Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KUALITAS

PELAYANAN,DAN KEADILAN PAJAK SELAMA MASA PANDEMI


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
DI KOTA BANDUNG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Dr. Dadang Munandar, S.E., M.Si

USULAN PNELITIAN

Oleh :
Anita Intan Lestari
(20920136)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BISNIS
INTERNATIONAL WOMEN UNIVERSITY
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur saya penjatkan kepada Allaah SWT. Karena atas
kemurahannya saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah ini yang
berjudul “Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan
Keadilan Pajak Selama Masa Pandemi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor di Kota Bandung” ini. Karya Ilmiah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Metodologi Penelitian
yang di ampu oleh bapak Dr. Dadang Munandar, S.E., M.Si.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
pembuatan paper ini juga terimakasih atas dukungan serta masukan dari teman-
teman mahasiswa. Demikian Karya Ilmiah ini saya buat semoga bermanfaat.

Bandung, 03 Maret 2023

( Anita Intan Lestari )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
2.1 Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................................. 7
2.2 Kesadaran Wajib Pajak .............................................................................. 7
2.3 Kualitas Pelayanan Pajak ........................................................................... 7
2.4 Keadilan Pajak ........................................................................................... 8
2.5 Pajak Kendaraan Bermotor ........................................................................ 9
2.6 Kebijakan Insentif Selama Masa ............................................................... 9
2.7 Kerangka Teoritisdan Pengembangan Hipotesis ....................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 13
BAB V PENUTUP................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pajak kendaraan bermotor adalah sumber pendapatan pajak terbesar bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari
Bapenda Jawa Barat diditunjukkan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor
adalah penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah di Jawa Barat. Maka dari itu
pemerintah daerah terus berupaya untuk memaksimalkan pemungutan pajak
tersebut agar mampu meningkatkan pendapatan daerah. Apabila penerimaan pajak
daerah makin tinggi,maka pengelolaan pendapatan bagi pembangunan daerah akan
berjalan semakin baik. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan khususnya dari sektor pajak kendaraan bermotor adalah dengan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya
(Resmi, 2014). Patuh membayar pajak adalah kewajiban bagi badan atau orang
pribadi yang memiliki kendaraan bermotor. Sejak 11 Maret 2020, organisasi
kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) telah menetapkan Covid-
19 sebagai pandemi. Pandemi Covid-19 ini tidak berdampak terhadap kesehatan
saja, namun juga menyebabkan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia
bahkan dunia. Kondisi kritis ini juga menimbulkan masalah sosial di masyarakat
akibat dijalankannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh
pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19, sehingga hampir seluruh
kegiatan ekonomi mengalami kesulitan. Hal ini mengakibatkan masyarakat
cenderung menunda membayar pajak kendaraan bermotor sehingga penerimaan
pajak daerah semakin menurun, padahal selama pandemi Covid-19 kebutuhan
pemerintah untuk mengelola daerahnya semakin meningkat. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari data penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kota Malang selama
tahun 2018 s.d 2020 yang ada pada tabel berikut.
Tabel 1.1Tabel Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Bandung
Tahun Jumlah Objek Pajak Bayar Jumlah Pajak Kendaraan
Pajak Bermotor
2018 431.094 252.291.476.825
2019 420.036 255.236.717.350
2020 366.178 224.766.694.850
Sumber:Data Kantor Bersama SAMSAT Kota Bandung.

