merasa sangat

membutuhkannya.

3) Pengalaman Masa Lalu

21
Pengalaman merupakan salah satu bentuk proses belajar. Proses

belajar dari pengalaman masa lalu merupakan salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi persepsi seseorang atas suatu objek atau kejadian

yang ada pada masa lalunya. Misalnya seseorang yang pernah menjadi

korban kejahatan orang dengan ciri-ciri tertentu akan mempersepsikan

negatif setiap orang yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan penjahat

tersebut.

4) Emosi

Emosi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang dalam menerima dan mengolah informasi. Hal ini disebabkan

sebagian energi dan perhatian seseorang terhadap sesuatu bersumber dari

emosi dalam dirinya. Seseorang yang hatinya sedang merasakan

ketenangan akan dapat memecahkan masalah dengan lebih bijaksana dan

hati-hati dari pada seseorang yang sedang merasa tertekan.

5) Impresi

Impresi merupakan kesan atau efek tertentu yang ditimbulkan oleh

suatu objek persepsi yang ini juga perlaku untuk objek peristiwa. Objek

persepsi yang menimbulkan impresi lebih menonjol akan lebih dahulu

mempengaruhi persepsi seseorang. Seperti orang yang memperkenalkan

diri dengan sopan dan menarik akan lebih mudah dipersepsikan secara

positif dan ini akan mempengaruhi pandangan orang lain selanjutnya

terhadap dirinya.

6) Konteks

22
Konteks atau situasi yang ada disekitar seseorang dapat menjadi

salah satu faktor penting dalam proses seseorang mempersepsi suatu

objek. Konteks ini dapat berupa lingkungan sosial, lingkungan fisik, nilai

yang diyakini bersama dan budaya. Mempersepsikan seorang figur yang

sama namun dalam lingkungan yang berbeda dapat memungkinkan untuk

memunculkan makna yang berbeda.

Menurut Miftah Thoha faktor yang mempengaruhi proses persepsi

seseorang adalah:

1) Faktor internal berupa perasaan, sikap dan kepribadian, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan

kejiwaan, kebutuhan dan motivasi.

2) Faktor eksternal berupa latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, kedekatan, pengulangan gerak dan

familiar atau tidaknya suatu objek.

Selain pengelompokan faktor internal dan eksternal terdapat pula

pengelompokan lain atas faktor yang mempengaruhi pembentukan

persepsi. Pengelompokan tersebut ialah:

1) Frame of Reference yaitu pembentukan kerangka pandangan berdasarkan

berbagai pengetahuan yang dimiliki. Baik pengetahuan tersebut didapat

melalui pendidikan, bacaan, penelitian maupun kegiatan pembelajaran

yang lain.

2) Frame of Experience yaitu pembentukan kerangka pandangan yang

berdasarkan kepada pengalaman yang dialami seseorang yang tidak

23
didapat dari berbagai bentuk dan perubahan keadaan lingkungan di

sekitarnya.

Adapun proses terjadinya persepsi dalam diri seseorang hingga

terwujudnya persepsi tersebut dalam tindakan ialah melalui berbagai

proses berupa proses fisik, proses fisiologis dan juga proses psikologis.

Urutan rangkaian proses tersebut adalah sebagai berikut:

1) Stimulus yang akan dipersepsi diterima oleh alat indera (proses fisik).

2) Penerimaan stimulus diteruskan ke otak (proses fisiologis).

3) Otak melakukan proses pemilahan dan interpertasi terhadap stimulus yang

diterima (proses psikologis).

4) Otak memahami stimulus dan menentukan sikap atau respon terhadapnya

(proses psikologis).

5) Perwujudan persepsi dalam perilaku (proses fisik dan psikologis).

Selanjutnya adalah penjelasan terkait usia remaja. Usia Remaja sendiri

menurut Steinberg & Morris terbagi menjadi 3 tahapan yakni tahap awal

remaja (early adolescence) yang ada di rentan usia 11-14 tahun, tahap

pertengahan remaja (middle adolescence) yang ada di rentan usia 15-17

tahun dan tahap akhir remaja (late adolescence) yang ada di rentan usia

18-21 tahun. Sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) rentan remaja adalah di usia 10- 24 tahun.

