Disusun oleh:
ELISABET SIREGAR
NIM. 023001801106
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
ii
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ......................................................................................................................... 23
3.4.2.1.1 Paired Sample T-Test (Uji T Sampel Berpasangan) .............................................................. 23
3.4.2.1.2 Wilcoxon Signed Rank Test ............................................................................................. 24
3.4.2.1.3 Model Persamaan Regresi……………………………………………………………………………………………….25
3.5 Uji Hipotesis ................................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kepatuhan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak. Hal tersebut dikarenakan
pemerintah Indonesia pada saat ini menggunakan sistem self assessment, artinya setiap Wajib
Pajak bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak, dan
pemberitahuan pajak yang terhutang kepada pemerintah, sesuai dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku, hal tersebut yang membuat penerimaan pajak sangat tergantung kepada
kepatuhan wajib pajak.
1
Menurut penelitian Prahestiara (2014) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar
pada KPP Pratama Salatiga, ada 4 faktor yang mempengaruhinya yaitu kesadaran membayar
pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas
efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum.
Selain itu, menurut penelitian Widayati dan Nurlis (2010) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya, yaitu faktor
kesadaran membayar pajak; persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan; pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan pajak.
Peningkatan jumlah pajak dapat tercapai jika adanya peningkatan jumlah Wajib Pajak
terjadi. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) baru berguna untuk meningkatkan jumlah
Wajib Pajak yang terdaftar. Masih banyaknya Wajib Pajak yang potensial yang belum terdaftar
sebagai Wajib Pajak aktual dan tidak taat untuk membayar pajak. ketidaktaatan dalam membayar
pajak tidak hanya terjadi pada pengusaha saja tetapi terjadi pada pekerjaan professional lainnya.
Setelah diberikan NPWP oleh Ditjen Pajak, diharapkan Wajib Pajak dapat mematuhi hak dan
kewajibanya (Widayati dan Nurlis, 2010). Wajib Pajak yang memiliki penghasilan yang melebihi
PTKP diwajibkan dalam membayar pajak. bila setiap Wajib Pajak mengetahui dengan jelas
peraturan tersebut, maka Wajib Pajak akan memiliki kesadaran untuk membayarkan pajak
penghasilannya.
DJP juga sudah membuatkan sistem pendukung yang diharapkan dapat memudahkan
Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya yaitu adanya e-filling, e-SPT,
e-NPWP, drop box dan e-banking. Wajib Pajak mempunyai persepsi sendiri tentang sistem-sistem
yang dimiliki oleh DJP. Sebelum adanya pembaharuan sistem pengisian SPT dan pembayaran
pajak melalui internet, Wajib Pajak harus datang ke KPP untuk melakukan semua proses. Dengan
adanya e-filling, e-SPT, e-NPWP, drop box dan ebanking, persepsi Wajib Pajak atas sistem
perpajakan meningkat karena semua sistem tersebut membuat Wajib Pajak dapat melakukan
semua proses pajak (Rahman Adi Nugroho, 2012).
Responden pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait oleh suatu hubungan kerja (Pasal
2
1 angka 24 UU KUP No.28 tahun 2007). Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas melakukan pelaporan perpajakannya dengan mengisi SPT Tahunan
Form 1770. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha seperti usaha dagang, jasa,
industri, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan pekerjaan bebas yaitu pekerjaan yang
dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha guna memperoleh
penghasilan dantidak terikat dengan pemberi kerja. Contoh dari pekerjaan bebas yaitu, praktek
pribadi sebagai dokter, konsultan, pengacara, notaris, dan lain-lain.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha maupun pekerjaan bebas lebih rentan terhadap pelanggaran pajak daripada Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (Nugroho, 2016). Hal ini
disebabkan karena Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas melakukan
pembukuan atau pencatatan sendiri. Pembukuan atau pencatatan yang dilakukan dapat dilakukan
sendiri maupun menggunakan jasa ahli. Namun kebanyakan Wajib Pajak Orang pribadi yang
melaksanakaan pencatatan dan pembukuan dilakukan sendiri daripada menggunakan jasa ahli
karena jika menggunakan jasa ahli mereka beranggapan akan kurang efisien terutama dalam hal
biaya. Hal ini menyebabkan adanya kemungkinan Wajib Pajak yang melakukan pekerjaan bebas
akan menghindari kewajiban untuk membayar pajak. Oleh karena itu, penulis akan melakukan
suatu penelitian apakah Kebijakan pajak,kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan
pemahaman tentang peraturan perpajakan,sosialisasi, tingkat kepercayaan terhadap sistem
pemerintahan dan hukum mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
pekerjaan bebas. Dengan harapan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas semakin meningkat dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Utami Muzakir (2016) bahwa variabel
yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan,
serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum terhadap kemauan membayar
pajak wajib pajak pekerja bebas. Sehingga diduga kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak, persepsi yang
baik atas efektifitas sistem perpajakan, serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan
3
dan hukum terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak pekerja bebas.yang mempengaruhi
kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak.
Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu Pertama, Objek
penelitian tidak sama dengan penelitian sebelumnya adalah KPP Pratama Jakarta Kalideres.
Kedua, variabel yang digunakan penelitian terdahulu menggunakan 4 variabel independen yaitu
kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak, persepsi yang
baik atas efektifitas sistem perpajakan, serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan
dan hukum terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak pekerja bebas. Sedangkan penelitian
ini menggunakan 5 variabel bebas yaitu kebijakan pajak, kesadaran membayar pajak, pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, sosialisasi perpajakan, tingkat kepercayaan
terhadap sistem pemerintahan dan hukum.
Alasan peneliti menambah variabel kebijakan pajak karena terkait dengan fenomena target
pajak dan skandal perpajakan, pemerintah secara berkelanjutan perlu mengeluarkan kebijakan
dalam rangka penerimaan pajak, baik program ekstensifikasi maupun intensifikasi. Pada
kenyataannya, di manapun tidak ada undang-undang perpajakan yang mengatur setiap
permasalahan secara sempurna, sehingga dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-
ketentuan lain meliputi Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden Surat Keputusan Menteri, dan
Surat Putusan/Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak (Tanjung dan Tjondro, 2013). Maka
diperlukan suatu kajian yang secara spesifik atau secara umum tekait dengan kebijakan perpajakan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Selanjutnya alasan penulis menambah variabel sosialisasi karena
semakin luas pengetahuan dan semakin tinggi tingkat pemahaman yang dimiliki melalui sosialisasi
maka akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hal tersebut diperkuat
dengan penelitian Ananda dkk (2015), yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Atas dasar penjelasan diatas maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak, dengan variabel independen kebijakan pajak,
kesadaran membayar pajak, pemahaman wajib pajak, tingkat kepercayaan dan sosalisasi
perpajakan. Hasil dari penelitian ini diharapkan berupa model atau kebijakan peningkatan moral
dan kepatuhan perpajakan wajib pajak orang pribadi.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:|
Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal yang
mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam melakukan pekerjaan bebas untuk membayar
pajak serta diperolehnya manfaat dari pengalaman penelitian.
Penelitian ini sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang dalam penelitian ini
adalah kebijakan pajak, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang
peraturan perpajakan berpengaruh, sosialisasi perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem
pemerintahan dan hukum. terutama bagi daerah lokasi penelitian.
5
1.5 Sistematika Pembahasan
6
BAB II
PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN TEORI
Patuh dapat diartikan taat kepada aturan yang berlaku. Maka kepatuhan dapat diartikan
ketaatan dalam menjalankan aturan-aturan yang telah ditentukan. Kepatuhan wajib pajak menurut
Prihartanto dan Pusposari (2014) adalah keadaan Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, secara
disiplin, sesuai dengan peraturan perundangundangan serta cara perpajakan yang berlaku.
Terdapat dua macam kepatuhan yakni (Rahayu dan Lingga, 2009):
1. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif/hakekat
memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang
perpajakan.
Berdasarkan 2 macam kepatuhan tersebut, menurut Rahayu dan Lingga (2009), kepatuhan
wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan
diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam
penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Kebijakan pajak (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju
dalam sistem perpajakan (Tanjung dan Tjondro, 2013). Kebijakan perpajakan (tax policy) yang
dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai
sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya. (Rahayu dan
Lingga, 2009). Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak baru meminimalisir
7
biaya administrasi (administrative cost) dan biaya kepatuhan (compliance cost) serta menjadikan
administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak”.
