Anda di halaman 1dari 7

WELFARE

JURNAL ILMU E KONOMI


VOLUME 1 NOMOR 1 (M EI 2020)
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/welfare
ISSN (PRINT)
ISSN (ONLINE )

ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN


DI KOTA TASIKMALAYA

Apip Supriadia*, Gusti Tia Ardianib, Chandra Budhi L.S.c


a,b,c
Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
*apipsupriadi@unsil.ac.id

Diterima: April 2020. Disetujui: April 2020. Dipublikasikan: Mei 2020.

ABSTRACT
The purpose of this study is to calculate the potential of hotel tax and restaurant tax, calculate the
rate of growth and contribution of hotel and restaurant taxes. The research method used was a survey
method. The study population was 341 taxpayers with a sample of 103 taxpayers. The analytical tool used
is a potential analysis and growth analysis and contribution. The results showed that the potential for hotel
tax and restaurant tax revenue is very large, while the contribution and growth of hotel tax and restaurant
tax are very poor and unsuccessful criteria for local tax revenue.
Keywords: Hotel Tax, Restaurant Tax, Contribution, Growth

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi pajak hotel dan pajak restoran,
menghitung laju pertumbuhan dan kontribusi pajak hotel dan restoran. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei. Populasi penelitian sebanyak 341 wajib pajak dengan sampel penelitian sebanyak
103 wajib pajak. Alat analisis yang digunakan adalah analisis potensi dan analisis pertumbuhan daan
kotribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi penerimaan pajak hotel dan pajak restoran sangat
besar, sedangkan untuk kontribusi serta pertumbuhan pajak hotel dan pajak restoran termasuk kriteria
sangat kurang dan tidak berhasil terhadap penerimaan pajak daerah.
Kata Kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Kontribusi, Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah


guna meningkatkan pelayanan kepada
Kota Tasikmalaya telah memiliki masyarakat dan kemandirian daerah serta
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 mewujudkan tata kehidupan yang aman, tertib,
Tahun 2011 tentang Pajak Daerah sejahtera dan berkeadilan. Kebijakan pajak
sebagaimana telah diubah terakhir dengan daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran
Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas serta masyarakat dan akuntabilitas dengan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 memperhatikan potensi daerah.
tentang Pajak Daerah. Di dalam peraturan
daerah tersebut dinyatakan bahwa pajak Jenis pajak daerah yang diatur dalam
daerah merupakan salah satu sumber peraturan daerah tersebut diantaranya adalah
pendapatan daerah yang penting untuk pajak hotel dan pajak restoran. Pajak hotel
dipungut atas pelayanan atau jasa yang
[45]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

disediakan oleh hotel dengan pembayaran, menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 2015
termasuk jasa penunjang yang tersedia sebesar Rp2.294.530.818, tahun 2016 sebesar
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya Rp3.083.761.801 dan tahun 2017 sebesar
memberikan kemudahan dan kenyamanan, Rp3.341.482.725.
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/
peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan
dan sejenisnya serta rumah kos dengan
jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Adapun pajak restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Restoran adalah fasilitas tempat penyedia
makanan dan /atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan,
kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya
termasuk jasa boga/ katering. Pajak hotel dan
restoran ini merupakan salah satu sumber Gambar 2. Perkembangan Pajak Restoran
pendapatan daerah dari sektor pajak yang Sumber: BPPRD Kota Tasikmalaya (diolah)
dapat dipergunakan untuk menunjang
Adapun perkembangan pajak restoran di
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan
Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu 2015
daerah. Oleh karena itu, perlu diketahui
sampai 2017 seperti tampak pada gambar 2
berapa potensi pajak yang bersumber dari
terlihat bahwa realisasi pajak daerah dari
hotel dan restoran yang ada di wilayah Kota
tahun 2015 sampai dengan 2016
Tasikmalaya.
menunjukkan peningkatan yang signifikan,
Sebagai gambaran perkembangan pajak
yaitu tahun 2015 sebesar Rp10.015.330.031,
hotel dan pajak restoran di Kota Tasikmalaya
tahun 2016 sebesar Rp12.541.335.169 dan
sejak tahun 2015 sampai 2017, dapat dilihat
tahun 2017 sebesar Rp15.141.302.075.
pada gambar 1 dan 2 berikut ini:
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu
sumber penerimaan yang harus selalu terus
menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam
otonomi daerah ini kemandirian pemerintah
daerah sangat dituntut dalam pembiayaan
pembangunan daerah dan pelayaan kepada
masyarakat. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan seluruh pemasukan atau
penerimaan yang masuk ke dalam kas
pemerintah daerah, yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam batas wilayahnya
sendiri, dan dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai peraturan perundang-undangan
Gambar 1. Perkembangan Pajak Hotel yang berlaku serta dipergunakan untuk
Sumber: BPPRD Kota Tasikmalaya (diolah)
keperluan belanja dan pengeluaran daerah.
Perkembangan pajak hotel di Kota Tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar
Tasikmalaya, seperti tampak pada gambar 1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat
terlihat bahwa realisasi pajak daerah dari dipungut secara intensif. Oleh sebab itu
tahun 2015 sampai dengan 2016 pertumbuhan investasi di pemerintah Kota
[46]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