Selanjutnya menurut PBB mengelompokan manusia yang dianggap muda

(remaja) adalah manusia dengan usia 15- 24 tahun. Dan masa remaja ini

merupakan masa yang paling rentang melakukan perbuatan zina yang

dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan.

24
H. Persepsi Etis

a. Definisi

Menurut Christine Manurip, I Gede Suwetja : 2022 Persepsi etis diartikan

sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan

menginterpretasikan masukkan – masukkan informasi dan pengalaman –

pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya secara menyeluruh makna

yang terkandung di dalamnya sesuai dengan prinsip kebenaran, akhlak, dan moral

yang berlaku (Gadjali, 2014).

Menurut Elfitri Dwi Rahardianti : 2020 Persepsi etis merupakan sikap

bagaimana menilai suatu keadaan atau pelanggaran (Kurniawan dan Widanaputra,

2017). Persepsi Wajib Pajak (WP) mengenai penggelapan pajak merupakan cara

Wajib Pajak dalam memberikan pandangan atau interpretasi atas suatu peristiwa

atau tindakan berkaitan dengan penggelapan pajak yang dipengaruhi dari faktor

eksternal dan faktor internal (Widjaja et al., 2017). Persepsi etis penggelapan

pajak dalam hal ini merupakan sikap bagaimana menilai ataupun cara memandang

suatu pelanggaran, yaitu tindakan penggelapan pajak.

Menurut Loja Dian Evi Leni dan Sri Ayem : 2020 Persepsi merupakan

cara pandang seseorang yang melibatkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

dalam melihat suatu masalah atau permasalahan. Etika berhubungan dengan

pernyataan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang lain ( Al, 2010).

Seseorang yang memiliki perilaku etis berarti telah mengetahui hal baik,

menyukai hal baik, dan melakukan hal baik. Seseorang yang telah mendapat

pendidikan etika diasumsikan telah mengetahui hal baik, sehingga memiliki

perilaku yang lebih etis dibandingkan orang yang belum mendapatkan pendidikan

25
etika. Persepsi etis adalah bagaimana cara pandang seseorang mahasiswa

akuntansi sebagai calon akuntan dengan melibatkan pengalaman dan

pembelajaran terhadap etika dari seorang akuntan (Wati, 2016). Persepsi individu

terhadap suatu objek yang sama sangat mungkin memiliki perbedaan yang

disebabkan oleh 3 faktor, yaitu faktor pertama pada pemersepsi yang terdiri dari

sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan. Faktor yang kedua

dalam situasi terdiri dari waktu, keadaan dan situasi sosial. Faktor yang ketiga

pada target terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan

kedekatan (Arfan, 2011). Semakin meningkatnya perhatian masyarakat terhadap

isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi maka membuat kepercayaan

masyarakat terhadap profesi akuntan menurun. Menurunnya kepercayaan publik

terhadap profesi akuntan akan menjadi berdampak pada integritas dan kredibilitas

seorang akuntan (Rindayanti, 2017). Dampak tersebut muncul karena kecerdasan

dan pengetahuan yang dimiliki akuntan digunakan tanpa berlandaskan norma dan

etika dari profesinya (Sugiantari, 2016).

Persepsi etis yang rendah membuat mereka berangggapan bahwa tindakan

tidak etis yang mereka lakukan adalah tindakan yang normal. Teori sikap dan

perilaku merupakan perilaku seseorang yang ditentukan oleh sesuatu yang orang

lain ingin lakukan (sikap), pemikiran tentang apa yang ingin mereka lakukan

(aturanaturan sosial), hal apa yang sering mereka lakukan (kebiasaan) serta

konsekuensi perilaku apa yang mereka pikirkan (Pradanti, 2014).

26
I. Konsultan Pajak

a. Definisi

Konsultan pajak adalah orang/badan yang memberikan jasa konsultasi

perpajakan kepada wajib pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi

kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan (Direktorat Jenderal Pajak, 2019).

Jenis Layanan Penjelasan

Kepatuhan Pajak Layanan ini untuk mengurusi hal-hal yang

berhubungan dengan kpatuhan pajak kliennya

seperti menghitung, membayar dan melaporkan

pajak.

Selain itu layanan ini juga meliputi membuat

estimasi atau penghitungan pajak yang akan

dibayar oleh wajib pajak, melakukan koreksi

fiskal dan lain sebagainya.

