Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dengan memberikan wewenang dan tanggung jawab pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah, otonomi daerah membantu pemerintah

pusat meningkatkan sentra ekonomi dengan memberikan kesempatan

kepada daerah untuk mengembangkan dan mengelola potensi ekonominya

secara proporsional (Sabarno, 2016: 11-12). Kewenangan otonomi

diberikan dengan mempertimbangkan potensi dan keragaman lokal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, keadilan dan pemerataan,

demokrasi, dan penghormatan terhadap budaya lokal (Brαtakusumαh &

Solihin, 2018:32)

Kebijakan otonomi daerah, yang diberlakukan pada Januari 2001,

menimbulkan tanggapan positif dan negatif. Pemerintah daerah yang

memiliki sumber daya alam yang banyak menanggapi peraturan tersebut

dengan sangat antusias, sementara pemerintah daerah yang memiliki

sumber daya alam yang kurang tidak terlalu khawatir. Ini adalah masalah

karena pemerintah pusat selalu memberikan bantuan kepada pemerintah

daerah (Masi dan Yunira, 2020:2).

Pendapatan pemerintah daerah terdiri dari dua bagian, menurut

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

1
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah: 1) Pendapatan Asli

Daerah (PAD), yang merupakan pendapatan yang diperoleh dan dipungut

oleh pemerintah daerah sesuai dengan undang-undang yang meliputi pajak

daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, 2) dan Dana Perimbangan, yang merupakan dana dari

pendapatan APBN yang diberikan kepada daerah untuk melaksanakan

desentralisasi

Jumlah PAD yang lebih besar untuk membiayai kebutuhan

pemerintah daerah menunjukkan bahwa pemerintah daerah menjalankan

otonomi daerah dengan baik. Sebaliknya, penurunan PAD menunjukkan

bahwa otonomi daerah belum optimal (Rosyada, 2017):6). Pendapatan

utama pemerintah daerah berasal dari pajak dan retribusi. Jenis pajak, tarif,

dan dasar, serta keinginan pemerintah untuk menetapkan tarif dan retribusi

daerah hingga batas tertinggi yang ditetapkan oleh undang-undang,

memengaruhi jumlah dana yang diterima oleh pemerintah daerah. Tetapi

jumlah objek pajak dan jenisnya berbeda-beda tergantung pada ekonomi

lokal. Ketika ekonomi daerah berkembang, akan ada lebih banyak jenis

pajak dan objek yang dapat dikenakan pajak dan retribusi daerah

(Suparmoko, 2015:98).

Untuk meningkatkan keuangan daerah, pemerintah daerah

diharapkan dapat melakukan pungutan pajak dan retribusi daerah. Upaya

ini dilakukan dengan menggali potensi sumber pendapatan secara efektif

dan agresif (Soebachi, 2014:4). Kalimantan Utara memiliki banyak

2
potensi, termasuk pertanian, perikanan, pariwisata, peternakan, dan

kehutanan. Mengembangkan semua itu membutuhkan banyak biaya.

Untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan struktur penerimaan

daerah, PAD harus ditingkatkan. Melalui pelaksanaan kegiatan

pengelolaan pajak daerah, seperti potensi pendataan, subjek, dan objek

pajak daerah, Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Utara

berusaha untuk meningkatkan pajak daerah. Selain itu, PAD harus

ditingkatkan melalui pengembangan layanan publik yang lebih baik.

Table 1.1
Realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan PAD Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2017 – 2021
Tahun Pajak Daerah % Retribusi % Pendapatan
Anggar Daerah Asli Daerah
an
2017 308.952.404.415 64 137.040.500,0 0,0 482.740.846.005
,00 0 3 ,72
2018 388.388.763.489 67,6 1.640.091.145, 0,2 574.088.357.593
,00 5 00 ,08
2019 417.536.961.744 63,6 5.905.454.587, 0,9 655.846.206.222
,00 6 00 ,83
2020 348.949.836.778 62,5 4.856.242.203, 0,8 557.646.133.462
,00 8 00 ,35
2021 392.686.405.543 57,9 6.212.686.828, 0,9 677.803.723.304
,00 4 00 ,94
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara, 2022

Pendapatan Asli Daerah Provinsi Kalimantan Utara, pajak

daerah, dan retribusi daerah terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini

menunjukkan bahwa penerimaan pajak daerah hanya memberikan

kontribusi 67,65% terhadap PAD, sementara retribusi daerah hanya

memberikan kontribusi 1%. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

pemerintah daerah berusaha untuk meningkatkan sumber pendapatan

3
daerahnya dari sektor pajak dan retribusi daerah. Namun, meskipun ada

peningkatan dalam sektor ini, hal ini tidak dapat digunakan untuk

menentukan seberapa efektif pemerintah daerah memungut pajak dan

retribusi.

Anggaran pajak dan retribusi daerah yang terus meningkat dari

tahun ke tahun tidak dapat digunakan sebagai standar untuk menentukan

seberapa efektif dan efisien pemungutan pajak dan retribusi yang

dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Utara. Namun,

dengan menghitung seberapa efektif dan efisien pemungutan pajak dan

retribusi daerah, pemerintah daerah dapat mengevaluasi seberapa efektif

dan efisien mereka.

Efektivitas didefinisikan sebagai keberhasilan atau kegagalan

sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Halim (2014) menyatakan

bahwa efektivitas pajak dan retribusi daerah menunjukkan seberapa baik

pemeritah daerah mengumpulkan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan

jumlah yang diinginkan. Di sisi lain, efisien adalah ukuran seberapa besar

biaya pemungutan yang digunakan untuk mencapai penerimaan pajak dan

retribusi daerah itu sendiri (Halim, 2014).

Karena pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan dan

pembangunan daerah dan menetapkan otonomi daerah, sangat penting

untuk melakukan pengukuran seberapa efektif dan efisien pengelolaannya

untuk menentukan apakah ada peningkatan dalam pengelolaannya. Oleh

4
karena itu, perlu dilakukan analisis tentang seberapa efektif dan efisien

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Provinsi Kalimantan

Utara, serta seberapa besar kontribusinya terhadap PAD Provinsi

Kalimantan Utara itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan mempertimbangkan keadaan sebelumnya, masalah berikut dapat

diajukan:

1. Bagaimana efektivitas penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di

Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021?

2. Bagaimana efisiensi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di

Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021?

3. Bagaimana kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap peningkatan

PAD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017-2021?

4. Bagaimana kontribusi penerimaan retribusi daerah terhadap

peningkatan PAD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017-2021?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Efektivitas dan Efisiensi

Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat

1. Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara

5
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pemerintah daerah tentang pentingnya pungutan pajak dan retribusi

daerah yang efektif dan efisien. Penelitian juga dapat menunjukkan

seberapa besar kontribusi pajak dan retribusi daerah pada pendapatan

asli daerah.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini akan meningkatkan pemahaman kita tentang

seberapa efektif dan efisien kontribusi penerimaan retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah.

3. Bagi Akademisi

Diharapkan bahwa penelitian ini akan bermanfaat bagi penelitian

lanjutan dan membantu perkembangan ilmu ekonomi.

1.5. Batasan Penelitian

Adapun Batasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang menggunakan data

selama lima tahun yaitu dari tahun 2017-2021 yang diperoleh dari Biro

Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara dan Badan Pendapatan

Daerah (BAPENDA)

2. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April - Mei tahun 2023

3. Variable yang diteliti meliputi variabel bebas (Efektivitas dan Efisiensi

Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah) dan variabel terikat

(Pendapatan Asli Daerah)

6
BAB II

LANDASAN TEORi

2.1 Otonomi Daerah

Dalam bahasa Yunani, kata "autos" dan "namos" berasal dari kata

"otonomi", yang berarti "sendiri" dan "namos" berarti aturan atau hukum.

Namun, daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

batas wilayah. Oleh karena itu, otonomi daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki otoritas untuk mengatur dan mengawasi

pemerintahannya sendiri (Panglima, 2014)

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah

memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Untuk

meningkatkan otonomi daerah, meningkatkan pembangunan, dan

mengurangi sumbangan pemerintah pusat, pemerintah daerah harus

meningkatkan PAD (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014).

Menurut Pasal 1 angka 12 UU No. 23 Tahun 2014, daerah otonom adalah

kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan definisi di atas, otonomi daerah adalah wewenang yang

diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah, baik kabupaten maupun

7
kota, untuk mengatur, mengurus, mengendalikan, dan mengembangkan

urusan mereka sesuai dengan kemampuan mereka, dengan memperhatikan

peraturan dan peraturan yang berlaku..

1. Tujuan Otonomi Daerah

Menurut UU No. 32/ 2004 Pasal 2 Ayat (3) tentang Pemerintahan

Daerah, tujuan otonomi daerah adalah untuk menjalankan otonomi

secara keseluruhan, kecuali urusan pemerintah yang menjadi tanggung

jawab pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Otonomi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian

daerah dan pelayanan public (Mardiasmo, 2018:46).

a. Meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

b. Menciptakan sistem pengelolaan sumber daya lokal yang efisien

dan efektif.

c. Memberi masyarakat ruang untuk berpartisipasi dalam proses

pembangunan

2.2 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan

daerah. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lainnya, dan memberi

pemerintah daerah kewenangan untuk membiayai pembangunan dan

otonomi daerah sesuai dengan potensi desentralisasi mereka (Siregar,

8
2015:31). Menurut Pasal 1 dan Pasal 35 UU No. 23/2014, pendapatan

daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai

kekayaan bersih selama periode anggaran tertentu.

Menurut Baldric (2017:23), pendapatan asli daerah, juga dikenal sebagai

PAD, adalah uang yang diterima daerah dari sumber-sumber di

wilayahnya sendiri, yang dipungut sesuai dengan peraturan daerah atau

undang-undang yang berlaku. Sektor pendapatan daerah sangat penting

karena menunjukkan seberapa banyak suatu daerah dapat membiayai

kegiatan pemerintah dan pembangunan.

Carunia (2017:119) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya

sendiri. Semakin besar peran PAD dalam struktur keuangan daerah,

semakin besar kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan kegiatan

pembangunan.

Berdasarkan definisi di atas, pendapatan asli daerah dapat didefinisikan

sebagai semua pendapatan keuangan yang diterima oleh suatu daerah dari

sumber yang mempunyai potensi di daerah tersebut, seperti pajak,

retribusi, pengolahan kekayaan yang dipisahkan, dan pendapatan asli

daerah lainnya yang sah.

1. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pasal 6 Ayat (1) PAD UU No. 33/2004 berasal dari:

a. Pajak daerah adalah pungutan yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah untuk membiayai anggarannya sebagai badan usaha umum.

9
Hasilnya digunakan untuk anggaran belanja daerah yang tidak

langsung dikompensasi, meskipun undang-undang dapat

memaksakan pelaksanaannya.

b. Retribusi daerah adalah pungutan yang ditetapkan secara hukum

sebagai pungutan daerah untuk pemakaian barang atau jasa yang

diberikan oleh bisnis, pekerjaan, atau aset pemerintah daerah yang

bersangkutan.

c. Keuntungan perusahaan milik daerah dapat digunakan untuk

membangun daerah atau disetorkan ke kas daerah. Bagian laba,

deviden, dan penjualan saham milik daerah adalah beberapa contoh

hasil pengelolaan kekayaan daerah dan perusahaan milik daerah..

d. Lain-lain PAD yang sah termasuk penjualan aset tetap daerah, jasa

giro, pendapatan bunga, komisi, potongan, keuntungan dari

perbedaan nilai rupiah terhadap mata uang asing, dan bentuk lain

yang terkait dengan penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh

daerah.

2.3 Pajak Daerah

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang dibayarkan oleh

individu atau organisasi yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, dan

digunakan untuk keperluan Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat (UU No. 28 Tahun 2007).

10
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang diutang oleh

individu atau organisasi yang diwajibkan oleh undang-undang, tanpa

mendapatkan imbalan langsung, dan digunakan untuk kepentingan daerah

dan kemakmuran rakyat (Warsito, 2016:128).