Kesadaran Wajib Pajak Menurut Handayani dkk (2012) kesadaran merupakan unsur dalam
manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas.
Untuk mengukur kesadaran membayar pajak, Handayani dkk (2012) menggunakan pernyataan
yang menggugah semangat nasionalisme, dengan dimensi keuntungan kesadaran membayar pajak
dan kerugian tidak adanya kesadaran membayar pajak. Dua dimensi tersebut, dipecah dalam empat
indikator pernyataan, sebagai berikut:
Hubungan antara kesadaran membayar pajak dan kepatuhan Wajib Pajak dapat didasarkan
atas teori atribusi, dimana teori tersebut berpendapat bahwa individu akan terpaksa berperilaku
karena situasi atau lingkungan.
Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan
menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Fikriningrum, 2012:14). Sedangkan Pemahaman
8
merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pengetahuan
dan pemahaman peraturan perpajakan merupakan penalaran dan penangkapan makna tentang
peraturan perpajakan.
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau
kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun
non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak seperti
penyuluhan atau sosialisasi pajak yang dilakukan KP2KP Cibitung di kantor-kantor,sekolah-
sekolah ataupun di desa-desa sekitar.
Pemahaman Wajib Pajak menurut Pravitasari dkk, (2012) adalah pemahaman konsep dan
undang-undang perpajakan. Tidak jauh berbeda, Handayani dkk (2012) juga menyatakan bahwa
pengetahuan dan pemahaman di dalam penelitiannya adalah terkait dengan peraturan perpajakan
(syarat-syarat) terkait pembayaran pajak. Menurut Handayani dkk (2012) Pemahaman dan
pengetahuan tentang peraturan perpajakan akan meningkatkan kemauan Wajib Pajak untuk
membayar pajak.
Dalam penelitian ini pemahaman Wajib Pajak diduga berpengaruh terhadap kepatuhan
Wajib Pajak, hal tersebut berlandaskan agency theory. Apabila WP memahami bahwa pajak yang
dipungut Pemerintah bertujuan untuk menguntungkan pemerintah, Negara maupun dirinya sendiri,
maka WP tersebut akan cenderung patuh. Kepatuhan tersebut disebabkan oleh keinginan WP
untuk memaksimalkan keuntungannya sendiri, sesuai dengan agency theory. Dugaan dalam
penelitian ini sesuai dengan pernyataan dari Pravitasari, dkk (2012) dan Ananda dkk, (2015) yang
menyatakan bahwa Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Sosialisasi Perpajakan menurut Ananda dkk (2015) merupakan suatu upaya DJP
(Direktorat Jenderal Pajak) memberikan informasi dan pembinaan kepada Wajib Pajak mengenai
segala sesuatu yang ada korelasinya dengan bidang perpajakan. Atau bisa dikatakan sosialisasi
9
perpajakan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
hak dan kewajiban perpajakannya. Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-98/PJ./2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal
di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban perpajakannya harus terus
dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:
a. Publikasi (Publication),
b. Kegiatan (Event),
c. Pemberitaan (News),
d. Keterlibatan Komunitas (Community Involvement),
e. Pencantuman Identitas (Identity),
f. Pendekatan Pribadi (Lobbying).
Tingkat kepercayaan Wajib Pajak merupakan ukuran seberapa besar kepercayaan yang
dimiliki Wajib Pajak terhadap sistem hukum dan pemerintahan di Indonesia telah dijalankan
dengan adil dan benar. Fokus utama tingkat kepercayaan wajib pajak adalah bagaimana hubungan
yang ada saat ini antara negara dan warga negaranya. Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan
dari kejujuran dan perilaku kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai
yang sama (Doney et.al., 1998 dalam Handayani dkk, 2012). Di banyak negara maju yang
memberlakukan kewajiban perpajakan, setiap warga negara mendapatkan tunjangantunjangan
yang memadai, seperti tunjangan pendidikan, kesehatan, transportasi dan lain-lain. Keuntungan-
10
keuntungan secara langsung maupun tidak langsung ini mendorong Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan mendapatkan
imbalannya melalui fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah. Secara otomatis keinginan
untuk mengingkari kewajiban membayar pajak akan terkikis.