Perencanaan Pajak Layanan ini adalah untuk melakukan jasa

perencanaan pajak yang bertujuan

mengoptimalkan keuntungan klien.

Selain itu, layanan ini juga membantu dalam

mempersiapkan dan mengurus data yang

berhubungan dengan pajak dan akan dilaporkan

sesuai dengan ketetapan perpajakan.

27
Pemeriksaan Ini adalah layanan untuk mengevaluasi data

Laporan Pajak yang berhubungan dengan munculnya beban

pajak yang merugikan perusahaan klien.

Konsultan pajak bisa melakukan penekanan

biaya untuk membayar pajak tanpa harus

melanggar peraturan dan ketentuan dalam

Undang-Undang perpajakan.

Pendampingan Konsultan pajak memiliki tanggung jawab

dalam Pemeriksaan dalam mewakili atau mendampingi klien saat

pemeriksaan pajak.

Ini karena banyak orang yang masih kurang

memahami permasalahan perpajakannya.

Konsultan pajak juga ikut membantu

menyiapkan data/dokumen yang dibutuhkan saat

pemeriksaan.

Disini Konsultan pajak memiliki tugas dalam

mengatur pajak sebuah perusahaan sebagaimana

dengan perkembangan peraturan pajak yang

berlaku.

Konsultasi Di layanan ini Konsultan pajak menawarkan jasa

konsultasi permasalahan perpajakan. Konsultan

pajak juga berkewajiban untuk memberikan

28
setiap informasi kepada wajib pajak yang

berkaitan tentang segala peraturan pajak yang

terbaru dan terkini.

Restutisi Pajak Layanan ini adalah dimana klien membutuhkan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak

(restitusi), konsultan pajak dapat membantu

pelaksanaannya mulai dari persiapan data,

penyampaian restitusi, pemeriksaan sampai

proses akhir dari diterimanya pengembalian

kelebihan pajak tersebut.

Penyelesaian Konsultan pajak dapat memberikan pelayanan

Sengketa Pajak penyelesaian sengketa pajak. Contohnya jika

klien berencana mengajukan keberatan pajak,

banding, dan lain sebagainya.

Dengan layanan ini konsultan pajak akan

mendampingi wajib pajak atau kliennya, apabila

terjadi pemeriksaan terhadap wajib pajak

bersangkutan.

Dan adanya keberatan dari wajib pajak dan

pengajuan banding yang dilakukan oleh wajib

pajak.

Tabel 2.1 Jenis Layanan Konsultan Pajak


J. Penghindaraan Pajak (Tax Avoidance)

29
a. Definisi

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:205), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

merupakan tindakan legal wajib pajak untuk meminimalisasi biaya kepatuhan

(Compliance Cost) yang harus dibebankam pada wajib pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya.

Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah suatu skema penghindaran

pajak untuk tujuan meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan celah

(loophole) ketentuan perpajakan suatu negara.

Menurut salah satu ahli, Justice Reddy, tax avoidance didefinisikan

sebagai seni menghindari pajak tanpa melanggar hukum.

Sedangkan menurut James Kessler, tax avoidance dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance.

1. Acceptable tax avoidance adalah penghindaran pajak yang diperbolehkan

dengan karakteristik memiliki tujuan yang baik, bukan untuk menghindari

pajak dan tidak melakukan transaksi palsu.

2. Unacceptable tax avoidance adalah penghindaran pajak yang tidak

diperbolehkan dengan karakteristik tidak memiliki tujuan yang baik, untuk

menghindari pajak, dan menciptakan transaksi palsu.

Lalu, menurut Ronen Palan, suatu transaksi diindikasikan sebagai penghindara

pajak jika melakukan salah satu tindakan berikut:

1. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak lebih sedikit dari yang

seharusnya terutang dengan memanfaatkan kewajaran interpretasi hukum

pajak.

30
2. Wajib pajak berusaha agar pajak dikenakan atas keuntungan yang di-

declare dan bukan atas keuntungan yang sebenarnya diperoleh.

3. Wajib pajak mengusahakan penundaan pembayaran pajak.

Pada dasarnya, penghindaran pajak bersifat sah karena tidak melanggar

ketentuan perpajakan apapun. Namun, praktik ini dapat berdampak pada

penerimaan pajak suatu negara. Maka, semua pihak sepakat bahwa tax avoidance

merupakan praktik yang tidak dapat diterima.

K. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

a. Definisi

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:202), Penggelapan Pajak atau

penyelundupan pajak merupakan usaha aktif yang dilakukan oleh wajib pajak

untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak secara illegal karena

melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tax evasion adalah pelanggaran perpajakan dalam melakukan skema

penggelapan pajak. Penggelapan pajak yang dimaksud adalah melakukan

pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan hingga tidak

membayarkan pajak terutangnya lewat cara-cara yang ilegal. Dalam hal

pelanggaran yang dilakukan adalah wajib pajak cenderung melakukan upaya

untuk tidak melaporkan jumlah pajak yang sebagaimana mestinya. Tentu hal ini

termasuk tindakan kriminal karena menyalahi aturan yang berlaku dan mencakup

perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap serta menyembunyikan

sebagaian dari penghasilan wajib pajak. 

b. Contoh Tax Evasion

31
Salah satu contoh tax evasion yang sering ditemukan adalah wajib pajak yang

tidak melaporkan sebagian atau seluruh penghasilannya ke dalam SPT,

membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya dijadikan pengurangan dalam

penghasilan yang bertujuan untuk meminimalkan beban pajak, serta memperbesar

biaya dengan cara yang fiktif. Cara-cara yang ditempuh sudah pasti secara ilegal

sehingga menimbulkan kerugian bagi pendapat negara.

c. Sanksi yang Diterima dari Tax Evasion

Seperti pada pembahasan dasar hukum sebelumnya, tentu akan ada sanksi bagi

wajib pajak yang melakukan tax evasion. Bisa dengan hukuman yang ringan

hingga berat tergantung dari pelanggaran apa saja yang dilakukan wajib pajak.

Penegakan hukum ringan biasanya kepada pelanggaran hukum yang sifatnya

administratif, yakni berupa bunga atau denda.  Sedangkan untuk penegakan

hukum berat akan dikenakan kepada pihak yang melakukan tindak pidana

perpajakan, sanksi yang dikenakan adalah sanksi pidana.

2.2 Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti / Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil Peneliti

1 Christine Analisis Pemahaman Variabel Tax Peneliti ini Konsultan pajak

Manurip,I Gede Dan Persepsi Etis Advoidance dilakukan di memiliki

Suwetja Dari Sisi Konsultan dan Tax kota Bitung pemahaman yang

2022 Pajak Tentang Evasion dan Manado baik akan

Penghindaran Pajak pada Tahun penghindaran pajak.

32
Aktif Dalam Bentuk 2022 Penghindaran pajak

Tax Avoidance Dan dianggap konsultan

Tax Evasion (Studi pajak merupakan

Pada Konsultan cara jitu dalam

Pajak Di Kota menyiasati

Bitung Dan perpajakan yang

Manado) masih dalam bingkai

perundang –

undangan. Persepsi

etis konsultan pajak

tentang

penghindaran pajak

adalah dianggap etis.

Konsultan pajak

memiliki

pemahaman yang

baik akan

penggelapan pajak,

dimana penggelapan

pajak dipandang

merupakan tindakan

yang melanggar

undang-undang atau

hukum. Indikator

penggelapan pajak

ini berupa tidak

menyetorkan apa

yang sudah dipotong

atau dipungut dari

33
konsumen, tidak

membuat atau juga

menyalahgunakan

NPWP, tidak

melaporkan transaksi

yang sebenarnya atau

omset yang

sebenarnya. Motif

atau penyebab

dilakukannya

penggelapan pajak

ini karena tarif pajak

dan kurangnya

kesadaran wajib

pajak. Persepsi etis

konsultan pajak

tentang tindakan

penggelapan pajak

adalah mereka

menganggap bahwa

penggelapan pajak

merupakan tindakan

yang tidak etis atau

sudah melanggar

norma – norma atau

nilai-nilai yang

disepakati bersama.