Pajak daerah, menurut Mardiasmo (2018:12), adalah bentuk masyarakat

hukum dengan batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan lokal secara mandiri berdasarkan

keinginan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Samudra (2015:68) pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah

berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk

kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut.

Menurut undang-undang masa lalu dan saat ini, pajak daerah memiliki

beberapa ciri:

a. Pajak daerah dapat berasal dari pajak asli daerah atau pajak negara

yang diberikan kepada daerah sebagai pajak daerah.

b. Pajak daerah dipungut oleh daerah terbatas yang terletak di bawah

kendali pemerintahannya.

c. Hasil pungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan

rumah tangga atau pengeluaran badan hukum daerah.

d. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Daerah

(Perda), sehingga masyarakat yang wajib membayar dapat dipaksakan

oleh sifat pemungutan pajak daerah.

11
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa pajak daerah adalah

pajak yang dipungut dan dikelola oleh suatu daerah. Peraturan daerah

mengatur pelaksanaannya, dan hasil pajaknya digunakan untuk membiayai

pengeluaran harian dan pembangunan.

1. Jenis pajak dan Objek Pajak

a. Pajak Provisi

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Pajak kendaraan bermotor hanya dikenakan pada kendaraan

yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang.

Kendaraan yang dimiliki atau dikuasakan oleh pemerintah

federal dan daerah, konsulat, perwakilan negara asing,

perwakilan negara asing, atau perwakilan negara internasional

tidak dikenakan pajak. Orang atau badan yang memiliki dan

atau menguasai kendaraan bermotor adalah subjek pajak

kendaraan bermotor, dan orang atau badan yang memiliki

kendaraan bermotor adalah wajib pajak. Tarif pajak yang

dikenakan pada kendaraan bermotor adalah 1,5% dari nilai jual

kendaraan (Suparmoko, 2017:63).

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas

Air

Kecuali kendaraan yang dikirim ke pemerintah federal, daerah,

kedutaan, atau konsulat di luar negeri, bea balik nama

kendaraan bermotor (BBNKB) adalah pajak yang dikenakan

12
pada pergerakan kendaraan bermotor. Pajak ini dikenakan pada

hak milik kendaraan bermotor yang diberikan dalam transaksi

jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke

dalam perusahaan. Bertanggung jawab atas pajak bea balik

nama kendaraan bermotor adalah individu atau organisasi yang

menerimanya. Bea balik nama kendaraan harus sebesar 10%

dari nilai jual kendaraan jika dikirim untuk pertama kalinya

(Suparmoko, 2017:64).

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak yang

dikenakan terhadap penggunaan bahan bakar (gas, bensin, atau

solar) untuk menggerakkan kendaraan bermotor. Objek pajak

adalah bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan

oleh kendaraan bermotor, dan subjek pajak adalah konsumen

dan penyedia bahan bakar kendaraan bermotor (Suparmoko,

2017:65).

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor diberikan kepada

pemerintah daerah kabupaten dan kota setelah dikurangi

10% untuk pemerintah provinsi yang bersangkutan. Pemerintah

daerah menerima sebagian dari 90% dari uang yang dihasilkan

dari pajak bahan bakar kendaraan bermotor, sebagian diberikan

kepada daerah kabupaten berdasarkan panjang jalan di daerah

tersebut, dan sebagian lagi dibagi rata untuk semua daerah

13
kabupaten di provinsi yang bersangkutan (Suparmoko,

2017:65).

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan

Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

dikenakan pada penggunaan air bawah tanah dan air

permukaan oleh individu atau entitas tertentu, kecuali untuk

kebutuhan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Air

permukaan adalah air di atas permukaan bumi yang tidak

termasuk air laut. Selanjutnya, karena sumber daya air bawah

tanah dan air permukaan biasanya tersebar di beberapa wilayah

tingkat II, pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat satu

tetap memiliki otoritas untuk mengatur pengelolaan sumber

daya tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Suparmoko, 2017:66).

5) Pajak Rokok

Pajak rokok adalah cukai yang dipungut oleh pemerintah atas

rokok yang dibuat oleh produsen, pengusaha, dan importir yang

memiliki izin sebagai nomor pokok pengusaha barang kena

cukai. Pajak rokok dan cukai rokok dikenakan secara

bersamaan oleh pemerintah daerah. Di beberapa wilayah

Indonesia, perusahaan rokok dapat menjadi sumber pendapatan

yang signifikan bagi pemerintah daerah. Oleh karena itu,

14
peraturan dan peraturan komprehensif diperlukan untuk

memanfaatkan potensi ini untuk pemungutan dan penyetoran

pajak (Suparmoko, 2017:66).

b. Pajak Kabupaten/Kota

Pajak yang dikenakan pada kabupaten dan kota, menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan

Retribusi Daerah, terdiri dari:

1) Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas layanan yang diberikan oleh

hotel. Pajak ini berlaku untuk motel, losmen, gubuk pariwisata,

wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan

rumah kos dengan lebih dari 10 kamar.

2) Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran

termasuk bangunan atau tempat seperti rumah makan, kafe,

kantin, warung, bar, jasa boga atau katering, dan sebagainya.

3) Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas penyelenggaraan suatu daerah. Pajak ini mencakup

semua jenis pertunjukan, permainan, dan keramaian yang dapat

ditonton dan dinikmati oleh semua orang.

15
4) Pajak Reklame

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas

penyelenggaraan reklame dikenal sebagai pajak reklame.

Reklame adalah barang, alat, atau media yang dibuat untuk

tujuan komersial dan digunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan, mempromosikan, memuji, dan menarik

perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang

dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh

masyarakat umum.

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan dikenakan oleh pemerintah daerah atas

penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun

dari sumber lain.

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Peraturan Perundang-undangan Mineral dan Batubara

mengatur pajak mineral bukan logam dan batuan yang dipungut

oleh pemerintah daerah atas kegiatan mengekstraksi mineral

bukan logam dan batuan dari sumber alam di dalam negeri atau

dari permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

7) Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan

16
untuk tujuan bisnis dan non-bisnis, termasuk tempat penitipan

mobil dan garansi mobil. Definisi Parkir adalah kendaraan

tidak bergerak sementara.

8) Pajak Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam batuan atau tapisan

tanah di bawah permukaan tanah dan dikenakan pajak air tahah

oleh pemerintah daerah atas penggunaan dan pemanfaatan air

tanah.

9) Pajak Sarang Burung Walet

Anggota keluarga Apodidae adalah burung walet, yang

namanya berasal dari kata Yunani kuno "apous", yang berarti

"tanpa kaki". Dalam upaya mengembalikan dan mengusahakan

sarang burung walet, pemerintah daerah memungut pajak

sarang burung walet. Ini karena kaki burung walet yang sangat

pendek membuat mereka lebih suka bergelantung di tempat

yang tegak.

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas tanah dan

bangunan yang dimiliki, dipegang, dan digunakan oleh

individu atau organisasi. Area yang digunakan untuk

perkebunan, perhutanan, dan pertambangan tidak termasuk

17
dalam daftar ini. Bangunan adalah struktur teknis yang ditanam

atau diikat pada tanah, perairan pedalaman, atau laut. Bumi

adalah permukaan bumi yang terdiri dari tanah dan perairan

pedalaman, serta laut wilayah metropolitan.

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pajak yang dapat dipungut untuk daerah yang setingkat dengan

daerah provinsi tetapi tidak dibagi menjadi kabupaten atau kota

otonom, seperti Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, adalah

gabungan dari pajak provinsi dan kabupaten/kota.

2. Kriteria Pajak Daerah

Saat memberikan otoritas perpajakan, beberapa kriteria harus dipenuhi.

Kriteria ini berkaitan dengan pembagian wewenang penarikan pajak di

tingkat pemerintahan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota (Soebachi,

2016:124-125):

a. Pemerintah pusat harus tetap bertanggung jawab atas pajak jika

ingin stabilisasi ekonomi dan membagi pendapatan.

b. Basis pajak daerah seharusnya tidak terlalu "berputar". Pajak

daerah yang terlalu "berputar" akan mendorong pembayar pajak

untuk berpindah dari daerah dengan beban pajak tinggi ke daerah

dengan beban pajak rendah. Sebaliknya, basis pajak daerah yang

tidak terlalu "berputar" akan mempermudah daerah untuk

menetapkan tarif pajak yang berbeda yang sesuai dengan

18
kemampuan masyarakat. Pertahanan basis pajak yang "mobile" di

tingkat pemerintah pusat dan provinsi sangat penting.

c. Basis pajak yang tidak seragam di antara daerah seharusnya

ditanggung oleh pemerintah pusat.

d. Pajak daerah harus "terlihat", artinya objek, subjek, dan jumlah

pajak yang harus dibayar harus jelas bagi pembayar pajak daerah

dan mudah dihitung untuk meningkatkan akuntabilitas daerah.

e. Pajak daerah tidak boleh dibebankan kepada penduduk daerah lain

karena itu adalah fungsi dari pelayanan. Ini karena akan

memperlemah hubungan antara pembayar pajak dan pelayanan

yang mereka terima.

f. Hasil pajak daerah seharusnya stabil dan tidak berfluktuasi

sepanjang waktu untuk mencegah ketimpangan fiskal vertikal yang

signifikan.

g. Pajak daerah seharusnya lebih mudah diatur; dengan kata lain,

pertimbangan ekonomi harus dilakukan untuk kebutuhan data

seperti mengidentifikasi jumlah pembayar pajak, penegakkan

hukum, dan komputerisasi.

2.4 Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah yang diberikan oleh pemerintah

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau izin tertentu yang diberikan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan individu

atau organisasi tertentu (Soebachi, 2014:13). Menurut Undang-Undang

19
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

retribusi daerah adalah pungutan daerah yang diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan individu atau organisasi tertentu.

Berdasarkan definisi sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa retribusi

daerah adalah salah satu jenis pungutan yang dikenakan oleh pemerintah

daerah kepada masyarakat selain pajak. Kedua pungutan ini digunakan

oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi pemerintah dan

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

1. Jenis Retribusi Daerah

Terdapat tiga jenis retribusi sendiri: retribusi jasa umum, retribusi jasa

usaha, dan retribusi perizinan tertentu (Soebachi 2016:13). Termasuk

dalam kategori ini:

a. Retribusi Jasa Umum

Layanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan dan kemanfa'atan masyarakat dianggap sebagai

objek retribusi jasa umum. Individu atau badan yang menggunakan

atau menikmati layanan tertentu adalah subjek retribusi jasa umum.

Wajib retribusi jasa umum adalah individu atau badan yang

diwajibkan oleh peraturan retribusi untuk membayar retribusi,

termasuk pemungutan atau pemotongan.

Retribusi jasa umum ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dengan

mempertimbangkan persyaratan berikut:

20
1) Retribusi Jasa Umum tidak termasuk pajak, dan tidak termasuk

retribusi bisnis atau perizinan tertentu.

2) Daerah memiliki otoritas untuk menerapkan desentralisasi.

3) Undang-undang ini tidak hanya berfungsi untuk kepentingan

dan keuntungan umum, tetapi juga memberikan keuntungan

khusus kepada individu atau badan yang harus membayar

pajak.

4) Tidak ada alasan untuk tidak membayar.

5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan

penyelenggaraan nasional.

6) Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien dan dapat

menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan layanan yang

lebih baik.

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah

berdasarkan persyaratan berikut:

1) Retribusi jasa usaha tidak termasuk pajak, dan tidak termasuk

retribusi jasa umum atau perizinan tertentu.

2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa komersial yang seharusnya

disediakan oleh sektor swasta tetapi kurangnya, atau harta yang

dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah yang belum

dimanfaatkan secara penuh.

21
c. Retribusi Perizinan Tertentu

Harga perizinan tertentu, misalnya:

1) Perizinan ini mencakup otoritas pemerintah yang diberikan

kepada daerah sebagai bagian dari proses desentralisasi.

2) Perizinan ini sangat penting untuk melindungi kepentingan

umum.

3) Retribusi Perizinan dapat digunakan untuk membayar biaya

yang cukup besar bagi daerah untuk menjalankan izin tersebut,

serta untuk mengatasi dampak negatif dari izin tersebut.

Retribusi Provinsi adalah sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum

1) Retribusi untuk perawatan medis di rumah sakit jiwa

2) Pengganti biaya administrasi

3) Tarif kemetrologis

b. Retribusi jasa usaha

1) Retribusi untuk pemakaian kekayaan regional

2) Tarif tempat pelelangan kapal cantrang

3) Tarif tempat penginapan atau villa, tarif pelayanan kepelabuhan

4) Pengeluaran untuk tempat rekreasi dan olahraga

5) Tarif penyeberangan air

6) Pengeluaran untuk pengolahan limbah air

7) Retribusi penjualan bisnis lokal

c. Retribusi perizinan tertentu

22
1) Tarif izin trayek

2) Pengeluaran untuk pengujian kapal perikanan

3) Pengeluaran untuk perizinan kapal perikanan

4) Retribusi IMTA (Izin Pekerja Asing)

2. Kriteria Retribusi Daerah

Menurut Soebachi (2016:127), standar untuk retribusi daerah adalah

sebagai berikut:

a. Peraturan perundang-undangan menetapkan tarif.

b. Pembayaran atas layanan atau izin tertentu.

c. Negara memberikan jasa langsung kepada pembayar retribusi.

d. Pelayanan umum yang berkaitan dengan kompensasi didanai dari

hasil kompensasi.

e. Secara ekonomis, pelaksanaannya dapat dipaksakan.

3. Tata Cara Penarikan dan Tarif Retribusi Daerah

Seluruh proses pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada

pihak ketiga sesuai Pasal 26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 mengatur tata cara

pemungutan retribusi daerah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan biaya, gunakan SKRD atau dokumen lain

yang dipersamakan.

b. Kupon, kartu langganan, dan karcis adalah contoh dokumen lain

yang dipersamakan.

23
c. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat waktu atau

kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga

sebesar 2% setiap bulan dari retribusi yang tidak atau kurang

dibayar. Sanksi ini ditagih melalui STRD, yang merupakan

singkatan dari Surat Tagih Retribusi Daerah.

d. Denda yang dikenakan kepada daerah diatur oleh undang-undang

yang menetapkan tata cara pemungutan retribusi.

2.5 Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Kata "efektif" berasal dari kata "efek", yang berarti "ada efeknya",

"pengaruhnya", "mujarab", "dapat membawa hasil", "berhasil guna", atau

"ada efeknya". Kemampuan untuk menggunakan sumber daya, sarana, dan

prasarana dalam jumlah yang secara sadar telah ditetapkan sebelumnya

untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa yang diperlukan untuk

kegiatan yang dijalankan disebut efektif. Pajak dan retribusi daerah

menunjukkan keberhasilan dalam mencapai tujuan; lebih efektif jika hasil

lebih dekat dengan tujuan. (Siagian, 2018).

Efektivitas pajak daerah adalah ukuran seberapa baik pemerintah daerah

mengumpulkan pajak daerah dalam jumlah yang diinginkan (Putra, 2018).

Ini adalah perbandingan antara apa yang diterima dan apa yang diharapkan

diterima, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan pungutan

(Warsito, 2016:128).

Analisis efektivitas pajak dan retribusi daerah menunjukkan seberapa baik

pemerintah daerah mencapai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

24
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Ini dilakukan

dengan mempertimbangkan potensi riil daerah (Halim, 2014). Secara

keseluruhan, manajemen kegiatan wajib pajak akan bekerja lebih baik jika

dikelola dengan baik. Kualitas data dan informasi tentang pajak akan

memenuhi semua kebutuhan wajib pajak, baik yang berkaitan dengan

pajak maupun kegiatan lainnya. Selain itu, wajib pajak akan dapat dengan

mudah dan cepat mendapatkan data dan informasi tentang pajak yang

berkaitan dengan semua kegiatan wajib pajak. Salah satu contoh

efektivitas ini adalah beberapa aktivitas perpajakan berikut (Pandiangan,

2014:243):

a. Karena dokumen yang dibutuhkan oleh pendaftar tersedia, mendaftar

sebagai wajib pajak dapat dilakukan secara langsung.

b. Karena wajib pajak memiliki akses langsung ke semua informasi, data,

dan dokumen yang berkaitan dengan penghitungan pajak saat

menghitung pajak, wajib pajak dapat segera melakukannya.

c. Karena informasi tentang jumlah pajak terutang yang akan dipotong

atau diambil, wajib pajak memiliki kemampuan untuk melakukan

tindakan segera ketika perlu memotong atau memungut pajak.

d. Karena dana yang dibutuhkan untuk membayar atau menyetor pajak

sudah tersedia, wajib pajak wajib pajak dapat segera melakukan

pembayaran pajak.

25
e. Karena semua data dan informasi yang diperlukan untuk pelaporan

pajak tersedia, wajib pajak dapat segera melaksanakannya saat

melaporkan pajak.

1. Indicator Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah

Untuk mengetahui seberapa efektif, rencana dan hasil dapat

dibandingkan. Namun demikian, pekerjaan tidak efektif jika tindakan

dan hasil yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan,

sehingga tujuan tidak tercapai. Terpenuhinya aspek efektivitas belanja

infrastruktur dapat diukur melalui ketersediaan fisik (availability),

kualitas fisik (quality), kesesuaian (appropriateness), pemanfaatan

(utility), dan penyerapan tenaga kerja (Faud, 2016:140).

a. Belanja negara untuk kegiatan fisik harus menghasilkan barang

atau bangunan secara fisik, yang berarti belanja fisik harus

menyediakan ketersediaan fisik mutlak.

b. Kualitas fisik adalah kualitas output, atau hasilnya; ini berarti

bahwa aspek efektivitas akan lebih kuat jika mencapai

keterpenuhan fisik dan kualitas output yang optimal.

c. Kesesuaian (aprociateness) terjadi ketika kebijakan pemerintah

memenuhi kebutuhan kelompok penerima manfaat.

d. Tingkat pemanfaatan output, juga dikenal sebagai utility, adalah

tingkat pemanfaatan output; tingkat pemanfaatan output yang lebih

tinggi menunjukkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi.

26
e. Tingkat penyerapan tenaga kerja adalah hasil dari peningkatan dan

pembangunan infrastruktur.

2. Rasio Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah

Rasio efektivitas menunjukkan seberapa baik pemerintah daerah dapat

menghasilkan pendapatan asli daerah yang direncanakan. Rasio yang

lebih tinggi menunjukkan kemampuan daerah yang lebih besar (Faud,

2016:141).

2.6 Efisiensi Pajak dan Retribusi Daerah

Menurut Gaol (2015), kata Latin "eficere", yang dalam bahasa Inggris

berarti "menghasilkan, mengadakan, dan menjadikan," adalah asal dari

kata "efisien". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

"efisiensi" adalah ketepatan (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu

(dengan tidak membuang waktu, tenaga, atau biaya).

Untuk menentukan apakah kegiatan tersebut efisien, pemerintah daerah

harus menghitung biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh

pendapatan. Jika jumlah pendapatan yang diterima lebih besar dari yang

direncanakan, itu menunjukkan bahwa kegiatan tersebut dilakukan dengan

efisien. Pajak daerah efektif jika rasio antara jumlah yang diterima oleh

daerah dan biaya yang dikeluarkan untuk memungutnya, yang ditunjukkan

dalam bentuk persentase, digunakan. Keefektifan pengelolaan keuangan

daerah ditentukan oleh rasionya (Mahmudi, 2015).

27
Biaya pemungutan yang digunakan untuk memenuhi penerimaan pajak

daerah terkait dengan efisiensi pajak (Pandiangan, 2014:243). Selain itu,

jumlah biaya pemungutan yang digunakan untuk memenuhi penerimaan

pajak daerah itu sendiri menentukan efisiensi retribusi daerah (Faud,

2016:140).

2.7 Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah

Analisis yang menilai jumlah kontribusi atau proporsi yang diberikan

untuk kegiatan yang dilakukan, (Fitra, 2019:204). Misalkan pendapatan

daerah terdiri dari tiga bagian: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Transfer/Perimbangan, dan Pendapatan Lain-lain yang Sah. Analisis

kontribusi pendapatan untuk mengetahui seberapa besar Pendapatan Asli

Daerah, Dana Transfer/Perimbangan, dan Pendapatan Lain-lain yang Sah

berkontribusi terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan.

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Pendapatan Asli

Daerah yang Sah. Oleh karena itu, analisis kontribusi menentukan

seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan

Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap Pendapatan Asli Daerah secara

keseluruhan (Fitra, 2019:

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sebagai hasil dari kajian teori yang disebutkan sebelumnya, kerangka

pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:


Lạporạn Keuạngạn Provinsi
Kạlimạntạn Utạrạ

28
Penerimạạn Pạjạk dạn Retribusi
Dạerạh Provinsi Kạlimạntạn Utạrạ
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kajian tentang tingkat efektivitas pajak dan retribusi daerah terhadap

pendapatan asli daerah sangat penting untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah. Pajak dan retribusi daerah adalah sumber pendapatan asli daerah

yang sangat berpotensi tinggi, dan salah satu upaya pemerintah daerah

untuk meningkatkan pajak daerah adalah untuk meningkatkan pendapatan

dari kedua industri tersebut.

Selain itu, untuk mengetahui seberapa banyak kontribusi pajak daerah

yang mampu diberikan sebagai sumbangan untuk Pendapatan Asli Daerah

(PAD), Anda harus membandingkan realisasi pajak daerah dengan

realisasi PAD. Perhitungan efektivitas, efisiensi, dan kontribusi

pemungutan pajak daerah dapat membantu pemerintah daerah menentukan

seberapa baik mereka melakukan pemungutan pajak.

2.9 Pengembangan Hipotesis

29
Hipotesis adalah solusi temporer untuk masalah penelitian sampai data

yang dikumpulkan terbukti (Sugiyono, 2018). Hipotesis penelitian terdiri

dari tiga bagian, menurut Sugiyono (2018: 55): hipotesis deskriptif,

komparatif, dan asosiatif atau hubungan. Penelitian ini menggunakan

hipotesis asosiatif/hubungan karena melakukan dugaan sementara tentang

rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan tentang hubungan dan

regresi antara dua variabel atau lebih.

Peneliti menyusun hipotesis bahwa "Penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah sudah efektif dan efisien berkontribusi terhadap Pendapatan Asli

Daerah" berdasarkan model kerangka pemikiran di atas. Penelitian

sebelumnya diperlukan untuk mendukung hipotesis penelitian.

Sebelumnya, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai penelitian

pajak dan retribusi daerah:

1. Hasil penelitian Sartika (2019) menunjukkan bahwa retribusi daerah

Kota Palembang tidak efektif dari tahun 2014 hingga 2018 dan hanya

pada tahun 2015 yang kurang efektif. Ada faktor internal dan eksternal

yang menyebabkan retribusi daerah tidak efektif. Retribusi yang paling

tidak efektif adalah biaya penggantian cetak peta sebesar, biaya

penyediaan dan/atau kakus, biaya pemakaian kekayaan daerah, biaya

galian, dan biaya parkir.

2. Tingkat efektivitas Pajak Daerah sangat efektif pada tahun 2009, 2011,

2012, 2013, 2014, dan 2010, menurut penelitian yang dilakukan oleh

Yoduke dan Ayem (2015:28-47). Retribusi dari tahun 2009 hingga

30
2014 sangat tidak efektif dan mencapai lebih dari seratus persen

efisiensi. Kontribusi Pajak Daerah pada tahun 2009 tidak ada, pada

2010, 2011, dan 2014 sedang, dan pada 2012 dan 2013 cukup baik.