Tasikmalaya perlu diprioritaskan karena 2. Retribusi Daerah


diharapkan akan memberikan dampak positif Retribusi daerah merupakan pendapatan
terhadap peningkatan perekonomian regional. daerah yang berasal dari retribusi. Terkait
B. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 jenis pendapatan retribusi untuk
Menurut Halim (2004), Pendapatan Asli kabupaten/kota meliputi objek pendapatan
Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang terdiri dari 29 objek.
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
daerah. Pasal 157 Undang-Undang No. 32
Daerah yang Dipisahkan
Tahun 2004 dan Pasal 6 Undang-Undang No.
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah
33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber
yang dipisahkan merupakan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:
daerah yang berasal dari pengelolaan
pajak daerah, retribusi daerah, hasil
kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
pengelolaan kekayaan daerah yang
pendapatan ini dirinci menurut objek
dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli
pendapatan yang mencakup:
Daerah (PAD) yang sah.
a. Bagian laba atas penyertaan modal
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun pada perusahaan milik daerah/BUMD.
2004, Pasal 1, Pendapatan Asli Daerah adalah b. Bagian laba atas penyertaan modal
penerimaan yang diperoleh daerah dari
pada perusahaan milik negara/BUMD.
sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri
c. Bagian laba penyertaan modal pada
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
perusahaan milik swasta swasta atau
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
kelompok usaha masyarakat.
yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah
merupakan sumber penerimaan daerah yang 4. Lain-lain PAD yang Sah
asli digali di daerah yang digunakan untuk Pendapatan ini merupakan penerimaan
modal dasar pemerintah daerah dalam daerah yang berasal dari lain-lain milik
membiayai pembangunan dan usaha-usaha Pemda. Rekening ini disediakan untuk
daerah untuk memperkecil ketergantungan mengakuntansikan penerimaan daerah.
dana dari pemerintah pusat. Selain penjelasan secara teoritis, beberapa
Menurut Mardiasmo (2002), Pendapatan penelitian empirik yang sudah dilakukan
Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil Dewi Mentari dan Sri Rahayu, (2015) yang
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan mengkaji tentang efektivitas dan kontribusi
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- penerimaan pajak hotel dan pajak restoran
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. terhadap pendapatan asli daerah, hasilnya
Menurut Abdul Halim (2007) kelompok menyatakan bahwa penerimaan pajak hotel
Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi dan restoran setiap tahunnya mengalami
empat jenis pendapatan. kenaikan, serta kontribusinya terhadap
pendapatan asli daerah terkategori sangat
1. Pajak Daerah
berkontribusi.
Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun Yayan Sugiarto, Ananta Budhi Danurdara
2000 jenis pendapatan pajak untuk dan Nur Rofi, (2015) melakukan penelitian
kabupaten/kota terdiri dari: tentang analisis potensi penerimaan pajak
a. Pajak hotel, hotel di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah.
b. Pajak restoran, Hasil penelitian menyatakan bahwa potensi
c. Pajak hiburan, pajak hotel di Kabupaten pemalang memiliki
potensi yang sangat besar, akan tetapi
d. Pajak reklame,
berbanding terbalik dengan efektivitas pajak
e. Pajak penerangan jalan, hotel yang kecenderungannya menurun.
f. Pajak pengambilan bahan galian Diaz Ardiansyah, Sri Mangesti Rahayu
golongan C, dan Ahmad Husaini, (2014) meneliti tentang
g. Pajak Parkir. Analisis Potensi Pajak Hotel dan Pajak
[47]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