2 Riska Oktaviana, Pengaruh Variable Tax Penelitian ini Religiusitas

34
M Iqbal Fasa, Religiusitas, Love Evasion dilakukan berpengaruh negatif

Suharto of Money, dan pada tahun pada perilaku

2021 Status Sosial 2021 penggelapan pajak,

Ekonomi Terhadap ini berarti semakin

Kecenderungan tinggi religiusitas

Perilaku Tax wajib pajak maka

Evasion dalam tingkat penggelapan

Perspektif pajak akan

Ekonomi Islam berkurang.

Hasil penelitian

menyatakan bahwa

love of money

berpengaruh pada

perilaku penggelapan

pajak. Semakin tinggi

rasa cinta kepada

uang maka wajib

pajak akan

melakukan segala

cara

menyembunyikan

hartanya dengan

perilaku penggelapan

pajak.

Status sosial ekonomi

tidak berpengaruh

pada penggelapan

pajak karena status

sosial tidak dapat

35
mempengaruhi

seseorang untuk

melakukan perilaku

penggelapan pajak,

semua tergantung

dari bagaimana wajib

pajak bersosialisasi

dengan sesama.

3 Yuliani Karlina, Faktor-Faktor Variable Penelitian Secara parsial

Asep Kurniawan, Yang persepsi, dan dilakukan variabel love of

Indah Umiyati Mempengaruhi penggelapan pada tahun money tidak

2020 Niat Melakukan pajak 2021 berpengaruh terhadap

Penggelapan Pajak variabel penggelapan

(Berdasarkan pajak.

Persepsi Wajib Secara parsial

Pajak Orang variabel sistem

Pribadi Yang perpajakan tidak

Terdaftar Di berpengaruh terhadap

Kantor Pelayanan penggelapan pajak.

Pajak Pratama Secara parsial

Kabupaten Subang) variabel keadilan

perpajakan tidak

berpengaruh terhadap

penggelapan pajak.

Secara parsial

variabel diskriminasi

perpajakan tidak

berpengaruh terhadap

36
penggelapan pajak.

Secara parsial

variabel pemahaman

perpajakan

berpengaruh negatif

terhadap penggelapan

pajak.

4 Rima Sundari, Pengaruh Etika Variable Penelitian Etika Profesi

Rukmi Juwita, Profesi Dan Keputusan Etis Dilakukan Memiliki Pengaruh

Y. Casmadi, Kompetensi Konsultan Padatahun Signifikan Terhadap

Arief Syafrizal Terhadap Pajak 2021 Di Pengambilan

2021 Pengambilan Surabaya Keputusan Etis

Keputusan Etis Konsultan Pajak Di

Konsultan Pajak Di Surabaya.

Surabaya Komptensi Memiliki

Pengaruh Signifikan

Terhadap

Pengambilan

Keputusan Etis

Konsultan Pajak Di

Surabaya.

Etika Profesi Dan

Kompetensi

Memiliki Pengaruh

Secara Simultan

Terhadap

Pengambilan

Keputusan Etis

37
Konsultan Pajak Di

Surabaya.

5 Elfitri Dwi Determinan Variable Penelitian Kemungkinan

Rahardianti Persepsi Etis persepsi etis dilakukan terdeteksinya

2020 Penggelapan Pajak penggelapan pada tahun kecurangan

pajak 2020 berpengaruh negatif

terhadap persepsi

etis penggelapan

pajak. Besar

kecilnya

kemungkinan

terdeteksinya

kecurangan dapat

memengaruhi

persepsi etis

penggelapan pajak.

Apabila Wajib Pajak

merasa bahwa

peluang terdeteksi

kecurangan besar,

Wajib Pajak akan

cenderung takut

untuk melakukan

tindakan

penggelapan pajak.

6 Nurul Pengaruh Variable Tax Penelitian Hasil penelitian ini

Penegakan Hukum, dilakukan menunjukkan bahwa

38
Khomariyah Kemungkinan Evasion pada tahun Penegakan hukum

2022 Terdeteksi 2022 di berpengaruh negatif

Kecurangan Dan Tangerang signifikan terhadap

Tax Fairness Tax Evasion, Hasil

Terhadap Tax penelitian ini

Evasion Dengan mengindikasikan

Tax Morale bahwa semakin

Sebagai Variabel tingginya penegakan

Moderasi (Studi hukum di suatu

Pada Kpp Pratama negara makan akan

Kosambi menurunkan

Tangerang) kecenderungan

praktik tax evasion

yang terjadi di

negara tersebut

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

Kemungkinan

terdeteksi

kecurangan

berpengaruh negatif

tidak signifikan

terhadap Tax

Evasion, semakin

tinggi tingkat

kemungkinan

terdeteksinya

kecurangan maka

perilaku

39
penggelapan pajak

akan semakin

rendah

Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu


L. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah suatu dasar pemikiran yang mencakup