4
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa adanya penurunan jumlah
objek pajak bayar pajakdan jumlah penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kota
Malang. Objek pajak bayar pajak disini adalah kendaraan bermotor yang pajak
terutangnya telah dibayar oleh pemilik kendaraan atau biasa disebut Wajib Pajak.
Data tersebut membuktikan bahwa banyak wajib pajak yang melakukan penundaan
pembayaran pajak sehingga menimbulkan terjadinya penurunan kepatuhan pajak
dan berakibat penerimaan pajak menurun.
Kebijakan fiskal menjadi solusi yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah tersebut, Gubernur Jawa Barat mengeluarkan kebijakan insentif berupa
pemutihan pajak kendaraan bermotor yang khusus diberikan selama masa pandemi.
Program pemutihan pajak ini berisi pembebasan Bea Balik Nama Kendaraan
Bemotor (BBNKB) atas penyerahan kedua dan seterusnya dan pembebasan denda
administratif pajak kendaraan bermotor dan BBM kendaraan bermotor(Primaturin,
2020). Selanjutnya juga terdapat diskon pajak bagi kendaraan bermotor roda dua
dan tiga sebesar 15% sementara roda empat atau lebih sebesar 5% dari biaya pokok
pajak. Diskon pajak diberlakukan secara merata bagi seluruh wajib pajak peorangan
dan badan yang memiliki kendaraan bermotor plat dasar hitam dan plat kuning.
Kepatuhan pajak berarti tindakan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara (Rahayu S.
K.,2010).
Demi mendukung peningkatan kepatuhan wajib pajak selama masa
pandemi, pemerintah juga memberikan peningkatan kualitas pelayanan pajak
dengan meningkatkan standar kebersihan pada seluruh Kantor Bersama SAMSAT
dan layanan pembayaran pajak secara online. Peningkatan pelayanan dilakukan
dengan penerapan protokol kesehatan saat pembayaran pajak kendaraan bermotor
secara langsung pada Kantor SAMSAT Kota Bandung dengan meningkatkan
fasilitas tempat cuci tangan, penyediaan hand sanitizer, pengecekan suhu bagi wajib
pajak maupun petugas,penyemprotan desinfektan sebelum memasuki ruangan, dan
penjagaan jarak sosial. Kepala Bapenda Jabar juga menekankan kepada seluruh
pegawai untuk wajib mewaspadai informasi yang belum tentu benar adanya (hoax)
agar tidak menimbulkan kepanikan pada masyarakat. Peningkatan kualitas
pelayanan pembayaran pajak yang diberikan ini diharapkan dapat membantu wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotornya karena lebih aman dan
nyaman sehingga dapat mendorong wajib pajak untuk patuh membayar
pajak.Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utama (2013) membuktikan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT. Penelitian yang dilakukan oleh
Awaloedin (2020)juga menemukan adanya pengaruh signifikan pelayanan fiskus
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5
Keadilan pajak adalah sifat (perlakuan) yang tidak sewenang-wenang atau
tidak berat sebelah atas sistem perpajakan yang berlaku (Puspita, 2014). Dalam
suatu perundang-undangan terdapat prinsip keadilan, yakni pengenaan pajak secara
umum dan merata, serta sesuai dengan kemampuan masing-masing wajib pajak,
dan adil dalam pelaksanaannya.
Meski penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor telah
banyak dilakukan seperti penelitian terdahulu yang menjadi bahan referensi dalam
penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti kembali dengan menggabung
variabel-variabel yang digunakan oleh penelitian terdahulu. Pada penelitian ini
berfokus pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dari segi kebijakan fiskal
yang diberlakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat selama masa pandemi Covid-
19. Selain itu perbedaan waktu penelitian membuat adanya perbedaan kondisi
antara dahulu dan sekarang sehingga penelitian ini masih layak untuk diteliti.
Kemudian perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan
sampel yang dipakai,yakni wajib pajak kendaraan bermotor yang ada di Kantor
Samsat Kota Bandung.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Kualitas Pelayanan, dan Keadilan Pajak Selama
Masa Pandemi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kota
Bandung”.
1.2 Rumusan Masalah
Menurut latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian ini
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh positif kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung ?
2. Apakah terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung ?
3. Apakah terdapat pengaruh positif keadilan pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh positif kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui pengaruh positif kualitas pelayanan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui pengaruh positif keadilan pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Bandung.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepatuhan Wajib Pajak
Sesuai istilah pada Kamus Umum Bahasa Indonesia (2008), kepatuhan
diartikan sebagai tunduk atau patuh pada suatu ajaran atau aturan. Dikutip oleh
Rahayu (2010), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah
suatu perilaku yang mana wajib pajak tunduk, menepati, dan menunaikan
kewajibannya membayar pajak sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Menurut Rahayu(2010)disebutkan bahwa:
1. Kepatuhan wajib pajak sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran
pemenuhan kewajiban perpajakan,tercermin dalam situasi di mana:
2. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan pajak.
3. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
4. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
5. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
6. Kepatuhan wajib pajak memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan
penerimaan pajak karena semakin tingginya kepatuhan wajib pajak maka
semakin tinggi pula sumber pendapatan negara dari sektor penerimaan
pajaknya (Mutia, 2014).
2.2 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak ialah sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi
kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nurani yang tulus dan ikhlas
(Budiartha & Susilawati, 2013). Sementara menurut Nasution(2012) berpendapat
bahwa kesadaran wajib pajak merupakan sikap wajib pajak yang memahami dan
mau melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.Dengan demikian, dapat disimpulkan kesadaran wajib pajak berarti
kesadaran pajak yang dimiliki wajib pajak dalam memahami fungsi dan manfaat
pajak sehingga dapat memotivasi untuk membayar kewajiban pajak dengan
sukarela dan tanpa paksaan.
2.3 Kualitas Pelayanan Pajak
Kualitas pelayanan adalah segala bentuk layanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah pusat dan daerah dan lingkungan Badan Umum Milik
Negara dalam bentuk barang maupun jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-
undangan (dikutip dari keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
(MENPAN) No. 63/MenPan/2003).