Restoran dan Kontribusinya terhadap pajak restoran). Populasi dalam penelitian ini
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasilnya sebanyak 341 wajib pajak. Sampel pada
potensi pajak hotel dan pajak restoran sangat penelitian ini sebanyak 103 responden wajib
besar, sementara dilihat dari kontribusinya pajak diperoleh dengan menggunakan rumus
terhadap PAD termasuk kategori kurang. Slovin dan penentuan sampel dilakukan
Dedy Haning dan Wirawan Endro Dwi dengan cara proporsional.
Radianto, (2005), meneliti tentang Analisis Adapun rincian jumlah populasi dan
Potensi Pajak Daerah di Kota Yogyakarta. sampel yang ditentukan dalam penelitian ini
Hasilnya potensi efisiensi pajak daerah dipaparkan pada tabel 1:
mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
tidak tercapainya target penerimaan pajak
Jenis Pajak Populasi Sampel
daerah yang ditentukan.
Garry A.G. Dotulong, David P.E. Daerang Hotel 40 28
dan Agus T. Poputra, (2014) melakukan
Restoran 301 75
penelitian tentang Analisis Potensi
Penerimaan dan Efektivitas Pajak Restoran di Jumlah 341 103
Kabupaten Minahasa Utara. Hasilnya potensi Sumber: BPPRD Kota Tasikmalaya, 2018
pajak restoran di Kabupaten Minahasa Utara
belum tercapai secara optimal sedangkan Kuesioner yang terkumpul kemudian
dilihat dari nilai efektivitas termasuk kriteria direkap dan ditabulasi. Selanjutnya untuk data
belum efektif. sekunder diperoleh dari dinas terkait yaitu
Renaldo Putra Pratama, Mjuhammad Saifi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
dan Zahro ZA, (2016) melakukan kajian (BPRRD) Kota Tasikmalaya.
tentang Efektivitas Penerimaan Pajak B. Pendekatan Analisis
Restoran dalam meningkatkan pendapatan
Analisis Potensi Pajak Hotel dan Pajak
asli daerah (PAD). Hasilnya bahwa tingkat
Restoran dihitung dengan rumus sebagai
efektivitas pajak restoran cukup tinggi,
berikut:
namun kontribusi pajak restoran terhadap
pendapatan asli daerah masih kurang. 1. Pajak Hotel
Dengan memperhatikan uraian teoritis, Adapun perhitungan potensi pajak hotel
diketahui bahwa hasil penelitian menggunakan rumus sebagai berikut (Harun,
menunjukkan bahwa pajak hotel dan restoran 2003):
memberikan kontribusi yang besar terhadap
PH = AxBxCxD
penerimaan daerah. Begitupun halnya di Kota
Tasikmalaya, untuk memperoleh penerimaan NPPH = PH x Tp
pajak hotel dan restoran yang lebih besar lagi Keterangan:
harus mengetahui potensi riil pajak daerah PH = Pendapatan Hotel / Jumlah
dan restoran. Dengan demikian, tujuan Pembayaran yang diterima
penelitian ini adalah: untuk hotel (Rupiah)
1. Untuk mengetahui potensi pajak hotel NPPH = Nilai Potensi Pajak Hotel
dan pajak restoran di Kota Tasikmalaya. (Rupiah)
2. Untuk mengetahui kontribusi pajak A = Jumlah Kamar
hotel dan pajak restoran di Kota B = Rata-Rata Tarif
Tasikmalaya C = Rata-rata Jumlah Kamar
Terhuni
II. METODE PENELITIAN D = Jumlah Hari
A. Data dan Sumber Data Tp = Tarif Pajak (%)
Data pada penelitian ini terdiri dari data 2. Pajak Restoran
primer dan data sekunder. Data primer Adapun perhitungan potensi pajak restoran
diperoleh dengan menyebar kuesioner kepada menggunakan rumus sebagai berikut (Harun,
wajib pajak (wajib pajak hotel dan wajib 2003):
[48]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