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah
mereka yang menyelenggarakan kegiatan usaha dan tidak terikat oleh suatu ikatan dengan pemberi
kerja.Definisi menjalankan kegiatan usaha yang dimaksud adalah usaha apapun di berbagai
bidang, baik pertanian, industri, perdagangan, maupun yang lainnya. Sedangkan pekerjaan bebas
umumnya terkait dengan keahlian atau profesi yang dijalankan sendiri oleh tenaga ahli yang
bersangkutan antara lain: pengacara, akuntan, konsultan, notaris, atau dokter. Maksudnya, pelaku
pekerjaan bebas tersebut membuka praktek sendiri dengan nama sendiri. Jika yang bersangkutan
hanya bekerja atau berstatus karyawan, misalnya seorang akuntan bekerja di Kantor Akuntan
Publik, maka yang bersangkutan tidak termasuk wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
pekerjaan bebas.
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di Indonesia
harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan keteranganketerangan yang cukup untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak atau harga perolehan atau penyerahan barang-barang atau
jasa, guna penghitungan jumlah pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Bagi wajib pajak yang karena kemampuannya belum memadai,
dimungkinkan untuk dibebaskan dari kewajiban mengadakan pembukuan, dalam arti bahwa
sepanjang kemampuan untuk mengadakan pembukuan belum dimiiki, wajib pajak dibenarkan
untuk hanya membuat catatan-catatan yang merupakan pembukuan sederhana yang memuat data-
data pokok yang dapat dipakai untuk melakukan penghitungan pajak yang terhutang bagi wajib
pajak yang bersangkutan (Proyek Pengembangan Pendidikan Akuntansi, 1991).
11
2.2 Pengembangan Hipotesis
1. Harjanti Puspa Arum (2012) Penelitian ini dilakukan oleh Harjanti Puspa Arum tahun 2012
dengan judul penelitian “ Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan
Pekerjaan Bebas”. Penelitian ini meneliti Apakah kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus,
sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di KPP Pratama Cilacap.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Cilacap.
Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 3.038 wajib pajak. Guna efisiensi waktu dan biaya,
maka tidak semua wajib pajak tersebut menjadi obyek dalam penelitian ini. Oleh karena itu
dilakukanlah pengambilan sampel.
2. Siska Lovihan (2012) Penelitian ini dilakukan oleh Siska Lovihan tahun 2012 dengan judul
penelitian “Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak Pengetahuan Dan Pemahaman Peraturan
Perpajakan Dan Kualitas Layanan Terhadap Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang
Pribadi Di Kota Tomohon”. Penelitian ini meneliti Apakah kesadaran membayar pajak,
pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan dan kualitas layanan berpengaruh
terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi di kota Tomohon.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Cilacap.
Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 3.038 wajib pajak. Guna efisiensi waktu dan biaya,
maka tidak semua wajib pajak tersebut menjadi obyek dalam penelitian ini. Oleh karena itu
dilakukanlah pengambilan sampel.Responden dalam penelitian ini adalah Populasi dalam
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang
terdaftar di KP2KP Tomohon per Desember 2012 dengan jumlah 21.480.
12
3. Sapti, Agus dan Umi (2011) Penelitian ini dilakukan oleh Sapti Wuri Handayani, Agus
Faturokhman dan Umi Pratiwi tahun 2011 dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaan Bebas”. Penelitian ini meneliti, apakah terdapat kesadaran membayar pajak
pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas
system perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap system pemerintahan dan hukum dengan
kemauan membayar pajak wajib pajak pekerja bebas. Penelitian ini dilakukan seluruh Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Purwokerto, Kabupaten Banyumas per Desember.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto,
Kabupaten Banyumas per Desember 2011. Populasi responden sebanyak 45.447 dan
berdasarkan perhitungan sebanyak 120 responden yang dijadikan sampel. Data yang
terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptik dengan prosentase, disimpulkan
sebagian wajib pajak memiliki persepsi yang kurang baik terhadap kesadaran dalam
membayar pajak.
