Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, TARIF PAJAK

PROGESIF,SOSIALISASI PAJAK DAN SANKSI PAJAK


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Di Samsat
Kota Lubuklinggau)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Pendapat Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

pemerintah daerah atas pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelayanan

kepada masyarakat daerah (Anggoro, 2017 ). Hal ini dapat dimengerti

karena dengan tingginya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima oleh

suatu daerah maka tingkat ketergantungan dengan pemerintah pusat dalam

hal APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)nya semakin

berkutang (Anggoro 2017). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 dikatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan seluruh

pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang berasal dari dalam daerah itu

sendiri yang dipunggut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undang yang berlaku. Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 menyebutkan bahwa pajak atau pajak daerah adalah kontribusi

wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1
2

Salah satu jenis pendapatan pajak daerah di antaranya di dapat melalui

pajak kendaraaan bermotor (PKB), Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

memiliki perananan yang penting bagi pendapatan daerah karena

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) (Hafsah dan Dini.,2022). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah

pajak daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah

provinsi. Salah satu Instansi yang menangani pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) adalah Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) melalui

Kantor Bersama Sistem Administrasi Menunggal dibawah Satu Atap

(SAMSAT) (Sabtiharini dan Ismawati, 2020). Dalam perkembangan

kendaraan bermotor yang setiap tahunnya selaluh bertambah, tentunya

dapat dimanfaatkan oleh kantor SAMSAT untuk melakukan pemungutan

pajak kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut demi meningkatkan

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan meningkatkan kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor dan meningkatkan sumber pendapatan asli

daerah (Adi Hartopo dan Endang Masitoh.,2020).

Menurut Wardani dan Rumiyatun. (2017) berpendapat bahwa

kepatuhan wajib pajak akan sangat mempengaruhi penerimaan pajak karena

pada dasarnya jika kepatuhan wajib pajak meningkat maka secara tidak

langsung juga dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang pajak mengakibatkan

kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak (Ardi Hartopo dan

Endang Masitoh , 2020 ). Zikin, Abduh dan Yunus, M.K. (2021)


3

berpendapat bahwa kepatuhan wajib pajak mempengaruhi penerimaan

wajib pajak suatu negara. Selain itu juga untuk meningkatkan

profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan

administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak

(Rizki, 2018). Dalam penerimaan pajak, kepatuhan wajib pajak menjadi

masalah yang sangat penting, karena jika pajak yang diperoleh oleh negara

tidak mencapai nilai yang ditargetkan maka secara tidak langsung juga

dapat mempengaruhi dan menghambat pembangunan negara ( Setiani,

Andini dan Oemar, 2018).

Kepatuhan adalah suatu sikap seorang wajib pajak yang disiplin dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang

berlaku ( Cahyadi & Jati, 2016 ). Kepatuhan wajib pajak menjadi faktor

penting bagi peningkatan penerimaan pajak. Pengetahuan dan pemahaman

yang kurang tentang pajak mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat

dalam membayar pajak, karena masyarakat merasa tidak ada insentif atau

timbal balik secara langsung dari negara untuk mereka. Dalam mendorong

peningkatan penerimaan pajak diperlukan pengetahuan pajak oleh wajib

pajak dalam memhami pajak itu sendiri, kurangnya pengetahuan dan

pemahaman tentang perpajakan menyebabkan kurangnya pengetahuan

perpajakan dikalangan masyarakat.

Menurut penelitian Lulu Fitriana & Vidiyanna Rizal Putri (2021) jika

pengetahuan seseorang mengenai perpajakan semakin tinggi, maka

motivasi Wajib Pajak tersebut untuk membayar pajak akan semakin


4

meningkat, karena ia akan sadar akan kewajibannya membayar pajak akibat

apa saja yang akan terjadi apabila ia tidak membayar pajak. Selain itu ada

faktor lainnya yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu Tarif Pajak

Progresif. Tarif Pajak Progresif merupakan presentase tarif yang dikenakan

atas jumlah kepemilikan jumlah kendaraan bermotor, semakin besar

kendaraan yang dimiliki maka semakin besar presentase tarif pajak

progresifnya ( Mardiasmo, 2018 : 11 ).

Menurut penelitian Latrinni & Gayatri (2018) wajib pajak yang

kepemilikan kendaraan bermotor lebih dari satu memungkinkan dan

dianggap mempunyai penghasilan yang tinggi sehingga presentase

pajaknya harus lebih besar. Banyak masyarakat menengah kebawah merasa

pemberlakuan pajak progresif sedikit membebani karena jumlah yang harus

dibayarkan, akan tetapi kendaraan bermotor adalah alat transportasi yang

sangat dibutuhkan masyarakat dalam menunjang kegiatan dan pajak

merupakan suatu kewajiban maka pajak tetap diterapkan sesuai dengan

peraturannya ( Dewi & Laksmi, 2019).

Tentu dalam meningkatkan penerimaan pajak diperlukan juga

sosialisasi perpajakan dalam berbagai cara agar mendorong masyarakat

untuk membayar pajak karena kurangnya sosialisasi perpajakan sangat

berdampak rendah bagi kesadaran masyarakat dalam mematuhi kewajiban

membayar pajak. Dirjen Pajak juga telah melakukan penerapan sosialisasi

pajak di media komunikasi, karena diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan dalam membayar pajak dan juga dapat memahami pentingnya


5

pajak. Penerapan sosialisasi pajak yang dilakukan secara intenstif dan

efektif dapat meningkatksn kepatuhan wajib pajak ( Cahyadi & Jati, 2016 ).

Selain sosialisasi yang dilakukan dengan baik diperlukan juga adanya

sanksi yang menjadi kontrol bagi wajib pajak, sanksi perpajakan yang akan

diterima wajib pajak adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi

peningkatan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Jaminan atau

pencegahan (preventif) agar peraturan yang telah diatur dapat ditaati serta

tidak dilanggar oleh wajib pajak adalah dengan adanya sanksi perpajakan (

Mardiasmo, 2011). Dalam menegakan kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor, sanksi pajak sangat diperlukan dalam mewujudkan ketertiban

wajib pajak dalam membayar pajaknya ( Wardani & Rumiyatun, 2017 ).