PR = E x F x G x Jh Keterangan:
NPPR = PR x Tp Sx = Kontribusi Pajak Hotel dan
Pajak Restoran Terhadap
Keterangan:
Pajak Daerah
PR = Pendapatan Restoran
Xt = Besaran Pajak Hotel dan
(Rupiah)
Pajak Restoran
NPPR = Nilai Potensi Pajak Restoran
Zt = Besaran Pajak Daerah
(Rupiah)
E = Jumlah Objek Pajak Adapun indikator tingkat kontribusi adalah
F = Rata-Rata Pengunjung sebagai berikut (Depdagri., Kemendagri,
G = Rata-rata pembayaran per 1996):
pengunjung
0,00% - 10% = Sangat Kurang
Jh = Jumlah Hari
>10,10% - 20% = Kurang
Tp = Tarif Pajak (%)
>20,10% - 30% = Sedang
3. Analisis Laju Pertumbuhan dan >30,10% - 40% = Cukup Baik
Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak >40,10% - 50% = Baik
Restoran Lebih dari 50% = Sangat Baik
Laju pertumbuhan pajak ialah indikasi
untuk mengukur seberapa besar kemampuan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemerintah daerah guna mempertahankan
keberhasilan dan bahkan meningkatkanya di A. Potensi Pajak Hotel dan Pajak
tahun selanjutnya, serta untuk mengukur Restoran
sumbangannya terhadap pajak daerah Untuk menghitung potensi pajak hotel dan
digunakan rumus sebagai berikut: restoran dilakukan survei terhadap wajib
𝑿𝒕 − 𝑿𝒕−𝟏 pajak hotel dan restoran sebanyak 103 wajib
𝑮𝒙 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% pajak. Data potensi yang berhasil
𝑿𝒕−𝟏
dikumpulkan dari hasil survei yaitu untuk
Keterangan: pajak hotel sebanyak 28 wajib pajak hotel dan
Gx = Laju Pertumbuhan Pajak pajak restoran sebanyak 75 wajib pajak, data
Pertahun ini kemudian direkap dan ditabulasi seperti
Xt = Realisasi Pajak Tahun tampak pada tabel 2 dan 3 berikut ini:
Tertentu
Tabel 2. Potensi Pajak Hotel (dalam rupiah)
X (t-1) = Realisasi Pajak Tahun
Tahun Omzet Pajak Hotel
Sebelumnya
2016 86.390.490.000 8.639.049.000
Adapun kriteria laju pertumbuhan dapat 2017 87.387.750.000 8.738.775.000
dilihat sebagai berikut (Idirwan dalam Halim, 2018 89.135.340.000 8.913.534.000
2007): Sumber: Hasil Survei
85% - 100% = Sangat Berhasil
Tabel 3. Potensi Pajak Restoran (dalam rupiah)
70% - 85% = Berhasil
Tahun Omzet Pajak Restoran
55% - 70% = Cukup Berhasil
2016 109.492.470.000 10.949.247.000
30% - 55% = Kurang Berhasil 148.673.925.000 14.861.617.500
2017
Kurang dari 30% = Tidak Berhasil 2018 166.412.114.040 16.641.211.404
4. Kontribusi Sumber: Hasil Survei

Untuk mengukur kontribusi pajak hotel B. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi


dan pajak restoran digunakan rumus sebagai Pajak Hotel dan Pajak Restoran
berikut: Terhadap Pajak Daerah
𝑿𝒕 Hasil penelitian ini menemukan bahwa
𝑺𝒙 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒁𝒕 kontribusi dan pertumbuhan pajak hotel
besarannya fluktuatif. Adapun besaran
kontribusi pajak hotel dari tahun 2009 – 2018
[49]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