4. Hikmah Afritenti,Dewi Fitriyani,susfayetti (2020) Penelitian ini dilakukan oleh Hikmah
Afritenti,Dewi Fitriyani,susfayetti pada tahun 2020 dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang
terdaftar di kpp pratama jambi. Penelitian ini meneliti , apakah terdapat kesadaran membayar
pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak, persepsi yang bai katas
efektifitas system perpajakan, sanksi pajak. Penelitian ini dilakukan seluruh Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
PratamaJambi.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang melakukan
pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi di kota Jambi.
Berdasarkan perhitungan responden sebanyak 100 orang responden yang dijadikan sampel.
Data yang terkumpul dianalisis serta disimpulkan bahwa Persepsi yang Baik Atas Efektifitas
Sistem Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Melakukan Pekerjaan Bebas di KPP Pratama Jambi
13
5. Harjanti puspa arum (2012) Penelitian ini dilakukan oleh Harjani puspa arum pada tahun
2012 dengan judul pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Penelitian ini meneliti apakah
terdapat kesadaran membayar pajak, apakah pelayanan fisus berpengaruh terhadap
kepatuhanwajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas,
serta apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas. Penelitian ini dilakukan seluruh Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Cilacap.Responden dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang
pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Cilacap. Berdasarkan perhitungan Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 3.038 wajib
pajak. responden sebanyak 97 orang responden yang dijadikan sampel.
Aspek kebijakan pajak, diantaranya pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek pajak,
tarif pajak, prosedur pembayaran pajak. Pengaruh kebijakan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak
didukung oleh agency theory bahwa WP sebagai Prinsipal akan bertindak sesuai dengan
kepentingannya sendiri. Kebijakan pajak (tax policy) dimaksudkan untuk menguntungkan
masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Pemerintah sebagai agent mengharapkan dengan
adanya tax policy akan meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia, meningkatkan
penerimaan negara, dan mendorong tingkat kepatuhan pajak secara insentif. Selain itu, keuntungan
yang akan diterima WP adalah peluang untuk membayar pajak lebih rendah (Fitriyani dan
Tiswiyanti, 2009 dalam Pravitasari, dkk 2012). Oleh karena itu, dihipotesiskan :
14
2.2.2.2 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami
dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Dalam penelitian Nurlaela,
2014 diketahui bahwa kesadaran akan pentingnya membayar pajak tidak mempengaruhi kemauan
membayar pajak oleh wajib pajak. Hasil penelitian Hardiningsih dan Yulianawati, 2011 kesadaran
membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Kesadaran perpajakan
masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang tidak
dapat dijaring. Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan kemauan wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, dihipotesiskan :
Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki
dan diikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakata dan alam berbagai kelompok
khusus, sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan” (Sudrajat dan Ompusunggu, 2015).
Dengan adanya sosialisasi yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat diduga mampu
meningkatkan motivasi Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan. Sejalan dengan
15
pendapat Sudrajat dan Ompusunggu (2015) yang menyatakan salah satu faktor yang bisa
ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kepatuhan pajak adalah dengan cara
mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan moral baik dengan media
billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses oleh Wajib
Pajak. Maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Pada penelitian Alm et al., (2005) dalam Handayani et al., (2012) yang dilakukan di Rusia
sebelum, selama dan sesudah masa transisi perubahan sistem pemerintahan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak karena kebanggaan nasional dan
kepercayaan kepada sistem pemerintahan yang tinggi dari pemanfaatan pajak tersebut. Sedangkan
dalam penelitian Henriket et al., (2005) dalam Handayani et al., (2012) yang dilakukan di Swedia
mengemukakan bahwa ketidak percayaan wajib pajak terhadap politisi terkemuka akan
berpengaruh pada kemauan membayar pajak memburuk dan mengumpulkan pajak untuk menjaga
kesejahteraan negara dikurangi. Oleh karena itu, dihipotesiskan:
H5: Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum berpengaruh signifikan
terhadap kemauan membayar pajak.
16
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3 Hipotesis
Hipotesis mengacu pada latar belakang dan kerangka pemikiran diatas, maka penelitian ini
akan membuktikan apakah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi
yang melakukan pekerjaan bebas untuk membayar pajak.