Pemerintahan Kota Lubuklinggau Menyadari banyaknya wajib pajak

yang belum membayarkan pajak kendaraan bermotor, salah satu upaya yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau yaitu melakukan

pengembangan dan peningkatan pelayanan. Namun dilihat dari realisasinya

pemerintah belum bisa memaksimalkan penerimaan pajak kendaraan

bermotor.

Tabel 1. Rekapitulasi Tunggakan Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota


Lubuklinggau
Tahun Wajib Pajak Jumlah Tunggakan
2019 4.428 986.111.344
2020 4.720 1.128.856.141
2021 5.529 1.233.171.853
2022 19.930 4.561.725.848
Sumber : Kantor SAMSAT Kota Lubuklinggau diolah 2023
6

Tabel 1 menunjukan bahwa peningkatan jumlah tunggakan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kota Lubuklinggau terhitung sejak

tahun 2019-2022 selalu meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data diatas

dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 terdapat 4.428 Wajib Pajak ( WP )

kendaraan bermotor, terajadi penunggakan sebesar 986.111.344. pada tahun

2020 jumlah WP kendaraan bermotor mengalami peningkatan menjadi

4.720, dengan tunggakan sebesar 1.128.856.141. kemudian sampai pada

tahun 2022 terus saja mengalami peningkatan.

Tabel 2. Data Jumlah Unit Pembanyaran Pajak Kendaraan Bermotor di


SAMSAT Kota Lubuklinggau
Tahun Unit Pajak
2019 2.630 492.798.500
2020 3.084 565.967.775
2021 3.128 633.947.250
2022 3.435 792.877.750
Sumber : Kantor SAMSAT Kota Lubuklinggau, diolah 2023

Berdasarkan tabel 2, jumlah unit pembanyaran kendaraan bermotor

mengalami peningkatan dari tahun 2019 sampai 2022 tentunya hal ini bisa

dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk dapat melakukan pemungutan

pajak terhadap pemilik kendaraan bermotor guna untuk untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan dapat

meningkatkan sumber pendapatan asli daerah. Dasar pengenaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) di Kota Lubuklinggau telah diatur dalam

Peraturan Daerah (Perda) Kota Lubuklinggau Nomor 10 Tahun 2011

Tentang Pajak Daerah.


7

Berdasarkan fenomena yang disajikan pada tabel 1 dan 2 menyatakan

bahwa kenaikan jumlah unit kendaraan bermotor semakin meningkat dan

juga tunggakan wajib pajak kendaraan bermotor terus meningkat setiap

tahunnya. Adapun persoalan lainya yang secara umum dihadapi oleh wajib

pajak adalah masih banyak wajib pajak yang tidak mengetahui

pengalokasian uang pajak yang mereka bayarkan ( Ietiani, Anndini dan

Oemar, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas

maka judul dalam penelitian ini “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,

Tarif Pajak Progresif, Sosialisasi Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Pada

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Di Samsat Kota

Lubuklinggau.) ”.

2. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang maka

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

a. Kesadaran membayar pajak masih rendah.

b. Tunggakan pajak semakin meningkat selama empat tahun terakhir

c. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membayar pajak.

d. Peneliti melakukan pengujian kembali agar dapat mengetahui kondisi

terbaru kepatuhan wajib pajak.


8

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka terdapat

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Apakah pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau ?

b. Apakah tarif pajak progresif berpengaruh terhadap kepatuahan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau ?

c. Apakah sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau ?

d. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau ?

4. Batasan Masalah

Berdasarkan penelitian sebelumnya hasil antara peneliti satu dengan

peneliti lainnya mendapat hasil yang berbeda, oleh karena itu penelitian ini

dibatasi pada pengaruh pengetahuan wajib pajak, tarif pajak progresif,

sosialisasi pajak, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor yang terdaftar di Samsat Kota Lubuklinggau Priode

Tahun 2019-2022.

5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan wajib pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau.


9

b. Untuk mengetahui pengaruh tarif pajak progresif terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Libuklinggau.

c. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi pajak terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau.

d. Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor di Lubuklinggau.

6. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat

diambil bagi semua pihak yang berkepentingan. Hasil analisis yang

diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis.

a. Manfaat Praktis

1. Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

mahasiswa mengenai pengetahuan pajak, tarif pajak progresif,

sosialisasi pajak, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor.

2. Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat dan

menetapkan kebijakan perpajakan yang lebih netral serta adil dan

memberikan kontribusi dalam menciptakan mekanisme pengawasam

yang lebih efektif terhadap wajib pajak.


10

3. Peneliti

Hasil penelitian diharapkan menambah wawasan peneliti

terhadap pengetahuan wajib pajak, tarif pajak progresif, sanksi pajak

dan sosialisasi pajak kendaraan bermotor di kota lubuklinggau.

b. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan literatur bagi

mahasiswa agar lebih memahami tentang pengaruh pengetahuan wajib

pajak, tarif pajak progresif, sosialisasi pajak dan sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.


B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Literatur

a. Pengertian pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 berbunyi pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut

Mardiasmo (2018:3) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat diajukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut

Djajadiningrat (2014) Pajak adalah iuran kepada Negara yang terutang

oleh yang wajib membarnya menurut peraturan-peraturan atau dapat

dipaksakan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara yang

menyelenggarakan pemerintahan.

Dari beberapa definisi mengenai pajak dapat disimpulkan bahwa

pajak merupakan iuran rakyat kepada negara yang bersifat memaksa,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

11
12

Menurut Mardiasmo (2018:3) Unsur -Unsur pajak sebagai berikut :

a. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak

hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan uang).

b. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau

dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaan.

c. Tanpa jasa timbal atau kontrapretasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembanyaran pajak tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

b. Fungi Pajak

Fungsi pajak sebagai salah satu alat untuk menentukan politik

perekonomian suatu negara, pajak memiliki kegunaan atau manfaat

pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum (Siti Kurnia Rahayu,

2017 : 31). Menurut Mardiasmo (2018:1) ada dua fungsi pajak, yaitu:

1) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi Mengatur (Regulered)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

Contoh:

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk


13

mengurangi konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:7) dalam buku perpajakannya

mengelompokan pajak kedalam tiga jenis, yaitu menurut golongan,

menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya adalah :

1) Menurut Golongan

a. Pajak langsung

Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain.

Contoh : Pajak Pengahasilan(PPh)

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2) Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya

dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Objektif
14

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan

Barang Mewah (PPnBM)

3) Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Materai

b. Pajak Daerah

Yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah.

