Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Covid-19 atau coronavirus disease 19 muncul pertama kali di China

tepatnya di kota Wuhan pada tanggal 31 Desember 2019 dimana World Health

Organization (WHO) mendapatkan laporan tentang adanya pneumonia yaitu

infeksi akut yang menyerang paru-paru (Bima Baskara, 2020) Berdasarkan data

pemerintahan china seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun menjadi

orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal

itu dan seterusnya angka penduduk di China yang terjangkit Covid-19 mengalami

peningkatan yaitu pada tanggal 15 Desember 2019 jumlah total infeksi mencapai

27 kasus. Jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19 telah

mencapai 60 orang. (Josephine Ma, 2020). Setelah banyak kasus yang terjadi

penyebaran covid-19 telah menyebar di hampir diseluruh dunia pada bulan Juni

hingga Agustus 2020 kasus Covid-19 rata-rata bertambah sekitar 250 ribu kasus

dan 6.000 kematian akibat virus covid-19 dan pada bulan Januari 2021 kasus

covid-19 telah mencapai 350 juta kasus dan kematian mencapai 5 juta kasus

(Coronavirus Statistics Worldometer, 2022).

Pada awal bulan Maret 2020 dengan kasus pertama teridentifikasi

merupakan transmisi lokal menjadi awal mulanya penyebaran kasus Covid-19 di

Indonesia hingga saat ini jumlah kasus akibat virus covid-19 pada bulan Januari

2021 telah mencapai 4 juta kasus dan 144 ribu jumlah kematian akibat virus

covid-19 (Coronavirus Statistics - Worldometer,2022) dengan banyaknya jumlah

1
kasus covid-19 yang terjadi tentu saja hal ini menyebabkan banyak kerugian di

berbagai sektor terutama sektor ekonomi dan sosial dimana penyebaran virus

covid-19 ini membuat hampir diseluruh dunia mengalami penurunan tingkat

ekonomi bahkan Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 4,8% di tahun

2020. Sedangkan, di indonesia mengalami penurunan tingkat ekonomi diprediksi

mencapai 0,4 % dari hasil perhitungan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS)

dimana tingkat pengangguran bertambah 5 juta orang pada bulan Februari 2020

(Wahyu daniel, 2020).

Dampak lain yang terjadi akibat virus covid-19 adalah fisik dan psikis

dimana diberbagai negera yang mengalami pandemi covid-19 ini mengharuskan

seluruh masyarakatnya untuk dapat menerapkan Social Distancing yaitu menjaga

jarak aman dan tidak berinteraksi hingga pandemi covid-19 dapat diatasi dan hal

ini telah terjadi selama 2 tahun lamanya. Dalam upaya pencegahan dan untuk

menekan laju penyebaran virus covid-19 diberbagai negara telah melakukan

Lockdown atau karantina wilayah, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB)

hingga pergerakan manusia antar negara,kota,kabupaten dan desa harus dibatasi.

Di Indonesia dalam upaya pencegahan covid-19 menerapkan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berpengaruh pada aktivitas bisnis yang

berimbas kepada penurunan tingkat ekonomi dan bertambahnya jumlah

pengangguran dari hasil simulasi menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) meningkat dari 4,99 persen pada Februari 2020 menjadi sekitar

6,17 persen 6,65 persen pada Maret 2020. (Badan Pusat Statistik, 2020) dengan

banyaknya penggangguran yang ada membuat perekonomian Indonesia juga ikut

2
melemah. Musi Rawas merupakan salah satu daerah di Sumatera Selatan yang

juga menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang membuat

banyak masyarakat yang harus bekerja dirumah ataupun harus diberhentikan dari

pekerjaannya, dikarenakan hal tersebut Musi Rawas mengalami penambahan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yaitu meningkat dari 2,91 persen menjadi

3,29 persen.(Badan Pusat Statistik, 2022).

Berdasarkan situasi akibat virus covid-19 ini pemerintah tidak bisa menggali

potensi yang ada untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan

Asli Daerah (PAD) adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dari

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (BPKAD, 2017). Dengan

diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat ekonomi

nasional mengalami kelambatan dalam memenuhi target penerimaan Pajak Asli

Daerah (PAD) yang telah ditentukan, banyak faktor yang mempengaruhi hal

tersebut selain dikarenakan menurunnya daya beli dan daya saing masyarakat

khususnya dalam kondisi pandemi ini juga keterbatasan yang tidak dapat

dilakukan sehingga membawa dampak terhadap penurunan penerimaan negara

dan daerah (Paramitha, 2021). Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 33

Tahun 2004, PAD yang sah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih kurs, dan,

komisi/potongan dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi

3
dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan (PAP) dan Pajak Rokok. Adapun

pajak kabupaten/kota terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan,

Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Berdasarkan penelitian di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2013-2017

Penerimaan pajak daerah dari tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 sudah dapat

dikatakan sangat efektif dilihat dari rata-rata tingkat efektivitas sebesar 99,59%

dan Efisien penerimaan Pajak daerah dinilai sudah sangat efisien (Talondong

dkk., 2018). Penelitian yang dialakukan di UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah

Provinsi Jawa Timur Bondowoso menunjukan Efktivitas Pajak Kendaraan

Bermotor yang diperoleh tahun 2013 sampai 2017 diketahui bahwa efektivitas

Pajak Kendaraan Bermotor selama lima tahun dikatakan sangat efektif (Sita Irfani

dkk, 2019).

Penelitian yang dilakukan SAMSAT makassar II pada priode tahun 2020

telah mencapai target yang telah di tentukan, namun mengalami penururnan dan

hanya mendapatkan 6% dari tahun sebelumnya. Tetapi meskipun demikian,

efektivitas penerimaan pajak kendaraan pada pandemi Covid-19 masih dalam

kategori sangat efektif, sedangkan untuk efisiensi pemungutan pajak juga masih

dalam kategori efisien, dikarenakan penerimaan pajak kendaraan di masa pandemi

4
Covid-19 masih lebih besar dibanding dengan biaya pemungutan pajak (Anthon,

2021), penelitian di sulawesi utara walaupun di masa pandemi covid-19

pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)masih digolong efisien walupun

masih ada perbedaan penerimaan pajak sebelum dan selama masa pandemi covid-

19 (Tumuli dkk., 2021), Pengelolaan keuangan dan aset daerah melaui kantor

Samsat Kabupaten Belu atas target dan realisasi efektivitas pemungutan pajak

kendaraan bermotor dari tahun 2015-2019 rata-rata adalah efektif (Aribowo &

Ahoinai, 2022).

Penerimaan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) oleh masyarakat

di Musi Rawas tentu saja melibatkan juga UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah

Musi Rawas atau lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan Kantor

Bersama Sistem Administrasi Menunggal dibawah Satu Atap (SAMSAT) yang

didalamnya tergabung tiga instansi yaitu Dispenda Musi Rawas, Kepolisian

Republik Indonesia dan Asuransi Jasa Raharja. Di Musi Rawas Pajak kendaraan

Bermotor (PKB) merupakan salah satu yang berkontribusi dalam Penerimaan

Pajak Daerah sehingga sangat penting dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB).

Kendaraan di Musi Rawas tiap tahunnya mengalami peningkatan yang

didominasi oleh kendaraan sepeda motor dan mobil penumpang. Namun, dari data

yang diambil dari UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi Rawas jumlah

kendaraan yang membayar pajak diwilayah tersebut mengalami penurunan tahun

2020 saat terjadi lonjakan civid-19 di wilayah Musi Rawas.

5
Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Yang Membayar Pajak
JENIS KENDARAAN
TAHUN MOBIL BUS TRUK SEPEDA LAINNYA JLH
PENUMPANG MOTOR
2019 5.213 45 1.096 19.478 2.720 28.552
2020 4.013 30 894 15.237 2.320 22.494
2021 4.662 37 1.100 17.040 2.596 25.435
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

Data yang ditampilkan merupakan jumlah kendaraan yang membayar pajak

di UPTB Pengelolaana Pendapatan daerah Musi Rawas II, penurunan jumlah

kendaraan terjadi pada tahun 2020 dimana karena penurunan jumlah kendaraan

yang membayar pajak membuat penerimaan pajak juga ikut mengalami

penurunan.

Tabel 1.2 Penerimaan Pajak kendaraan Bermotor (PKB)


TAHUN TARGET PENERIMAAN PAJAK
2019 Rp. 6.800.000.000 Rp. 7.484.606.000
2020 Rp. 8.484.000.000 Rp. 6.965.708.500
2021 Rp. 9.240.800.000 Rp. 9.442.870.750
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

Berdasarkan data yang ditampilkan dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan

pajak pada tahun 2019 melebihi target dengan jumlah selisih sebesar Rp.

684.606.000,- dan tahun 2020 mengalami penurunan dan tidak mencapai target

dan pada tahun 2021 mengalami peningkatan kembali penerimaan pajak

kendaraan.

Berdasarkan penjabaran yang telah di jelaskan dengan fenomena yang ada

di Musi Rawas dengan ini saya melakukan penelitian tentang “ Analisis

Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB) selama masa pandemi Covid-19 di UPTB

Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi Rawas”.

6
1.2. Identifikasi Masalah

Beberapa uraian yang telah dijelaskan paada latar belakang maka

identifikasi masalah yang terjadi di Musi Rawas menurunnya penerimaan

kendaraaan bermotor selama masa pandemi covid-19 dikarenakan bnyak

masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan sulitnya ekonomi sehiggga

penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) di UPTB Pengelolaan Pendapatan

Daerah Musi Rawas II tidak mencapai target yang telah ditentukan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya dengan ini

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Seberapa besar efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor selama

masa pandemi covid-19 di UPTB Pengelolaan Pendapatan daerah Musi

Rawas II ?

2. Seberapa besar laju penerimaan pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di UPTB

Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II ?

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah digunakan untuk menghindari terjadinya penyimpangan

pada fokus penelitian, selain itu agar penelitian tersebut dapat lebih terarah serta

tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Penelitian ini dilakukan di UPTB

Pengelolaan pendapatan daerah Musi Rawas II yang terletak di Tugumulyo, data

7
yang digunakan berupa laporan penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2019

hingga tahun 2021.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor selama masa

pandemi covid-19 di UPTB Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II.

2. Mengetahui laju penerimaan pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di UPTB

Pengelolaan Pendapatan daerah Musi Rawas II.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Hasil penelitian yang diperoleh juga

dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya difokus

penelitian berbeda.

2. Manfaat praktis

a. Bagi UPTB Pengelolaan Pendapatan Musi Rawas/SAMSAT Musi Rawas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengetahui

efektifitas peneriman pajak kendaraan bermotor selama masa pandemi covid-

8
19 di Musi Rawas sehingga diajadikan acuan dalam meningkatkan

penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

b. Bagi Univeritas Bina Insan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kajian tentang Analisis Realisasi

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) selama masa panemi covid-19

di UPTB Pengelolaan Pendapatan Wilayah Musi Rawas II dapat menjadi

acuan bahan ajaran baru di materi perkuliahan yang bersangkutan.

c. Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil penelitian ini juga dapat jadikan sebagai bahan rujukan dan

perbandingan bagi penelitian selanjutnya di masa depan, khususnya yang

berkaitan dengan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

selama masa pandemi covid-19

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Literatur

2.1.1. Teori Atribusi

Teori Atribusi (Atribution Theory) merupakan teori dari Harold Kelley

(1972-1973) dalam teorinya menjelaskan tentang bagaimana orang menarik

kesimpulan tentang “apa yang menjadi sebab” apa yang menjadi dasar seseorang

melakukan suatu perbuatan atau memutuskan untuk berbuat dengan cara-cara

tertentu. Ada tiga faktor yang menjadi dasar pertimbangan orang untuk menarik

kesimpulan apakah suatu tindakan atau perbuatan disebabkan oleh sifat dari dalam

diri (disposisi) ataukah disebabkan oleh faktor di luar diri. Ketiga faktor dasar

pertimbangan tersebut adalah konsensus (Concensus), konsisten (Consistency),

keunikan (Distinctivens).

Teori Atribusi menurut Ikhsan dan Ishak (2005) merupakan suatu proses

untuk menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilaku seseorang.

Teori ini ingin menjelaskan tentang perilaku seseorang terhadap peristiwa di

sekitarnya dan mengetahui alasan-alasan melakukan perilaku seperti itu. Teori

Atribusi yang dikemukakan oleh Robbins (2006) menjelaskan perilaku seseorang

yang disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Jadi dapat disimpulkan

bahwa Teori Atribusi adalah teori yang menjelaskan upaya untuk memahami

penyebab dibalik perilaku orang lain. Perilaku ini disebabkan oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal adalah perilaku

yang diyakini berada di bawah kendali atau berasal dari dalam diri individu

10
seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan. Perilaku yang disebabkan oleh

faktor eksternal adalah perilaku yang diyakini sebagai hasil dari sebab-sebab luar

atau berasal dari luar diri individu seperti peralatan atau pengaruh sosial dari

orang lain (Rahmi & Sovia, 2017).

Penelitian ini menggunakan teori atribusi sebagai landasan bahwa

peneriman pajak kendaraan bermotor dipengaruhi oleh wajib pajak dimana

tingginya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor

makan penerimaan pajak kendaraan bermotor yang diterima juga bertambah.

2.1.2. Definisi Pajak

Berdsarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

1. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara

oleh sebab itu ada berbagai fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara.

11
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai

tujuan.

c. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran

uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan

efisien.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah di pungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat

2. Jenis – Jenis Pajak

Pajak memiliki beberapa jenis yang dapat didasarkan oleh lembaga

pemungut pajak dan juga sifatnya. Jenis pajak berdasarkan lembaga

pemungutnya, terbagi menjadi dua:

a. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat.

Sebagian besar dari pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) -

Kementerian Keuangan. Pajak Pusat meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

12
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea

Meterai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah

Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Adapun yang termasuk

pajak daerah yaitu, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak

Rokok, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. Sementara itu, berdasarkan

sifatnya, jenis pajak dibagi menjadi dua, yakni:

1. Pajak Langsung.

Pajak yang dikenakan pada Wajib Pajak (WP) secara berkala baik

perorangan maupun badan usaha. (Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi

dan Bangunan).

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) bila melakukan peristiwa atau

perbuatan tertentu. (Contoh = Pajak Penjualan atas Barang Mewah).

3. Syarat Pemungutan Pajak Daerah

Persyaratan perpajakan tersebut merupakan prinsip dasar yang harus ada

dalam setiap kegiatan perpajakan khususnya di Indonesia. Setidaknya terdapat

13
lima persyaratan dalam pemberlakuan pemungutan pajak di Indonesia,

diantaranya :

a. Dalam hal keadilan (pajak harus adil)

Sistem pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan perundang-undangan

dan keadilan dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan disini

merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai keadilan sosial yang

dimaksud, yaitu Wajib Pajak (WP) mempunyai hak dan kewajiban yang telah

diatur dalam undang-undang, setiap warga negara yang menjadi Wajib Pajak

(WP) harus membayar pajaknya, serta adanya sanksi untuk pelaku pelanggaran

pajak.

b. Dalam hal yuridis (perpajakan harus berdasarkan hukum)

Berdasarkan hukum yang berlaku seperti apa yang telah tercantum dalam

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 yang mengatur tentang ketentuan

perpajakan umum.

c. Dalam hal ekonomis (pajak tidak akan mempengaruhi perekonomian

nasional)

Sistem perpajakan tidak boleh mengganggu kegiatan ekonomi yang malah

dapat mengakibatkan keterpurukan ataupun penurunan ekonomi nasional, seperti

misal dalam kasus pajak tidak diperbolehkan mengganggu produksi atau kegiatan

perdagangan yang sedang berlangsung.

d. Dalam hal finansial (perpajakan harus efisien)

Sistem pemungutan pajak yang ada harus dilakukan secara efisien dan

efektif sehingga nantinya hasil yang diperoleh dari perpajakan pun akan

14
maksimal. Secara efisien disini berarti mempunyai maksud bahwa pemungutan

pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan biaya

minimal. Sedangkan secara efektif disini berarti mempunyai maksud bahwa

pemungutan pajak harus bisa membawa hasil yang sesuai dengan perhitungan

yang telah dilakukan.

e. Dalam hal sederhana (sistem pajak harus sederhana)

Sistem penagihan dan pengelolaan pajak harus sederhana dan mudah

dipahami oleh Wajib Pajak (WP). Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan

membantu Wajib Pajak (WP) melaporkan pajaknya dan mendorong masyarakat

untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh Wajib Pajak

(WP) yang bersangkutan.

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

1. Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) itu

sendiri.

2. Wajib Pajak (WP) berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya

mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.

15
3. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika

Wajib Pajak (WP) telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak

yang seharusnya Wajib Pajak (WP) bayarkan namun tidak dibayarkan.

b. Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus

atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak

Official Assessment, Wajib Pajak (WP) bersifat pasif dan pajak terutang baru ada

setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Adapun ciri-ciri sistem

perpajakan Official Assessment:

1. Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.

2. Wajib Pajak (WP) sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.

3. Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan

menerbitkan surat ketetapan pajak.

4. Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang

wajib dibayarkan.

c. Withholding System

Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang

bukan Wajib Pajak (WP) dan bukan juga aparat pajak / fiskus. Jenis pajak yang

menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22,

PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN (Rani Maulida, 2018).

Penerapan Tarif Pajak :

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pribadi ditetapkan sebagai berikut:

16
a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1%

dan paling tinggi sebesar 2 %.

b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua danseterusnya tarif dapat

ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi

sebesar 10%

2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) angkutan umum, ambulan, pemadam

kebakaran, sosial keagamaan,lembaga sosial, Pemerintah / TNI / POLRI,

Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan peraturan

daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%

3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)alat-alat berat dan alat-alat besar

ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar 0,2% .

2.1.3. Pajak Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Modal yang diambil pemerintah untuk melakukan pembangunan dan

memenuhi belanja daerah yaitu hasil dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

merupakan usaha daerah dalam memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan

dana darii tingkat atas. Pendapatan Asli Daerah (PAD) diambil dari hasil

perusahaan daerah, retribusi guna diserahkan kepada pemerintah daerah otonom.

Sedangkan, dalam Undang–Undang pasal 6 nomor 3 tahun 2004 menjelaskan

bahwa Pendapatan Asll Daetah (PAD) bersumber dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang

bertujuan untuk memberikan keluasan pada daerah dalam menggali pendanaan

untuk digunkan dalam otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentrialisasi.

17
2. Pajak Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2021 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi daerah menjelaskan bahwa Pajak Daerah meruapakan

kontribusi wajib kepada daerah yang terutangoleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, diartikan sebagai pungutan Wajib Pajak

(WP) berdasarkan peraturan daerah dan Wajib Pajak (WP) tidak dapat merasakan

manfaatnya secara langsung.

3. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah

dan Retribusi Derah pasal 1 nomor 12 dan 13 menyatakan bahwa Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikin penguasaan kendaraan

bermotor baik semua jenis kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di darat ataupun peralatan berupa motor atau yang berfugsi mengubah

sumber daya tertentu menjadi energi gerak termasuk alat–alat berat serta

kendaraan bermotor yang dioprasikan di air.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 145 tahun 2000 Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) dapat dikelompokan kedalam pajak tergolong mewah yang

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPNBM) yaitu kelompok

kena barang mewah yang dikenakan pajak penjualan barang mewah dengan atrif

10 % misalnya kendaraan bermotor angkutan untuk 10 orang atau lebih termasuk

18
pengemudi dengan nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapsitas isi

silinder.

4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

2001 menyatakan bahwa tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ditetapkan

sebesar 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum, 1 % untuk kendaraan

bermotor umum, 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat

besar dan Tarif Pajak Kendaraan di Atas Air ditetapkan sebesar 1,5% Adapun

perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) secara umum adalah sebagai

berikut :

Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak


Pajak Terutang=
Tarif Pajak ( NJKB × Bobot )

5. Sanksi Administrasi

Wajib Pajak (WP) yang tidak taat ataupun telat dalam melakukan

kewajibannya untuk membayar pajak sesuai waktu yang telah ditentukan apalagi

dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) maka akan dikenakan sanksi

administrasi sebesar 25 % dari pokok pajak dan bunga sebesar 2 % perbulan

dihitung dari saat terutangnya pajak.

2.1.4. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Dalam pemerintahan daerah efektivitas adalah kegiatan diwaktu yang tepat

dan didalam anggaran ataupun target yang tersedia, diartikan pula untuk mencapai

tujuan yang direncanakan walupun nantinya akan ada yang tidak sesuai. Namun,

akan mempunyai dampak pada kelompok penerima sasaran maka akan disebut

19
efektif. Efektivitas merupakan kemampuan suatu organisasi dalam memenuhi

tujuan yang hendak dicapai.

Efektivitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan

suatu pajak atau retribusi dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan dan

efektivitas berfokus pada outcome (hasil) suatu organisasi, program, atau kegiatan

dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang

diharapkan atau Speading wisely (Kornella, 2021).

2.1.5. Laju Pertumbuhan Realisasi Pajak Kendaraan bermotor

Laju pertumbuhan menunjukkan kemampuan daerah dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan daerah yang telah dicapainya

dari periode ke periode berikutnya, diketahuinya pertumbuhan untuk masing-

masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran dapat digunakan untuk

mengevaluasi potensi-potensi yang perlu mendapat perhatian (Christina, 2018)

20
2.2. Penelitian yang Relavan

Penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitin sebelumnya. Adapun

penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Nama dan tahun Judul Hasil
1. Susanti Analisis Menggunakan metode penelitian
Talondong, Jenny Efektivitas dan deskriptif kuantitatif dengan hasil
Morasa, Steven J. Efisiensi penelitian yaitu Penerimaan pajak
Tangkuman, 2018 Penerimaan Pajak daerah dari tahun 2013, 2014,
Daerah Provinsi 2015, 2016 dan 2017 sudah dapat
Sulawesi Utara dikatakan sangat efektif dilihat
Periode 2013 - dari rata-rata tingkat efektivitas
2017. sebesar 99,59%. Tetapi pada
tahun 2014 dan 2015 tingkat
efektivitasnya masih kurang
dikarenakan realisasi penerimaan
pajak daerah pada dua tahun
tersebut tidak menggapai sasaran
yang ditetapkan. Hal ini terjadi
karena kurangnya kesadaran dan
kedisiplinan wajib pajak dalam
melaporkan kewajiban
perpajakannya serta mekanisme
pemungutan atau intensitas
pemungutan di lapangan kurang
atau tingkat sosialisasi kepada
masyarakat yang masih rendah
dan Efisien penerimaan Pajak
daerah di Provinsi Sulawesi Utara
dari tahun 2013-2017 dinilai
sudah sangat efisien karena wajib
pajak yang memiliki kewajiban
perpajakannya langsung datang
untuk menyetor jumlah pajaknya
yang terutang baik yang
menggunakan system self
assessment system maupun
dengan official assessment
system.

21
2. Meysa Sita Irfani, Efektivitas, Daya Menggunakan metode penelitian
Diyah Pajak dan deskriptif kuantitatif dengan hasil
Probowulan, Kontribusi Pajak penelitian yaitu Efktivitas Pajak
Didik Eko Kendaraan Kendaraan Bermotor yang
Pramono, 2019 Bermotor Tahun diperoleh tahun 2013 sampai 2017
2013-2017 di diketahui bahwa efektivitas Pajak
UPT Pengelolaan Kendaraan Bermotor di UPT
Pendapatan Pengelolaan Pendapatan Daerah
Daerah Provinsi Provinsi Jawa Timur Bondowoso
Jawa Timur selama lima tahun dikatakan
Bondowoso sangat efektif. menunjukan
kemampuan masyarakat
membayar pajak di kabupaten
Bondowo rendah dan masih perlu
ditingkatkan lagi kedepannya.
Peningkatan kemampuan
membayar pajak ini bertujuan
untuk meningkatkan penerimaan
pajak dimasa yang akan datang
dalam hal ini khususnya Pajak
Kendaraan Bermotor
3. Febrianty Analisis Realisasi Menggunakan metode penelitian
Anthon, 2021 Penerimaan Pajak deskriptif kuantitatif dengan hasil
Kendaraan penelitian yaitu Pendapatan
Bermotor Masa SAMSAT makassar IIpada
Pandemi Covid- priode tahun 2020 telah
19 Pada Kantor mencapai target yang telah di
Samsat Makassar tentukan, namun mengalami
II penururnan dan hanya
mendapatkan 6% dari tahun
sebelumnya. Tetapi meskipun
demikian, efektivitas penerimaan
pajak kendaraan pada pandemi
Covid-19 masih dalam kategori
sangat efektif, sedangkan untuk
efisiensi pemungutan pajak juga
masih dalam kategori efisien,
dikarenakan penerimaan pajak
kendaraandi masa pandemi
Covid-19 masih lebih besar
dibanding dengan biaya
pemungutan pajak.
4. Kevin F. Analisis Menggunakan metode penelitian
TumulI.,George Penerimaan Pajak kuantitatif dengan hasil penelitian
M. Kawung., Kendaraan yaitu walaupun di masa pandemi
Jaclien I. Bermotor covid-19 pemungutan Pajak

22
Sumuag., 2021 (PKB)Sebelum Kendaraan Bermotor (PKB)masih
dan Selama Masa digolong efisien walupun masih
Pandemi Covid- ada perbedaan penerimaan pajak
19 di Provinsi sebelum dan selama masa
Sulawesi Utara pandemi covid-19 di sulawesi
utara.
5. Mateus Fanu Analisis Menggunakan metode penelitian
Ahoinai, Fajar Efektivitas, deskriptif kuantitatif dengan hasil
Aribowo, 2022 Efisiensi dan penelitian yaitu Pengelolaan
Kontribusi Tung keuangan dan aset daerah melaui
gakan Pajak kantor Samsat Kabupaten Belu
Kendaraan atas target dan realisasi efektivitas
Bermotor pemungutan pajak kendaraan
Terhadap bermotor dari tahun 2015-2019
Penerimaan di rata-rata adalah efektif, hasil
Kantor Samsat penelitian ini sama dengan hasil
Kabupaten Belu penelitian Nugroho, A, Febri.
Provinsi Nusa (2011) Analisis Tingkat
Tenggara Timur Efektivitas Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi
Pemungutan pajak Kendaraan
Bermotor Pada Kabupaten
Wonogiri.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya

yaitu efektivitas dalam penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Musi

Rawas memiliki perbedaan dengan tempat dan faktor keadaan lingkungan

masyarakat karena adanya pandemi covid -19.

23
2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir merupakan landasan dalam melakukan proses penelitian.

Kernagka Berpikir akan mengembangkan teori yang telah disusun dengan cara

menguraikan hubungan yang terjadi antar variabel pada penelitian (Tegor dkk.,

2020). Adapun yang akan menjadi kerangka pemikiran dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Peneriman Pajak Kendraan


bermotor

Efektivitas Penerimaan Pajak


kendaraan Bermotor

Sebelum pandemi covid-19 Selama pandemi covid-19

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Kerangka pemikiran sebelumnya, maka dapat dijabarkan

bahwa dengan mengetahui perbedaan efektifitas penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) dapat diketahui efektif atau tidaknya Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) sebelum dan selama masa pandemi covid-19 di wilayah Musi Rawas.

24
2.4. Hipotesis

1. Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Sebelum dan

Selama Masa Pandemi Covid-19.

Berdasarkan penelitian (Talondong dkk., 2018), (Tumuli dkk., 2021),

(Anthon, 2021), (Aribowo & Ahoinai, 2022), (Sita Irfani dkk, 2019) dan diperkuat

dengan teori atribusi yang mana wajib pajak mempengaruhi penerimaan pajak

kendaraan bermotor sehingga hipotesis penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

Ho : Tidak Terdapat Perbedaan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor

(PKB) sebelum dan selama masa pandemi covid-19.

Ha : Terdapat Perbedaan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB)

sebelum dan selama masa pandemi covid-19.

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi

Rawas atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap (SAMSAT) yang terletak di jalan komplek ruko G-1 Mataram, Kabupaten

Musi Rawas, Sumatera Selatan 31661. Sedangkan, Waktu yang digunakan dalam

Penelitian ini sekitar  6 bulan terhitung dari bulan Maret 2022 hingga Agustus

2022 dengan deskripsi kegiatan penelitian dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Rancangan Waktu Penelitian


Jenis Waktu Penelitian
No
Kegiatan Apr Mei Juni Jul Agst sptr
1 Pengajuan judul
Persiapan
2 Pembuatan
Proposal

3 Pengajuan
proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 Seminar proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Pengelolaan Data
8 Perbaikan
Skripsi
9 Ujian Skripsi

26
3.2. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif yaitu

jenis penelitian yang mengutamakan analisa mendalam tentang data dan fakta

yang ditemukan, kemudian diangkat ke dalam penelitian dan disajikan secara apa

adanya dan tanpa rekayasa. Penelitian deskriptif dapat digunakan untuk penelitian

sebuah peristiwa, pemikiran, kondisi, objek, atau status di masa yang akan datang

(Sugiyono, 2013:206).

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel


3.3.1. Variabel penelitian

Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent Variable), yakni variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel X merupakan

variabel bebas yang mempengaruhi Y.

3.3.2. Definisi Oprasional Variabel

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 96). Variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel

27
terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas adalah penerimaan pendapatan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) sebelum masa pandemi covid-19 dan penerimaan

pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) selama masa pandemi covid-19

(diberi simbol X), sedangkan variabel terikat adalah Realisasi penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) (diberi simbol Y) dan variable efektivitas digunakan

untuk mengetahui dalam pungutan Pajak Kendaraan Bermotor sebelum dan

selama masa pandemie covid-19 itu dapat dikatakan efektif atau tidak.

Tabel 3.2 Definisi Oprasional Variabel


Variabel Definisi Oprasional Indikator
Pajak Pajak atas kepemilikan PKB terutang =Tarif
kendaraan Kendaraan Bermotor yang pajak
bermotor dibebankan kepada Wajib X (Nilai Jual Kendaraan
(PKB) Pajak (WP) (Undang- Bermotor x bobot)
Undang No 28, 2009) Undang-Undang No 28,
2009)

3.4. Sumber Data


Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh dan

memiliki informasi kejelasan tentang mengambil data tersebut dan bagaimana

data tersebut dapat diaolah menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) adalah

sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh.

Pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sekunder, data

primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data langsung kepada

pengumpulan data. Sedangkan, data sekunder merupakan sumber data tidak

langsung yang memberikan data lewat orang ataupun dokumen (Sugiyono,

2013:137)

28
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain seperti wawancara dan

kuesioner. Jika wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang,

maka observasi tidak terbatas pada orang.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk saling bertukar

informasi serta ide dengan melakukan tanya jawab, sehingga dapat mengkontruksikan

makna yang terkandung topik tertentu. Penggunaan teknik wawancara dalam

pengumpulan data dilakukan pada studi pendahulu untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumnetasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

biasanya berupa tulisan, gambar, atau karya monumental studi. Dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan

secara langsung di UPTB Pengelolaan pendapatan daerah Musi Rawas II untuk

mendapatkan data yang diperlukan berupa dokementasi penerimaan pajak kendaraan

bermotor tahun 2019 s/d 2021

29
3.6. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Thabroni, 2021) Dalam

penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa observasi dimana data –

data yang didapatkan dilapangan berupa hasil dari jumlah penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) tahun 2019 s/d 2021 di wilayah Musi Rawas.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Korelasi Bivariate Pearson adalah salah satu rumus yang dapat digunakan

untuk melakukan uji validitas data dengan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution). Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product

moment, sebagai berikut :

sd= √ ∑ d −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
2

(Arikunto, 2013: 213)


3.7.2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2015:154) dilakukan untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk.

Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam uji reliabilitas

30
peneliti menggunakan program SPSS, dengan uji statistik Cronbach Alpha (α).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha (α) > 0,60

[ ][ ∑σ
]
2
k
r 11= 1− 2 b
( k −1 ) σt

(Arikunto, 2015:154)

Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen
k = Jumlah butir pertanyaan
b² = Jumlah varian butir
t² = Varian total

3.8. Uji Asumsi Klasik

3.8.1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis

parametrik yaitu uji kenormalan data dan populasi. Tujuan dilakukannya uji

normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data sebaran data tersebut berdistribusi

normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah

dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov Smirnov.

Normalitas data dapat dicari menggunakan persamaan, sebagai berikut :

2
( Oi−Ei ) ❑
X =∑
2
Ei

(Sugiyono, 2013: 286)


Dimana :
X2 = Nilai X2
Oi = Nilai Observasi

31
Ei = Nilai luasan interval kelas berdasarkan tabel normal

3.9. Teknik Analisis Data

3.9.1. Analisis statistik data

Uji statistik merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau

karakteristik dari data yang telah dikumpulkan tanpa adanya kesimpulan yang

berlaku untuk digeneralisasikan. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

informasi mengenai karakteristik variable yang utama. Statistik deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean),

standar deviasi, maksimum dan minimum (Tumuli dkk., 2021)

3.9.2. Analisis Efektivitas

Efektifitas di gunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan

suatu pajak atau retribusi dengan tujuan atau target yang telah di tetapkan.

Efektivitas berfokus pada outcome ( hasil). suatu organisasi, program, atau

kegiatan dinilai efektif apabila output yang di hasilkan bisa memenuhi tujuan

yang di harapkan, atau di katakan speading Wisely (Kornella, 2021). Adapun

rumus yang digunakan :

Realisasi penerimaan PKB


Efektivitas= × 100 %
Target Penerimaan PKB

Tabel 6 Tingkat Efektivitas


Efektivitas kriteria
>100 % Sangat Efektif
90 – 100 % Efektif
80 – 90 % Cukup Efektif
60 – 80 % Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif

32
3.9.3. Analisis Laju pertumbuhan penerimaan pajak kendaraan Bermotor

Untuk mengetahui besarnya laju pertumbuhan pajak kendaraan bermotor

dari tahun ke tahun (Anthon, 2021). Laju penerimaan pajak kendaraan dapat

dihitung menggunakan rumus berikut :

X t −X (t−1)
GX = X 100 %
X t−1

Keterangan :

Gx : Laju Penerimaan Pajak kendaraan Bermotor

Xt : Penerimaan pajak tahun tertentu

Xt-1 : penerimaan pajak tahun sebelumnya

3.9.4. Analisis Paired sample T-test

Merupakan sebuah teori dalam statistik yang digunakan untuk menguji

apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara

nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Uji t mengetahui perbedaan

rata-rata dua sampel yang berhubungan atau berpasangan (Paired Sample T-test)

(Anthon, 2021).

33
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1.1. Profil UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi Rawas II

Kantor sistem manunggal satu atap (samsat) Musi Rawas II sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) bertanggungjawab terhadap serangkaian kegiatan dalam

penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan bermotor (Regiden

Ranmor), pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor (BBN-KB), dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana

Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ) dan Pembayaran Pajak Air Permukaan

(PAP) secara terintegrasi dan terkoordinasi. Tugas dan fungsi Kantor Sistem

Manunggal Satu Atap (Samsat) Musi Rawas II, antara lain :

1. Penyusunan rencana teknis operasional pelayanan Pajak dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor, Tata Usaha, dan Retribusi Pendapatan Lain dan

Penagihan.

2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pelayanan Pajak dan Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor, Tata Usaha, dan Retribusi Pendapatan Lain dan

Penagihan.

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan pendapatan dan

pemberdayaan aset daerah.

4. Pengelolaan ketata usahaan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi.

34
4.1.2. Bentuk struktur organisasi di Dinas Kantor sistem manunggal satu

atap (samsat) Musi Rawas II dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kantor Sistem Administrasi Satu Atap
(Samsat) Musi Rawas II

4.1.1. Tugas dan Tanggungjawab bagian-bagian di sturktur organisasi

35
Berikut tugas dan tanggungjawab bagian-bagian struktur SAMSAT Musi

Rawas II:

A. Kepala UPTB Pengelolaan pendapatan Daerah

Berikut tugas dan tanggungjawab kepala UPTB

1. Mengkoordinasi pelaksanaan tugas teknis operasional sesuai arus kebijakan

yang ditetapkan Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Mengkoordinasi pelaksanaan pendataan dan pendaftaran objek dan subjek

pendapatan daerah.

3. Perhitungan penetapan dan penagihan pendapatan daerah terhitung.

4. Melaksanakan pembukuan dan melaporkan hasil Pendapatan Daerah Provinsi

yang dilaksanakan Unit Pelayanan Pendapatan Daerah.

5. Mengkordinasi Urusan Ketata usahaan

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan sesuai

bidang tugas.

B. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Berikut tugas dan tanggungjawab kepala Sub Bagian Tata Usaha

1. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana ketatausaha.

2. Menyiapkan bahan, melaksanakan kerjasama dan evaluasi penyusunan

program kerja Unit Pelayanan Pendapatan Daerah.

3. Menyiapkan bahan, menyusun rencana dan melaksanakan anggaran Unit

Pelayanan Pendapatan Daerah.

36
4. Menyiapkan bahan dan mengelola penata usahaan keuangan serta menyusun

pertanggungjawaban keuangan.

5. Melaksanakan penilaian, menyimpan, pemeliharaan, penetapan jadwal retensi

dan penghapusan arsip Melaksanakan urusan rumah tangga, kebersihan dan

keamanan kantor, administrasi perjalanan dinas, akomodasi dan

keprotokolan.

6. Mengelola dan menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan

pendistribusian dan pemeliharaan.

7. Menyiapkan dan melaksanakan pengelolaan barang kuasi, pembukuan,

menerima dan mencatat jumlah yang diterima.

8. Melaksanakan penyusunan draft penerimaan dan penyetoran pendapatan,

mencatat, menghitung, menyusun dan menyimpan arsip yang berkenaan

dengan pembukuan.

9. Menyiapkan bahan pembinaan kepegawaian, mengelola administrasi

kepegawaian, mutasi, kesejahteraan pegawai, pendidikan pelatihan pegawai,

pengawasan melekat dan ketatalaksanaan.

10. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kerjasama penyusunan laporan

akuntabilitas kinerja dan laporan berkala.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala unit sesuai bidang tugas

dan tanggung jawab yang diberikan.

C. Kepala Seksi Pelayanan PKB/BBNKB

Berikut tugas dan tanggungjawab Kepala Seksi Pelayanan PKB/BBNKB


1. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan pelayanan Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

37
2. Menyiapkan bahan dan menyusun petunjuk teknis pelayanan Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

3. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data subyek dan obyek pajak

serta pelayanan pajak kendaraan dan bea balik nama kendaran bermotor.

4. Menyiapkan bahan, mengembangkan dan memberikan pelayanan informasi

pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor.

5. Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan bersama dengan aparat terkait

terhadap obyek dan subyek Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor.

6. Mengumpulkan dan mengolah data statistic wajib pajak dalam rangka

intensifikasi pajak dan peningkatan pendapatan di sektor Pajak Kendaraan

Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

7. Menyiapkan bahan dan menyusun petunjuk teknis tentang kewajiban wajib

pajak untuk menyetorkan pembayaran pajak terhutang.

8. Melaksanakan perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor terhutang wajib pajak.

9. Melaksanakan penagihan pajak dan melaksanakan pemeriksaan bersama

Instruksi terkait terhadap obyek pajak

10. Menyiapkan bahan dan menetapkan jumlah penagihan pajak terhutang.

11. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembukuan, evaluasi dan pelaporan

realisasi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor.

38
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala unit sesuai bidang tugas

dan tanggung jawab yang di berikan.

D. Kepala Seksi Pendapatan Lainnya

Berikut tugas dan tanggungjawab Kepala Seksi Pendapatan

1. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana kegiatan pelayanan pendapatan

daerah lain diluar Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor.

2. Menyiapkan bahan dan menyusun petunjuk teknis pelayanan pendapatan

daerah lain diluar Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor.

3. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data subyek dan obyek pajak

pendapatan lainnya serta pendapatan lain diluar Pajak Kendaraan Bermotor

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

4. Menyiapkan bahan, mengembangkan dan memberikan pelayanan informasi

pelayanan pendapatan daerah lain diluar Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor.

5. Melaksanakan pendapatan dan pendaftaran obyek dan subyek pendapatan

daerah lain diluar Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor berdasarkan tahun pajak.

6. Menyiapkan dan melaksanakan pemeriksaan bersama dengan aparat terkait

terhadap obyek dan subyek pendapatan daerah lain diluar Pajak Kendaraan

Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaran Bermotor.

39
7. Mengumpulkan dan mengolah data statistik wajib pajak dalam rangka

intensifikasi dan peningkatan pendapatan daerah lain diluar Pajak Kendaraan

Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

8. Melaksanakan perhitungan pendapatan daerah lain terhutang diluar Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

9. Menyiapkan bahan dan menetapkan jumlah penagihan pendapatan lain

terhutang.

10. Menyiapkan dan melaksanakan pembukuan,evaluasi kinerja pelayanan

pendapatan daerah lainnya.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala unit sesuai bidang tugas

dan tanggung jawab yang diberikan

B. Visi dan Misi

Untuk visi, misi dan motto pelayanan di Kantor SAMSAT yaitu:

Visi: Tercapainya Pelayanan yang Optimal untuk Kepuasan Masyarakat

Misi: 1. Meningkatkan kinerja seluruh pegawai SAMSAT untuk menunjang

kualitas layanan bagi masyarakat.

2. Meningkatkan mutu pelayanan untuk peningkatan pendapatan daerah.

3. Meningkatkan secara terus menerus pengetahuan, keterampilan dan

sikap pegawai.

4. Memberikan pelayanan yang memuaskan bagi semua pelanggan internal

dan eksternal.

40
4.2. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

4.2.1. Deskripsi Data

Data yang digunakan untuk menghitung efektivitas adalah target dan

realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Data target dan realisasi

yang diambil tahun 2018 hingga 2022. Namun, data yang akan digunakan sebagai

perbandingan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor hanya tahun

2019 dan tahun 2020. Data realisasi tahun 2019 dan tahun 2020 berikut :

Tabel 4.1 Target Pajak kendaraan Bermotor


Tahun Target Pajak Kendaraan Bermotor
2019 Rp.6.800.000.000
2020 Rp.8.484.000.000
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

Data target yang digunakan adalah data tahun 2019 dan tahun 2020 dengan

tujuan untuk mengetahui perubahan efektivitas dari seblum adanya pandemi

covid-19 dan selama masa pandemi covid-19.

Tabel 4.2 Data Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB)


Bulan Data Realisasi
2019 2020
Januari Rp. 615.603.520 Rp. 189.464.300
Februari Rp. 475.652.500 Rp. 231.377.700
Maret Rp. 615.526.050 Rp. 382.704.700
April Rp. 585.111.050 Rp. 327.756.075
Mei Rp. 480.420.900 Rp. 481.495.000
Juni Rp. 570.508.750 Rp. 469.395.000
Juli Rp. 568.216.300 Rp. 592.813.100
Agustus Rp. 572.430.500 Rp. 614.515.255
September Rp. 560.209.500 Rp. 838.948.880
Oktober Rp. 714.410.155 Rp. 841.232.750
November Rp. 722.519.525 Rp. 951.163.000
Desember Rp. 873.347.250 Rp. 1.065.934.090
Sumber : Data Internal Kantor SAMSAT Musi Rawas II, 2022

41
4.2.2. Analisis Data

Menentukan data target perbulan yang digunakan maka data target pajak

kendaraan pertahun dibagi dua belas, sehingga data target perbulan dapat

digunakan untuk menghitung efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

Target Pertahun
Rumus :Target Perbulan=
12
(Astanto, 2006)

Perhitungan Target Perbulan :

Rp .6 .800 .000 .000


2019 = =Rp.566 .666 .667
12

Rp .8 .484 .000 .000


2020 = =Rp.707 .000 .000
12

a. Menghitung Efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Data yang dianalisis terlebih dahulu harus dihitung efektivitasnya sebelum

adanya pandemi covid-19 dan selama adanya pandemi covid-19.

Realisasi penerimaan PKB


Rumus : Efektivitas= × 100 %
Target Penerimaan PKB
(Kornella, 2021)

Perhitungan Efektivitas :

Rp. 615.603 .520


Januari 2019 = × 100 %=108,64 %
Rp .566 .666 .667

Rp.475 .652 .500


Februari 2019 = × 100 %=83,94 % %
Rp .566 .666 .667

Rp. 615.526 .050


Maret 2019 = × 100 %=108,62 %
Rp .566 .666 .667

Rp .585.111 .050
April 2019 = × 100 %=103,25 % %
Rp .566 .666 .667

Rp . 480.420 .900
Mei 2019 = × 100 %=84,78 %
Rp .566 .666 .667

42
Rp. 570.508 .750
Juni 2019 = × 100 %=100,68 %
Rp .566 .666 .667

Rp. 568.216 .300


Juli 2019 = × 100 %=100,27 %
Rp .566 .666 .667

Rp. 572.430 .500


Agustus 2019 = × 100 %=101,10 %
Rp .566 .666 .667

Rp. 560.209 .500


September 2019 = × 100 %=98,86
Rp .566 .666 .667

Rp. 714.410 .155


Oktober 2019 = × 100 %=126,07 %
Rp .566 .666 .667

Rp .722.519 .525
November 2019 = × 100 %=127,50 %
Rp .566 .666 .667

Rp . 873.347 .250
Desember 2019 = × 100 %=154,12 %
Rp .566 .666 .667

Rp . 189.464 .300
Januari 2020 = × 100 %=26,80 %
Rp.707 .000 .000

Rp . 231.377 .700
februari 2020 = ×100 %=32,73 %
Rp .707 .000 .000

Rp . 382.704 .700
Maret 2020 = × 100 %=54,13 %
Rp.707 .000 .000

Rp . 327.756 .075
April 2020 = ×100 %=46,36 %
Rp .707 .000 .000

Rp . 481.495 .000
Mei 2020 = × 100 %=68,10%
Rp.707 .000 .000

Rp . 469.395 .000
Juni 2020 = × 100 %=66,39%
Rp.707 .000 .000

Rp. 592.813 .100


Juli 2020 = ×100 %=83,85 %
Rp .707 .000 .000

Rp. 614.515 .255


Agustus 2020 = ×100 %=86,92%
Rp .707 .000 .000

43
Rp . 838.948 .880
September 2020 = ×100 %=118,66 %
Rp .707 .000 .000

Rp. 841.232 .750


Oktober 2020 = ×100 %=118,99 %
Rp .707 .000 .000

Rp . 951.163 .000
November 2020 = ×100 %=134,54 %
Rp .707 .000 .000

Rp . 1.065 .934 .090


Desember 2020 = ×100 %=150,77 %
Rp .707 .000 .000

44
Tabel 4.3 Data Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB)
Tahun
Bulan
2019 2020
Januari 108,64 26,80
Februari 83,94 32,73
Maret 108,62 54,13
April 103,25 46,36
Mei 84,78 68,10
Juni 100,68 66,39
Juli 100,27 83,85
Agustus 101,10 86,92
Sepetember 98,86 118,66
Oktober 126,07 118,99
November 127,50 134,54
Desember 154,12 150,77
Sumber : Data yang telah di olah

b. Menghitung laju Pertumbuhan

Data yang digunakan dalam menghitung laju pertumbuhan penerimaan

pajak kendaraan yaitu realisasi penerimaan pajak pertahunnya. Data yang

digunakan yaitu tahun 2019 hingga tahun 2021. Berikut data realisasi nya:

X t −X ( t−1)
GX = X 100 %
X t−1

(Anthon, 2021)

Rp .7 .484 .606 .000−0


2019= X 100 %=0
0

Rp .6 .965.708 .500−Rp .7 .484 .606 .000


2020= X 100 %=−7,44 %
Rp.7 .484 .606 .000

Rp .9.442 .870 .750−Rp .6 .965.708 .500


2021= X 100 %=8,92%
Rp .6 .965 .708.500

45
Tabel 4.4 Data Laju Pertumbuhan Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB)
Data Realisasi
Laju Penerimaan Pajak
Tahun Penerimaan Pajak
kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor
2019 Rp.7.484.606.000 -
2020 Rp.6.965.708.500 -7,44 %
2021 Rp. 9.442.870.750 8,92 %
Sumber : Data yang telah di olah

4.2.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Data yang digunakan dalam menghitung validitas dan reliabilitas efektivitas

penerimaan pajak kendaraan yaitu data tahun 2019 hingga tahun 2021. Berikut

hasil nya:

Tabel 4.5. Hasil Uji validitas


Rtabel
No. Tahun Rhitung Keterangan
(α = 0,05): N=12
1 2019 0,681 0,576 VALID
2 2020 0,970 0,576 VALID
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Dari hasil uji validitas untuk nilai Efektivitas, diperoleh semua nilai korelasi

per item terhadap total itemnya dengan nilai r hitung> nilai rtabel. Dengan demikian,

semua item tersebut layak digunakan sebagai instrumen penelitian selanjutnya.

Tabel 4.6 Hasil Reliabilitas


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,714 2
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Dari hasil perhitungan uji reliabilitas data efektivitas penerimaan pajak

kendaraan bermotor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,884. Suatu

instrumen dinyatakan reliabel bila memiliki nilai koefisien reliabilitas minimal

0,60. (Metodologi Penelitian, Sugiyono, 2016:220). Dengan demikian, dapat

dikatakan reliabel.

46
4.3 PEMBAHASAN

4.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan data yang

digunakan dalam penelitian. Tingkat kenormalan distribusi data sangat penting

karena data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dapat dianggap

mewakili populasi. Uji normalitas data menjadi persyarat pokok dalam analisis

parametrik seperti korelasi Pearson (Pearson correlations test), uji perbandingan

rata-rata, analisis varian, dan sebagainya, karena data yang akan dianalisis harus

terdistribusi secara normal. Dalam SPSS metode uji normalitas yang sering

digunakan adalah uji Liliefors dan uji One Kolmogorov Smirnov.

Kritereria pengujiannya adalah, jika nilai signifikansi > 0.05, maka data

berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak

normal atau tidak berdistribusi. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui

kenormalan data. Hasil penelitian, dijelaskan di tabel di bawah ini :

4.10 Output One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
sebelum Selama
N 12 12
Normal Parameters a,b
Mean 108,1535 82,3526
Std. Deviation 19,58576 40,66063
Most Extreme Differences Absolute ,240 ,147
Positive ,240 ,137
Negative -,151 -,147
Test Statistic ,240 ,147
Asymp. Sig. (2-tailed) ,054 c
,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

47
Hasil tes of normality di atas menunjukkan nilai signifikansi (Sig) untuk

efektiivitas sebelum covid-19 memiliki nilai 0,054c. Sedangkan Sig untuk

efektivitas selama covid-19 memiliki nilai 0,200c,d, maka dapat disimpulkan

bahwa data normal.

4.3.2 Deskripsi statistik

tabel 4.11 Descriptive Statistics


Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum 12 108,1535 19,58576 83,94 154,12
Selama 12 82,3526 40,66063 26,80 150,77
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Hasil Descriptive Statistics di atas menunjukkan nilai mean untuk

efektiivitas sebelum covid-19 memiliki nilai 108,1535. Sedangkan nilai mean

untuk efektivitas selama covid-19 memiliki nilai 82,3526, nilai minimum untuk

efektivitas sebelum covid-19 memiliki nilai 83,94. Sedangkan nilai minimum

untuk efektivitas selama covid-19 memiliki nilai 26,80 dan nilai maximum untuk

efektiivitas sebelum covid-19 memiliki nilai 154,12 Sedangkan nilai maximum

untuk efektivitas selama covid-19 memiliki nilai 150,77.

4.3.3 Hipotesis

1. Uji Paired sample T-test

Setelah mengetahui efektivitas maka dilakukan uji paired sample T-test

yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan terhadap

efektivitas penerimaan Pajak kendaraan Bermotor (PKB) sebelum dan selama

masa pandemi covid-19.

48
Tabel 4.7 Paired Samples Statsitics
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum 108,1535 12 19,58576 5,65392
selama 82,3526 12 40,66063 11,73771
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Tabel 4.8 Paired Samples Correlations


Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum & selama 12 ,710 ,010
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Tabel 4.9 Paired Samples Test


Paired Samples Test
Paired Differences
Std. 95% Confidence Interval Sig. (2-
Std. t df
Mean Error of the Difference tailed)
Deviation
Mean Lower Upper
Pair 1 sebelum - 25,80083 30,09976 8,68905 6,67636 44,92531 2,969 11 ,013
selama
Sumber : Hasil olah data SPSS versi 24

Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak Terdapat Perbedaan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor

(PKB) sebelum dan selama masa pandemi covid-19.

Ha : Terdapat Perbedaan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB)

sebelum dan selama masa pandemi covid-19.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung dengan t tabel

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

49
Berdasarkan tabel 4.9 tentang uji t (paired sample t test) diatas,

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah

di beri metode bercerita. Untuk melihat nilai t tabel maka didasarkan pada derajat

kebebasan (dk), yang besarnya adalah N-1, yaitu 12-1 = 11. Nilai dk = 11 pada

taraf signifikan 5% diperoleh t tabel = 1.79588. Berdasarkan hasil analisis uji t

(paired sample t-test), maka dapat diperoleh hasil bahwa t hitung lebih besar dari t

tabel yaitu 2.969 > 1.79588 dan Sig. (2 tailed) = 0,013 > 0,05, maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan ada Perbedaan efektivitas penerimaan

pajak kendaraan bermotor (PKB) sebelum dan selama masa pandemi covid-19.

Untuk menentukan taraf signifikansi (P Value) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho

diterima. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak Berdasarkan tabel 4.9

menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,013 > 0,05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya hipotesis menyatakan bahwa ada Perbedaan efektivitas

penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) sebelum dan selama masa pandemi

covid-19.

4.3.4 Pendekatan Terhadap Penelitian Yang Relavan

Penelitian relevan merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti guna

memperoleh perbandingan selanjutnya untuk mendapatkan inspirasi baru serta

menunjukan orisinalitas dari penelitian, selain itu hasil penelitian dapat digunakan

sebagai sebuah temuan dengan berpedoman pada teori-teori relevan pada

penelitian terdahulu. Oleh sebab itu, peneliti mencantumkan berbagai penelitian

50
terdahulu terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. Berikut merupakan

Penelitian relevan yang masi terkait dengan tema yang sedang peneliti kaji.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti Talondong, Jenny Morasa, Steven J.

Tangkuman (2018) yang berjudul “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Penerimaan

Pajak Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode 2013-2017” dengan jenis

penelitian kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, Penerimaan

pajak daerah dari tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 sudah dapat dikatakan

sangat efektif dilihat dari rata-rata tingkat efektivitas sebesar 99,59% dan Efisien

penerimaan Pajak daerah di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2013-2017 dinilai

sudah sangat efisien.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Meysa Sita Irfani, Diyah Probowulan,

Didik Eko Pramono (2019) dengan judul “Efektivitas, Daya Pajak dan Kontribusi

Pajak Kendaraan Bermotor Tahun 2013-2017 di UPT Pengelolaan Pendapatan

Daerah Provinsi Jawa Timur Bondowoso” dengan jenis penelitian kuantitatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, Efktivitas Pajak Kendaraan

Bermotor yang diperoleh tahun 2013 sampai 2017 diketahui bahwa efektivitas

Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa

Timur Bondowoso selama lima tahun dikatakan sangat efektif.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Febrianty Anthon (2021) dengan judul

penelitian “Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Masa

Pandemi Covid-19 Pada Kantor Samsat Makassar II” dengan jenis penelitian

kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, Pendapatan SAMSAT

makassar II pada priode tahun 2020 telah mencapai target yang telah di tentukan,

51
namun mengalami penururnan dan hanya mendapatkan 6% dari tahun

sebelumnya. Tetapi meskipun demikian, efektivitas penerimaan pajak kendaraan

pada pandemi Covid-19 masih dalam kategori sangat efektif, sedangkan untuk

efisiensi pemungutan pajak juga masih dalam kategori efisien, dikarenakan

penerimaan pajak kendaraandi masa pandemi Covid-19 masih lebih besar

dibanding dengan biaya pemungutan pajak.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Kevin F. TumulI, George M. Kawung,

Jaclien I. Sumuag (2021) dengan judul penelitian “Analisis Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) Sebelum dan Selama Masa Pandemi Covid-19 di

Provinsi Sulawesi Utara” dengan jenis penelitian kuantitatif. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini yaitu, Hasil penelitian ini walaupun di masa pandemi covid-19

pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) masih digolong efisien walupun

masih ada perbedaan penerimaan pajak sebelum dan selama masa pandemi covid-

19 di sulawesi utara.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Mateus Fanu Ahoinai, Fajar Aribowo

(2022) dengan judul penelitian “Analisis Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi

Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan di Kantor Samsat

Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur” dengan jenis penelitian

kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, Pengelolaan keuangan

dan aset daerah melaui kantor Samsat Kabupaten Belu atas target dan realisasi

efektivitas pemungutan pajak kendaraan bermotor dari tahun 2015-2019 rata-rata

adalah efektif.

52
Jika dilihat pada penelitain terdahulu, diperoleh hasil yang sama dengan

penelitian Kevin F. TumulI, George M. Kawung, Jaclien I. Sumuag (2021),

Febrianty Anthon (2021) karena Hasil penelitian walaupun di masa pandemi

covid-19 pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami penururnan

dari tahun sebelumnya yaitu selisi dari penerimaan tahun 2019 ke tahun 2020

sebesar Rp. 518.897.500,- dimana tahun 2020 awal mula pandemi covid-19.

Namun, jika dilihat dari efektivitasnya terdapat perbedaan sebelum adanya

pandemi covid-19 dan selama adanya pandemi covid-19. Walaupun jika dilihat

dari tabel tingkat efektivitas (Kornella, 2021). Tahun 2020 masih digolongkan

efektif.

Mengenai Pendekatan yang di lakukan penelitian sebelumnya dapat

dijadikan sebagai pedoman bagi penulis dalam mempermudah peneliti untuk

menganalisi Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB) selama masa pandemi Covid-19

serta memperluas pengetahuan tentang Penerimaan Pajak Kendaraan (PKB).

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Hasil uji hipotesis dilakukan dengan uji t-test (uji beda) dengan Paired

Samples Test. Hasil statistik menunjukkan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,13. Hal ini

artinya nilai Sig 0,13 > 0,05. Akibatnya, sesuai dengan kriteria pengambilan

keputusan maka hipotesis penelitian diterima (Ha diterima). Artinya terdapat

perbedaan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) sebelum dan

selama masa pandemi covid-19. Walaupun jika dilihat dari tingkat efektifitas

pertahunnya dimana selama masa pandemi covid-19 tahun 2020 menurut tabel

tingkat efektivitas (Kornella, 2021) masih tergolong efektif.

Hal ini mungkin disebabkan karena adanya pandemi covid-19 membuat

menurunnya perekonomian masyarakat di wilayah Musi Rawas, adanya peraturan

pemerintah tentang PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan menerapkan

Social Distancing yaitu menjaga jarak aman dan tidak berinteraksi. Sehingga

membuat banyak masyarakat di Musi Rawas kehilangan pekerjaannya

berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

meningkat dari 4,99 persen pada Februari 2020 menjadi sekitar 6,17 persen 6,65

tahun 2020.

5.2. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah MUSI RAWAS tidak menyediakan

data target penerimaan pajak kendaraan bermotor dalam bulanan melainkan

54
setahun, untuk dapat mendaptkan target perbulan dilakukan pembagian data target

satu tahun dibagi dua belas bulan.

Peneliti menganggap dari penelitian yang telah dilakukan bahwa perbedaan

efektivitas ini disebabkan adanya keadaan yang tak bisa diatasi baik itu oleh

pemerintah ataupun masyarakat, namun walaupun demikian penerimaan pajak

kendaraan bermotor tersebut dapat di tingkatkan dengan berbagai cara yang

mungkin bisa di lakukan oleh UPTB Pengelolaan Pendapatan Daerah Musi

Rawas.

5.3. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang diperoleh, terdapat

beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yaitu :

1. UPTB PPD MUSI RAWAS

Harapannya agar dapat mempertahankan dan meningkatkan upaya dalam

meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor baik itu melalui RAZIA

KEPATUHAN, DOOR TO DOOR, ataupun dengan memberi informasi

tentang adanya kegiatan pemeritah tentang penghapusan sanksi denda dan

bunga pajak kendaraan bermotor.

2. PENELITI SELANJUTNYA

Peneliti selanjutnya supaya melakukan penelitian dibeberapa atau seluruh

kota ataupun kabupaten dari suatu propinsi agar memperoleh pnelitian yang

lebih akurat.

55
DAFTAR PUSTAKA

Anthon, F. (2021). Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor


Masa Pandemi Covid-19 Pada Kantor Samsat Makassar II. Economics
Bosowa, 7(003), 228–241.

Aribowo, F., & Ahoinai, M. F. (2022). Analisis Efektivitas, Efisiensi dan


Kontribusi Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan
di Kantor Samsat Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ekopem: Jurnal Ekonomi Pembangunan, 4(2), 31–40.
https://doi.org/10.32938/jep.v7i2.2507

Badan Pusat Statistik. (2020). https://www.bps.go.id

Bima Baskara. (2020, April 18). Rangkaian Peristiwa Pertama Covid-19.


kompas.id. https://www.kompas.id

BPKAD. (2017). https://bpkad.natunakab.go.id

Christina. (t.t.). Diambil 30 Juni 2022, dari http://eprints.uny.ac.id

COVID Live—Coronavirus Statistics—Worldometer. (t.t.-a). Diambil 26 Januari


2022, dari https://www.worldometers.info/coronavirus/

Josephine Ma. (2020, Maret 13). China’s first confirmed Covid-19 case traced
back to November 17. South China Morning Post. https://www.scmp.com

Kornella, Y. (2021). ANALISIS EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK


KENDARAAN BERMOTOR SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SOLOK. IAIN Batusangkar.
http://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/handle/123456789/23877

Paramitha, A. A. (2021). Kebijakan Pengaturan Pajak Hotel dan Pajak Restoran


Sebagai Dampak Wabah Covid-19 dalam Rangka Pemenuhan Pendapatan
Asli Daerah. Jurnal Supremasi, 94–104.
https://doi.org/10.35457/supremasi.v11i1.1166

PP No. 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam
Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha dan Layanan Daerah [JDIH
BPK RI]. (t.t.). Diambil 30 Juni 2022, dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/161840/pp-no-10-tahun-2021

56
PP No. 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah [JDIH
BPK RI]. (t.t.). Diambil 30 Juni 2022, dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/54029/pp-no-145-tahun-2000

Rahmi, F., & Sovia, A. (2017). DAMPAK SISTEM PENGENDALIAN


INTERNAL, PRILAKU TIDAK ETIS, DAN MORALITAS
MANAJEMEN TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN DEVELOPER DI PEKANBARU.
JURNAL AL-IQTISHAD, 13(1), 48–66.
https://doi.org/10.24014/jiq.v13i1.4388

Rani Maulida. (2018, September 28). Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia.


OnlinePajak. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-
pemungutan-pajak

Sita Irfani dkk, 2019. (t.t.). Diambil 30 Juni 2022, dari


http://repository.unmuhjember.ac.id/EFEKTIFITASDAYAPAJAKDANK
ONTRIBUSIPAJAKKENDARAANBERMOTORTAHUN202013-
2017DI0UPTPPDPROVJAWATIMURBONDOWOSO-min.pdf

Sugiyono. (2013). Scribd. https://id.scribd.com/ Buku-Metode-Penelitian-


Sugiyono

Talondong, S., Morasa, J., & Tangkuman, S. J. (2018). ANALISIS


EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA PERIODE 2013-2017. GOING
CONCERN : JURNAL RISET AKUNTANSI, 13(04), Article 04.
https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21451.2018

Thabroni, G. (2021, Februari 14). Instrumen Penelitian: Pengertian, Kriteria &


Jenis (Penjelasan Lengkap). serupa.id. https://serupa.id/instrumen-
penelitian/

Tumuli, K. F., Kawung, G. M. V., & Sumual, J. I. (2021a). ANALISIS


PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBELUM DAN
SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI SULAWESI UTARA.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 21(2), Article 2.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/35748

Tumuli, K. F., Kawung, G. M. V., & Sumual, J. I. (2021b). ANALISIS


PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBELUM DAN
SELAMA PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI SULAWESI UTARA.

57
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 21(2), Article 2.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/35748

UU Nomor 28 Tahun 2007.pdf. (t.t.). Diambil 30 Juni 2022, dari


https://jdih.bumn.go.id

Wahyu daniel. (2020, mai). Ekonomi RI 2020 dari Sri Mulyani.


https://www.cnbcindonesia.com

58

Anda mungkin juga menyukai