H2: Kesadaran membayar pajak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak
17
BAB III
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan pengujian hipotesis
(Hypotheses testing). Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat antara
variabel-variabel yang akan diteliti yaitu antara variabel dependen kepatuhan Wajib Pajak, dengan
variabel independen kebijakan pajak, kesadaran membayar pajak, pemahaman Wajib Pajak,
tingkat kepercayaan Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui
studi lapangan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
pekerjaan bebas untuk membayar pajak. Sedangkan Faktor-faktor kebijakan pajak, kesadaran
membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, sosialisasi
perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum sebagai variabel
independen yang akan diteliti pengaruhnya terhadap lima variabel dependen tersebut.
Tabel 3.1
Indikator dan
Variabel Dimensi Definisi
Pengukuran
1. Kebijakan pajak Kebijakan pajak (tax
dianggap policy) merupakan
Kemudahan
menguntungkan alternatif dari berbagai
dan
Kebijakan bagi WP sasaran yang hendak
keuntungan
Pajak 2. Kebijakan pajak dituju dalam sistem
kebijakan
mempermudah perpajakan (Tanjung
pajak
perhitungan pajak dan Tjondro, 2013).
terutang. Kebijakan perpajakan
18
3. Kebijakan pajak (tax policy) yang
memotivasi WP dianggap baik (adil
untuk melaporkan dan efisien) dapat saja
SPT tepat waktu kurang sukses
4. Kebijakan pajak menghasilkan
memotivasi WP penerimaan atau
Motivasi dari
untuk melaporkan mencapai sasaran
kebijakan
SPT sesuai dengan lainnya karena
pajak
ketentuan administrasi
perpajakan. perpajakan tidak
5. Kebijakan pajak mampu
memotivasi WP melaksanakannya.
untuk membayar
pajak tepat wakt
1. Pajak merupakan
sumber penerimaan
Negara terbesar
Keuntungan
2. Pajak yang akan
kesadaran
saya bayarkan
membayar
dapat digunakan Kesadaran Wajib
pajak
untuk menunjang Pajak Menurut
Kesadaran pembangunan Handayani dkk (2012)
Membayar Negara kesadaran merupakan
Pajak 3. Penundaan unsur dalam manusia
pembayaran pajak dalam memahami
Kerugian tidak
dapat merugikan realitas dan
adanya
Negara bagaimana cara
kesadaran
4. Membayar pajak bertindak atau
membayar
tidak sesuai dengan menyikapi terhadap
pajak
jumlah yang realitas.
seharusnya dibayar
19
sangat merugikan
negara
1. Pengetahuan dan Pengetahuan adalah
pemahaman hasil kerja fikir yang
Pengetahuan
tentang sanksi jika merubah tidak tahu
dan
melakukan menjadi tahu dan
pemahaman
pelanggaran menghilangkan
tentang sanksi
perpajakan keraguan terhadap
dan ketentuan
2. Pengetahuan dan suatu perkara
pemahaman (Fikriningrum,
3. Pengetahuan dan 2012:14).
pemahaman Sedangkan
Pengetahuan peraturan pajak Pemahaman
dan melalui sosialisasi merupakan
Pemahaman 4. Pengetahuan dan kemampuan untuk
Wajib Pajak pemahaman menangkap makna
Pengetahuan peraturan pajak dan arti dari bahan
dan melalui training yang dipelajari.
pemahaman Pengetahuan dan
dari pelatihan pemahaman peraturan
perpajakan merupakan
penalaran dan
penangkapan makna
tentang peraturan
perpajakan.
20
3. Informasi Pajak) memberikan
langsung dari informasi dan
petugas ke wajib pembinaan kepada
pajak Wajib Pajak mengenai
4. Pemasangan segala sesuatu yang
Sosialisasi
billboard ada korelasinya
dengan alat
5. Web site Dirjen dengan bidang
bantu
pajak perpajakan.
1. Kepercayaan Tingkat kepercayaan
terhadap sistem Wajib Pajak
pemerintahan merupakan ukuran
Kepercayaan
2. Kepercayaan seberapa besar
terhadap
terhadap sistem kepercayaan yang
Pemerintah
hukum dimiliki Wajib Pajak
Tingkat
3. Kepercayaan terhadap sistem
Kepercayaan
terhadap politisi hukum dan
4. Kepercayaan pemerintahan di
terhadap Indonesia telah
Kepercayaan
pemungutan pajak dijalankan dengan adil
keadilan pajak
yang dialokasikan dan benar.
kembali ke rakyat.