adalah sebesar masing-masing 3,58%. 2015 19,94 12,04


2016 25,22 13,18
Memperhatikan nilai kontribusi tersebut 2017 20,73 14,05
dapat dinyatakan bahwa ternyata peranan 2018 26,43 15,88
pajak hotel terhadap total pajak relatif masih Rata-rata 25,98 15,41
kecil. Sementara untuk pertumbuhan pajak Sumber: BPPRD Kota Tasikmalaya (diolah)
hotel tahun 2009 - 2018 adalah sebesar 28,9%
termasuk kriteria tidak berhasil. Hal ini IV. KESIMPULAN
mengandung arti bahwa pemerintah daerah 1. Potensi pajak hotel dan pajak restoran
(dinas terkait) tidak berhasil dalam tahun 2016 – 2018 sangat besar,
mendorong peningkatan pajak hotel dan 2. Kontribusi dan pertumbuhan pajak hotel
restoran. Tentunya perlu upaya lebih giat lagi, dan pajak restoran termasuk kriteria sangat
agar penerimaan daerah dari pajak hotel dan kurang dan tidak berhasil dalam
pajak restoran terus meningkat. meningkatkan penerimaan pajak daerah.
Selanjutnya untuk mengetahui kontribusi
pajak hotel terhadap total pajak daerah dan V. SARAN/REKOMENDASI
pertumbuhan pajak daerah secara terperinci
dapat dilihat pada tabel 4. Dengan memperhatikan kesimpulan hasil
penelitian ini, maka dalam upaya
Tabel 4. Kontribusi dan Pertumbuhan Pajak Hotel
meningkatkan kontribusi dan pertumbuhan
Kontribusi
Tahun Pertumbuhan %
%
pajak hotel dan pajak restoran, pemerintah
2009 12,17 5,37 daerah (dinas terkait), perlu melakukan
2010 11,85 4,44 beberapa kegiatan, yaitu:
2011 43,95 3,32 1. Sosialisasi pentingnya pajak daerah,
2012 95,39 3,65
2. Sosialisasi potensi pariwisata di Kota
2013 20,11 2,98
2014 15,04 3,06
Tasikmalaya, dan
2015 2,57 2,76 3. Sosialisasi sistem dan prosedur
2016 34,40 3,24 pemungutan pajak.
2017 8,36 3,10
2018 39,06 3,86 REFERENSI
Rata-rata 28,29 3,58
Sumber: BPPRD Kota Tasikmalaya (diolah) Depdagri Kemendagri No. 690.900.327 tahun
1996 tentang Indikator Kontribusi.
Sebagaimana halnya pajak hotel, besarnya
Dedy Haning dan Wirawan Endro Dwi
kontribusi pajak restoran pun berfluktuatif. Radianto. (2005). Analisis Potensi
Besaran kontribusi pajak hotel dari tahun Pajak Daerah di Kota Yogyakarta,
2009–2018 adalah sebesar 15,41%. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan
Memperhatikan nilai kontribusi tersebut Vol. 1 No. 1 Februari 2005.
dapat dinyatakan bahwa ternyata peranan
pajak restoran terhadap total pajak relatif Dewi Mentari dan Sri Rahayu. (2015).
Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan
masih kecil. Sementara untuk pertumbuhan
Pajak Hotel dan Pajak Restoran
pajak restoran adalah sebesar 25,98%
Terhadap Pendapatan Asli Daerah
termasuk kriteria tidak berhasil meningkatkan
(Studi Kasus pada Pemerintah Daerah
penerimaan pajak restoran Adapun untuk data
kontribusi dan pertumbuhan pajak restoran Kota Bandung Tahun Anggaran 2009 –
dapat dilihat pada tabel 5. 2013). E-Proceeding of Management:
Vol. 2, No. 2 Agustus 2015.
Tabel 5. Kontribusi dan Pertumbuhan Pajak Restoran
Diaz Ardiansyah, Sri Mangesti Rahayu dan
Pertumbuhan Kontribusi
Tahun
% % Ahmad Husaini. (2014). Analisis
2009 11,07 22,84 Potensi Pajak Hotel dan Pajak Restoran
2010 53,66 25,93 dan Kontribusinya terhadap Pendapatan
2011 19,55 16,10
Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus pada
2012 31,53 11,91
2013 33,01 10,78 Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu
2014 18,70 11,41 Tahun 2011-2013). Jurnal Administrasi
[50]
Apip Supriadi, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2020 / Halaman 45-51

Bisnis (JAB) Vol. 14 No. 1 September Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4
2014. Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
Garry A.G. Dotulong, David P.E. Daerang
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2
dan Agus T. Poputra. (2014). Analisis
Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua
Potensi Penerimaan dan Efektivitas
Atas Peraturan Daerah Kota
Pajak Restoran di Kabupaten Minahasa
Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2011
Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi,
Tentang Pajak Daerah.
Volume 14 No. 2 Mei 2014.
Harun, H Hamrolie. (2003). Menghitung Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Potensi Pajak dan Retribusi Daerah. 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Yogyakarta; BFFE- Yogyakarta Undang-Undang Republik Indonesia
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak
Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Daerah dan Retribusi Daerah.
Renaldo Putra Pratama, Mjuhammad Saifi Yayan Sugiarto, Ananta Budhi Danurdara dan
dan Zahro ZA. (2016). Efektivitas
Nur Rufi. (2015). Analisis Potensi
Penerimaan Pajak Restoran dalam Pajak Hotel di Kabupaten Pemalang
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah. Barista, Volume 2,
(PAD), (Studi pada Dinas Pendapatan Nomor 1, Juli 2015.
Asli Daerah Kabupaten Kediri). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Volume 30
Nomor 1 Januari 2016.

[51]

Anda mungkin juga menyukai