Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN,

KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT PENGHASILAN TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR BERSAMA SAMSAT KLUNGKUNG

I Putu Agus Edy Surya Mahendra 1


Anik Yuesti 2
Putu Novia Hapsari Ardianti 3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar


Email: aedy2119@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to increase taxpayer compliance influenced by many factors, such
as knowledge of the tax performed, sanctions given to each taxpayer who violates the regulations,
awareness of the taxpayer himself, the quality of service provided to taxpayers, as well as the level of
income earned. owned by each taxpayer. the total population of motorized vehicle taxpayers registered
in Klungkung is 141,161 units and the sample used in this study is 100 taxpayers. The sampling
technique used in this research is purposive sampling. The data analysis technique used is Linear
Moderated Regression Analysis and previously tested the research instrument. The results of this study
indicate that knowledge of taxation, service quality, awareness of taxpayers with tax sanctions as a
moderating variable has a positive effect on motor vehicle taxpayer compliance at the Klungkung
Samsat Office, on the other hand income levels do not affect taxpayer compliance. These results
indicate that taxpayers are unable to pay motor vehicle taxes with income received so that they can
affect the level of taxpayer compliance.

Keywords: tax knowledge, service quality, taxpayer awareness, income level, tax penalties, and taxpayer
compliance

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang meliputi pembangunan.
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus menerus dan tetap yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia mewujudkan kemerdekaannya
dengan salah satu cara, yaitu dengan menyelidiki sumber daya pribumi berupa pajak. Pasal 2
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retaliasi menetapkan
bahwa jenis pajak daerah khususnya pajak provinsi terdiri dari lima jenis pajak yang meliputi
pajak bahan bakar mobil, pajak mobil, pajak transfer mobil, pajak rokok, dan pajak air
permukaan (Diatnyani, 2010). Pajak jalan merupakan salah satu pajak yang membiayai
pembangunan provinsi, sehingga perlu dilakukan optimalisasi pemungutan pajak jalan.
Kewenangan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak kendaraan adalah Dinas
Pendapatan Daerah (DISPENDA) di tingkat kabupaten atau Badan Pendapatan Daerah
(BAPEDA) di tingkat provinsi melalui Kantor Bersama Sistem Administrasi Tunggal
Manunggal (SAMSAT).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penerapan Sistem
Tata Kelola Satu Jendela Bagi Kendaraan Bermotor, ditetapkan bahwa Sistem Tata Letak

20 2071
Satu Jendela yang selanjutnya disebut SAMSAT adalah seperangkat kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak kendaraan
bermotor, biaya transfer kendaraan bermotor dan pembayaran iuran wajib, kecelakaan lalu
lintas dan angkutan jalan terintegrasi dan terkoordinasi di kantor SAMSAT bersama.
Berdasarkan fenomena di atas, perlu adanya penerapan sistem pengendalian intern yang
memadai dalam LPD. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik pada SA 319. Par 06
dikemukakan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan utama yaitu keandalan pelaporan keuangan,
efektivitas dan efesiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.
Adanya pengendalian intern memadai, maka berbagai informasi yang diteliti, tepat waktu,
jelas dan dapat dipercaya mampu dihasilkan bagi terciptanya suatu perencanaan yang
strategis.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak yang dipungut atas kepemilikan
atau penguasaan kendaraan bermotor (Suryarini dan Tarmudji, 2012). Seiring banyaknya
kendaraan bermotor yang beredar, pajak dari kendaraan bermotor diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang tinggi. Selain jumlah kendaraan bermotor yang meningkat,
jumlah wajib pajak juga mengalami peningkatan. Namun pada kenyataannya penerimaan
pajak kendaraan bermotor tidak sepenuhnya terealisasi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1
Tabel 1
Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang terdaftar, Wajib Pajak yang
membayar pajak, dan Wajib Pajak yang menunggak pajak Kendaraan Bermotor pada
Kantor Bersama Samsat Klungkung tahun 2016-2020
WP yang WP yang WP yang Persentase
Tahun Terdaftar Membayar Menunggak Kepatuhan
(unit) Pajak (unit) Pajak (unit)