Contoh : Pajak Bermotor, Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan.

d. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak

dan restribusi daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak daerah dan restribusi daerah

masuk kedalam anggaran penerimaan dan belanja daerah setiap tahun

(Siti Kurnia Rahayu, 2017:50).

Menurut Mardiasmo (2018:14) mengatakan pajak daerah dibagi


15

menjadi 2 bagian , yaitu :

1. Pajak Provinsi, terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,

Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

e. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak atas

kepemilikan dan penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor

merupakan semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya (Hasfah dan Dini Aprilia Pratiwi,

2022). Menurut Adi Hartopo dan Endang Masitoh (2020) dalam

penelitiannya meyebutkan bahwa pajak kendaraan bermotor adalah salah

satu pajak daerah yang memiliki potensi cukup besar dalam mendanai

pembangunan daerah. Oleh sebab itu pada perkembangan kendaraan

bermotor setiap tahunnya dapat di manfaatkan oleh pemerintah kantor

samsat untuk melakukan pemungutan pajak kepada pemilik kendaraan

bermotor tersebut guna untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak


16

kendaraan bermotor.

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 pasal 6 ayat 1, besar

tarif pajak PKB untuk kendaraan bermotor pribadi ditetapkan

sebagaimana di bawah ini :

1. Untuk wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor pertama

akan dikenakan tarif paling rendah 1% dan paling tinggi 2%.

2. Untuk wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor kedua dan

seterusnya maka akan dikenakan tarif paling rendah 2% dan paling

tinggi10%.

3. Untuk wajib pajak kendaraan bermotor seperti angkutan umum,

ambulan. pemadam kebakaran, dan kendaraan lainnya yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah maka akan dikenakan tarif

paling rendah 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%.

4. Untuk pajak kendaraan bermotor seperti alat-alat berat dan alat-

alat besar akan dikenakan tarif paling rendah 0,1% dan paling

tinggi 0,2%.

f. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Jugunarth (2018) kepatuhan wajib pajak ialah sebagai

pelaporan pendapatan yang akurat. Sedangkan menurut penelitian

Widagsono (2017) kepatuhan wajib pajak adalah sikap wajib pajak

dalam mematuhi Undang-Undang Pajak. Kepatuhan dalam hal

perpajakan berarti keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak dan


17

khususnya kewajiban, disiplin, serta sesuai peraturan perundang-

undangan dan tata cara perpajakan yang berlaku dan tidak menyimpang

dari ketentuan perpajakan (Agustin dan Putra, 2019).

Kepatuhan wajib pajak juga mempengaruhi penerimaan wajib pajak

di suatu negara karena pada dasarnya jika kepatuhan waib pajak

meningkat maka penerimaan negara dari sekotar pajak nya juga secara

tidak langsung meningkat (Wardani dan Rumiyatun, 2017). Menurut

(Wardani dan Rumiyatun, 2017) terdapat indikator dalam Kepatuhan

Wajib Pajak, yaitu :

1) Memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

2) Membayar pajaknya tepat pada waktunya

3) Wajib pajak memenuhi persyaratan dalam membayarkan

pajaknya

4) Wajib pajak dapat mengetahui jatuh tempo pembayaran

g. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaraan wajib pajak merupakan kondisi dimana wajib pajak

mengerti dan memahami arti, fungsi maupun tujuan pembayaran pajak

kepada Negara (Siti Kurnia Rahayu, 2017:191). Menurut Mutia dalam

Wardani dan Asis (2017) kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah

dimana rasa yang timbul dalam diri wajib pajak atas kewajibannya

membayar pajak dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan.


18

Kesadaran wajib pajak merupakan kondisi saat mengetahui dan

mengerti perihal pajak tanpa ada paksaan dari pihak lain (Wardani dan

Rumiyatun, 2017). Menurut penelitian Wardani dan Rumiyatun (2017)

kesadaran wajib pajak memiliki indikator yaitu :

1) Mengetahui pajak kendaraan bermotor sebagai salah satu

pendapatan asli daerah.

2) Pengetahuan fungsi pajak digunakan untuk pembangunan daerah.

3) Pengetahuan tentang dampak dari menunda pembayaran pajak.

4) Mengerti tentang tata cara menghitung, membayaar dan

melaporkan pajak.

5) Dapat memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak kendaraan

bermotor.

h. Tarif Pajak Progresif

Menurut Mardiasmo (2018:11) presentase tarif yang digunakan

semakin besar bila jumlah yang dikenakan pajak semakin besar. Tarif

pajak progresif adalah tarif pajak yang makin tinggi obyek pajaknya,

semakin tinggi pula presentase tarif pajaknya. Tarif ini digunakan

terutama ditujukan kepada pajak-pajak subyektif seperti Pajak

Penghasilan Orang Pribadi ( Siti Kurnia Rahayu, 2017 : 187 ).

Contoh : Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan untuk Wajib

Pajak orang pribadi dalam negeri.


19

Tabel 3. Tarif Pajak


Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000 5%
Di atas Rp.50.000.000 s.d. Rp. 250.000.000 15%
Di atas Rp. 250.000.000 s.d. Rp.500.000.000 25%
Di atas Rp.500.000.000 30%
Sumber : Mardiasmo, 2018 : 11

Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dibagi menjadi:

a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar

b. Tarif progresif tetap : kenaikan presentase semakin besar

c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin besar.

i. Sosialisasi Perpajakan

Menurut (Akbar, 2019) mengatakan bahwa upaya dalam penigkatan

Wajib Pajak yaitu dengan dilakukan sosialisasi pajak,’’Sosialisasi pajak

merupakan suatu cara yang dilakukan oleh petugas pajak yang berkaitan

dengan pajak kepada masyarakat khusunya wajib pajak agar dapat

mengetahui segala hal mengenai pajak yang berlandaskan undang-

undang’’. Sosialisasi perpajakan merupakan upaya pemberian informasi

dan pengetahuan kepada wajib pajak mengenai perpajakan baik

peraturan maupun tata cara perpajakan (Aspatista, 2017).

Sosialisasi yang optimal melalui pemberian informasi yang

dilakukan oleh petugas pajak kepada wajib pajak diharapkan wajib pajak

mengerti mengenai manfaat dari kebijakan yang berlaku, mekanisme dan

prosedur dalam pembayaran PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) (Gustian

dan Suprasto, 2018). Upaya untuk memberikan informasi, pengertian,


20

pembinaan kepada wajib pajak tentang segala hal yang berhubungan

dengan pajak kendaraan bermotor dan perundang-undang adalah definisi

dari sosialisasi perpajakan (Hartana dan Merkusiwati, 2018).