7
Menurut Parasuraman ( dalam Utama,2013 ) kualitas pelayanan merupakan
perbandingan antara harapan yang diinginkan oleh pelanggan dengan penilaian
mereka terhadap kinerja aktual dari suatu penyediaan layanan. Apabila kualitas
pelayanan yang dirasakan sama atau lebih dari yang diharapkan oleh pelanggan,
maka pelayanan dapat disebut berkualitas dan memuaskan, begitu pula sebaliknya.
Berdasar pada definisi yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kualitas pelayanan adalah tolak ukur atas penilaian masyarakat mengenai seberapa
bagus tingkat pelayanan yang diberikan mampu memenuhi harapan pelanggan.
Selama masa pandemi Covid-19 melanda, pemerintah provinsi Jawa Barat
mengambil kebijakan guna mencegah penyebaran virus dan meningkatkan
kepatuhan wajib pajaknya dengan meningkatkan pelayanan melalui penerapan
protokol kesehatan, peningkatan fasilitas kebersihan dan kesehatan, serta
penyediaan layanan pembayaran pajak secara online. Pemerintah terus
mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya demi mempermudah
wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak.
2.4 Keadilan Pajak
keadilan pajak merupakan sifat (perbuatan atau perlakuan) yang tidak berat
sebelah atau tidak sewenang-wenang atas sistem perpajakan yang berlaku. Salah
satu pondasi pemerintah dalam melaksanakan sistem perpajakan adalah keadilan.
Dalam suatu perundang-undangan harus memiliki prinsip keadilan diantaranya
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing wajib pajak, juga adil dalam pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan
salah satu asas yang disebutkan oleh Adam Smith dalam teorinyaThe Four
Maxims,asas keadilan adalah pemungutan pajak yang dilakukan negara harus
sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak.
Richardson (2006) mengungkap terdapat lima indikator keadilan yang digunakan
untuk mengukur wajib pajak,yakni:
1. Keadilan Umum dan Distribusi Beban Pajak (General Fairness and
Distribution of the Tax Burden). Hal ini terkait keadilan menyeluruh atas
sistem perpajakan yang berlaku dan distribusi pajak.
2. Timbal Balik Pemerintah (Exchange with Government).Hal ini terkait
dengan timbal balik yang diberikan secara tidak langsung oleh pemerintah
atas pajak yang telah dibayar wajib pajak.
3. Ketentuan Khusus (Special Provision). Hal ini terkait adanya ketentuan
yang tidak memihak wajib pajak tertentu,sehingga menimbulkan tidak
adilnya pembayaran pajak.
4. Kepentingan Pribadi (Self-Interest). Hal ini terkait dengan jumlah pajak
yang dibayar secara pribadi terlalu tinggi dibanding orang lain.
5. Struktur Tarif Pajak yang Lebih Disukai (Preferred Tax Rate Structures).
Hal ini terkait dengan pengenaan struktur tarif pajak yang lebih disukai oleh
wajib pajak.