2016 113.242 72.512 40.730 64%


2017 120.692 74.493 46.199 62%
2018 133.503 77.308 56.195 59%
2019 137.291 80.480 56.811 58%
2020 141.161 74.982 66.179 53%
Sumber: UPT Bapenda Provinsi Bali di Kabupaten Klungkung 2021
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah pajak kendaraan
bermotor yang diterima dari tahun 2016 (64%) hingga tahun 2020 (53%). Penurunan jumlah
pajak yang diterima menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor yang semakin menurun. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
hal ini, yakni Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi Perpajakan
Sebagai Variabel Moderasi Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Bersama Samsat
Klungkung.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Novianti dkk., 2014).
Motivasi dapat membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih
tujuan dan memenuhi standar yang ada. Motivasi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap efektivitas sistem pengendalian intern (Gaol, 2017). Ini mengindikasikan bahwa
motivasi sendiri dapat mempengaruhi auditor intenal untuk bekerja dan memberikan
pernyataan yang berguna bagi keefektivan sistem pengendalian inten perusahaannya. Semakin
20 2072
banyaknya motivasi yang diterima oleh auditor internal maka kemungkinan akan menambah
juga keefektifan sistem pengendalian intern perusahaan tersebut (Gaol, 2017). Menurut
penelitian Novianti, dkk., (2014), Karunia (2015), dan Pratiwi dan Ratnadi (2017),
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap terhadap sistem pengendalian
intern. Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian Nurbayani dan Muliana (2019), menunjukkan
bahwa motivasi tidak berpengaruh terhadap struktur pengendalian intern.
Menurut Aryo Bimo (2012), Kepatuhan Wajib Pajak adalah motivasi seseorang
kelompok atau organisasi untuk bertindak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu, kelompok dan
organisasi. Peraturan perpajakan berlaku untuk pajak. Jadi, berkenaan dengan wajib pajak
yang patuh, pengertian kepatuhan wajib pajak adalah kepatuhan terhadap pelaksanaan aturan
perpajakan atau aturan yang harus dilaksanakan.
Pengetahuan mengenai perpajakan juga harus dimiliki oleh wajib pajak. Meningkatnya
pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non
formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak.
Menurut Kristanty, Khairani, dan Fajriana (2012) pengetahuan perpajakan yang dimiliki
wajib pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak karena
tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi wajib pajak dalam menjalankankan
perpajakannya. Kualitas pelayanan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Kualitas pelayanan yang baik, mampu bersikap ramah dalam memberikan
pelayanan, bimbingan dan penyuluhan serta memberikan penjelasan tentang perubahan
peraturan perpajakan dan meningkatkan penegakan sanksi pajak sesuai dengan aturan
perpajakan yang berlaku. Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan
keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan
amatlah diperlukan untuk meningkatkan kemauan membayar pajak (Hardiningsih, 2011). Jika
jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan dan tidak diimbangi dengan kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, maka hal ini dapat menyebabkan
tunggakan dan denda yang cukup besar pada Kantor Samsat Kabupaten Klungkung.
Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan
ekonomi akan meningkatkan penghasilan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai
kemampuan secara finansial untuk membayar pajak. Jika masyarakat atau wajib pajak
memiliki penghasilan yang tinggi maka kebutuhan hidupnya akan terpenuhi, begitu pula
beban pajak yang mereka tanggung akan terpenuhi.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Theory of planned behavior
Theory of planned behavior (TPB) yang dikemukakan oleh Ajzen (1991) menjelaskan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan wajib pajak dilihat dari sisi
psikologis. Dalam hal ini, bahwa perilaku wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa variabel
yang dapat dipersepsikan. Perilaku wajib pajak ini timbul karena adanya niat wajib pajak
untuk patuh atau tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan. Munculnya niat untuk
berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari, 2007 dalam Puspa, Harjanti dan
Zulaikha, 2012), yaitu: Behavioral Beliefs, Normative Beliefs, dan Control Beliefs. Sebagai
tiga faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor
tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah
behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat
untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku Ajzen (1998)
dalam Abryantha (2017). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak,