Penelitian Dewi dan Supadi (2021) menemukan bahwa sosialisasi

perpajakan mampu memperkuat pengaruh pengetahuan pajak dan sanksi

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

j. Sanksi Perpajakan

Sanksi Perpajakan menurut Mardiasmo (2018:62) menjelaskan

sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

dituruti/ditaati/dipatuhi. Dalam undang-undang perpajakan dikenal ada

dua macam sanksi yaitu, sanksi administrasi dan sanksi pidana.

Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang

diancam dengan sanksi administrasi dan ada yang di ancam dengan

sanksi pidana. Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah

sebagai berikut :

a) Sanksi Administrasi

Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khusunya

yang berupa bunga dan kenaikan.

b) Sanksi Pidana

Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat

terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar


21

norma perpajakan dipatuhi.

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017) terdapat 5 indikator

dalam sanksi perpajakan, yaitu: 1). Sanksi pajak diterapkan unutk

menciptakan kedisiplinan dalam membayar pajak, 2). Sanksi pajak

diterapkan kepada semua wajib pajak yang melanggar, 3). Penerapan

sanksi pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan, 4). Wajib pajak

mengetahui akibat dari terlambat membayar pajak, 5). Dengan adanya

sanksi pajak membuat wajib pajak akan membayar pajak tepat waktu.

2. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang memiliki variabel

yang sama dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 4. Penelitian Relavan


No Nama Judul Metode Hasil
Penelitian/ Penelitian Penelitian Penelitian
Tahun
1 Nuraini Elfa Pengaruh Penelitian ini Hasil
Ruky/2018 Pemahaman menggunakan penelitian ini
Peraturan metode bahwa
Perpajakan , penelitian pemahaman
Akuntabilitas Kuantitatif. peraturan
Pelayanan perpajakan,
Publik Dan kesadaran
Kewajiban wajib pajak,
Moral Terhadap akuntanbilitas
Kepatuhan pelayanan
Wajib Pajak ( dan sanksi
Studi Empiris perpajakan
Pada Kantor berpengaruh
Bersama positif
SAMSAT Kota terhadap
Jambi). kepatuhan
22

wajib pajak.
2 Intan Pengaruh Penelitian ini Hasil
Rachmawati Peraturan menggunakan penelitian ini
dan Andry Perpajakan dan metode menunjukan
Alifian Sanksi Pajak penelitian bahwa
Rachman/2023 Terhadap Kuantitatif. pemahaman
Kepatuhan wajib pajak
Wajib Pajak terhadap
Kendaraan peraturan-
Bermotor. peraturan
perpajakan
secara
simultan dan
parsial
memberikan
pengaruh
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
Kendaraan
Bermotor.
3 Dheviera Faktor-Faktor Penelitian ini Hasil yang
Agung Yang menggunakan didapatkan
Pramesty dan Mempengaruhi metode bahwa
Mohammad Kepatuhan Kuantitatif. kepatuhan
Eddy Wajib Bayar wajib pajak
Rosyadi/2022 Pajak Pada kendaraan
Pajak bermotor
Kendaraan dikota bekasi
Bermotor. tidak terlepas
dari adanya
kesadaraan
wajib pajak,
akses pajak
dan
pengetahuan
perpajakan.
4 Damar Bayu Faktor Yang Penelitian ini Hasil dari
Saputra/2022 Mempengaruhi menggunakan penelitian ini
Kepatuhan metode ialah dimana
Wajib Pajak penelitian pengetahuan,
Kendaraan Kuantitatif. kesadaran,
Bermotor di kepuasan,
UPPD Samsat kualitas
Batulian. pelayanan,
sosialisasi
23

pajak dan
sanksi pajak
berpengaruh
secara
simultan dan
parsial
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
UPPD
Samsat
Betulian.
5 Kalisma Ratna The Effect Of Penelitian ini The results of
Apriyani/2019 Taxpayer’s menggunakan this study
Knowledge Of metode indicate that
Information penelitian knowledge of
services For Kuantitatif. motorized
Motor Vehicle vehicle tax
Tax Payment regulation
And Police has no
Operations On evidence that
Compliance it can affect
With motor vehicle
Compliance taxpayer
Tax. compliance,
knowledge of
motor vehicle
tax payment
service
information
there is
evidence that
it can affect
motor vehicle
taxpayer
compliance,
and police
operations
have no
evidence of
taxpayer
compliance
motor
vehicle.
24

3. Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan variabel terikat kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor di Samsat Kota Lubuklinggau (Y), dan variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Wajib Pajak (X1),

Tarif Pajak Progresif (X2), Sosialisasi Pajak (X3), dan Sanksi Perpajakan

(X4). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut.

(X1)

Pengetahuan
Wajib Pajak
H1

(X2)
H2
Tarif Pajak (Y)
Progresif
Kepatuhan
H3 Wajib Pajak
(X3)

Sosialisasi
Pajak

H4
(X4)

Sanksi
Pajak
H5

Gambar 1. Kerangka Berfikir


25

4. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa variabel di atas, maka

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam penelitian Afifi (2018) semakin banyak pengetahuan

perpajakan yang didapat maka wajib pajak akan semakin paham

kewajibanan perpajakannya dan sanksi yang akan diterima bila

melakukan kewajiban perpajakan sehingga mengakibatkan wajib

pajak akan membanyar pajak dengan tepat waktu. Salah satu

penyebab rendahnya tingkat kepatuhann wajib pajak adalah karena

masih kurangnya pengetahuan para wajib pajak mengenai pajak ( Jati,

2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Kowel dkk (2019) menemukan

bahwa pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Berdasarkan

keterangan di atas dapat dikembangkan hipotesis pertama sebagai

berikut :

H1 : Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Pengaruh Tarif Pajak Progresif Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang semakin tinggi


26

obyek pajaknya, semakin tinggi pula presentase tarif pajaknya. Tarif

ini digunakan terutama di tunjukan kepada pajak-pajak subyektif (Siti

Kurnia Rahayu, 2017 : 186 ). Tarif progresif merupakan persentase

tarif yang digunakan semakin besar dengan semakin banyaknya

kendaraan bermotor yang dimiliki. Penerapan Pajak progresif

kendaraan bermotor dilakukan sesuai dengan tanggal yang tercantum

pada saat pembelian. Diharapkan penerapan pajak progresif akan

meningkatkan penerimaan pemerintah daerah dari pajak kendaraan

bermotor (Musnal : 2015)