penggabungan antara teori, fakta, observasi, serta kajian pustaka, yang nantinya

dijadikan landasan dalam melakukan menulis karya tulis ilmiah. Karena menjadi

dasar, kerangka berpikir ini dibuat ketika akan memaparkan konsep-konsep dari

penelitian. 

Kerangka berpikir juga bisa dibilang sebagai visualisasi dalam bentuk bagan

yang saling terhubung. Dengan bagan itu dapat dikatakan bahwa kerangka

berpikir adalah suatu alur logika yang berjalan di dalam suatu penelitian.

Namun, kerangka berpikir ilmiah juga bisa dibuat dalam bentuk poin-poin yang

sesuai dengan variabel. Adapun variabel terbagi menjadi dua yaitu variabel terikat

(dependen) dan variabel bebas (independent) 

Jadi secara umum contoh kerangka berpikir adalah alur dari suatu

permasalahan yang ingin dipaparkan di dalam karya tulis ilmiah. Mulai dari awal

hingga akhir.  Pajak

Pemahaman Persepsi Etis Tax Advoidance Tax Evasion

Konsultan
40 Pajak
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

41
DAFTAR PUSTAKA

Christine Manurip , I Gede Suwetja : 2022 Analisis Pemahaman Dan Persepsi Etis

Dari Sisi Konsultan Pajak Tentang Penghindaran Pajak Aktif

Dalam Bentuk Tax Avoidance Dan Tax Evasion (Studi Pada

Konsultan Pajak Di Kota Bitung Dan Manado)

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/lppmekososbudkum/artic

le/view/37967

Riska Oktaviana1, M Iqbal Fasa2, Suharto3 : 2021 Pengaruh Religiusitas, Love of

Money, dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Kecenderungan

Perilaku Tax Evasion dalam Perspektif Ekonomi Islam

http://www.jurnaljesi.com/index.php/jurnaljesi/article/view/50

Rima Sundari1 , Rukmi Juwita2 , Y. Casmadi3 , Arief Syafrizal4 : 2021 Pengaruh

Etika Profesi Dan Kompetensi Terhadap Pengambilan Keputusan

Etis Konsultan Pajak Di Surabaya https://jurnal.polban.ac.id/ojs-

3.1.2/akuntansi/article/view/2330

Elfitri Dwi Rahardianti : 2020 Determinan Persepsi Etis Penggelapan Pajak

https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/23894

Nurul Khomariyah : 2022 Pengaruh Penegakan Hukum, Kemungkinan Terdeteksi

Kecurangan Dan Tax Fairness Terhadap Tax Evasion Dengan Tax

Morale Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada KPP Pratama

Kosambi Tangerang)

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/61433

Yuliani Karlina1 , Asep Kurniawan2 , Indah Umiyati3 : 2020 Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Niat Melakukan Penggelapan Pajak (Berdasarkan


Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Subang)

http://www.ojs.stiesa.ac.id/index.php/jass/article/view/670

Sotarduga Sihombing, Susy Alestriani Sibagariang : 2020 PERPAJAKAN (Teori

dan Aplikasi)

https://repository.penerbitwidina.com/media/publications/326271-

perpajakan-teori-dan-aplikasi-316f12f5.pdf

https://www.cermati.com/artikel/konsultan-pajak-penjelasan-jenis-jenis-layanan-

dan-keuntungannya diakses pada 10 April 2023

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/tax-avoidance-definisi-dan-

pencegahannya-di-indonesia#:~:text=Tax%20avoidance%20atau

%20penghindaran%20pajak,menghindari%20pajak%20tanpa

%20melanggar%20hukum diakses pada 10 April 2023

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/mengenal-tax-evasion-contoh-

hingga-sanksinya#:~:text=Tax%20evasion%20adalah

%20pelanggaran%20perpajakan,lewat%20cara%2Dcara%20yang

%20ilegal diakses pada 10 April 2023

43

Anda mungkin juga menyukai