8
2.5 Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor diatur dalam UU No.28/2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengenaan pajak kendaraan bermotor
memiliki tarif progresif yang ditentukan berdasar tingkat kepemilikan wajib pajak.
Pada setiap daerah memiliki kewenangan sendiri untuk menentukan berapa besar
tarif kepemilikan pajak kendaraan bermotor dengan syarat tidak lebih dari tarif yang
ada dalam ketentuan atau undang-undang yang berlaku.
2.6 Kebijakan Insentif Selama Masa
Pemerintah Jawa Barat menyelenggarakan program pemutihan pajak secara
merata bagi pemilik kendaraan bermotor plat dasar hitam dan kuning dengan
membebaskan biaya denda administratif pajak kendaraan bermotor dan bea balik
nama kendaraan bermotor, termasuk penyerahan kedua hingga seterusnya (BBN II)
pada masyarakat daerah Jawa Barat. Pemberian insentif ini bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat yang terkena dampak buruk dari pandemi. Selain
itu pemberian insentif tersebut merupakan alternatif pemerintah untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, karena masyarakat
cenderung melakukan penundaan pembayaran pajak akibat dari kondisi yang sulit
di masa pandemi. Penerapan kebijakan ini didasarkan pada Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah dalam Pasal 66 ayat (1) yang berbunyi
“Gubernur dapat memberikan keringanan, pembebasan dan insentif Pajak”.
Kebijakan ini diberlakukan efektif mulai April 2020 dan terus diperpanjang hingga
November 2020.
Selain pemberian potongan pokok PKB, pemerintah juga meningkatkan
pelayanan di Samsat dan Layanan Unggulan di masa pandemi COVID-19. Salah
satunya adalah memberikan layanan pembayaran PKB secara online demi
mencegah penyebaran COVID-19 dengan membayar melalui Payment Point
Online Bank (PPOB) dan Market place sebagai upaya untuk mencegah penularan
virus melalui peredaran uang.
2.7 Kerangka Teoritisdan Pengembangan Hipotesis
Teori Perilaku Terencana yang disampaikan Ajzen (1991) menunjukkan
adanya tiga faktor penentu yang dapat mempengaruhi niat seseorang dalam
melalukan tindakan tertentu, yaitu sikap (behavior belief), norma subjektif
(subjective norm), dan persepsi kontrol perilaku (control belief). Sikap(behavior
belief) diartikan sebagai pandangan individu akan hasil dari suatu tindakan dan
evaluasi yang dipengaruhi oleh keyakinan. Dalam penelitian ini, sikap terhadap
perilaku adalah evaluasi mengenai keadilan pajak yang dirasakan oleh wajib pajak

9
kendaraan bermotor. Norma subjektif (subjective norm) didefinisikan sebagai
keyakinan individu terhadap harapan normatif untuk menyetujui suatu perilaku,
serta motivasi untuk mematuhi kewajibannya. Pada penelitian ini, kesadaran wajib
pajak menjadi keyakinan individu terhadap kebijakan yang diberikan pemerintah
untuk meringankan beban masyarakat sehingga dapat mempengaruhi niat wajib
pajak kendaraan bermotor untuk patuh atau tidak dalam membayar pajak. Kontrol
perilaku (control belief) yang diartikan sebagai keyakinan individu mengenai
keberadaan hal-hal pendukung atau penghambat perilaku dan persepsi individu
tentang seberapa kuat keberadaan hal-hal tersebut mempengaruhi perilakunya. Pada
penelitian ini, kualitas pelayanan pajak menjadi kontrol perilaku yang
mempengaruhi niat perilaku patuh atau tidaknya wajib pajak kendaraan bermotor.
Berikutnya niat adalah sebuah reaksi yang dapat berupa suatu perilaku yang telah
dipengaruhi oleh ketiga faktor penentu tersebut. Dalam penelitian ini, niat
diandaikan sebagai kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Penelitian ini
bertujuan menguji pengaruh kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, dan
keadilan pajak selama masa pandemi terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor yang didasarkan pada Teori Perilaku Terencana.
Berikut gambaran menyeluruh yang disederhanakan dalam penelitian ini:
Gambar 2.1Kerangka Teoritis

Kesadaran Wajib Pajak (X1)


Kepatuhan
Wajib Pajak
Kualitas Pelayanan (X2) Kendaraan
Bermotor
Keadilan Pajak (X3) (Y)

H1:Kesadaran wajib pajak selama masa pandemi Covid-19 berpengaruh positif


terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
H2: Kualitas pelayanan pajak selama masa pandemi Covid-19 berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
H3:Keadilan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor.
Model Penelitian
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ e
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak KendaraanBermotor
α = Konstanta
β1= Koefisien RegresiX1= KesadaranWajib Pajakβ2= Koefisien Regresi