Berdasarkan terdahulu Musnal (2015) menunjukan bahwa tarif

pajak progresif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan keterangan di atas dapat

dikembangkan hipotesis kedua sebagai berikut :

H2 : Tarif Pajak Progresif berpengaruh positif terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

c. Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor

Pentingnya sosialisasi memberikan pengertian kepada

masyarakat dalam membayar pajak, dengan adanya sosialisasi

perpajakan masyarakat menjadi mengertti dan paham mengenai

manfaat membayar pajak (Winerungan, 2017). Pentingnya sosialisasi

akan memberikan masyarakat pengertian dalam membayar pajak (

Jati, 2018).
27

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya

membayar pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik

yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak. Pelayanan yang

berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan

kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar

pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan

secara terus menerus (Arifin dan Nasution, 2017). Berdasarkan

keterangan di atas dapat dikembangkan hipotesis ke tigas sebagai

berikut :

H3 : Sosialisasi Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor.

d. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor.

Sanksi perpajakan adalah faktor lain yang dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor ( Juniati, 2017). Sanksi

pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk melanggar

Undang-undang Perpajakan. Pemberian sanksi pajak terhadap wajib

pajak yang melanggar undang-undang perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak ( Nafiah dan Warno, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Merkusiwati

(2018), Dwi (2018), Susanti (2018) menunjukan bahwa sanksi

perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.


28

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikembangkan hipotesis

pertama sebagai berikut :

H4 : Sanksi Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor.


C. METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengetahui solusi dari suatu fenomena secara prosedur yang tersistematis

yang dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian ini membahas tentang

pengaruh pengetahuan wajib pajak, tarif pajak progresif,sosialisasi pajak,

dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor (

Studi kasus pada wajib pajak PKB yang terdaftar di samsat) Kota

Lubuklinggau.

Peneliti melakukan observasi di Kantor Samsat Kota Lubuklinggau.

Sifat dari penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, karena metode

ini sudah banyak menjadi acuan bagi para peneliti lain untuk melakukan

penelitian

Menentukan
Identifikasi
Observasi Rumusan
Masalah
Masalah

Pengumpulan Data Mengadakan Mempersiapkan


dan Pengolahan
Penelitian Penelitian
Data

Mengadakan
Analisis Data yang
Hasil dari Ujian Skripsi
Terkumpul Penelitian

Gambar 2. Desain Penelitian

29
30

2. Definisi Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Berikut ini adalah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

peneliti :

a. Variabel Penelitian

1) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen (terikat).

a. Variabel X1 adalah Pengetahuan Wajib Pajak sebagai variabel

bebas pertama.

b. Variabel X2 adalah Tarif Pajak Progresif sebagai variabel

bebas kedua.

c. Variabel X3 adalah Sosialisasi Pajak sebagai variabel bebas

ketiga

d. Variabel X4 adalah Sanksi pajak sebagai variabel bebas ke

empat.

2) Variabel dipenden atau variabel terikat (Y) merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen (Y) dalam

penelitian peneliti adalah Kepatuhan Wajib Pajak

b. Definisi Operasional Variabel

Berikut ini akan diuraikan definisi-definisi operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian peneliti :

Tabel 5. Definisi Operasional variabel


Variabel Definisi Indikator (Sumber) Skala
pengukuran
31

Kepatuhan Kepatuhan dalam 1. Memnuhi Likert


Wajib Pajak hal perpajakan kewajiban
PKB (Y) berarti keadaan perpajakan
wajib pajak yang sesuai dengan
melaksanakan hak aturan yang
dan khususnya berlaku
kewajiban, disiplin, 2. Tepat waktu
serta sesuai dalam
peraturan membayar
perundang- pajak.
undangan dan tata 3. Tahu kapan
cara perpajakan jatuh tempo
yang berlaku dan pembanyaran.
tidak menyimpang 4. Memenuhi
dari ketentuan persyaratan
perpajakan ( dalam
Agustin dan Putra, membanyar
2019 ). pajak
5. Tidak pernah
dikenai sanksi
pidana pajak.
( Wardani &
Rumiyatun,
2017 ).
Pengetahuan Pengetahuan wajib 1. Pengetahuan Likert
Wajib Pajak pajak adalah tentang hak dan
(X1) seberapa banyak kewajiban
ilmu atau wawasan wajib pajak,
tentang pajak yang 2. Pengetahuan
dimiliki oleh wajib tentang
pajak. Wajib pajak prosedur
juga merupakan pembayaran
segala sesuatu yang pajak
diketahui oleh wajib kendaraan
pajak mengenai bermotor.
perpajakan, baik 3. Pengetahuan
dalam segi sistem informasi
perpajakan, tata cara perhitungan
pembanyaran pajak, pajak.
pelaporan pajak, 4. Pengetahuan
maupun sanksi akan dampak
perpajakan (Kowel dari telat
et al., 2019) membanyar
pajak,
32

( Wardani &
Rumiyatun,
2017 ).
Tarif Pajak penerapan tarif 1. Tarif pajak Likert
Progresif pajak progresif sesuai dengan
(X2) adalah penerapan kemampuan
tarif pajak wajib pajak
kendaraan dengan
kepemilikan kedua memperhatikan
dan seterusnya yang sifat-sifat
lebih besar dari tarif individu yang
pajak kendaraan melekat
kepemilikan 2. Tarif pajak
pertama diberlakukan
(Mardiasmo, 2018) berbeda pada
wajib pajak
dalam keadaan
yang berbeda.
3. Tarif pajak
diberlakukan
seimbang
dengan
penghasilan
yang dinikmati
wajib pajak.
4. Kenaikan tarif
pajak akan
mempengaruhi
penggelapan
pajak,
(Siti Kurnia
Rahayu, 2017 :
186).
Sosialisasi Sosialisasi 1. Sosialisasi Likert
Pajak (X3) perpajakan dilaksanakan
merupakan suatu dengan terbuka
kegiatan yang dan secara
dilakukan oleh langsung.
kantor pajak untuk 2. Sosialisasi
memberikan membantu
informasi pajak masyarakat
guna meningkatkan terkhusus
pengetahuan dan wajib pajak
wawasan dalam
masyarakat wajib memahami
pajak sehingga keuntungan
33