20 2073
Kesadaran Wajib Pajak, dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan
Sanksi Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor
dapat menjadi faktor menentukan perilaku kepatuhan pajak. Setelah wajib pajak memiliki
pengetahuan perpajakan dan tingkat penghasilan, termotivasi oleh kualitas pelayanan dan
kesadaran wajib pajak, maka wajib pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan
kemudian merealisasikan niat tersebut.
Teori Kepatuhan
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam pembayaran pajak kendaraan
bermotor yang telah diatur dalam pasal 21 ayat (3) peraturan Daerah Provinsi Bali tahun
2011 tentang Pajak Daerah. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan
adanya kepatuhan setiap wajib pajak yang terdaftar untuk melakukan pembayaran pajak
kendaraan bermotornya secara tepat waktu Kantor Bersama Samsat. Teori kepatuhan telah
diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih
menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan
seorang individu. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap
sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui
moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum
karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui
legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena
otoritas penyusunan hukum tersebut memiliki hak untuk berperilaku (Ismail, 2017).
Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Kendaraan Bermotor
Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum di
bidang perpajakan. Meningkatnya pengetahuan perpajakan akan membuat semakin meningkat
pula tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak (Rahmawati, Prasetyo, dan Rimawati,
2013). Utomo (2011) menyatakan bahwa faktor pengetahuan jelas sangat penting dalam
membantu wajib pajak melaksanakan kewajibannya, khususnya pengetahuan tentang pajak.
Tanpa ada pengetahuan wajib pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri,
mengisi SPT dan membayar pajaknya. Wajib pajak yang tidak tahu tentang pengetahuan
pajak akan bingung tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan. Jadi semakin
banyak pengetahuan tentang perpajakan yang dimiliki wajib pajak maka semakin
meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam membayar pajaknya.
H1: Pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak kendaraan bermotor.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Kendaraan Bermotor.
Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan
kepada wajib pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan
yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (Supadmi, 2009).
H2: Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

20 2074
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui memahami
dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Kepatuhan akan muncul
jika kesadaran dalam membayar pajak diikuti oleh hasrat atau kemauan yang tinggi dari setiap
wajib pajak untuk membayar pajak (R. L. Putri, 2016). Kesadaran wajib pajak mengenai
perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Joto Purnomo dan
Mangoting, 2013). Karena semakin tinggi kesadaran wajib pajak tentang perpajakan maka
semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang
berasal dari diri wajib pajak itu sendiri akan arti dan manfaat dari pemungutan pajak tersebut,
masyarakat harus sadar bahwa kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor bukanlah
untuk pihak lain, tetapi untuk melancarkan jalannya roda pemerintahan yang mengurusi
segala kepentingan rakyat (Utomo dkk, 2015).
H3: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor.
Pengaruh Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Kendaraan Bermotor.
Penghasilan wajib pajak merupakan objek pajak yang sangat terkait dengan besarnya
pajak terutang. Disamping itu tingkat penghasilan juga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Berdasarkan penelitian dari
Ardiansyah (2018) menunjukkan bahwa tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
penghasilan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor. Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan dapat dirumuskan hipotesis:
H4: Tingkat Penghasilan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor.
Pengaruh Variabel Moderasi Sanksi Pajak Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan
Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Tingkat Penghasilan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Penelitian yang dilakukan oleh Suwardi (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Yang
artinya semakin banyak pengetahuan pajak akan mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yang ada. Sanksi perpajakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Adanya sanksi
perpajakan dapat memperkuat hubungan antara variabel pengetahuan perpajakan dengan
variabel kepatuhan wajib pajak. Menurut (Dharmawan dan Baridwan (2016) kualitas
pelayanan dari petugas pajak berpengaruh terhadap wajib pajak dalam menyelesaikan
kewajiban perpajakannya. Pemberian jasa ini memiliki manfaat yang besar terhadap wajib
pajak untuk sadar dan patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kesadaran wajib
pajak dalam membayar kewajiban pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul
persepsi positif terhadap pajak. Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan
keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam
pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam
membayar dan melaporkan pajak. Tingkat penghasilan seseorang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan

20 2075
kewajibannya dalam membayar pajak. Masyarakat yang penghasilannya kurang akan
menemukan kesulitan untuk membayar pajak, kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan
hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak (Puteri, Syofyan dan Mulyani, 2019).
H5: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara pengetahuan perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
H6: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor
H7: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
H8: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara tingkat penghasilan terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor
METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan pada kantor SAMSAT Klungkung yang berlokasi di
jalan Ngurah Rai No. 3, Semarapura Kauh, Klungkung, Bali. Populasi dalam Penelitian ini
adalah wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di kantor bersama SAMSAT
Klungkung yang berjumlah 141.161 wajib pajak. Metode yang digunakan dalam penentuan
sampel adalah metode purposive sampling. dengan kriteria sampel yaitu wajib pajak
kendaraan bermotor yang berjumlah 100 wajib pajak, sehingga total sampel dalam penelitian
ini yaitu 100 responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linier Moderated
Regression Analysis.
Independensi artinya sikap yang tidak memihak salah satu pihak yang dilandasi dengan
perilaku jujur dan bertanggung jawab atas temuan-temuan dan pendapatnya. Indikator yang
digunakan untuk mengukur independensi dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Delaila
dan Suzan (2015), yaitu: Status organisasi dan Objektivitas. Pengukuran variabel
independensi menggunakan skala likert 5 poin, dengan arti sebagai berikut: Angka 1 = Sangat
Tidak Setuju (STS), Angka 2 = Tidak Setuju (TS), Angka 3 = Cukup Setuju (CS), Angka 4 =
Setuju (S), dan Angka 5 = Sangat Setuju (ST)
Variabel pengetahuan perpajakan diukur dengan menggunakan kuesioner. Adapun
pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, dimana jawaban dari
instrumen kuesioner tersebut diberi skor, seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
Sanksi pajak akan diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan,
karena sanksi didefinisikan sebagai alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar peraturan.
Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan atau
biasa disebut dengan sanksi administrasi dan bisa juga berupa denda pidana, pidana kurungan,
dan pidana penjara atau biasa disebut dengan sanksi pidana. Sanksi perpajakan dalam
penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala likert dengan poin (1) sangat tidak
setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5) sangat setuju
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak memahami dan
melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar. Dalam penelitian ini kesadaran wajib
pajak menggunakan skala likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi
skor, seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5)
sangat setuju.
Tingkat penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat dari tingkat penghasilan
yang diperoleh wajib pajak itu sendiri. Adapun pengukuran variabel ini diukur dengan
20 2076
menggunakan skala likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor,
seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5)
sangat setuju.
Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor dengan tepat waktu dan tidak
pernah melakukan penunggakan dalam membayar pajak pajak kendaraan bermotor. Adapun
pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, dimana jawaban dari
instrumen kuesioner tersebut diberi skor, seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear Moderated Regression Analysis
ditunjukan dengan persamaan berikut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Instrumen
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan bahwa semua indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan,
kesadaran wajib pajak, tingkat penghasilan, sanksi pajak, dan kepatuhan wajib pajak dalam
penelitian ini mempunyai nilai pearson correlation lebih besar dari 0,3 dan signifikansi lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indikator yang digunakan dalam
penelitian ini dinyatakan valid. Berdasarkan reliabilitas yang dilakukan menunjukkan bahwa
semua pernyataan yang berkaitan dengan variabel dependen dan variabel independen berada
di atas nilai cronbach’s alpha yaitu 0,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh data yang
digunakan pada kuesioner dinyatakan reliabel.

Uji Analisis Regresi Linier Moderate Regression Analysis (MRA)

Tabel 2
Hasil Uji Regresi Linier
Moderate Regression Analysis (MRA)
Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error

1 (Constan) 7.739 5.866 1.319 .190

PP .035 .009 .263 3.766 .000

KP .033 .010 .235 3.257 .002

KWP .036 .013 .209 2.704 .008

TP .523 .319 .389 1.638 .105

20 2077
SP .068 .030 .184 2.286 .025

PP*SP .053 .008 .012 .059 .043

KP*SP .041 .009 .165 .719 .032

KWP*SP .026 .010 .691 2.644 .010

TP*SP .016 .014 .505 1.188 .238

a. Dependent Variable: KPWP

Sumber: Data diolah (2022)


Berdasarkan Tabel 2 maka dapat diperoleh persamaan dari regresi linier Moderate
Regression Analysis (MRA) sebagai berikut:

Uji Asumsi Klasik


Mengacu pada pengujian normalitasnya dengan memakai statistika kolmogorov-
smirnovnya nilai dari angka understandardized residualnya terlihat bahwa Asym. Signya (2-
tailed) 0,200 melebihi 0,05 mengartikan bahwa datanya terdistribusi normal. Mengacu pada
pengujian Multikolinearitas bahwa nilai tolerance bagi tiap variabelnya melebihi 0,10 serta
nilai VIFnya tidak melebihi 10, mengartikan bahwa ketiadaan adanya multikolinearitas.
Mengacu pada pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan memberi sebuah gambaran
bahwa tiap variabelnya punya nilai signifikansi yang melebihi 0,05 mengartikan bahwa tidak
adanya heterokedasitisas.
Uji Koefisien determinasi (R2 )
Hasil pengujian menunjukkan koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai
Adjusted R-Square sebesar 0,570. Hal ini berarti bahwa 57% variabel dependen yaitu Sistem
Pengendalian Intern dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, sedangkan sisanya sebesar 43%
Sistem Pengendalian Intern dijelaskan variabel lainnya yang tidak ada dalam model.
Uji F
Berdasarkan hasil pengujian dilihat bahwa model persamaan ini memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000. Karena memiliki nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000
dimana 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel PP, KP,
KWP, TP, PP*SP, KP*SP, KWP*SP, TP*SP berpengaruh terhadap variabel dependen Sistem
pengendalian intern (SPI).
Uji t
Berdasarkan tabel 5.10 dapat disimpulkan hasil uji statistik t sebagai berikut:
1. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 3,766 dengan nilai signifikansi 0,000.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,000) < (0,05) maka
H1 diterima.
2. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 3,257 dengan nilai signifikansi 0,002.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,002) < (0,05) maka
H1 diterima.
3. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 2,704 dengan nilai signifikansi 0,008.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,008) < (0,05) maka
H1 diterima.
4. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 1,638 dengan nilai signifikansi 0,105.

20 2078
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,105) > (0,05) maka
H1 ditolak.
5. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 0,059 dengan nilai signifikansi 0,043.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,043) < (0,05) maka
H1 diterima.
6. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 0,719 dengan nilai signifikansi 0,032.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,032) < (0,05) maka
H1 diterima.
7. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 2,644 dengan nilai signifikansi 0,010.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,010) < (0,05) maka
H1 diterima.
8. Dari hasil Regresi diperoleh probabilitas t -hitung = 1,188 dengan nilai signifikansi 0,238.
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi (0,238) > (0,05) maka
H1 ditolak.

Pengaruh Variabel Pengetahuan Perpajakan (PP) terhadap variabel Kepatuhan Wajib


Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan Perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
(nilai probabilitas Sig (0,000) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan, jika Pengetahuan
Perpajakan meningkat, maka Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Klungkung
mengalami peningkatan. Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep
ketentuan umum di bidang perpajakan. Meningkatnya pengetahuan perpajakan akan
membuat semakin meningkat pula tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak
(Rahmawati, Prasetyo, dan Rimawati, 2013). Utomo (2011) menyatakan bahwa faktor
pengetahuan jelas sangat penting dalam membantu wajib pajak melaksanakan
kewajibannya, khususnya pengetahuan tentang pajak. Tanpa ada pengetahuan wajib
pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi SPT dan membayar
pajaknya. Wajib pajak yang tidak tahu tentang pengetahuan pajak akan bingung tentang
berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan. Jadi semakin banyak pengetahuan
tentang perpajakan yang dimiliki wajib pajak maka semakin meningkatkan kepatuhan
bagi wajib pajak dalam membayar pajaknya.

Pengaruh Variabel Kualitas Pelayanan (KP) terhadap Variabel Kepatuhan Wajib


Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Kualitas Pelayanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
(nilai probabilitas Sig (0,002) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan, jika Kualitas Pelayanan
meningkat, maka Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor mengalami peningkatan.
Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan
kepada wajib pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak.
Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan,
kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan
(Supadmi, 2009). Jadi semakin baik kualitas pelayanan yang dilakukan oleh petugas
pajak terhadap wajib pajak, maka semakin meningkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajaknya.

20 2079
Pengaruh Variabel Kesadaran Wajib Pajak (KWP) terhadap variabel Kepatuhan
Wajib Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor
di Klungkung (nilai probabilitas Sig (0,008) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan, jika
Kesadaran Wajib Pajak meningkat, maka Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor
mengalami peningkatan. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak
mengetahui memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan
sukarela. Kepatuhan akan muncul jika kesadaran dalam membayar pajak diikuti oleh
hasrat atau kemauan yang tinggi dari setiap wajib pajak untuk membayar pajak (R. L. Putri,
2016). Kesadaran wajib pajak mengenai perpajakan amatlah diperlukan guna
meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jotopurnomo dan Mangoting, 2013). Karena
semakin tinggi kesadaran wajib pajak tentang perpajakan maka semakin tinggi tingkat
kepatuhan wajib pajak.