10
X2= Kualitas Pelayanan
β3= Koefisien RegresiX3= Keadilan Pajak
e = error (tingkat kesalahan)

11
BAB III

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini memakai pendekatan penelitian kuantitatif berjenis
penelitian eksplanatif. Populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor yang membayar pajaknya di Kantor SAMSAT Kota Bandung dengan
memanfaatkan kebijakan insentif pajak selama masa pandemi. Jumlah populasi
terdiri dari ratusan ribu individu dan memiliki jangkauan yang luas sehingga
peneliti menggunakan100 sampel sebagai perwakilan dari populasi.
Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data yang sudah ada
tepatnya responden yang telah mengisi kuesioner yang berisi daftar pertanyaan
terkait variabel yang diuji dari penelitian dan data sekunder yang diperoleh dari
Kantor Bersama SAMSAT Kota Bandung, literatur, jurnal, dan juga berita-berita
terkait kebijakan insentif di Provinsi Jawa Barat mengenai pajak kendaraan
bermotor, dimana data-data tersebut membantu peneliti dalam melakukan
penelitian ini.

12
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Kendaraan Bermotor yang berada di wilayah kerja Kantor SAMSAT Kota
Bandung. Berdasarkan pada hasil uji validitas diketahui bahwa nilai rhitung dari
semua variabel penelitian memiliki nilai > rtabel yakni 0,361, sehingga dapat
dinyatakan memenuhi uji validitas. Selanjutnya pada uji reliabilitas diketahui
semua nilai Cronbach’s Alpha memiliki nilai > 0,6, dengan demikian memenuhi
uji reliabilitas. Setelah item pertanyaan dinyatakan memenuhi uji validitas dan
reliabilitas, maka penelitian dilanjutkan dengan menguji sampel yang
sesungguhnya.
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas
Unstandarized Residual
Test Statistic 0,058
Asymp. Sig. (2- tailed 0,2
Uji asumsi klasik yang dilakukan pertama yakni uji normalitas, dapat
diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2- tailed) sebesar 0,2 lebih besar dari nilai α
(0,05). Maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini terdistribusi normal.
Tabel 2 Uji Multikolinearitas
Variabel Independen Nilai Tolerance Nilai VIF
Kesadaran Wajib Pajak (X1) 0,676 1,478
Kualitas Pelayanan (X2) 0,471 2,121
Keadilan Pajak (X3) 0,607 1,648
Uji asumsi klasik beikutnya adalahuji multikolinearitas. Berdasarkan tabel
diatas, dapat diketahui nilai VIF dari masing-masing variabel independen lebih
kecil dari nilai signifikansi 10,00, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi
multikolinearitas.
Tabel 3UjiHeteroskedastisitas
Variabel Independen Nilai t Sig.
Kesadaran Wajib Pajak (X1) -1,385 0,169
Kualitas Pelayanan (X2) -0,184 0,854
Keadilan Pajak (X3) -1,158 0,250
Uji asumsi klasik berikutnya adalah uji heterokedastisitas.Berdasarkan hasil
pengujian yang disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui nilai signifikansi masing-

13
masing variabel independen lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Y = 3,923 + 0,519X1+ 0,212X2+ 0,245X3+ e
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib PajakKendaraan Bermotor
α = Konstanta
X1 = Kesadaran Wajib PajakX2 = Kualitas Pelayanan
X3 = Keadilan Pajak
e = error (tingkat kesalahan)
Melalui persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (α) sebesar 3,923 menunjukkan bahwa bila variable
independen yakni kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan keadilan
pajak adalah nol, maka kepatuhan wajib pajak adalah sebesar konstanta
3,923.
b. Koefisien kesadaran wajib pajak sebesar 0,519 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan kesadaran wajib pajak akan menimbulkan peningkatan
kepatuhan wajib pajak sebesar 0,519 satuan dengan asumsi variabel lain
konstan.
c. Koefisien kualitas pelayanan pajak sebesar 0,212 menunjukkan bahwa
setiap peningkatan kualitas pelayanan pajak akan menimbulkan
peningkatan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,212 satuan dengan asumsi
variabel lain konstan.
d. Koefisien keadilan pajak sebesar 0,245menunjukkan bahwa setiap
peningkatan keadilan pajak akan menimbulkan peningkatan kepatuhan
wajib pajakn sebesar 0,245 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
Tabel 4 HasilUji RSquare
R R Square Adjusted R Square

0,790 0,624 0,613

Ditunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,624 yang berarti kemampuan


variabel independen yakni Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan
Keadilan Pajak dalam menjelaskan variabel Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 62,4%.
Sementara sisanya (100%-62,4%= 37,6%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang
tidak disebutkan dalam penelitian ini.