menumbuhkan pajak bagi


kesadaran dalam negara.
pemenuhan 3. Masyarakat
kewajiban ataupun wajib
perpajakan ( pajak
Kamaruddin,sutanti, memahami
dan Suprapti, 2017) peraturan
perpajakan
yang berlaku.
4. Wajib pajak
memahami
cara mengisi
dan
melaporkan
pajak
kendaraan
bermotor.
(Veronica,
2015 ).
Sanksi Pajak Sanksi perpajakan 1. Sanksi pajak di Likert
(X4) merupakan jaminan terapkan agar
bahwa ketentuan tercipta
peraturan kedisiplinan
perundang- dalam
undangan membayar
perpajakan akan di pajak.
turuti/dipatuhi. 2. Sanksi pajak
Dengan kata lain diterapkan
sanksi perpajakan kepada semua
merupakan alat wajib pajak
pencegah agar wajib yang
pajak tidak melanggar
melanggar norma ketentuan dan
perpajakan ( peraturan.
Mardiasmo, 2018 : 3. Mengetahui
62 ). akibat dari
terlambat
membanyar
pajak.
( Wardani &
Rumiyatun,
2017).
34

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan (jumlah keseluruhan) dari individu atau

unit yang mempunyai karakteristik unutuk diteliti (kualitas dan kriteria

yang telah ditetapkan ) terlebih dahulu oleh penelitinya (Raihan, 2017).

Menurut Sugiyono (2018 : 117) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.

Beberapa pengertian populasi menurut para ahli penulis dapat

menyimpulkan populasi adalah bukan hanya sekumpulan orang tetapi

juga peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki

karakter tertentu dan sama dalam suatu wilayah.

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PKB yang

terdaftar di SAMSAT Kota Lubuklinggau pada priode 2019-2022.

Popuasi dalam penelitian ini adalah 12,277 Wajib Pajak PKB yang

terdaftar di SAMSAT Kota Lubuklinggau priode 2019-2022..

b. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data

dalam penelitian, dimana populasi merupakan bagian dari jumlah dari

karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik sampling ialah teknik

pengambilan sample, untuk menentukan sampel yang akan digunakan

(Sugiyono, 2018 : 81 ).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini


35

adalah insidental sampling. Insidental sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2018). Karena populasi dalam penelitian ini sangat banyak

yaitu sejumlah 12,277 maka guna efisien waktu dan biaya dalam

menentukan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

perhitungan sloving sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

12,277
𝑛=
1 + 12,277(0,1)2

12,277
𝑛=
1 + 122,77

𝑛 = 99

= 100 (dibulatkan)

100 sampel tersebut adalah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang

terdaftar di SAMSAT Kota Lubuklinggau.

Keterangan :

n : jumlah sampel yang dicari

N : jumlah populasi

e : persen Kelonggaran Ketidaktelitian yaitu 10%

(Sugiyono, 2018).
36

4. Sumber Data

Data Primer merupakan jenis data yang dikumpulkan dengan cara

diperolehnya secara langsung dari subjek/objek penelitian atau narasumber

dalam penelitian. Cara peneliti mengumpulkan data secara langsung dengan

menggunakan instrumen penelitian (Darwin et al, 2021). Data sekunder

merupakan jenis data yang dikumpulkan dengan cara diperolenya secara

tidak langsung dimana data sekunder telah disiapkan oleh pihak-pihak

tertentu, institusi/lembaga terkait, ataupun hasil dari penelitian sebelumnya

(Darwin et al.,2021).

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer

yang diperoleh secara langsung pada ojek penelitian dengan memberikan

kusioner yang diolah sendiri kepada responden.

5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam

proses penelitian. Teknik pengambilan data harus benar dan sesuai dengan

metode agar hasil yang diraih sesuai dengan tujuan penelitian awal atau

hipotesis awal yang sudah ditentukan. Kesalahan dalam mengumpulkan

data akan berakibat pada kesimpulan akhir, penelitian menjadi tidak relavan

dan tentu waktu dan tenaga yang dikeluarkan ketika pengumpulan data akan

sia-sial (Sahir, 2021).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dipeproleh dengan

memberika angket atau kusioner pada responden. Responden dipilih secara


37

acak ke Wajib Pajak PKB di Samsat Kota Lubuklingau priode tahun 2022-

2023. Pemilihan responden secara acak diharapkan mampu

menggeneralisasi. Pembagian kusioner atau angket dilakukan oleh peneliti

kepada Wajip Pajak PKB di Samsat Kota Lubuklinggau. Selanjutnya

peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisi kuesioner.

Responden diberikan waktu dan diminta untuk mengisi data sesuai dengan

yang tercantum dalam kusioner. Kuesioner ini bersifat tertutup, kuesioner

diharapkan dapat dikembalikan kepada peneliti, dalam waktu yang telah

ditentukan.

Angket atau kusioner adalah alat mengumpulkan data dengan

memberikan daftar pertanyaan kepada orang yang akan memberikan

tanggapan atau menjawab pertanyaan yang diberikan dalam penelitian

tersebut disebut responden. Daftar pertanyaan yang diberikan dapat bersifat

tertutup atau bersifat terbuka atau kombinasi keduanya ( Raihan, 2017 ).

6. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam

penelitian, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena (variabel)

yang di amati (Kurniawan & Puspitasningtyas, 2014). Penelitian ini

menggunakan instrumen kuesioner atau angket. Data diambil dari

responden (Wajib Pajak PKB di Samsat Kota Lubuklinggau) menggunakan

kuesioner dengan skala likert yang digunakan untuk mengukur Kepatuhan

Wajib Pajak PKB di Samsat Kota Lubuklinggau tahun 2023(Y),


38

Pengetahuan Wajib Pajak (X1), Tarif Pajak Progresif (X2), Sanksi Pajak

(X3), dan Sosialisasi Pajak (X4). Skala ). Skala likert berisi empat tingkat

jawaban yang akan diberikan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

7. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian dimaksudkan untuk melakukan uji validitas

dan reliabilitas pada item-item pertanyaan. Uji instrumen penelitian dapat

dilakukan pada calon responden atau kelompok lain di luar calon responden.

a. Uji Validitas

Menurut (Sahir, 2021) validitas adalah uji coba pertanyaan

penelitian dengan tujuan untuk melihat sejauh mana responden mengerti

akan pertanyaan yang diajukan peneliti. Jika hasil tidak valid ada

kemungkinanan responden tidak mengerti dengan pertanyaan yang kita

ajukan. Untuk menguji validitas setiap pertanyaan yaitu nilai pada

pertanyaan dikoreksikan dengan nilai totalnya. Nilai tiap pertanyaan

dinyatakan nilai X dan nilai total dinyatakan sebagai skor Y.