Kontribusi Retribusi 2009 sangat baik, dan kriteria 2010–2013 kurang,

dan 2014 sangat kurang.

3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijoyo et al. (2019:216-230),

hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa Kota Kediri menerima

pajak daerah tertinggi pada tahun 2017 sebesar 111,449,577,194.86,

dan pajak daerah terendah pada tahun 2014 sebesar 68,957,535,990.43,

dan PAD tertinggi pada tahun 2017 sebesar 10,509,049,281.00, dan

PAD terendah pada tahun 2018 sebesar 932,291,800.00. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak dan retribusi

daerah mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah secara

bersamaan dan parsial.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Data dan Sumber

1. Data

Data yang dikumpulkan secara tidak langsung melalui media

perantara, seperti dinas atau lembaga pemerintah, dikenal sebagai data

sekunder dalam penelitian ini. Contoh sumber data sekunder termasuk

artikel, jurnal, majalah, situs web, dan lainnya (Sugiyono, 2018).

2. Sumber

a. Semua jenis pajak dan retribusi daerah yang ada di pemerintah

Provinsi Kalimantan Utara adalah sumber data penelitian.

b. Penelitian ini memanfaatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah

dari tahun 2017-2021.

c. Data ini dikumpulkan dari Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA)

dan Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara.

3. Metode Pengumpulan Data

Studi kepustakaan dan pengumpulan data dari Biro Pusat Statistik

(BPS) dan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi

Kalimantan Utara sebagai subjek penelitian digunakan sebagai metode

dokumentasi. Peneliti mempelajari dan mengumpulkan literatur

tentang pajak dan retribusi daerah. Peraturan dan undang-undang yang

mengatur pajak dan retribusi daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan

32
Daerah, dan Surat Edaran. Ini dilakukan untuk mengumpulkan

informasi sebanyak mungkin, serta data sekunder yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk menilai seberapa efektif penerimaan

pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah.

3.2. Definisi Variabel dan Pengukurannya

1. Definisi Variabel

Menurut Arikunto (2014:96), variabel adalah subjek atau fokus

penelitian. Sementara itu, Hasan (2016:17) mengatakan bahwa variabel

adalah konstruksi yang sifat-sifatnya telah diberi nilai-nilai dalam

bentuk bilangan yang diwakili dengan kata-kata atau angka. Dengan

mempertimbangkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa variabel adalah subjek penelitian yang dapat diwakili dengan

kata-kata atau angka. Pendapatan Asli Daerah (PAD), efisiensi pajak

daerah, efektivitas pajak daerah, efisiensi retribusi daerah, efektivitas

retribusi daerah, dan kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap

PAD adalah semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Pengukuran Variabel

a. Efektivitas Pajak Daerah

realisasi penerimaan pajak daerah


efektivitas pajak daerah= X 100 %
target penerimaan pajak daerah

b. Efektivitas Retribusi Daerah

33
realisasi penerimaan retribusi daerah
efektivitas retribusi daerah= X 100 %
target penerimaan retribusi daerah

c. Efisiensi Pajak Daerah

biaya pemungutan pajak daerah


efisiensi pajak daerah= X 100 %
realisasi penerimaan pajak daerah

d. Efisiensi Retribusi Daerah

biaya pemungutan retribusi daerah


efisiensi retribusi daerah= X 100 %
realisasi penerimaan retribusidaerah

e. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Σ realisasi penerimaan pajak daerah


kontribusi PD pada PAD= X 100 %
Σ realisasi penerimaan PAD

f. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Σ realisasi penerimaan retribusidaerah


kontribusi RD pada PAD= X 100 %
Σ realisasi penerimaan PAD

3.3. Desain Penelitian

Penelitian lapangan, atau penelitian lapangan, adalah jenis penelitian yang

digunakan penulis (Sujarweni, 2015). Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif untuk mengumpulkan data, menganalisisnya, dan membuat

kesimpulan tentang temuan penelitian. Penelitian ini membahas efektivitas

pajak daerah dan retribusi daerah. Penelitian lapangan dilakukan dengan

mengumpulkan data dari Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan

Utara.

3.4. Metode Analisis Data

1. Model Statistik

34
Berikut ini adalah analisis data yang digunakan untuk menilai

kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah:

a. Analisis Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah

Perhitungan efektivitas pajak daerah menunjukkan seberapa efektif

pajak dan retribusi daerah selama lima tahun berturut-turut. Ini

menunjukkan apakah besarnya pajak dan retribusi daerah sesuai

dengan target yang ada. Analisis efektivitas adalah hubungan

antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah dan target

penerimaan pajak dan retribusi daerah.

Table 3.1 intepretasi Nilai Efektivitas


Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif
80 – 90 % Cukup Efektif
60 – 80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Kemendagri No.690.900.327.2006

Jika perhitungan efektifitas pajak dan retribusi daerah

menghasilkan angka atau persentase mendekati 100%, maka pajak

dan retribusi daerah semakin efektif. Untuk mengetahui seberapa

efektifnya, Anda harus membandingkannya dengan tahun

sebelumnya.

b. Analisis Efisiensi Pajak dan Retribusi Daerah

Analisis efisiensi menganalisis biaya yang dikeluarkan untuk

memungut pajak dan retribusi daerah dibandingkan dengan jumlah

yang diterima dari pajak dan retribusi tersebut. Semakin kecil biaya

35
yang dikeluarkan, semakin efisien pemungutan pajak dan retribusi

daerah. Dikatakan efektif jika dana yang dialokasikan untuk

memungut pajak dan retribusi daerah tidak digunakan secara sia-

sia.

1) Nilai efisiensi pajak daerah adalah nilai yang dihitung

berdasarkan persentase perbandingan biaya pemungutan pajak

daerah dengan realisasi penerimaan pajak daerah. Biaya

pemungutan pajak daerah diperoleh dari 5% realisasi

penerimaan pajak daerah; namun, hanya rasio efektivitas pajak

daerah yang lebih besar dari 100% yang dapat dikenakan biaya

pemungutan.

2) Nilai efisiensi retribusi daerah adalah nilai yang didapat dari

persentase perbandingan biaya pemungutan retribusi daerah

dengan realisasi penerimaan retribusi. Biaya pemungutan

retribusi daerah diperoleh dari 5% realisasi penerimaan

retribusi daerah; namun, hanya rasio efektivitas retribusi daerah

yang lebih dari 100% yang dapat dikenakan biaya pemungutan.

Table 3.2 intepretasi Nilai Efisiensi


Persentase Kriteria
>41% Tidak Efisien
31 – 40% Kurang Efisien
21 – 30% Cukup Efisien

36
10 – 20% Efisien
<10% Sangat Efisien
Sumber: Kemendagri No.690.900.327.2006

Pemerintah daerah harus menghitung biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan seluruh pendapatan untuk menentukan apakah

kegiatan tersebut efisien atau tidak. Jika jumlah pendapatan yang

diterima lebih besar dari yang direncanakan, berarti kegiatan

tersebut efisien.

c. Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Analisis ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar kontribusi

yang dapat disumbangkan penerimaan pajak dan retribusi daerah

terhadap PAD dengan membandingkan hasil penerimaan pajak dan

retribusi daerah terhadap PAD.

Tujuan dari analisis kontribusi adalah untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan

Asli Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara. Dengan

membandingkan hasil analisis dari tahun ke tahun selama lima

tahun, kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari

kontribusi tersebut dan mengetahui kontribusi terbesar dan terkecil

setiap tahun. Ini menunjukkan seberapa besar peran pajak dan

retribusi daerah.

Kriteria berikut digunakan untuk menentukan besarnya sumbangan

penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD:

37
Table 3.3 intepretasi Nilai Kontribusi
Persentase Kriteria
0 – 10% Sangat Kurang
10 – 20% Kurang
20 – 30% Sedang
30 – 40% Cukup Baik
40 – 50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber: Kemendagri No.690.900.327.2006

2. Analisis Uji Beda t-test

Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang

tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji ini

dilakukan dengan membandingkan perbedaan antara nilai rata-rata

dengan standar kesalahan dari perbedaan rata-rata kedua sampel atau

dapat ditulis dengan rumus berikut (Ghozali, 2015).

rata−rata sampel pertama rata−rata sampel kedua


t=
standar error perbedaan rata−rata kedua sampel

Standar error perbedaan nilai rata-rata secara umum terdistribusi. Uji t-

test dibuat untuk membandingkan nilai rata-rata dua grup yang tidak

berhubungan satu sama lain. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah

nilai rata-rata mereka sama atau tidak sama secara signifikan. Uji beda

t-test akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk

mengevaluasi perbedaan yang ada antara lain:

a. Analisis Uji Beda t-test Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi

38
Daerah

Untuk menentukan apakah ada perbedaan antara efektivitas pajak

daerah dan efektivitas retribusi daerah, uji beda t-test efektivitas

dilakukan. Uji ini dilakukan menggunakan SPSS.

b. Analisis Uji Beda t-test Efisiensi Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Untuk menentukan apakah ada perbedaan antara efisiensi pajak

daerah dan efisiensi retribusi daerah, uji beda t-test efisiensi

dilakukan. Uji ini dilakukan menggunakan SPSS.

c. Analisis Uji Beda t-test Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kontribusi pajak

daerah dan kontribusi retribusi daerah, uji beda t-test kontribusi

dilakukan. Ini dilakukan dengan menggunakan SPSS.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Provinsi Kalimatan Utara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tanggal 16

November 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara,

Provinsi Kalimantan Utara dibentuk sebagai Daerah Otonom Baru

(DOB). Pada rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012,

provinsi ini disahkan sebagai provinsi baru. Provinsi Kalimantan Utara

diresmikan pada tanggal 22 April 2013 setelah Menteri Dalam Negeri

atas nama Presiden Republik Indonesia melantik Dr. H. Irianto Lambrie

sebagai Penjabat Gubernur Kalimantan Utara (BPK RI, 2023).

Keputusan Presiden RI No.48/P Tahun 2013 tanggal 20 April 2013

menetapkan pelantikan Penjabat Gubernur Kalimantan Utara. Hasil

Pemilihan Umum Tahun 2014 membentuk Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Kalimantan Utara, yang dibentuk oleh Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Timur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (BPK RI, 2023).

Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Utara untuk

tahun 2016-2021 adalah "Terwujudnya Provinsi Kalimantan Utara yang

Berubah, Maju, dan Sejahtera." Untuk mencapai visi ini, disusun misi

yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan:

40
a. Untuk mewujudkan Kalimantan Utara yang aman, nyaman, dan

damai melalui pemerintahan yang efektif;

b. membuat sistem pemerintahan provinsi berbasis pada Tata Kelola

Pemerintah Kabupaten/Kota yang profesional, efisien, dan efektif

dengan fokus pada sistem penganggaran yang berbasis kinerja;

c. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas,

inovatif, berakhlak mulia, produktif, dan berdaya saing, pendidikan

wajib 16 tahun dan wawancara;

d. Untuk mewujudkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam

yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, secara efisien,

terencana, menyeluruh, terarah, terpadu, dan bertahap berbasis IT;

e. Memungkinkan pemerataan pembangunan melalui pembangunan

infrastruktur yang lebih baik di daerah pedesaan, pedalaman,

perkotaan, pesisir, dan perbatasan untuk meningkatkan mobilitas dan

produktivitas di daerah tersebut;

f. Mewujudkan peningkatan ekonomi yang berdaya saing, mengurangi

kesenjangan antar wilayah, dan meningkatkan ketahanan pangan

melalui sektor perdagangan, jasa, industri, pariwisata, dan pertanian

dalam arti luas melalui pengembangan infrastruktur yang berkualitas

dan merata serta meningkatkan konektivitas antar kabupaten/kota;

g. Memungkinkan kerukunan kehidupan beragama dan etnis dari

berbagai latar belakang budaya di Provinsi Kalimantan Utara dalam

semangat Kebhinekaan;

41
h. Membangun ketahanan energi melalui pengembangan PLTA dan

energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi lokal;

i. Mewujudkan kesetaraan Melinial dan gender dalam pembangunan;

j. Perlindungan dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM);

k. Meningkatkan kinerja investasi dan pembangunan daerah dengan

melibatkan investor dan pengusaha lokal dan nasional.

l. Pengembangan Produk Lokal Kabupaten/Kota bertujuan untuk

mendukung pertumbuhan sektor produktif dan potensi strategis di

setiap desa dan kelurahan;

m. mempromosikan pembangunan berbasis RT/Komunitas dalam

inisiatif pembangunan desa menata kota dan memberikan bantuan

keuangan kepada kabupaten dan kota sebagai pilar provinsi setiap

tahun sesuai dengan APBD.

n. Mewujudkan Tanjung Selor sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan

Utara bersama dengan beberapa DOB yang diusulkan, seperti Kota

Sebatik, Kabupaten Kabudaya, Kabupaten Krayan, dan Kabupaten

Apo Kayan.

Provinsi Kalimantan Utara terletak di antara 114035’22” dan

118003’00” Bujur Timur dan 1021’36” dan 4024’55” Bujur Timur.

Provinsi Kalimantan Utara seluas 75.467,70 km2, dengan 11.579 km2

lautan, yang merupakan 13% dari luas total. Provinsi Kalimantan Utara

berbatasan administratif dengan Sabah dan Serawak, Malaysia. Terdapat

42
sekitar 1.038 km garis antara Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan

Utara di bagian daratan.

Sebelah Utara : Negara Sabah (Malaysia)

Sebelah Timur : Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Timur

Sebelah Barat : Negara Sarawak (Malaysia)

Sebagian dari Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari Kabupaten

Bulungan; Kota Tarakan; Kabupaten Malinau; Kabupaten Nunukan; dan

Kabupaten Tana Tidung.

2. Kondisi Keuangan Provinsi Kalimantan Utara

Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan pendapatan tambahan daerah yang sah adalah empat

jenis pungutan yang terdiri dari PAD. Berikut ini adalah rincian tentang

jumlah uang yang diterima oleh Provinsi Kalimantan Utara dari pajak

daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah dari

2017 hingga 2021:

a. Pajak Daerah

Secara keseluruhan, penerimaan pajak daerah dari tahun anggaran

2017 hingga 2021 terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Realisasi tahun 2017 sebesar Rp 297.428.308.388,00 melampaui

target sebesar 103,87%, dengan 3 (tiga) jenis pungutan melebihi

target. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan

sebagian besar dana.

43
Baik target maupun realisasi pajak daerah terus meningkat pada

tahun anggaran 2018. Dari lima jenis pungutan, tiga melebihi target

sebesar 114,74%, dengan total realisasi sebesar 388.388.763.489,00,

melampaui target sebesar 338.500.000.000,00. Baik target maupun

realisasi pajak daerah tahun anggaran 2019 terus meningkat, dengan

penerimaan terbesar dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

sama dengan tahun sebelumnya. Dari lima jenis pungutan, tiga

melebihi target sebesar Rp 400.021.635.615,00, yang dihasilkan

sebesar Rp 417.536.961.744,00, melampaui target sebesar 104,38%.

Berbeda dengan penerimaan pajak daerah tahun sebelumnya,

penerimaan terbesar diperoleh dari Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBNKB).

Baik target maupun realisasi pajak daerah tahun anggaran 2020 terus

menurun. Dari lima jenis pungutan, satu melebihi target sebesar

84,75%, dengan total realisasi sebesar 348.949.836.778,00 dari

target sebesar 411.749.287.330,71. Jumlah terbesar yang diterima

dari pajak rokok berbeda dengan jumlah yang diterima dari pajak

daerah pada tahun sebelumnya.

Baik target maupun realisasi pajak daerah tahun anggaran 2021 terus

menurun. Dari lima jenis pungutan, satu melebihi target yang

ditetapkan, yaitu 392.686.405.543,00, yang menurun dari target

sebesar 91,24%. Tahun lalu, pajak daerah menerima jumlah terbesar

dari pajak rokok.

44
b. Restribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah yang diberikan oleh

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara sebagai pembayaran atas jasa

atau izin tertentu yang diberikan atau diberikan kepada individu atau

organisasi tertentu untuk kepentingan mereka. Retribusi daerah

dikelola oleh Instansi Teknis di bawah tanggung jawab Pemerintah

Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.6 sampai 4.10 pada

lampiran), data menunjukkan bahwa penerimaan retribusi daerah

terus mengalami peningkatan yang signifikan baik dari sisi target

maupun realisasi dari tahun anggaran 2017 sampai 2021. Realisasi

penerimaan retribusi daerah pada tahun anggaran 2017 mencapai

97,89 % dari target yang ditetapkan, sementara pada tahun. Target

revitalisasi daerah pada tahun anggaran 2019 mengalami penurunan

yang signifikan sebesar 29,08 %, tetapi target revitalisasi daerah

pada tahun anggaran 2020 mengalami peningkatan yang signifikan

sebesar 95,88 %, dan target revitalisasi daerah pada tahun anggaran

2021 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 108,05 %.

Semua ini terjadi meskipun target revitalisasi daerah pada tahun

anggaran sebelumnya telah dikurangi dan ditingkatkan pada tahun

anggaran sebelumnya. Tabel 4.6 hingga 4.10 pada lampiran

menunjukkan hal ini.

45
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Kekayaan daerah yang disahkan berarti kekayaan yang dilepaskan

dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui

anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan

dipertanggungjawabkan sendiri. Dalam hal hasil, laba perusahaan

daerah merupakan salah satu dari pendapatan daerah atau kekayaan

daerah secara keseluruhan.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan oleh pemerintah

Provinsi Kalmantan Utara mencakup keuntungan perusahaan milik

daerah, penyertaan modal daerah kepada perusahaan, badan

pengelola, joint produksi, royalti, sewa aset, dan kerja sama aset.

Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Utara miliki dan

didirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Sebagai penerimaan dari hasil (laba) pengelolaan BUMD,

penerimaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dari laba Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi dapat dilihat pada table 4.11

sampai 4.14 pada lampiran.

d. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita masyarakat di Provinsi Kalimantan Utara terus

meningkat dari tahun anggaran 2017 hingga 2021, berdasarkan rasio

pendapatan perkapita (tabel 4.15 pada lampiran). Pendapatan

perkapita daerah pada tahun 2017 sebesar Rp 3.416.261,496.

46
Namun, pada tahun 2018, ia menurun sebesar Rp 3.382.620,776.

Pada tahun 2019, naik sebesar Rp 3.552.218,51, pada tahun 2020,

naik sebesar Rp 3.609.557,922, dan pada tahun 2021, menurun

sebesar Rp 3.554.765,073.

4.2. Statistic Deskriptif

1. Analisis Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah

Analisis efektivitas menentukan apakah besarnya pajak dan retribusi

daerah sesuai dengan target yang ada dengan melihat hubungan antara

realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah dan target penerimaan

pajak dan retribusi daerah.

a. Efektivitas Pajak

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.16 pada lampiran), data

menunjukkan bahwa seluruh tingkat Efektivitas penerimaan pajak

daerah dari tahun 2017-2021 sangat efektif, dengan presentase rata-

rata 99,79%. Nilai tertingginya adalah 114,74% pada tahun 2018,

dan nilai terendahnya adalah 84,75% pada tahun 2020. Efektivitas

pajak 2018 meningkat 10,87% dari 2017, menjadi 114,74%.

Kemudian turun 10,36% pada 2019, menjadi 104,38%, dan

kemudian turun 19,63% pada 2020. Kemudian naik lagi sebesar

6,49% pada 2021, menjadi 91,24%. Pajak daerah tergolong efektif,

dengan rata-rata 99,79% dari 2017 hingga 2021, meskipun ada

kenaikan dan penurunan. Ini menunjukkan kemampuan daerah untuk

mengelola pajak.

47
b. Efektifitas Retribusi Daerah

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.17 pada lampiran), data

menunjukkan bahwa seluruh tingkat Efektivitas penerimaan retribusi

daerah dari tahun 2017 hingga 2021 sangat efektif, dengan

presentase rata-rata 222,38%. Nilai tertingginya adalah 781,00%

pada tahun 2018, dan nilai terendahnya adalah 29,08% pada tahun

2019. Efektivitas retribusi daerah pada 2018 meningkat sebesar

683,11% dari 2017 menjadi 222,38%. Kemudian turun sebesar

751,92% dari 2019 menjadi 29,08%, tetapi kembali meningkat

sebesar 66,80% pada 2020 menjadi 95,88%, dan kembali meningkat

sebesar 12,17% pada 2021 menjadi 108,05%. Retribusi daerah

sangat efektif, dengan rata-rata 222,38% dari 2017 hingga 2021,

meskipun ada kenaikan dan penurunan. Ini menunjukkan

kemampuan daerah untuk mengelola retribusi.

2. Analisis Efisiensi Pajak dan Retribusi Daerah

Analitik efek adalah perbandingan antara pengeluaran untuk memungut

pajak dan retribusi daerah dan pengeluaran untuk penerimaan pajak dan

retribusi daerah. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak

dan retribusi sebanding dengan tingkat efisiensi pemungutan pajak dan

retribusi daerah. Selain itu, dana yang dialokasikan untuk pemungutan

pajak dan retribusi daerah tidak terbuang sia-sia.

48
a. Pajak Daerah

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.18 pada lampiran), data

menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, tingkat efisiensi

penerimaan pajak daerah Provinsi Kalimantan Utara anggaran tahun

2017-2021 sangat efisien, dengan presentase rata-rata 2,43%

diklasifikasikan sebagai sangat efisien. Efisiensi tertinggi pada tahun

2020 sebesar 0,98% dan terendah pada tahun 2021 sebesar 3,28%.

Efisi penerimaan pajak daerah di tahun 2018 mengalami penurunan

sebesar 0,41% dari 2017 menjadi 2,31%, tetapi kemudian meningkat

sebesar 0,56% dari 2019 menjadi 2,87. Hal ini disebabkan oleh

pandemi COVID-19, yang menyebabkan realisasi penerimaan dan

biaya pemungutan uang turun secara signifikan. Efisiensi

penerimaan pajak daerah Provinsi Kalimantan Utara mengalami

penurunan sebesar 1,89% pada tahun 2020 menjadi 0,98%, tetapi

naik sebesar 2,3% pada tahun 2021 menjadi 3,28%. Dari tahun 2017

hingga 2021, ada kenaikan dan penurunan, tetapi presentase efisiensi

penerimaan pajak daerah hanya 10%, yang menunjukkan bahwa

penerimaan pajak sangat efektif.

b. Retribusi Daerah

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.19 pada lampiran), data

menunjukkan bahwa tingkat efisiensi penerimaan retribusi daerah

Provinsi Kalimantan Utara anggaran tahun 2017-2021 sangat efisien,

49
dengan presentase rata-rata 3,12%. Efisensi turun pada tahun 2017

dan 2018 sebesar 0%, sedangkan terendahnya terjadi pada tahun

2019 sebesar 10,32%. Efisensi penerimaan pajak daerah pada tahun

2018 mengalami hasil yang sama dari tahun 2017 sebesar 0,41%,

tetapi kemudian menurun menjadi 10,32% pada tahun 2019. Hal ini

disebabkan oleh pandemi COVID-19, yang menyebabkan realisasi

penerimaan turun dan biaya pemungutan menurun.

Efisiensi penerimaan pajak daerah Provinsi Kalimantan Utara

mengalami penurunan dari 5,96% pada tahun 2020 menjadi 4,36%

pada tahun 2021. Namun, dari 2017 hingga 2021, ada kenaikan dan

penurunan, tetapi efisiensi penerimaan pajak daerah dengan

presentase efisiensi di bawah 10%, menunjukkan bahwa penerimaan

retribusi daerah sangat efektif.

3. Analisis Kontribusi Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah

Suatu analisis yang bertujuan untuk menentukan seberapa besar dampak

yang dapat dihasilkan dari penerimaan pajak terhadap Pendapatan Asli

Daerah, kemudian membandingkan penerimaan pajak dan realisasi pajak

daerah terhadap PAD. Selain itu, analisis data kontribusi pajak daerah

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan untuk menentukan

besarnya dampak pajak daerah terhadap PAD Provinsi Kalіmantan

Utara.

Data menunjukkan bahwa seluruh tingkat kontribusi pajak daerah

terhadap PAD dari tahun 2017-2021 sangat buruk, dengan presentase

50
rata-rata sebesar 63,16%, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.20 di

lampiran. Kontribusi tertinggi pada tahun 2018 sebesar 67,65% dan

terendah pada tahun 2021 sebesar 57,93%. Kontribusi tahun 2018

mengalami kenaikan dari tahun 2017 sebesar 3,66% dari 63,99%

menjadi 67,65%, tetapi kemudian mengalami penurunan di tahun 2019

sebesar 3,99% dari 67,65% menjadi 63,66% karena pandemi COVID-

19. Kontribusi selanjutnya mengalami penurunan di tahun 2020 sebesar

1,09% dari 63,66% menjadi 62,57%, dan kemudian tahun 2021

mengalami penurunan. Meskipun ada kenaikan dan penurunan, PAD

tetap menghasilkan lebih dari 50%, yang menunjukkan bahwa kontribusi

pajak terhadap PAD sangat kecil.

4. Analisis Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Suatu analisis yang dilakukan untuk menentukan seberapa besar dampak

yang dapat dihasilkan dari penerimaan retribusi daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah, kemudian membandingkan penerimaan

retribusi daerah terhadap PAD dan pajak. Selain itu, analisis data

retribusi daerah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan untuk

mengetahui seberapa besar dampak retribusi daerah terhadap PAD

Provinsi Kalіmantan Utara.

Berdasarkan rasio retribusi daerah (tabel 4.21 pada lampiran), data

menunjukkan bahwa tingkat kontribusi retribusi daerah secara

keseluruhan terhadap PAD dari tahun 2017 hingga 2021 sangat rendah,

51
dengan presentase rata-rata sebesar 0,59%. Tingkat kontribusi tertinggi

pada tahun 2021 adalah 0,91%, dan yang terendah pada tahun 2017

adalah 0,02%. Kontribusi 2018 mengalami kenaikan dari tahun 2017

sebesar 0,26% dari 0,02% menjadi 0,28%, kemudian kenaikan di tahun

2019 sebesar 0,62% dari 0,28% menjadi 0,90%, kemudian kenaikan di

tahun 2020 sebesar 0,03% dari 0,90% menjadi 0,87%, dan kenaikan di

tahun 2021 sebesar 0,04% dari 0,87% menjadi 0,91%. Meskipun ada

peningkatan dan penurunan, hasilnya tetap antara 0 dan 10%, yang

menunjukkan bahwa kontribusi pajak terhadap PAD sangat rendah.

5. Analisis Pendapatan Perkapita Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun

2017-2021

Sebuah analisis dilakukan untuk menentukan hubungan antara PAD

Provinsi Kalimantan Utara dan Pendapatan Perkapita Daerah.

Berdasarkan rasio retribusi daerah, data menunjukkan bahwa PAD tahun

2017 sebesar 482.740.846.005,72 dengan Pendapatan Perkapita sebesar

3.416.261,496, dan PAD tahun 2018 sebesar 574.088.357.593,08

dengan Pendapatan Perkapita sebesar 3.382.620,776. PAD 2019 adalah

655.846.206.222,83 dengan pendapatan perkapita 3.552.218,51; PAD

2020 adalah 557.646.133.462,35 dengan pendapatan perkapita

3.609.557,922; dan PAD 2021 adalah 677.803.723.304,94 dengan

pendapatan perkapita 3.554.765,073. PAD dan Pendapatan Perkapita

Provinsi Kalimantan Utara meningkat dan menurun setiap tahun dari

tahun 2017 hingga 2018.

52
4.3. Uji Hipotesis

1. Uji Beda t-test Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Efektivitas pajak dan retribusi daerah dapat dinilai dengan menggunakan

uji beda t-test. Uji perbedaan t-test dilakukan dengan SPSS.

Berdasarkan tabel 4.23 pada lampiran, data menunjukkan bahwa hasil

rata-rata uji beda t-test efektifitas adalah 99,7960 untuk pajak daerah

dari 2017 hingga 2021, dan 222,3800 untuk retribusi daerah selama 5

tahun. Jika dibandingkan dengan efektivitas rata-rata untuk pajak dan

retribusi daerah selama lima tahun berturut-turut, dapat disimpulkan

bahwa hal itu akan menunjukkan perbedaan.

Hasil uji sampel independen di atas menunjukkan bahwa nilai F dari tes

Levene sebesar 6,341 dengan probabilitas 0,036. Ini ditunjukkan dalam

tabel 4.24 di lampiran. Dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05,

dapat disimpulkan bahwa efekivitas antara pajak daerah dan retribusi

daerah tidak sama. Setelah memeriksa perbedaan uji, t-test harus

menggunakan asumsi perbedaan t yang sama. Menurut output SPSS,

nilai t pada asumsi perbedaan t yang sama adalah -0,873, dengan

probabilitas siqnifikansi 0,408 (two tail). Dengan asumsi bahwa nilai

probabilitasnya lebih dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

rata-rata untuk pajak dan retribusi daerah adalah sama.

53
2. Uji Beda t-test Efisiensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Efisensi daerah pajak dan retribusi diukur dengan uji beda t-test. Uji

perbedaan t-test dilakukan dengan SPSS. Efektivitas rata-rata untuk

pajak daerah dari 2017 hingga 2021 adalah 2,4320 dan untuk retribusi

daerah selama 5 tahun adalah 3,1280, seperti yang ditunjukkan oleh

tabel 4.25 di lampiran. Hasil t-test efisiensi uji beda rata-rata adalah

2,4320. Jika dibandingkan dengan efek rata-rata untuk pajak dan

retribusi daerah selama lima tahun berturut-turut, dapat disimpulkan

bahwa hasilnya akan berbeda.

Menurut tabel 4.26 pada lampiran, data menunjukkan bahwa hasil uji

sampel independen di atas menunjukkan bahwa hitung Levene test

memiliki nilai F sebesar 6,864 dengan probabilitas 0,031. Karena nilai

probabilitas lebih kecil adalah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas antara pajak daerah dan retribusi daerah tidak memiliki

perbedaan yang signifikan. Dengan demikian analisis uji beda t-test

harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari output SPSS,

terlihat bahwa nilai t pada variance assumed egal adalah -0,347 dengan

probabilitas siqnifikansi 0,738 (dua kali), jadi dapat disimpulkan bahwa

efisiensi rata-rata untuk pajak daerah dan retribusi daerah adalah sama.

54
3. Uji Beda t-test Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk menentukan apakah ada perbedaan antara kontribusi pajak daerah

dan kontribusi retribusi daerah, uji beda t-test dilakukan dengan SPSS.

Kontribusi untuk pajak daerah dari tahun 2017 hingga 2021 rata-rata

adalah 63,1600, dan kontribusi untuk retribusi daerah selama 5 tahun

rata-rata adalah 0,5960, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.27 di

lampiran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, melihat rata-rata

kontribusi untuk pajak daerah dan retribusi daerah selama 5 tahun

berturut-turut, tidak ada perbedaan.

Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.28 di lampiran, hasil uji sampel

independen menunjukkan bahwa nilai F hitung uji Levene sebesar 3,571

dengan probabilitas 0,095. Karena nilai probabilitas lebih besar dari

0,05, dapat disimpulkan bahwa kontribusi antara pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap PAD memiliki variasi yang sama. Oleh karena

itu, analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi perbedaan sama.

Output SPSS menunjukkan nilai t pada asumsi perbedaan sama adalah

39,769, dengan probabilitas siqnifikansi 0,000 (dua ekor). Ada

kemungkinan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki

efisiensi rata-rata yang berbeda, karena nilai probabilitasnya lebih kecil

dari 0,05.

55
4. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan

Perkapita Daerah Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021

Pengaruh PAD terhadap pendapatan per kapita diukur dengan uji t. Nilai

probabilitas dari pengujian untuk masing-masing variable dibandingkan

dengan tingkat signifikan α (5%).

Hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

a. Ho:β=0

Menunjukkan bahwa PAD tidak memiliki dampak yang signifikan

terhadap pendapatan perkapita.

b. Ha:β≠0

Menunjukkan bahwa PAD memiliki dampak yang signifikan

terhadap pendapatan perkapita.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak.

b. Apabila probabilitas signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima

Data menunjukkan nilai probabilitas stress kerja sebesar 0,288, seperti

yang ditunjukkan dalam tabel 4.29 yang dilampirkan. Dengan demikian,

nilai 0,288 lebih besar dari 0,05, yang berarti nilai kemungkinan stress

kerja adalah 0,288. Hasilnya menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mempengaruhi pendapatan

perkapita Kalimantan Utara secara signifikan. Hasilnya menunjukkan

56
bahwa pendapatan per kapita masyarakat di daerah Kalimantan Utara

tidak meningkat dengan peningkatan PAD.

4.4. Pembahasan

1. Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara

anggaran tahun 2017-2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari tahun 2017 hingga 2021,

efektivitas pajak daerah Provinsi Kalimantan Utara mengalami

peningkatan dan penurunan, tetapi tetap memberikan hasil rata-rata

sebesar 99,79%, yang menunjukkan bahwa pajak daerah tergolong

efektif. Efektivitas retribusi daerah juga mengalami kenaikan, dengan

hasil rata-rata sebesar 222,38%, yang menunjukkan bahwa retribusi

daerah sangat efektif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan et al. (2020), yang

menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari 2018-2021 sangat efektif

dengan presentase rata-rata 118,31%. Penelitian Sulistiyanto (2018)

menemukan hasil yang sama, dengan tingkat efektivitas pajak daerah

rata-rata 14,42% dan tingkat efektivitas retribusi daerah rata-rata

14,42% dari 2010 hingga 2014.

Karena pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor,

pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak

rokok yang diberlakukan oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Utara

berdampak besar pada komponen PAD, tingkat efektivitas pajak daerah

dari tahun 2017 hingga 2021 sangat tinggi. Selanjutnya, ada beberapa

57
alasan mengapa retribusi daerah sangat efektif untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Utara. Salah

satunya adalah bahwa peraturan yang dibuat sejauh ini telah sesuai

dengan praktik di lapangan.

Retribusi adalah iuran yang dipungut oleh pemerintah daerah, tetapi

tidak wajib. Ini memiliki paksaan ekonomi, yang berarti bahwa

meskipun seseorang tidak akan terkena sanksi karena tidak membayar,

mereka tidak akan dapat menggunakan layanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah. Retribusi juga dibebankan kepada individu atau

organisasi yang menggunakan layanan yang disediakan oleh pemerintah

daerah.

2. Efisiensi Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara

anggaran tahun 2017-2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun tingkat efisiensi

penerimaan pajak daerah Provinsi Kalimantan Utara mengalami

peningkatan dan penurunan dari tahun 2017 hingga 2021, presentase

efisiensi di bawah 10% menunjukkan bahwa penerimaan pajak sangat

efisien, dan presentase efisiensi di bawah 10% menunjukkan bahwa

penerimaan pajak daerah sangat efisien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Yakub et al. (2022) yang menunjukkan bahwa, meskipun

ada peningkatan dan penurunan tingkat efisiensi setiap tahun, tingkat

efisiensi dari tahun 2013 hingga 2019 dikategorikan sangat efisien.

58
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yoduke dan Ayem (2015),

tingkat efisiensi penerimaan pajak daerah Kabupaten Bantul dari tahun

2009 hingga 2014 dianggap sangat efisien; namun, tingkat efisiensi

retribusi daerah dianggap sangat tidak efisien.

Pajak daerah dan retribusi daerah di Provinsi Kalimantan Utara sangat

efisien dari tahun 2017 hingga 2021 karena kemajuan pemerintah dalam

desain aturan melalui Peraturan Daerah yang diterapkan dengan pola

dan sistem yang terencana secara matang dan implementasi aplikasi

yang telah diawasi. Selain itu, biaya yang dialokasikan untuk memungut

pajak relatif lebih rendah, sehingga pemerintah Provinsi Kalimantan

Utara menggunakan fungsi budgeting-nya dengan bijak.

3. Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Provinsi Kalimantan Utara anggaran tahun 2017-2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, antara tahun 2017 dan 2021,

tingkat kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD Provinsi

Kalimantan Utara mengalami peningkatan dan penurunan, tetapi tetap

memberikan hasil di atas 50%. Ini menunjukkan bahwa kontribusi pajak

terhadap PAD sangat baik, sementara kontribusi retribusi daerah sangat

rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Yakub et al. (2022) yang menunjukkan bahwa rasio

kontribusi pajak daerah sangat baik, dan bahwa retribusi daerah

menunjukkan pencapaian PAD Provinsi Kalimantan Timur yang sangat

rendah. Penelitian Damanik et al. (2019) menemukan bahwa tingkat

59
kontribusi pajak daerah Kota Pematangsiantar memenuhi kriteria yang

cukup baik, dan tingkat kontribusi pajak daerah sangat tinggi.

Tingkat kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD Provinsi

Kalimantan Utara periode 2017-2021 sangat tinggi, tetapi tingkat

kontribusi retribusi daerah sangat rendah. Ini karena masyarakat percaya

bahwa pajak daerah adalah sesuatu yang wajib dan dapat dikenakan

sanksi, sehingga mereka takut akan denda jika tidak mematuhinya.

Retribusi hanya dapat dikenakan apabila pemerintah daerah memberikan

pelayanan langsung atau izin tertentu. Layanan dan izin tersebut

diberikan apabila orang pribadi atau badan meminta jasa atau meminta

izin tertentu.

4. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan Perkapita

Daerah Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021

Pendapatan daerah yang berasal dari hasil pajak, retribusi, pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan, dan sumber pendapatan lain yang sah

dikenal sebagai pendapatan asli daerah. Tujuan dari pendapatan asli

daerah adalah untuk memberi daerah kemampuan untuk menggali dana

untuk menerapkan otonomi daerah sebagai bagian dari desentralisasi.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

pendapatan perkapita masyarakat, pendapatan asli daerah harus terus

meningkat (Siregar, 2015).

Hasil uji t menunjukkan nilai probabilitas stress kerja sebesar 0,288,

yang berarti nilai 0,288 lebih besar dari 0,05. Nilai ini menunjukkan

60
bahwa nilai probabilitas stress kerja lebih rendah dari 0,05, yaitu 0,288.

Hasilnya menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pendapatan perkapita masyarakat Kalimantan Utara. Kesimpulannya,

peningkatan PAD tidak meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

Kalimantan Utara.

Penelitian sebelumnya tentang "Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan

Asli Daerah, dan Pendapatan Transfer terhadap Pendapatan Perkapita di

Kota Medan", yang dilakukan oleh Febby Kurnia Rahmadhani pada

tahun 2019 berbeda dengan hasil ini. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa PAD berdampak positif dan signifikan terhadap

pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan.

61
BAB V

KESỊMPULAN, KETERBATASAN DAN PENELỊTỊAN SELANJUTNYA

5.1. Kesimpulan

1. Menurut hasil analisis, pajak daerah dianggap efektif, dengan tingkat

efektivitas tertinggi pada tahun 2018 sebesar 114,74% dan tingkat

efektivitas terendah pada tahun 2020 sebesar 84,75%. Meskipun

terjadi peningkatan dan penurunan dari tahun 2017 hingga 2021, hasil

rata-ratanya tetap 99,79%. Retribusi daerah dianggap sangat efektif,

dengan tingkat efektivitas tertinggi sebesar 781,00% pada tahun 2018

dan tingkat efektivitas terendah sebesar 29,08% pada 2019. Meskipun

ada peningkatan dan penurunan dari 2017 hingga 2021, hasil rata-

ratanya tetap 222,38%.

2. Menurut hasil analisis, efisiensi penerimaan pajak sangat efisien,

dengan tingkat tertinggi pada tahun 2020 sebesar 0,98% dan tingkat

terendah pada tahun 2021 sebesar 3,28%. Meskipun ada peningkatan

dan penurunan dari tahun 2017 hingga 2021, efisiensi penerimaan

pajak daerah tetap di bawah presentase efisiensi 10%. Sementara

tingkat efisiensi tertinggi pada tahun 2017 dan 2018 adalah nol dan

tingkat terendah pada tahun 2019 adalah 10,32%, efisiensi

penerimaan pajak daerah tetap rendah dengan presentase efisiensi di

bawah 10%, menunjukkan bahwa penerimaan pajak daerah sangat

efisien.

62
3. Menurut hasil analisis, tingkat kontribusi tertinggi pada tahun 2018

sebesar 67,65% dan tingkat kontribusi terendah pada tahun 2021

sebesar 57,93%, meskipun naik dan turun tetapi tetap memberikan

hasil di atas 50%, menunjukkan bahwa kontribusi pajak terhadap

PAD sangat baik. Tingkat kontribusi tertinggi pada tahun 2021

sebesar 0,91% dan tingkat kontribusi terendah pada tahun 2017

sebesar 0,02%, meskipun mengalami kenaikan dan penurunan, tetap

memberikan hasil antara 0 dan 10%, yang menunjukkan bahwa

kontribusi pajak terhadap PAD sangat rendah.

5.2. Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya

1. Keterbatasan

Tidak ada analisis yang dilakukan tentang pengaruh jumlah penduduk

terhadap pendapatan asli daerah dan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu, tidak ada penelitian

yang lebih mendalam tentang sektor usaha mana yang berkontribusi

secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.

2. Penelitian Selanjutnya

Selanjutnya, peneliti harus melakukan penelitian tentang Pendapatan

Asli Daerah dengan mempertimbangkan faktor lain seperti

kemampuan masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajak mereka,

pengaruh populasi, dan sektor usaha yang memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

63
DAFTAR PUSTAKA

64
Lampiran 1

1. Pajak Daerah

Table 4.1
Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2017
No Jenis Target Realisasi %
1 Pajak Kendaraan Rp 65.159.038.013,00 Rp 64.356.956.309,00 98,77
Bermotor (PKB)
2 Bea Balik Nama Rp 71.348.954.375,00 Rp 60.635.537.125,00 84,98
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
3 Pajak Bahan Rp 125.000.000.000,00 Rp 147.728.610.757,00 118,18
Bakar Kendaraan
Bermotor
4 Pajak Air Rp 752.250.000,00 Rp 982.097.546,00 130,55
Permukaan
5 Pajak Rokok Rp 35.168.066.000,00 Rp 35.249.202.678,00 100,23
Jumlah Rp 297.428.308.388,00 Rp 308.952.404.415,00 103,87
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.2
Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2018
No Jenis Target Realisasi %
1 Pajak Kendaraan Rp 71.500.000.000,00 Rp 74.495.495.344,00 104,19
Bermotor (PKB)
2 Bea Balik Nama Rp 72.000.000.000,00 Rp 81.113.348.864,00 112,66
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
3 Pajak Bahan Rp 155.000.000.000,00 Rp 196.798.221.878,00 126,97
Bakar Kendaraan
Bermotor
4 Pajak Air Rp 1.500.000.000,00 Rp 1.041.195.264,00 69,41
Permukaan
5 Pajak Rokok Rp 38.500.000.000,00 Rp 34.940.502.139,00 90,75
Jumlah Rp 338.500.000.000,00 Rp 388.388.763.489,00 114,74
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

65
Table 4.3
Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2019
No Jenis Target Realisasi %
1 Pajak Kendaraan Rp 78.720.000.000,00 Rp 77.601.268.269,00 98,58
Bermotor (PKB)
2 Bea Balik Nama Rp 86.862.500.000,00 Rp 96.253.715.873,00 110,81
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
3 Pajak Bahan Rp 195.000.000.000,00 Rp 204.339.148.746,00 104,79
Bakar Kendaraan
Bermotor
4 Pajak Air Rp 1.500.000.000,00 Rp 1.653.433.575,00 110,23
Permukaan
5 Pajak Rokok Rp 37.939.135.615,00 Rp 37.689.395.281,00 99,34
Jumlah Rp 400.021.635.615,00 Rp 417.536.961.744,00 104,38
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.4
Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2020
No Jenis Target Realisasi %
1 Pajak Kendaraan Rp 85.000.000.000,00 Rp 74.007.757.312,00 87,07
Bermotor (PKB)
2 Bea Balik Nama Rp 80.000.000.000,00 Rp 73.824.923.094,00 92,28
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
3 Pajak Bahan Rp 205.249.287.330,71 Rp 151.370.797.485,00 73,75
Bakar Kendaraan
Bermotor
4 Pajak Air Rp 3.000.000.000,00 Rp 2.352.200.180,00 78,41
Permukaan
5 Pajak Rokok Rp 38.500.000.000,00 Rp 47.394.158.707,00 123,10
Jumlah Rp 411.749.287.330,71 Rp 348.949.836.778,00 84,75
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

66
Table 4.5
Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2021
No Jenis Target Realisasi %
1 Pajak Kendaraan Rp 93.500.000.000,00 Rp 83,46
Bermotor (PKB) 78.039.743.300,00
2 Bea Balik Nama Rp 88.000.000.000,00 Rp 84.302.053.100,00 95,80
Kendaraan
Bermotor
(BBNKB)
3 Pajak Bahan Rp 203.500.000.000,00 Rp 181.615.199.850,00 89,25
Bakar Kendaraan
Bermotor
4 Pajak Air Rp 3.300.000.000,00 Rp 2.901.511.614,00 87,92
Permukaan
5 Pajak Rokok Rp 42.084.170.522,00 Rp 45.827.897.679,00 108,90
Jumlah Rp 430.384.170.522,00 Rp 392.686.405.543,00 91,24
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

2. Restribusi Daerah

Table 4.6
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2017
No Jenis Target Realisasi %
1 Retribusi Rp 140.000.000,00 Rp 137.040.500,00 97,89
Pemakaian
Kekayaan Daerah
Jumlah Rp 140.000.000,00 Rp 137.040.500,00 97,89
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.7
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2018
No Jenis Target Realisasi %
1 Pemakaian Kekayaan Rp 210.000.000,00 Rp 387.118.855,00 184,34
Daerah
2 Pengolahan Limbah Rp 0,00 Rp 0,00 0,00
Cair
3 Pelayanan Pelabuhan Rp 0,00 Rp 1.084.270.990,00 0,00
4 Perpanjangan izin Rp 0,00 Rp 163.601.300,00 0,00
Memperkerjakan
Tenaga Kerja Asing
(iMTA)
5 Pemanfaatan Rp 0,00 Rp 5.100.000,00 0,00
Perlengkapan Lainnya
Jumlah Rp 210.000.000,00 Rp 1.640.091.145,00 781,00
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

67
Table 4.8
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2019
No Jenis Target Realisasi %
1 Pemakaian Rp 10.210.000.000,00 Rp 493.652.940,00 4,83
Kekayaan Daerah
2 Pelayanan Rp 0,00 Rp 102.799.000,00 0,00
Rekreasi dan Olah
Raga
3 Pelayanan Rp 10.000.000.000,00 Rp 5.174.601.147,00 51,75
Pelabuhan
4 Perpanjangan izin Rp 100.000.000,00 Rp 101.844.000,00 101,84
Memperkerjakan
Tenaga Kerja
Asing (iMTA)
5 Pemanfaatan Rp 0,00 Rp 32.557.500,00 0,00
Perlengkapan
Lainnya
Jumlah Rp 20.310.000.000,00 Rp 5.905.454.587,00 29,08
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.9
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2020
No Jenis Target Realisasi %
1 Pemakaian Rp 185.000.000,00 Rp 342.534.940,00 185,15
Kekayaan Daerah
2 Pelayanan Rp 50.000.000,00 Rp 57.855.000,00 115,71
Rekreasi dan Olah
Raga
3 Pelayanan Rp 4.400.000.000,00 Rp 4.136.545.563,00 94,01
Pelabuhan
4 Perpanjangan izin Rp 250.000.000,00 Rp 295.795.200,00 118,32
Memperkerjakan
Tenaga Kerja
Asing (iMTA)
5 Pemanfaatan Rp 180.000.000,00 Rp 23.511.500,00 13,06
Perlengkapan
Lainnya
Jumlah Rp 5.065.000.000,00 Rp 4.856.242.203,00 95,88
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

68
Table 4.10
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2021
No Jenis Target Realisasi %
1 Jasa Usaha Rp 5.500.000.000,00 Rp 5.887.205.428,00 107,04
2 Perizinan Tertentu Rp 250.000.000,00 Rp 325.481.400,00 130,19
Jumlah Rp 5.750.000.000,00 Rp 6.212.686.828,00 108,05
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Table 4.11
Target dan Realisasi Laba BUMD Tahun 2017
No Sumber Target Realisasi %
1 Laba atas Penyertaan Rp 0,00 Rp 0,00
Modal pada Perusahaan 32.576.306,64
Milik Daerah/BUMD
Jumlah Rp 0,00 Rp 32.576.306,64 0,00
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.12
Target dan Realisasi Laba BUMD Tahun 2018
No Sumber Target Realisasi %
1 Laba atas Penyertaan Rp 11.268.969.572,27 Rp 11.268.969.572,27 100
Modal pada
Perusahaan Milik
Daerah/BUMD
Jumlah Rp 11.268.969.572,27 Rp 11.268.969.572,27 100
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.12
Target dan Realisasi Laba BUMD Tahun 2019
No Sumber Target Realisasi %
1 Laba atas Penyertaan Rp Rp 11.428.544.713,99 100
Modal pada 11.428.544.713,99
Perusahaan Milik
Daerah/BUMD
Jumlah Rp Rp 11.428.544.713,99 100
11.428.544.713,99
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

69
Table 4.13
Target dan Realisasi Laba BUMD Tahun 2020
No Sumber Target Realisasi %
1 Laba atas Penyertaan Rp 7.455.831.909,73 Rp 7.455.831.909,73 100
Modal pada
Perusahaan Milik
Daerah/BUMD
Jumlah Rp 7.455.831.909,73 Rp 7.455.831.909,73 100
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.14
Target dan Realisasi Laba BUMD Tahun 2021
No Sumber Target Realisasi %
1 Laba atas Penyertaan Rp 8.205.702.460,00 Rp 8.205.702.460,00 100
Modal pada
Perusahaan Milik
Daerah/BUMD
Jumlah Rp 8.205.702.460,00 Rp 8.205.702.460,00 100
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

4. Pendapatan Perkapita Provinsi Kalimantan Utara


Table 4.15
Pendapatan Perkapita Provinsi Kalimantan Utara tahun 2017-2021
Tahun Jumlah Pendapatan Daerah Pendapatan Perkapita
Penduduk
2017 691.058 Rp 2.360.834.836.792,14 Rp 3.416.261,496
2018 716.407 Rp 2.423.333.202.128,61 Rp 3.382.620,776
2019 742.245 Rp 2.636.616.427.854,99 Rp 3.552.218,51
2020 701.814 Rp 2.533.238.283.423,15 Rp 3.609.557,922
2021 713.622 Rp 2.536.758.560.876,00 Rp 3.554.765,073
Sumber: BAPENDA Provinsi Kalimantan Utara

5. Efektivitas Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Utara


Table 4.16
Tingkat Efektivitas Pajak Daerah
Tahun Total Target Pajak Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Pajak Efektivitas Efektivitas
2017 Rp 297.428.308.388,00 Rp 308.952.404.415,00 103,87 Sangat Efektif
2018 Rp 338.500.000.000,00 Rp 388.388.763.489,00 114,74 Sangat Efektif
2019 Rp 400.021.635.615,00 Rp 417.536.961.744,00 104,38 Sangat Efektif
2020 Rp 411.749.287.330,71 Rp 348.949.836.778,00 84,75 Cukup Efektif
2021 Rp 430.384.170.522,00 Rp 392.686.405.543,00 91,24 Efektif
Rata-Rata 99,79 Efektif
Sumber: Data Olahan 2023

70
6. Efektivitas Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.17
Tingkat Efektivitas Retribusi Daerah
Tahun Total Retribusi Daerah Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Retribusi Daerah Efektivitas Efektivitas
2017 Rp 140.000.000,00 Rp 137.040.500,00 97,89 Efektif
2018 Rp 210.000.000,00 Rp 1.640.091.145,00 781,00 Sangat Efektif
2019 Rp 20.310.000.000,00 Rp 5.905.454.587,00 29,08 Tidak Efektif
2020 Rp 5.065.000.000,00 Rp 4.856.242.203,00 95,88 Efektif
2021 Rp 5.750.000.000,00 Rp 6.212.686.828,00 108,05 Sangat Efektif
Rata-Rata 222,38 Sangat Efektif
Sumber: Data Olahan 2023

7. Efisiensi Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.18
Tingkat Efisiensi Pajak Daerah
Tahun Biaya Pemungutan Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Pajak Daerah Pajak Daerah Efektivitas Efektivitas
2017 Rp 8.427.000.000,00 Rp 308.952.404.415,00 2,72 Sangat Efisien
2018 Rp 9.000.000.000,00 Rp 388.388.763.489,00 2,31 Sangat Efisien
2019 Rp 12.001.000.000,00 Rp 417.536.961.744,00 2,87 Sangat Efisien
2020 Rp 3.437.585.628,00 Rp 348.949.836.778,00 0,98 Sangat Efisien
2021 Rp 12.911.525.115,00 Rp 392.686.405.543,00 3,28 Sangat Efisien
Rata-Rata 2,43 Sangat Efisien
Sumber: Data Olahan 2023

8. Efisiensi Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.19
Tingkat Efisiensi Retribusi Daerah
Tahun Biaya Pemungutan Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Retribusi Daerah Retribusi Daerah Efektivitas Efektivitas
2017 Rp 0,00 Rp 137.040.500,00 0 Sangat Efisien
2018 Rp 0,00 Rp 1.640.091.145,00 0 Sangat Efisien
2019 Rp 610.000.000,00 Rp 5.905.454.587,00 10,32 Efisien
2020 Rp 211.950.000,00 Rp 4.856.242.203,00 4,36 Sangat Efisien
2021 Rp 60.000.000,00 Rp 6.212.686.828,00 0,96 Sangat Efisien
Rata-Rata 3,12 Sangat Efisien
Sumber: Data Olahan 2023

71
9. Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.20
Tingkat Kontribusi Pajak Daerah
Tahun Realisasi Penerimaan Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Pajak Daerah PAD Kontribusi Kontribusi
2017 Rp 308.952.404.415,00 Rp 482.740.846.005,72 63,99 Sangat Baik
2018 Rp 388.388.763.489,00 Rp 574.088.357.593,08 67,65 Sangat Baik
2019 Rp 417.536.961.744,00 Rp 655.846.206.222,83 63,66 Sangat Baik
2020 Rp 348.949.836.778,00 Rp 557.646.133.462,35 62,57 Sangat Baik
2021 Rp 392.686.405.543,00 Rp 677.803.723.304,94 57,93 Sangat Baik
Rata-Rata 63,16 Sangat Baik
Sumber: Data Olahan 2023

10. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Kalimantan Utara

Table 4.21
Tingkat Kontribusi Retribusi Daerah
Tahun Realisasi Penerimaan Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria
Retribusi Daerah PAD Kontribusi Kontribusi
2017 Rp 137.040.500,00 Rp 482.740.846.005,72 0,02 Sangat Kurang
2018 Rp 1.640.091.145,00 Rp 574.088.357.593,08 0,28 Sangat Kurang
2019 Rp 5.905.454.587,00 Rp 655.846.206.222,83 0,90 Sangat Kurang
2020 Rp 4.856.242.203,00 Rp 557.646.133.462,35 0,87 Sangat Kurang
2021 Rp 6.212.686.828,00 Rp 677.803.723.304,94 0,91 Sangat Kurang
Rata-Rata 0,59 Sangat Kurang
Sumber: Data Olahan 2023

11. Pendapatan PAD terhadap Perkapita Provinsi Kalimantan Utara

Table 4.22
Aanalisis Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Perkapita
Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Perkapita
(PAD)
2017 Rp 482.740.846.005,72 Rp 3.416.261,496
2018 Rp 574.088.357.593,08 Rp 3.382.620,776
2019 Rp 655.846.206.222,83 Rp 3.552.218,51
2020 Rp 557.646.133.462,35 Rp 3.609.557,922
2021 Rp 677.803.723.304,94 Rp 3.554.765,073
Sumber: Data Olahan 2023

72
12. Uji beda t test Efektivitas pendapatan daerah dan retribusi daerah terhadap PAD

Table 4.23
Hasil Rata-Rata Uji Beda t-test Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara Periode 2017-
2021
Group Statistics
Variabel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Efektivitas PD 5 99.7960 11.83766 5.29396
RD 5 222.3800 313.84413 140.35536
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2023

Table 4.24
Hasil Uji Beda t-test Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara Periode 2017-2021
independent Samples Test
Levene's Test for t-test for Equality of Means
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence interval
tailed) Difference Difference of the Difference
Lower Upper

Efekti Equal
vitas variances 6.341 .036 -.873 8 .408 -122.58400 140.45517 -446.47419 201.30619
assumed
Equal
variances not -.873 4.011 .432 -122.58400 140.45517 -512.11409 266.94609
assumed
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2023

73
13. Uji beda t test Efisiensi pendapatan daerah dan retribusi daerah terhadap PAD

Table 4.25
Hasil Rata-Rata Uji Beda t-test Efisiensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara Periode 2017-2021
Group Statistics
Variabel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Efisiensi PD 5 2.4320 .88276 .39478
RD 5 3.1280 4.40204 1.96865
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2023

Table 4.26
Hasil Uji Beda t-test Efisiensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Provinsi Kalimantan Utara Periode 2017-2021
independent Samples Test
Levene’s Test for t-test for Equality of Means
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence
tailed) Difference Difference interval of the
Difference
Lower Upper

Efekti Equal variances


6.864 .031 -.347 8 .738 -.69600 2.00784 -5.32610 3.93410
vitas assumed
Equal variances not
-.347 4.321 .745 -.69600 2.00784 -6.11099 4.71899
assumed
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2023

74
14. Kontribusi pendapatan daerah dan retribusi daerah terhadap PAD
Table 4.27
Hasil Rata-Rata Uji Beda t-test Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Provinsi Kalimantan Utara Periode 2017-2021
Group Statistics
Variabel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kontribusi PD 5 63.1600 3.49285 1.56205
RD 5 .5960 .41765 .18678
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2023

Table 4.28
Hasil Uji Beda t-test Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Kalimantan Utara Periode 2017-2021
independent Samples Test
Levene’s Test for t-test for Equality of Means
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence interval
tailed) Difference Difference of the Difference
Lower Upper

Kontri Equal variances


3.571 .095 39.769 8 .000 62.56400 1.57318 58.93625 66.19175
busi assumed
Equal variances
39.769 4.114 .000 62.56400 1.57318 58.24362 66.88438
not assumed
Sumber: Data Primer Terolah 2023

75
15. PAD terhadap Pendapatan Perkapita

Table 4.29
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Perkapita Daerah Kalimantan Utara tahun 2017-2021
Coefficients
Model B Std. Error T Sig.
1 (Constant) 3877066.520 293138.318 13.226 .001
PAD -6.629E-7 .000 -1.288 .288
Sumber: Data Primer Terolah 2023

76

Anda mungkin juga menyukai