14
Tabel 5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 540,641 3 180.214 53,208 0,000
Residual 325,149 96 3.387
Total 865,790 99
Ditunjukkan bahwa nilai F sebesar 53,208 dimana nilai ini lebih besar dari
Ftabelyakni 2,699 dan juga nilai signifikansinya sebesar 0,000 dimana jauh lebih
kecil dari0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan, dan Keadilan Pajak secara bersama-sama berpengaruh positif
terhadap variabel Kepatuhan Wajib PajakKendaraan Bermotor.
Tabel 6Uji Parsial (Uji T)
Variabel Bebas thitung Sig.

Kesadaran Wajib Pajak (X1) 5,926 .000


Kualitas Pelayanan (X2) 2,443 .016
Keadilan Pajak (X3) 3,597 .001
Dari uji t di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruhpositif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor karena nilai t-hitung = 5,926 dimana lebih besar
dari t-tabel = 1,985 dan juga nilai signifikansinya sebesar0,000 atau lebih
kecil dari 0,05.
b. Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
Kendaraan Bermotor karena nilai t-hitung = 2,443 dimana lebih besar dari
t-tabel = 1,985 dan juga nilai signifikansinya sebesar 0,016 atau lebih kecil
dari 0,05.
c. Keadilan Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor karena nilai t-hitung = 3,597 dimana lebih besar dari
t-tabel = 1,985 dan juga nilai signifikansinya sebesar 0,001 atau lebih kecil
dari 0,05.
4.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pada penelitian ini kesadaran wajib pajak diartikansebagai sikap wajib pajak
kendaraan bermotor atas kesadarannya untuk membayar pajaknya dengan tepat
waktu secara sukarela tanpa melakukan penundaan. Terlebih lagi dengan adanya
kebijakan insentif yang diberikan oleh pemerintahyang hanya diberikanselama
masa pandemi Covid-19 yang pelaksanaannya didukung dengan Keputusan
Gubernur Jawa Timur No.188/394/KPT/013/2020 diharapkan dapat menjadi solusi

15
kesulitan bagi wajib pajak kendaraan bermotor dalam memenuhi
kewajibannya.Pemberian insentif ini menunjukkan usaha nyata pemerintah dalam
menstabilkan ekonomi daerahnya yang berdampak akibat pandemi melalui
penerimaan pajak kendaraan bermotor. Hal ini diharapkan wajib pajak akan sadar
bahwa pentingnya kontribusi membayar pajak terhadap pendapatan daerahnya.
Pemberian insentif ini harapannya dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak
kendaraan bermotor untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kewajiban pajaknya
sehingga dapat meningkatkantingkat kepatuhaan wajib pajak selama masa
pandemi.
Hasil penelitian hipotesis pertama (H1) dengan variabel kesadaran wajib
Pajak diketahui bahwa nilai t-hitung = 5,926 dimana lebih besar dari t-tabel = 1,985
dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Maka dapat disimpulkan H1diterima,yakni terdapat pengaruh positif antara
kesadaran wajibpajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sabtiharini
(2020) dan Awaloedin (2020). Hasil penelitian Sabtiharini (2020) membuktikan
bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Karanganyar. Sementara penelitian yang
dilakukan oleh Awaloedin (2020) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di
SAMSAT Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Hasil ini sesuai dengan teori perilaku terencana yang pada penelitian ini
menjadikan kesadaran wajib pajakselama pandemisebagaimotivasi yang dapat
mempengaruhi niat wajib pajak kendaraan bermotor untuk patuh atau tidak dalam
membayar pajak.Sehingga semakin tingginya kesadaran wajib pajak kendaraan
bermotor atas kewajibannya membayar pajak selama masa pandemi, maka tingkat
kepatuhan wajib pajaknya akan semakin tinggi.
4.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pada penelitian ini kualitas pelayanan diartikan sebagai penilaian wajib
pajak kendaraan bermotor terhadap kualitas pelayanan selama masa pandemi yang
lebih memudahkan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotornya.
Selama masa pandemi Covid-19 pelayanan SAMSAT terus ditingkatkan demi
memudahkan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Menurut
halaman website Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat pelayanan yang
disediakan selama masa pandemi adalah menerapkan pembayaran pajak kendaraan
secara online melalui Payment Point Online Bank (PPOB) dan Marketplace. Selain
itu juga dilakukan layanan pembayaran tunai melalui SAMSAT Induk, SAMSAT
Drive Thru,dan SAMSAT Corner yang meningkatkan layanannya dengan
menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19 sesuai
dengan aturan pemerintah. Upaya ini dilakukan dengan tujuan memudahkan wajib