Data dalam penelitian ini menggunakan data Cross Section, yaitu data yang
pengamatannya dilakukan pada satu waktu dengan banyak objek. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah melalui kuesioner yang berupa angket. Jenis kuesioner yang digunakan
kuesioner tertutup yaitu pertanyaan – pertanyaan harus dipilih oleh responden dari berbagai pilihan
jawaban yang tersedia. Jawaban dari setiap instrumen mempunyai gradasi berupa pernyataan yang
telah diberi nilai (scoring) dengan lima skala, dari sangat setuju dengan point 5, sampai sangat
tidak setuju dengan point 1.
21
Populasi adalah totalitas yang berasal dari setiap elemen-elemen yang ingin diteliti yang
memiliki ciri serupa, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu yang akan
diteliti, Handayani (2020). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki pekerjaan bebas yang terdaftar pada Kantor Pajak Pratama (KPP) se-Cibitung. Populasi
dalam penelitian ini juga memfokuskan pada Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang memiliki
pekerjaan bebas, hal tersebut dikarenakan Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang memiliki
pekerjaan bebas cenderung memiliki banyak peluang untuk melakukan penghindaran pajak dari
pada Wajib Pajak Orang pribadi yang memiliki pekerjaan tetap.
Sampel adalah sebagian kecil dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari populasi,
ataupun sebagian kecil yang berasal dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya, Siyoto dkk (2015). Dalam penarikan sampel digunakan
metode non probability sampling, dikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui. Menurut
Riduwan (2003:16) Non Probability Sampling adalah : “Non Probability Sampling ialah teknik
sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk
dijadikan anggota sampling”.
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda. Pengujian regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi
syarat–syarat lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut harus terdistribusi secara normal,
tidak mengandung multikolinearitas, dan heterokedasitas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolearitas, uji heteroskedisitas dan uji autokorelasi sebelum melakukan pengujian
hipotesis. Selain itu, perlu dilakukan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas mengenai suatu data.
22
3.4.1 Stastistik Deskrtiptif Penelitian
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menentukan tingkat rata-rata (mean), standar deviasi,dan varian dari kesadaran membayar
pajak, pengetahuan dan pemahaman wajib pajak,sosialisasi perpajakan, dan tingkat
kepercayaan.
2. Menentukan perbedaan mean(naik atau turun) dari kesadaran membayar pajak,
pengetahuan dan pemahaman wajib pajak,sosialisasi perpajakan, dan tingkat kepercayaan.
Kegiatan penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dan grounded theory
method. Penelitian lapangan yaitu data dikumpulkan dari sumbernya secara langsung di lapangan
(data primer) sebagai objek penelitian, sedangkan grounded theory method yaitu teori yang
dibangun dari data yang dikumpulkan dan dianalisa selama proses penelitian. Untuk menganalisis
hipotesis dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah Multiple Regression
Analysis.
3.4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal apabila Asymptotic sig>
tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal ini adalah 95% atau α=5%.
Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila asymptotic sig< tingkat keyakinan. Jika hasil uji
menunjukan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah uji parametrik (paired sampel t-test). Tetapi jika sampel tidak berdistribusi normal maka uji
beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametrik (wilcoxon sign rank test).
Paired Sampel T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang
digunakan untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (H0) antara dua variabel. Data berasal
dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang
dipasangkan. Langkah-langkah pengujian uji t untuk pengujian sampel berpasangan sebagai
berikut :
23
1. Menghitung selisih (d) antara pengamatan sebelum dan setelah.
d
2. Mengitung total d (d), lalu mencari mean d yaitu 𝑛
3. Menghitung d-(d rata rata), kemudian mengkuadratkan selisih tersebut dan menghitung
total selisih kuadrat.
4. Mencari standar deviasi (Sd2 ) dengan rumus sebagai berikut :
1
Sd = (𝑛−1) 𝑥[Total ( d − d rata − rata]2
Keterangan :
(X1-X2) : rata-rata hitung pengamatan atau sampel untuk X1 pengamatan sebelum dan
X2 pengamatan sesudah
Sd : Standar deviasi sampel
n : Jumlah pengamatan sampel
6. Menentukan Hipotesis : H0 diterima bila T0 ≥ T, H1ditolak bilaT0 ≥ T
Uji statistik non parametrik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Uji ini
digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena adanya duaperlakuan yang berbeda.
Menurut Ghozali (2006), uji ini memberikan bobot nilai lebih untuk setiap pasangan yang
menunjukkan perbedaan besar antara dua kondisi dibandingkan dengan dua pasangan yang
menunjukkan perbedaan kecil. Prosedur pengujian Wilcoxon Signed Rank Test menurut Hasan
(2005) diuraikan sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi hipotesis H0 : Jumlah urutan tanda positif dengan jumlah urutan
tanda negatif adalah sama (tidak ada perbedaan nyata antara pasangan data) H1 : Jumlah
urutan tanda positif dengan jumlah urutan tanda negatif adalah berbeda (ada perbedaan
nyata antara pasangan data).
2. Menentukan taraf nyata (α) dengan T tabelnya Pengujian dapat berbentuk satu sisi atau
duasisi.
3. Menentukan kriteria pengujian H0 diterima apabila T0 ≥ T H1 ditolak apabila T0 ≥ T
24
4. Menentukan uji nilai statistik (nilai T0) Tahap-tahap pengujian adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tanda beda dan besarnya tanda beda antara pasangan data
b. Mengurutkan bedanya tanpa memperhatikan tanda atau jenjang
• Angka 1 (satu) untuk beda yang terkecil, dan seterusnya
• Jika terdapat beda yang sama, diambil rata-ratanya
• Beda nol tidak diperhatikan
c. Memisahkan tanda beda positif dan negatif atau tanda jenjang.
d. Menjumlahkan semua angka positif dan angka negative
e. Nilai terkecil dari nilai absolut hasil penjumlahan merupakan nilai T0.
5. Membuat kesimpulan H0 diterima atau ditolak
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2006) nilai Variance Inflation Factor
(VIF) untuk multikolonieritas adalah tidak melebihi 10 dan nilai tolerance di atas 0,10.
Keterangan :
25
3.5 Uji Hipotesis
Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang paling sesuai
digunakan dalam pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan uji
parametrik Paired Sample T-Test. Sementara apabila data berdistribusi tidak normal maka
digunakan uji non-parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Test yang lebih sesuai digunakan.
Kedua model uji beda tersebut popular digunakan untuk menganalisis model penelitian pre-post
atau sebelum dan setelah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu
pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda. Pengamatan tertentu
pada penelitian ini adalah analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang
pribadi yang melakukan pekerjaan bebas untuk membayar pajak. Jika perlakuan tersebut tidak
berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata pengukurannya adalah sama dengan atau
dianggap nol atau hipotesis nol (H0) diterima. Jika ternyata pernyataan berpengaruh, nilai rata-rata
pengukuran tidak sama dengan nol dan hipotesis nolnya (H0) ditolak, berarti hipotesis
alternatifnya diterima.
26
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Utami Muzakir (2016) analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang
pribadi yang melakukan pekerjaan bebas untuk membayar pajak (studi kasus pada kpp pratama
kalideres, jakarta).
Arum, Harjanti Puspa. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak OrangPribadiyang Melakukan Kegiatan usaha dan Pekerjaan
bebas (Studi Kasus di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Handayani, Sapti Wuri. Faturokhman, Agus. Dan Pratiwi, Umi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 . (2007). Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada
Tiraada, 2013. Kesadaran Perpajakan dan Sanksi Pajak Memberikan Pengaruh yang Signifikan terhadap
Septi Mory, 2015. Pengetahuan Layanan Kesadaran Wajib Pajak dan Kondisi Keuangan di Wilayah KPP
Juli 2018.
Vanessa, T., & Priyo. (2009). Dampak Sunset Policy terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
27
Afritenti, Hikmah. Dewi Fitriyani. Dan Susfayetti (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di kpp pratama jambi.
28