Pengaruh Variabel Tingkat Penghasilan (TP) terhadap variabel Kepatuhan Wajib


Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Tingkat Penghasilan
tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di Klungkung
(nilai probabilitas Sig (0,105) > (0,05)). Hal ini dapat diartikan sebagai hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukan bahwa tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, karena wajib pajak yang berpenghasilan tinggi
maupun berpenghasilan rendah tetap patuh dalam membayar pajak, meskipun ada wajib pajak
yang berpenghasilan rendah mendapat surat teguran tetapi wajib pajak tersebut akan melunasi
tunggakan pajaknya setelah mendapat surat teguran. Artinya tingkat penghasilan tidak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Tingkat penghasilan tidak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya,
kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak tidak berkaitan dengan besamya
penghasilan, maka tingkat penghasilan tidak perlu diperhitungkan dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya.

Pengaruh Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan Antara Pengetahuan Perpajakan


terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi Perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara Pengetahuan Perpajakan
dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,043) <
(0,05)). Hal ini dapat diartikan Sanksi perpajakan mampu memoderasi hubungan
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor SAMSAT Klungkung.
Apabila wajib pajak memiliki pengetahuan tentang perpajakan maka wajib pajak akan
mengetahui penyebab apabila tidak membayar pajak, karena memiliki pengetahuan,
wajib pajak tidak akan mendapatkan sanksi perpajakan tersebut sehingga wajib pajak
akan patuh dan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor mengalami peningkatan.
Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan Antara Kualitas
Pelayanan terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi Perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan
Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,032) < (0,05)). Hal
ini dapat diartikan, Sanksi perpajakan mampu memoderasi hubungan kualitas pelayanan
20 10
207
terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor SAMSAT Klungkung. Apabila kualitas
pelayanan dari fiskus baik maka wajib pajak akan puas dengan pelayanan fiskus sehingga
wajib pajak tidak akan mendapatkan sanksi perpajakan karena telah mendapatkan
informasi yang tepat sehingga Kepatuhan Wajib Pajak mengalami peningkatan.
Pelayanan fiskus adalah cara melayani (membantu mengurus atau mempersiapkan segala
hal yang diperlukan dan dibutuhkan seseorang) yang dilakukan oleh petugas pajak.
Pelayanan aparat pajak yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak. Keramah
tamahan petugas pajak dalam pemberian informasi kepada wajib pajak termasuk dalam
pelayanan perpajakan tersebut.

Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan Antara Kesadaran


Wajib Pajak terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi Perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara Kesadaran Wajib Pajak dengan
Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,010) < (0,05)). Hal
ini dapat diartikan, Sanksi perpajakan mampu memoderasi hubungan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Klungkung.
Apabila Wajib Pajak Kendaraan Bermotor sadar bahwa apabila tidak membayar pajak
maka akan mendapatkan sanksi perpajakan, maka Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor di Klungkung mengalami peningkatan. Menurut Devano dan Rahayu (2006)
kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan bukan hanya terdapat pada hal-hal
teknis saja seperti pemeriksaan pajak, tarif pajak, tetapi juga bergantung pada kemauan wajib
pajak untuk mentaati ketentuan perundang-undangan perpajakan. Kesadaran wajib pajak
dalam membayar kewajiban pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul
persepsi positif terhadap pajak. Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan
keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam
pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam
membayar dan melaporkan pajak. Peneliti berpendapat apabila diberlakukan sanksi
perpajakan maka akan memperkuat kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban
pajaknya, maka wajib pajak akan semakin menghargai peraturan perpajakan sehingga
muncul kesadaran dalam diri wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara yang baik yaitu patuh dalam membayar pajak.

Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan Tingkat Penghasilan


terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi Perpajakan tidak
mampu memoderasi hubungan antara Tingkat Penghasilan dengan Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,238) > (0,05)). Hal ini dapat
diartikan, Sanksi perpajakan tidak mampu memoderasi hubungan Tingkat Penghasilan
terhadap kepatuhan wajib pajak Kendaraan Bermotor. Tingkat penghasilan merupakan
faktor yang dapat menjadi pendukung untuk seseorang agar taat dalam menyelesaikan
kewajiban pajak kendaraan bermotornya, artinya apabila seorang wajib pajak memperoleh
penghasilan yang besar serta dengan terdapat sanksi pajak yang diterapkan akan menjadikan
wajib pajak lebih patuh dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya. Namun penelitian ini
memiliki hasil yang berbeda dengan teori tersebut. Penelitian ini memiliki hasil bahwa sanksi
pajak tidak mampu memoderasi pengaruh tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. Hal tersebut berarti sanksi pajak yang berlaku tidak berdampak terhadap
seorang wajib pajak yang berpenghasilan untuk lebih patuh dalam membayarkan pajak
kendaraan bermotornya. Sanksi pajak tidak mampu memperkuat pengaruh tingkat
20 11
207
penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dikarenakan sanksi pajak
merupakan sebuah peraturan yang dapat memotivasi wajib pajak untuk mematuhi kewajiban
pajak mereka. Akan tetapi wajib pajak merasa sanksi pajak yang dikenakan tidak terlalu
memberatkan sehingga tidak berpengaruh terhadap patuh atau tidaknya dalam membayar
pajak.
SIMPULAN

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas


pelayanan, kesadaraan wajib pajak, tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor dengan sanksi pajak sebagai variabel moderasi. Dalam penelitian ini
populasi dan sampel yang digunakan adalah 100 orang wajib pajak kendaraan bermotor pada
Kantor SAMSAT Klungkung. Untuk menganalisis data menggunakan Analisis Regresi Linier
Model Moderate Regression Analysis (MRA).
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disampaikan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Kualitas Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan.
3. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak kendaraan bermotor di Klungkung.
4. Tingkat Penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan
bermotor di Klungkung.
5. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara Pengetahuan
Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
6. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara Kualitas
Pelayanan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor.
7. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara Kesadaran Wajib
Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor.
8. Sanksi Perpajakan tidak mampu memoderasi terhadap hubungan antara Tingkat
Penghasilan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor.
DAFTAR PUSTAKA
Abryantha, I Made Dwiky. 2017. Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan
Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor
Samsat Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Ajzen, I. 1998. The Theory Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
DecisionProcesses. 50

Apriani Tina, N. P. A. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama
SamsatTabanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Dewi Purnama, N. K. A. 2018. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus,

20 12
207
Sosialisasi Perpajakan, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama Samsat Kabupaten Bangli. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Faudi, Oentari., and Yenni. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi
Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Skripsi. Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen
Petra.

Fitria, Dona. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Journal of Applied Business and
Economic, 4(1), 30-44.
Ismail. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan
Tahun 2016. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 2(3), 12.
Jatmiko, A. 2017. Pengaruhan Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
PelayananFiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Semarang). Program
Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegore.

Lestari, Indra. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Sosialisasi Pajak,
Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadapa Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pada Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Meliani Yanti, N. L. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, Biaya


Kepatuhan Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan
Bermotor Pada Kantor Bersama Samsat Klungkung. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Purnamawati Nindya , I. D. A. 2018. Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan


Pajak, Kewajiban Morasl dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Gianyar. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Putri Sutami, N. P. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib Pajak,


Sanksi Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama Samsat
Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Rahayu. 2017. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak Dan Kewajiban Moral
Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Padang Sidempuan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Medan.

Rahmadian. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Kembang.

20 13
207
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Bisnis Nusantara.

Ratnasari Jeany, Anastasia. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib Pajak,
Dan Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama Samsat Tabanan. Skripsi. Fakultas
EkonomiUniversitas Mahasaraswati Denpasar.

Susilawati, Evi Ketut, dan Budiartha, K. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi,4.2 (2013): 345-
357.

Say Pora, C. W. 2018. Pengaruh Kesadaran Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pelayanan Fiskus
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama Samsat
Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Setiyani, N. M. 2018. Pengaruh Motivasi Wajib Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Kesadaran Wajib Pajak
Sebagai Variabel Intervening (Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota
Semarang). Jurnal of Accounting, 4(4).

20 14
207

Anda mungkin juga menyukai