16
pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak
dapat meningkat.
Hasil penelitian hipotesis kedua (H2) dengan variabel kualitas pelayanan pajak
diketahui bahwa nilai t-hitung = 2,443 dimana lebih besar dari t-tabel = 1,985
dengan signifikansi sebesar 0,016 < 0,05.
Maka dapat disimpulkan H2 diterima, yakni terdapat pengaruh positif antara
kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Utama (2013) dan Puspita (2014). Hasil penelitian Utama (2013) menyatakan
bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Tabanan.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Puspita(2014) menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil analisis ini sesuai dengan teori perilaku terencana pada penelitian ini
yang mendefinisikan kualitas pelayanan selama masa pandemic sebagai kontrol
perilaku yang mempengaruhi niat perilaku patuh atau tidaknya wajib pajak
kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baiknya kualitas
pelayanan dalam memudahkan wajib pajak kendaraan bermotor membayar
pajaknya selama masa pandemi, maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan semakin
meningkat.
4.3 Pengaruh Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam konsep penilaian keadilan pajak terdapat indicator ability to pay
yang berarti besar pajak yang dibayar sesuai dengan kemampuan masing-masing
wajib pajak kendaraan bermotor. Penilaian masyarakat atas adil atau tidaknya
sistem perpajakan juga dinilai melalui tarif pajak yang dikenakan telah sepadan
dengan timbal balik tidak langsung yang diberikan oleh pemerintah berupa
perlengkapan dan fasilitas umum.
Hasil penelitian hipotesis ketiga
(H3) dengan variabel keadilan pajak
diketahui bahwa nilai t-hitung = 3,597 dimana lebih besar dari t-tabel = 1,985
dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05.
Maka dapat disimpulkan H3 diterima, yakni terdapat pengaruh positif antara
keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Hasil penelitian sesuai dengan teori perilaku terencana yang menjadikan keadilan
pajak sebagai evaluasi terhadap rasa adil yang didapat wajib pajak pada kebijakan
yang berlaku selama masa pandemic yang kemudian dapat mempengaruhi niat
wajib pajak untuk melakukan perilaku patuh atau tidaknya wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadilan

17
pajakselama masa pandemic dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

18
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Keadilan Pajak
berpengaruh positif terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Kantor SAMSAT Kota Bandung.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberi saran terkait
hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya yaitu:
a. Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian berkelanjutan agar
dapat menilai perubahan perilaku wajib pajak kendaraan bermotor sebagai
responden dari waktu ke waktu dengan menambah variabel lain yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
b. Bagi pemerintah : pemberian sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan
mengenai pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan kesadaran
wajib pajakdengan melalui media yang sering dijangkau oleh masyarakat,
salah satunya adalah sosial media.
c. Diharapkan Kantor SAMSAT Kota Bandung dapat terus meningkatkan
pelayanan dengan bersikap ramah, responsif, serta mematuhi protokol
kesehatan dalam memberi pelayanan dan penjelasan mengenai perubahan
peraturan kepada wajib pajak.
d. Perbaikan dan peningkatan fasilitas umum bagi pengguna jalan agar wajib
pajak merasa besar pajak yang dibayarnya sepadan dengan timbal balik
yang diberikan oleh pemerintah.

19
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior.Organizational Behavior and
Human Decission Processes. 50 (2), 179-211.
Ajzen, I. (2005).Attitudes, Personality andBehavior, (2nd edition).Berkshire, UK:
Open University Press-McGraw Hill Education.
Arikunto, S. (2010).Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Salemba
Empat.
Awaloedin, D. T., Indriyanto, E., &Meldiyani, L. (2020). PengaruhKesadaran
Wajib Pajak, TarifPajak dan Pelayanan FiskusTerhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Kendaraan Bermotor: Studi Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Samsat Kec.
Pasar Minggu Jakarta Selatan.Jurnal Populis,Vol. 5, No. 10, 1551-1566.
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2020, Maret 16).BAPENDA
JABAR. Bapenda Jabar Terapkan Standar Operasional Ketat Cegah
Penyebaran Corona:https://www.dipendajatim.go.id/?p =1324#more-1324
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2020, Juni 13).SAMSAT JABAR.
Gubernur Jawa Barat Berikan Diskon Pajak
Kendaraan:https://www.dipendajatim.go.id/?ta g=samsat-jatim
Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tentang Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut
Provinsi dan Jenis Kendaraan (Unit), 2020.Diakses
darihttps://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pu
b/V2w4dFkwdFNLNU5mSE95Und2UDRMQT09/da_10/1
Budiartha, I. K., & Susilawati, K. E.(2013). Pengaruh Kesadaran WajibPajak,
Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan AkuntabilitasPelayanan Publik
pada KepatuhanWajib Pajak Kendaraan Bermotor.E-Journal Akuntansi,
345-357.
Departemen Pendidikan Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ghozali, I. (2016).Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program SPSS
23.Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik. Diakses
darihttps://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/kepmenpan_63_03.pdf

20
Khuzaimah, N., & Hermawan, S. (2018).Pengaruh Tingkat PemahamanWajib
Pajak, Kesadaran WajibPajak, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.Journal ofIslamic Accounting and Tax, 37-48.
Muliari, N. K., & Setiawan, P. E. (2011). Pengaruh Persepsitentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di KPP Denpasar Timur.Jurnal Akuntansi Bisnis 6 (1).
Mutia, S. P. (2014). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan,Pelayanan
Fiskus, dan TingkatPemahaman Terhadap KepatuhanWajib Pajak Orang
Pribadi (StudiEmpiris pada Wajib Pajak OrangPribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Padang).JurnalAkuntansi.
Nasution. (2012).Perpajakan.Jakarta:Bumi Aksara. Parasuraman, Z. d. (1985). A
ConceptualModel of Service Quality and ItsImplications for Future
Research.Journal of Marketing, Vol 49, hal41-50.
Peraturan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 86/PMK.03/2020Tentang
Insentif Pajak UntukWajib Pajak Terdampak PandemiCorona Virus
Disease2019.Diakses darihttps://pajak.go.id/sites/default/files/2020-
07/PMK%20No.%2086%20Th%202020.pdf
Primaturin, A. (2020, September 1).KabarGembira! Pemprov JatimBebaskan Bea
Balik Nama danSanksi Administratif Kendaraan Bermotor. Dipetik
November 24,2020, dari Jurnal Presisi 2020:https://jurnalpresisi.pikiran-
rakyat.com/jawa-timur/pr-15712218/kabar-gembira-pemprov-jatim-
bebaskan-bea-balik-nama-dan-sanksi-administratif-kendaraan-bermotor
Puspita, N. (2014). Pengaruh KualitasPelayanan Fiskus, KesadaranWajib Pajak dan
Keadilan Pajakterhadap Kepatuhan Wajib Pajakdalam Membayar Pajak
Bumi danBangunan (Studi Empiris padaKecamatan Padang Utara).Artikel.
Putri, G. S. (2020, Maret 12).KOMPAS.com. Dipetik September14, 2020, dari
WHO Resmi SebutVirus Corona Covid-19 sebagaiPandemi
Global:https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-
resmi-sebut-virus-corona-covid-19-sebagai-pandemi-global?page=all
Rahayu, S. K. (2010).PerpajakanIndonesia, Konsep dan AspekFormal.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rahayu, S. K. (2010).PerpajakanIndonesia, Teori dan
TeknisPerhitungan.Yogyakarta: GrahaIlmu.
Resmi, S. (2014).Perpajakan: Teori danKasus.Jakarta: Salemba Empat.
Richardson, G. (2006). The Impact of TaxFairness Dimensions on TaxCompliance
Behaviorin an AsianJurisdiction: The Case of HongKong.International Tax
Journal.

21

Anda mungkin juga menyukai