Pearson Product Moment

Pngujian validitas data dengan menggunakan Pearson Product

Moment dengan rumus :

𝑁∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦
√(𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥 2 )(𝑁 ∑𝑦 2 − (∑𝑦 2 )

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = koefisiensi korelasi antara x dan y


39

𝑁 = jumlah subjek

∑𝑥𝑦 = jumlah perkalian antara skor x dan skor y

∑𝑥 = jumlah total skor x

∑𝑦 = jumlah total skor y

∑𝑥 2 = jumlah dari kuadrat x

∑𝑦 2 = jumlah dari kuadrat y

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Validitas

Menurut (Iskandar et al, 2022) dasar pengambilan keputusan uji

validitas.

Mengembangkan nilai r hitung dengan nilai rtabel.

a. Jika nilai r hitung > r tabel, maka item soal tersebut dinyatakan valid.

b. Jika niali r hitung < r tabel, maka item soal tersebut dinyatakan tidak

valid.

Mengembangkan Nilai Sig. Hasil Eviews.

a. jika nilai Sig ≤ 0,05, maka item soal tersebut valid

b. jika nilai Sig ≥ 0,05, maka item soal tersebut tidak valid.

b. Uji Reabilitas

Menurut ( Sahir, 2021) reliabilitas adalah menguji kekonsistenan

jawaban responden. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka ,

biasanya sebagai koefisien, semakin tinggi koefisien maka atau

konsitensi jawab responden tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode

pengukuran reliabilitas Cronbanch’s Alpha. Pengujian reliabilitas


40

dengan teknik Cronbanch;s Alpha ini biasanya dilakukan untuk jenis

data interval essay (Sugiyono, 20018 : 365).

Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach :

𝑘 ∑𝑠2
𝑟 = (𝑘−1) {1 (𝑠2 )}

Keterangan :

𝑟 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑚𝑒𝑛

𝑘 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙

∑𝑠 2 = total varian butir

𝑠 2 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

(Sugiono, 2018 : 365)

8. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui kepastian sebaran data

yang diperoleh, haruslah dilakukan uji normalitas terhadap data yang

bersangkutan. Analisis statistik yang pertama dilakukan dalam rangka

analisis data adalah analisis statistik yang berupa uji normalitas.

Kepastian terpenuhinya syarat normalitas akan menjamin dapat

dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik

selanjutnya sehingga kesimpulan yang diambil juga dapat

dipertanggungjawabkan (Burhan Nurgiyantoro, 2002:104).

Selain itu, uji normalitas juga akan menguji akan menhuji variabel

bebas (X) dan data variable terikat (Y) pada persamaan regresi yang
41

dihasilakan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal

(Danang Sunyoto, 2010 : 103). Selanjutnya penelitian ini teknik uji

normalitas yang digunakan adalah onel sampel kolmogorov smirnov test,

yaitu pengujian dua sisi yang dilakukan dengan membandingkan

signifikan hasil uji (pvalue) dengan taraf signifikan sebesar 5%. Artinya,

apabila signifikansi data lebih dari 5%, maka data dapat dikatakan

normal. Sedangkan apabila signifikansi data kurang dari 5%, naka data

dikatakan tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen mempunyai hubungan yang

linear secara signifikan atau tidak (Imam Ghozali, 2011 : 166).

Pengambilan keputusan dalam uji linearitas dapat dilakukan dengan

melihat signifikansi data. Data dikatakan signifikan bila signifikansi

lebih dari 5%. Apabila data yang diperoleh lebih dari 5% maka data dapat

dikatakan linear, sebaliknya apabila data yang diperoleh kurang dari 5%

maka data dikatakan tidak linear.

c. Uji Heteroskedastisitas

Persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak

varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain.

Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi

heteroskedastisitas, dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut

terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi jika pada


42

scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit,

melebar maupun bergelombong-gelombang. Uji Heteroskedastisitas

pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05

dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

1. Jika sign.> 0,05 tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika sign.< 0,05 terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu situasi dimana adanya korelasi

sempurna antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang

lainnya (Danang Sunyoto, 2010 : 97). Uji multikolinieritas digunakan

untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model

regresi, yakni dengan melihat dari nilai tolerance, dan lawannya yaitu

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutt off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau

sama dengan nilai VIF ≥ 10. Langkah-langkah dalam uji

multikolinearitas yaitu :

1. Dengan Menggunakan Nilai Tolerance

a. Apabila nilai tolerance ≤ 0,10, maka terjadi multikolinearitas

b. Apabila nilai tolerance ≥ 0,10, maka tidak terjadi multikolinearitas

2. Dengan Menggunakan Nilai variance Inflation Factor (VIF)

a. Apabila nilai VIF ≤ 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

b. Apabila nilai VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinearitas


43

9. Metode Analisis Data

a. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika pengukuran

pengaruh ini melibatkan satu variable beas (X) dan variable terikat (Y)

dinamakan analisis regresi linear sederhana yang dirumuskan :

Y= a+bX. Nilai a adalah konstanta dan nilai b adalah koefisien regresi

untuk variabel X (Danang Sunyonto, 2010 : 29). Persamaan umum

regresi linier sederhana adalah :

Y = a + bX

Keterangan :

Y : subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a : harga Y ketika harga X = 0 ( harga konstan)

b : angka koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan

ataupun penurunan variable dependen yang didasarkan pada

perubahan variabel independen

X : subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

(Sugiyono, 2018)

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti, bila

peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)

variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen


44

sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)

(Sugiyono,2018 : 275). Persamaan umum regresi linear berganda

adalah :

𝑌 = 𝑏1. 𝑋1 + 𝑏2 . 𝑋2 + 𝑏3 . 𝑋3 + 𝑏4. 𝑋4

Keterangan :

𝑌 = kepatuhan Wajib Pajak PKB

𝑏1 = koefisien Pengetahuan Wajib Pajak

𝑏2 = koefisien Tarif Pajak Progresif

𝑏3 = koefisien Sosialisasi Pajak

𝑏4 = koefsien Sanksi pajak

𝑋1= Pengetahuan Wajib Pajak

𝑋2= Tarif Pajak Progresif

𝑋3= Sosialisasi Pajak

𝑋4= Sanksi Pajak

( Sugiono, 2018 : 275)

c. Uji Parsial

Uji -t (t-test) merupakan uji statistik yang seringkali ditemui

dalam masalah-masalah praktis statistika. Uji-t digunakan ketika

informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui

(Siregar, S. 2011 : 257). Langkah- langkah dalam uji parsial (ttest) yaitu

a) Dengan membandingkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

1. Apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1


45

diterima.

2. Apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1

ditolak.

b) Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikansi menggunakan Alpha 5% (0,05).

Signifikasi 5% artinya penelitian ini menentukan risiko kesalahan

dalam mengambil keputusan untuk menolak atau menerima

hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan tingkat

kepercayaan atau besar mengambil keputusan sedikitnya 95%.

Apabila probabilitas lebih besar dari 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1

ditolak. Sedangkan apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka

𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.

d. Uji simultan (F-test)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh

variabel bebas (X) secara simultan terhadap variabel terikat (Y).

langkah-langkah uji simultan (iF-test) yaitu :

a) Dengan membandingkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

1. Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak dan

𝐻1 ditolak.

2. Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima dan

𝐻1 diterima.

b) Menentukan Tingkat Signifikan

1. Apabila nilai probabilitas signifikan lebih besar dari 0,05,


46

maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 , ditolak.

2. Apabila nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05,

maka ditolak 𝐻0 dan 𝐻1 diterima.

10. Tempat dan Waktu Penelitian

a) Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Samsat, Jln.Letkol

Sukirno.,Kel.Air Kuti, Kec. Lubuklinggau Timur 1, Kota. Lubuklinggau.

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 6 bulan

yaitu dimulai dari bulan Juli 2023-Desember 2023.

Tabel 6. Waktu Penelitian


No Jenis Penelitian Waktu Pelaksanaan

Agus Sept Okt Nov Des Jan


2023 2023 2023 2023 2023 2024
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Pengajuan Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Pengajuan bab I-III
7 Perbaikan bab I-III
8 Pengumpulan Data
dan Pengolahan
Data
9 Pengajuan Bab IV-V
10 Perbaikan Bab IV-V
11 Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Adiasa, N. (2013). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak Terhadap Kepatuhan


Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating.
Universitas Negeri Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj/article/view/2848 diakses pada
tanggal 20 Agustus 2021.

Adisasmito, S., & Sadjiarto, R. A (2013). Analisis Kepuasan Wajib Pajak atas
Layanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Linggkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur I. Taks & Accounting Riview, 3
(2),323.
http://publication.petra.ic.id/index.php/akuntansipajak/article/view/3082
diakses pada tanggal 12 November 2021

Arifin,S. B., & Nasution, A. A. (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Medan
Belawan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis : Jurnal Program Studi Akuntansi,3
(2).
http://ojs.uma.ac.id/index.php/jurnalakundaanbisnis/article/view/1237
diakses pada tanggal 12 september 2021

carolina, verani., Fortunata, Riana. 2013. Taks Fairness Perception and Taks
Compliance: Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan Di
Bandung.
https://journal.trunojoyo.ac.id/infestasi/article/view/500 diakses pada
tanggal 12 Juni 2021

Carolina, Veronika. 2009. Pengetahuan Pajak. Jakarta: Selemba Empat.

Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati. 2011. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi lKemauan Membayar Pajak. Dinamika Keuangan dan
Perbankan. Vol. 3, No. 1. Hal. 126 – 142.
https://www.academia.edu/download/58004793/ipi7708. pdf diakses pada
tanggal 15 Juni 2021

Ilhamsyah, R., Endang, M. G., dan Dewantara, R. Y. (2016). Pengaruh Pemahaman


Dan Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran
Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota Malang).
Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016.
https://www.neliti.com/publications/193583/ diakses pada tanggal 30 Mei
2021.

47
48

Irfan, Muhammad. (2018). Pengaruh Pemahaman Dan Pengetahuan Wajib Pajak,


Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Serta Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota
Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran: Buku 1 Edisi Milenium. Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Kurniasari, I.A. (2014). Analisis Pengaruh Piutang dan Persediaan Terhadap


Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Laporan Akhir.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kusuma, K. C. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan


Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun 2014 (Studi Kasus pada
Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultas.
Universitas Negeri Yogyakarta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/download/20592/15609
diakses pada tanggal 3 Agustus 2021.

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Rahayu, N. (2017). Pengaruh pengetahuan perpajakan, ketegasan sanksi pajak, dan


Tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak. Akuntansi Dewantara, 1(1),
15 https://www.academia.edu/download/56328437/21-365-1-PB.pdf
diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Riadita, F. A., & Saryadi, S. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran


Wajib Pajak, Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Pada UMKM Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang
Selatan)Jurnal ilmu administrasi bisnis, 8(2), 105-113
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/viewFile/23692/26
diakses pada tanggal 12 Mei 2021.

Siti Kurnia Rahayu, 2017. Perpajakan Konsep dan Aspek sosial.Bandung :


Rekayasa Sains.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.
49

Wardani, D. K., & Rumiyatun, R. (2017). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,


Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor, Dan Sistem
Samsat Drive Thru Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Jurnal Akuntansi, 5(1), 15-24.
https://jurnalfe.ustjogja.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/25
diakses pada tanggal 28 Agustus 2021.

Wardani, D. K., & Wati, E. (2018). Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap


kepatuhan wajib pajak dengan pengetahuan perpajakan sebagai variabel
intervening (Studi pada wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Kebumen). Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 7(1),33-
54.
https://journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/download/19358/1682
diakses pada tangggal 29 Agustus 2021.

Zikin, N., Abduh, T., & Yunus, M. K. (2021). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Masa Covid-19 Di
Samsat Kabupaten Pinrang. Economics Bosowa, 7(003), 73-86.
http://www.economicsbosowa.unibos.id/index.php/eb/article/download/46
4/446 diakses pada tanggal 10 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai