Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ekonomi Trisakti

https://www.e-journal.trisakti.ac.id/index.php/jet
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022 : hal : 1993-2000
http://dx.doi.org/10.25105/jet.v2i2.14820
e-ISSN 2339-0840

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, RESTORAN, DAN HIBURAN KOTA JAKARTA BARAT


TERHADAP PAD DKI JAKARTA SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19

Ciktoria Rosniawati Inggur


Khirstina Curry
1,2
Program Studi Sarjana Terapan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
Email korespondensi: k.curry04@gmail.com

Abstrak :

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis kontribusi penerimaan pajak hotel, pajak restoran,
dan pajak hiburan kota Jakarta Barat terhadap Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta sebelum dan saat
pandemi covid-19. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hotel, restoran dan hiburan di kota
Jakarta Barat serta sampel yang diambil adalah data tahun 2019 serta tahun 2020. Data yang digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) DKI Jakarta yang di dapat dari situs resmi badan pusat statistik provinsi DKI Jakarta serta data
yang didapat dari suku badan pajak dan retribusi daerah Jakarta Barat. Metode analisis data dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan oleh pajak hotel sebelum dan saat pandemi covid-19
mengalami penurunan sebesar 0,260% yang sebelumnya memberikan sumbangan 0,394% turun menjadi
0,134%. Pajak restoran sebelumya memberikan kontribusi sebesar 1,226% turun sebesar 0,667% menjadi
0,559%. Pajak hiburan, kontribusi yang diberikan turun dari sebelumnya sebesar 0,427% menjadi 0,082%.
Ketiga pajak tersebut dikategorikan kedalam kriteria kontribusi sangat kurang dalam meningkatkan PAD
DKI Jakarta.

Kata Kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, PAD, Kontribusi

Abstract :

This study has a purpose, namely to analyze the contribution of hotel tax revenue, restaurant tax, and West
Jakarta city entertainment tax to DKI Jakarta Regional Original Revenue before and during the covid-19
pandemic. The population used in this study are hotels, restaurants, and entertainment in the city of West
Jakarta and the samples taken are 2019 and 2020 data. The data used is secondary data obtained from the
report on the realization of the regional budget (APBD) of DKI Jakarta which was obtained from the official
website of the Central Statistics Agency for the province of DKI Jakarta and data obtained from the regional
tax and levy agencies for West Jakarta. The data analysis method in this research is descriptive with a
quantitative approach. The results of this study indicate that the contribution made by hotel taxes before and
during the covid-19 pandemic decreased by 0.260%, which previously contributed from 0.394% to 0.134%.
The previous restaurant tax contributed 1.226%, down 0.667% to 0.559%. In entertainment tax, the
contribution given decreased from the previous 0.427% to 0.082%. The three taxes are categorized into very
low contribution criteria in increasing DKI Jakarta's PAD.

Keywords: Hotel Tax, Restaurant Tax, Entertainment Tax, PAD, Contribution

Artikel dikirim : 31-08-2022 Artikel Revisi : 22-09-2022 Artikel diterima : 03-11-2022

1993
Jurnal Ekonomi Trisakti

PENDAHULUAN
Setiap daerah memiliki peran dan caranya sendiri dalam mengelola daerahnya, baik itu dari segi
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat. Dalam pengelolaan infrastruktur tentunya
membutuhkan biaya yang cukup banyak, sehingga suatu daerah memerlukan pendapatan. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) merupakan suatu solusi bagi pembiayaan suatu daerah dan penyokong utama untuk kegiatan-
kegiatan pemerintah daerah. PAD merupakan barometer dalam pelaksanaan otonomi daerah. Semakin
banyak pendanaan untuk pembangunan suatu daerah yang berasal dari PAD, maka semakin tinggi kualitas
otonomi daerahnya. Penyelenggaraan dan pelaksanaan otonomi daerah ini merupakan suatu kebijakan
pemerintah pusat yang ditujukan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengkoordinasikan
kepentingannya sendiri dan mengurus sendiri urusan daerahnya serta dikembangkan untuk mendanai
daerahnya masing-masing, yang diharapkan dapat terlaksana ( Anwar & Octaviani, 2022).

Di penghujung tahun 2019, kita mengetahui tentang virus dari Wuhan, China, yaitu virus corona yang
kita kenal selama ini. Virus ini menyebar dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian seseorang
yang terinfeksi penyakit bawaan. Virus tersebut menyebar ke sebagian besar dunia dan mulai menyerang
wilayah Indonesia pada awal Maret 2020, dan WHO menetapkannya sebagai pandemi. Tentu saja, pandemi
COVID-19 memiliki banyak implikasi bagi perekonomian Indonesia. Pandemi COVD -19 belum diketahui
kapan akan berakhir. Pemerintah di berbagai negara telah menerapkan kebijakan yang mewajibkan setiap
orang untuk mematuhi protokol kesehatan 5M. Yakni menggunakan masker saat keluar rumah, mencuci
tangan, menjaga jarak, menghindari keramaian, membatasi pergerakan, memberlakukan lockdown dengan
menutup akses di area yang telah ditentukan, dan mendapatkan program vaksinasi COVID-19 (Muammalah
dkk, 2022). DKI Jakarta, sebagai ibu kota negara, merupakan salah satu pusat perekonomian Indonesia, dan
tentunya saya merasakan pengaruh dari pandemi COVID-19. Salah satu strategi pemerintah untuk menahan
dan mengurangi penyebaran infeksi COVID-19 adalah dengan menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB).

Pada Juni 2020, Cucu Ahmad Kurnia, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta,
mengatakan selama PSBB di Jakarta, hampir semua sektor pariwisata, hingga fasilitas rekreasi, terpengaruh.
Cucu juga mengatakan realisasi penerimaan pajak hotel, restoran, dan hiburan berkurang karena pandemi
COVID-19, namun pajak-pajak tersebut berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) wilayah DKI
Jakarta. Sama halnya dengan APBD 2020, target prakiraan pajak hotel sebesar Rp 2 triliun, namun pada Mei
2020, realisasinya hanya sebesar Rp 466 miliar. Di sisi lain, target pajak restoran yang diharapkan dalam
APBD 2020 sebesar Rp 4,25 triliun, namun hingga akhir Mei 2020, realisasi pajak restoran sebesar Rp 1,057
triliun. Menurut catatan Cucu, terdapat 637 hotel dan 6.169 restoran ditutup selama periode PSBB DKI.
Sementara itu, bisnis hiburan ditutup 100%, mencapai 1.503 (Bisma Septalisma, 2020).

Kota Jakarta Barat merupakan salah satu kota besar yang ada di daerah Provinsi DKI Jakarta,
berbagai pembangunan infrastruktur yang dilakukan seperti perhotelan, restoran, pusat perbelanjaan umum
(commercial center), transportasi dan industri jasa lainnya banyak bermunculan di daerah ini. Melihat
pentingnya pajak hotel, pajak restoran serta pajak hiburan serta dilatarbelakangi permasalahan diatas
khususnya untuk PAD DKI Jakarta, maka penulis ingin meneliti dan mengetahui tentang seberapa besar
kontribusi yang dihasilkan pajak hotel, pajak restoran,dan pajak hiburan kota Jakarta Barat terhadap PAD
DKI Jakarta sebelum dan saat pandemi covid-19.

TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan Asli Daerah

Dalam Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, pendapatan asli daerah (PAD)
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Secara garis besar pendapatan daerah diartikan sebagai sumber penerimaan
yang tidak hanya mencakup pendapatan asli daerah (PAD) tetapi juga penerimaan dari pendapatan
pemerintah pusat, yang sebenarnya dapat berupa subsidi pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai
bagian dari pembangunan daerah.

1994
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Berdasarkan UU 25 Tahun 1999 menyebutkan bahwa PAD adalah pembiayaan daerah yang
bersumber dari daerah yang bersangkutan, antara lain penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah tersendiri serta lain-lain PAD yang sah. Pemerintah daerah harus dapat
menggunakan prinsip kemandirian daerah dalam mengelola keuangannya dengan mengoptimalkan
pendapatan dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penerimaan tertinggi dalam Pendapatan Asli Daerah
terdapat pada sektor pajak. Setiap daerah mempunyai dasar pengenaan pajak yang berbeda-beda sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Daerah setempat (Jatmiko & Wicaksono, 2019)

Pajak Hotel

Menurut Samudra, (2016:167) Hotel adalah suatu badan usaha yang menggunakan suatu bangunan
atau bagian darinya, dan disediakan bagi semua orang untuk menginap dan bersantap, serta terdapat jasa dan
fasilitas lainnya dengan biaya tertentu. Istilah hotel meliputi:

1) Pondok wisata,
2) Penginapan,
3) Losmen,
4) Kos untuk wisatawan,
5) Pesanggrahan (hostel),
6) Asrama pemuda,
7) Pondok wisata (homestay).

Pajak Hotel berlaku untuk layanan berbayar yang difasilitasi oleh hotel tersebut.

Pajak Restoran

Pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 menyatakan restoran adalah
suatu usaha yang menawarkan makanan dan minuman dengan biaya tertentu termasuk jasa katering,
kafetaria, bar, kantin, warung dan sejenisnya. Pajak restoran dikumpulkan melalui layanan yang disediakan
oleh restoran. Tarif pajak restoran paling tinggi 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah yang
bersangkutan.

Pajak Hiburan

Pajak Hiburan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pajak Hiburan. Hiburan merupakan segala jenis pertunjukan, tontonan,
permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Kontribusi

Menurut Mahmudi (2010), mengungkapkan bahwa kontribusi bertujuan untuk menentukan seberapa
besar kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah. Kontribusi ditentukan dengan
membandingkan penerimaan pajak kota selama periode tertentu dengan peran pendapatan daerah selama
periode tertentu.

Kerangka Konseptual

Menurut Hamdi, (2014:33) dalam penelitian Andyan, (2019) kerangka konseptual adalah deskripsi
konsep yang terlibat dalam spekulasi teoritis yang dimiliki untuk mengabstraksikan elemen-elemen yang
terlibat dalam masalah yang diteliti, dan hubungan antara konsep-konsep ini.

1995
Jurnal Ekonomi Trisakti

Kontribusi

Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Gambar 1. Kerangka Konseptual

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel

Populasi.penelitian ini yaitu hotel, restoran dan hiburan di kota Jakarta Barat. Sampel yang diambil
adalah data tahun 2019 yaitu sebelum pandemi covid-19 serta tahun 2020 yaitu saat pandemi covid-19.

Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Serta Variabel bebasnya
adalah pajak hotel, pajak restoran serta pajak hiburan.

Metode Pengumpulan Data

Penggunaan data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan mempelajari literatur
tentang topik penelitian. Data diperoleh dengan mengunduh Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang didapat dari situs resmi Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Jakarta dan data dari dari situs resmi badan pusat statistik provinsi DKI Jakarta serta data yang didapat dari
suku badan pajak dan retribusi daerah Jakarta Barat.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan secara
kuantitatif yaitu metode deskriptif yang memperoleh gambaran keadaan yang lebih jelas dan rinci
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh. Penggunaan metode pendekatan kuantitatif dikarenakan
penelitian ini merupakan penelitian analisis data berupa angka dengan menggunakan rumus.

Rumus kontribusi pajak daerah untuk PAD:

Bn = Kontribusi Pajak X terhadap PAD


Cx = Realisasi Pajak X
Cy = Realisasi PAD
Kriteria mengukur kontribusi pajak daerah terhadap PAD, yaitu:

1996
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Tabel 1 . Klasifikasi kriteria pengukuran kontribusi pajak daerah


Persentase Kriteria
0,00% - 10% Sangat kurang
10,00% - 20% Kurang
20,00% - 30% Sedang
30,00% - 40% Cukup baik
40,00% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat baik
Sumber: Depdagri, .Kepmendagri. No. 690.900.327 Tahun 1996 (dalam Velayati, .2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dinas pendapatan daerah provinsi DKI Jakarta didirikan pada tanggal 11 September 1952 sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.Tahun 1966, unit kerja yang menangani penerimaan DKI Jakarta
disebut Urusan Pendapatan dan Pajak sebagai salah satu bagian dari Direktorat Keuangan DKI Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah dibentuklah
Badan Pajak Dan Retribusi Daerah (BPRD) Provinsi DKI Jakarta.

Tugas dan Fungsi

Badan pemerintah bertugas melaksanakan fungsi di bidang keuangan subsektor pendapatan.

Fungsi :

1. Menyusun rencana kerja, rencana kerja strategis dan rencana kerja Badan dan anggaran;
2. Memenuhi catatan kepatuhan anggaran Badan;
3. Menyusun kebijakan, prosedur operasional;
4. Menerapkan kebijakan badan, standar dan prosedur ,proses bisnis;
5. Perencanaan pendapatan daerah berupa pembalasan daerah, koordinasi pembangunan dan pengelolaan,
penjualan dari BMD tidak dipilah, BMD hasil penggunaan tidak terpisah, gabungan hasil kerjasama
daerah, hasil pengelolaan dana bergulir, dan pendapatan dari denda retribusi daerah
6. Implementasi pengembangkan dan pelaksanaan pelayanan serta pengawasan administrasi perpajakan
daerah, pajak daerah, pendapatan dari penjualan BMD tidak terpisahkan, hasil penggunaan BMD tidak
terpisah, hasil kerjasama daerah, hasil pengelolaan dana bergulir, dan pendapatan dari denda retribusi
daerah
7. Mengkoordinir penerimaan lain yang sah di daerah berupa penerimaan dari penjualan BMD, barter dan
penerimaan dari penggunaan BMD.

Analisis Kontribusi penerimaan pajak hotel kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta sebelum
dan saat pandemi covid-19.

Kontribusi pajak hotel terhadap PAD dapat menggunakan rumus :

Tabel 2 . Perhitungan kontribusi penerimaan pajak hotel terhadap PAD


Realisasi Realisasi
Tahun Pajak Hotel PAD Kontribusi Keterangan
2019 (Sebelum Pandemi 179.988.367.759 45.707.000.000.000 0,394% Sangat Kurang
Covid-19)
2020(Saat Pandemi 76.890.245.989 57.561.000.000.000 0,134% Sangat Kurang
Covid-19)
Sumber : Data Diolah, 2022

1997
Jurnal Ekonomi Trisakti

Dari tabel 2, didapat bahwa tahun 2019 yaitu sebelum pandemi covid -19 masuk ke Indonesia pajak
hotel kota Jakarta Barat telah memberikan. kontribusi terhadap PAD DKI Jakarta sebesar 0,394% dari total
penerimaan PAD Rp 45.707.000.000.000 . Sedangkan untuk tahun 2020 yaitu pada saat terjadinya pandemi
covid-19 , sumbangan pajak hotel kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta adalah sebesar 0,134% dari
total penerimaan PAD 57.561.000.000.000.

Analisis Kontribusi penerimaan pajak restoran kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta
sebelum dan saat pandemi covid-19.

Berikut rumus untuk menganalisis kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap PAD.

Tabel 3 . Perhitungan kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap PAD


Realisasi Realisasi
Tahun Pajak Restoran PAD Kontribusi Keterangan
2019 (Sebelum Pandemi 560.207.159.652 45.707.000.000.000 1,226% Sangat Kurang
Covid-19)
2020 (Saat Pandemi 321.787.698.884 57.561.000.000.000 0,559% Sangat Kurang
Covid-19)
Sumber : Data Diolah, 2022

Dari tabel 3, didapat pada tahun 2019 yaitu sebelum pandemi covid -19 masuk ke Indonesia pajak
hotel kota Jakarta Barat telah memberikan kontribusi terhadap PAD DKI Jakarta sebesar 1,226% dari total
penerimaan PAD Rp 45.707.000.000.000 . Sedangkan untuk tahun 2020 yaitu pada saat terjadinya pandemi
covid-19, sumbangan pajak hotel kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta adalah sebesar 0,559% dari
total penerimaan PAD 57.561.000.000.000.

Analisis Kontribusi penerimaan pajak hiburan kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta
sebelum dan saat pandemi covid-19.

Untuk menganalisis kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap PAD digunakan rumus berikut:

Tabel 4 . Perhitungan kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah
Realisasi Realisasi
Tahun Pajak Hiburan PAD Kontribusi Keterangan
2019 (Sebelum Pandemi 195.150.956.575 45.707.000.000.000 0,427% Sangat Kurang
Covid-19)
2020 (Saat Pandemi 47.471.961.485 57.561.000.000.000 0,082% Sangat Kurang
Covid-19)
Sumber : Data Diolah, 2022

Dari tabel 4 , terlihat pada tahun 2019 yaitu sebelum pandemi covid -19 masuk ke Indonesia pajak
hiburan kota Jakarta Barat memberikan kontribusi terhadap PAD DKI Jakarta sebesar 0,427% dari total
penerimaan PAD Rp 45.707.000.000.000. Untuk tahun 2020 yaitu pada saat terjadinya pandemi covid-19 ,
sumbangan pajak hiburan kota Jakarta barat terhadap PAD DKI Jakarta adalah sebesar 0.082% dari total
penerimaan PAD 57.561.000.000.000.

Pajak hotel mengalami penurunan sebesar 0,260% , yang .sebelumnya memberikan sumbangan
0,394% turun menjadi 0,134%. Begitupun untuk pajak restoran, dan hiburan yang sebelumya pajak restoran
memberikan kontribusi sebesar 1,226% turun sebesar 0,667% menjadi 0,559%. Untuk pajak hiburan juga
demikian, kontribusi yang diberikan pajak hiburan turun dari sebelumnya sebesar 0,427% menjadi 0,082%.
Kontribusi yang diberikan untuk ketiga pajak tersebut masuk dalam kriteria sangat kurang.
1998
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Hal ini disebabkan karena dampak dari pandemi covid-19 yang membuat pemerintah menetapkan
kebijakan PSBB dalam rangka mengurangi penyebaran virus tersebut. Pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar terkait Penanganan Covid-19 untuk kegiatan pasokan makanan dan minuman memberikan
batas layanan hingga pesan antar secara online saja wajib mengambil dan membatasi operasional jam buka
restoran. Namun demikian, banyak orang yang takut memakai jasa restoran. Orang lebih memilih untuk
mengkonsumsi makanan olahan sendiri dan mempertimbangkan faktor kebersihan sehingga mengurangi
pendapatan restoran. Untuk Perhotelan sendiri sesuai dengan Peraturan. Gubernur (Pergub) Nomor 33 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota, termasuk dalam bidang
usaha yang tidak dapat ditutup selama masa PSBB DKI Jakarta. Namun, ada perlakuan khusus lain yang
perlu diterapkan pada masa-masa tersebut industri perhotelan memainkan peran penting dalam situasi wabah
covid-19 saat ini. Manajer hotel wajib melakukan beberapa hal untuk. memastikan tidak ada yang
menginfeksi staf atau karyawan hotel, bahkan jika mereka tidak tutup yaitu seperti salah satunya yaitu
pembatasan bahwa semua tamu yang ada kamar hotel hanya bergerak melalui layanan kamar. Hal tersebut
tentu membuat pendapatan dari hotel itu sendiri berkurang. Dan yang terakhir untuk pajak sektor hiburan
semua pusat perbelanjaan dan tempat hiburan lainnya ditutup total untuk mengurangi penyebaran wabah
covid-19.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

kontribusi pajak hotel, restoran dan hiburan dalam meningkatkan PAD pada masa pandemi covid-19 terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya yang mengakibatkan penerimaan pajak daerah juga mengalami penurunan
sehingga berdampak pada penerimaan PAD DKI Jakarta. Dari ketiga kontribusi yang diberikan oleh ketiga
pajak tersebut masuk dalam kriteria yang sangat kurang.

Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu menambahkan faktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan
pendapatan hotel, restoran, dan hiburan serta karena pandemi covid-19 masih ada sampai penelitian
dilakukan, jumlah tahun dapat ditambah dan digunakan sebagai bahan pembanding agar memperoleh hasil
penelitian yang luas.

Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasannya yaitu hanya membandingkan realisasi pajak hotel,
restoran dan hiburan tahun 2019-2020 di kota Jakarta Barat. Kedua kurangnya wawancara dengan para
pelaku usaha.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. N., & Octaviani, D. (2022). Impact Of Hotel, Restaurant And Entertainment Taxes On Local
Revenue In West Java. Jurnal Ekonomi Trisakti, 2(1), 107-120.
https://doi.org/10.25105/jet.v2i1.13560

Arkan, F. (2021). Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Pontianak. Jurnal Kajian Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi UNTAN
(KIAFE), 11(1), 82-95. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/ejafe/article/view/48568/75676590196

Bapenda DKI Jakarta. (2020). Data Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah DKI Jakarta. Open
Data Jakarta. https://data.jakarta.go.id/dataset/data-rencana-dan-realisasi-penerimaanpajak-daerah

Bisma Septalisma. (2020). Anak Buah Anies Ungkap Pajak Anjlok Hotel hingga Restoran.CNN
INDONESIA. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200617150821-92-514341/anakbuah-
anies-ungkap-pajak-anjlok-hotel-hingga-restoran

Hamdi, A. S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. CV BUDI UTAMA

Jatmiko, B., & Wicaksono, I. G. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Banjar Negara. Jurnal Akuntansi Trisakti, 6(2), 157-174.
http://dx.doi.org/10.25105/jat.v6i2.5580
1999
Jurnal Ekonomi Trisakti

Nurmala, K. (2021). Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Dan Pajak Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Karawang. Journal for Management Student (JFMS), 1(1).
https://journal.unsika.ac.id/index.php/jfms/article/view/5383

Mahmudi. (2010). Manajemen Kinerja .Sektor Publik (Kedua). UPP STIM YKPN.

Martini, R., Wahya, S. J., & Fithri, E. J. (2022, March). The Role of Hotel, Restaurant and Entertainment
Taxes for the Local Revenue in South Sumatera. In International Conference on Applied Science
and Technology on Social Science 2021 (iCAST-SS 2021) (pp. 941-946). Atlantis Press.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.220301.156

Muammalah, A., & Ninditha, S. R. (2021). Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak Bumi dan Bngunan Dimasa Pandemi Covid-19 Pada Bapenda Bandung. Media Ekonomi,
29(2), 85-98. https://doi.org/10.25105/me.v29i2.10721

Putra, R. E. (2019). Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Dan Pajak Hiburan Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batam Tahun 2014-2018. MEASUREMENT:
Journal of the Accounting Study Program, 13(2), 131-141.https://doi.org/10.33373/mja.v13i2.2079

2000

Anda mungkin juga menyukai