Abyan Hernanda1*, Adhitia Noviani1, Deni Pebrianto1, Khusnul Indah Utami1, &
Salsabila Yasmin1.
1
Universitas Muhammadiyah Magelang
*hernandaabyan@gmail.com
Abstract
This study aims to analyze the effect of Regional Original Income (PAD), Balancing Funds, and Capital
Expenditures on the level of regional financial independence in South Bangka Belitung Province Regional financial
independence is an important indicator in assessing the ability of a region to manage its own finances without
being overly dependent on external funding sources. In addition, the Balancing Fund also has a significant positive
influence on the level of regional financial independence. With the balancing funds received from the central
government, the regions have additional funding sources that can increase their level of financial independence.
This research has important policy implications for local government in South Bangka Belitung. To increase the
level of regional financial independence, local governments need to increase local revenue (PAD) through
increasing existing sources of income. In addition, local governments also need to obtain adequate balancing
funds to strengthen the regional financial position.
Keywords : Regional Original Income (ROI), Balancing Fund, Capital Expenditure, Level of Regional Financial
Independence.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Belanja Modal terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah di Provinsi Bangka Belitung. Kemandirian
keuangan daerah merupakan indikator penting dalam menilai kemampuan suatu daerah untuk mengelola
keuangan mereka sendiri tanpa terlalu bergantung pada sumber pendanaan eksternal. Selain itu, Dana
Perimbangan juga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Dengan adanya dana perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat, daerah memiliki sumber pendanaan
tambahan yang dapat meningkatkan tingkat kemandirian keuangan mereka. Penelitian ini memiliki implikasi
kebijakan yang penting bagi pemerintah daerah di Bangka Belitung Selatan. Untuk meningkatkan tingkat
kemandirian keuangan daerah, pemerintah daerah perlu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
peningkatan sumber-sumber pendapatan yang ada. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memperoleh dana
perimbangan yang memadai untuk memperkuat posisi keuangan daerah.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Modal, Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah
PENDAHULUAN
Penerapan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal yang tertuang dalam Und
ang–Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang–Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan D
aerah yang kemudian dilakukan revisi atau perubahan sehingga bergeser ke Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nom
or 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daer
ah. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia telah membawa perubahan dalam siste
m Pemerintahan Indonesia, yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di berbagai da
erah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada d
aerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentin
gan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi Daerah dianggap sebagai metode untuk mendorong pembangunan
daerah dengan menggantikan sistem pembangunan terpusat yang dianggap tidak
mampu mempercepat pebangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan di
berbagai daerah. Tujuan utaman daripelksanaan otonomi daerah adaah memberikan
kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangannya secara mandiri dan
mengatur keuangan sesuai dengan kebutuhan setiap daerahnya, sehingga diharapkan
tingkat kesejahteraan dapat meningkat secara merata dan cepat. Selain itu otonomi
daerah juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Melalui
pelaksanaan otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan potensi daerahnya untuk mencapaipembangunan yang lebih baik.
Otonomi Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip - prinsip demokratis, prinsip
masyarakat, keadilan, dan pemerataan, dengan tetap memperhatikan keanekaragaman
dan potensi setiap daerah. Ini berarti bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan
untuk menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki untuk keperluan belanja daerah
dengan mempertimbangkan prinsip kepatuhan dan kemampuan daerah yang
tercantum dalam anggaran daerah. Pembangunan daerah harus didasarkanpada
perncanaan yang telah ditetapkan dalam pola dasar pembagunan, arah kebijakan
umum dan Anggaran dan Belanja Daerah (APBD).
200,000,000,000
150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
0
2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
Tingkat Kemandirian
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2016 2017 2018 2019 2020
Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
Pemberian otonomi daerah diharapkan setiap daerah untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan, pembangunan infrastruktur, dan penyediaan fasilitas umum
yang menjadi tanggungjawab mereka. Pemerintah daerah diarahkan untuk mengelola
pendapatan daerah secara mandiri untuk membangun pembangunan ekonomi daerah.
Kemandirian daerah otonom tergantung pada dua faktor utama yaitu kemampuan
keuangan daerah dalam memanfaatkan sumber pendapatan yang ada dan
ketergantungan daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat. Kemampuan daerah
dalam mengelola keuangan terlihat dalam laporan APBD, yang mencerminkan
penggunaan potensi penuh untuk mendanai kegiatan pemeintah dan pembangunan
daerah.
Menurut Undang - Undang No. 32 (2004), kemnadirian keuangan daerah
mencerminkan kemampuan pmerintah daerah untuk mendanai kegiatan pemerintah,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Kemandirian keuangan daerah dpat
dukur dariperbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pendapatan dari
sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat atau pinjaman daerah. Semakin besar
peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan bantuan dari pemerintah
pusat, maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan semakin tinggi. PAD
merupakan faktor utama dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah yang
mencakup pendapatan dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayan
daerah yang terpisah, dan pendapatan asli daerah lainnyayang sah.
Pencapaian target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sesuai dengan anggaran
dapat meningkatkan kemandirian euangan daerah. Hal ini kaena kemampuan suatu
daerah yang mnghasilakn pendapatan asli secara langsung mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Semakin besar kontribusi
Pendapatan Daerah Asli Daerah semakin sedikit ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat.
Salah satu kendala dalam mewujudkan otonomi daerah adalah kurangnya
anggaran yang cukup untuk mengelola urusan publik dibanyak pemerintah daerah.
Ketidakstabilan anggaran ini perlu ditangani melalui upaya kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah, dengan harapan peningkatan pendapatan daerah, dengan
harapan peningkatan pendapatan daerah mendukung pembangunan daerah dan
stabilitas keuangan, serta mampu mengelola sumber daya dan potesi secara mandiri.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan untuk
membiayai kebutuhan daerah.
Dana perimbangan juga menjadi salah satu sumber pendapatn daerah yang
berkontribusi besar terhadap struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN). Menurut Undang - Undang Nomor 33 (2004), Dana Perimbangan adalah
dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
termasuk Dana ALokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil.
Belanja Modal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 (2010) adalah
pengeluaran daerah utuk membeli aset tetap dan aset lain yang dapat menghasilkan
keuntungan dalam rangka jangka waktu lebih dari satu tahun. Belanja modal yang
cukup besar diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang ada
di daerahnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap subsisdi pemerintah.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al. (Setiawan et al., 2021) memberi
kan bukti bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Kemandirian
Keuangan. Hal ini terdukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Machfud (M
achfud et al., 2020) yang membuktikan bahwa Pendapata Asli Daerah berpengaruh po
sitif terhadap Kemandirian Keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin be
sar pendapatan asli daerah, maka semakin besar pula kemandirian keuangan daerah te
rsebut. Karena jika Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan tinggi maka daerah terseb
ut dapat membiaya sendiri kebutuhan daerahnya. Sedangkan penelitian mengenai Dan
a Perimbangan terhadap Kemadirian Keuangan Daerah, penelitian yang dilakukan Sal
eh (Saleh, 2020) membuktikan bahwa Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap
Kemandirian Keuangan Daerah. Dan hasil penelitian Andriani dan Wahid (Andriani
& Wahid, 2018) menyatakan bahwa Dana Perimbangan memberikan pengaruh negati
ve terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Maka dapat disimpulkan apabila dana pe
rimbangan mengalami peningkatan, maka kemadirian keuangan daerah mengalami pe
nurunan. Begitu juga sebaliknya, jika perolehan Dana Perimbangan mengalami penur
unan, maka tingkat kemadirian keuangan daerah mengalam peningkatan.
Peneliti mengenai Belanja Modal yang dilakukan oleh Suwarno (Suwarno, 202
1) memberikan hasil bahwa Belanja Modal mempunyai hubungan yang signifikan neg
ative terhadap kemandirian keuangan daerah. Sejalan dengan penelitian yang dilakuka
n oleh Oktavia dan Handayani (Oktavia & Handayani, 2021) bahwa belannja modal b
erpengaruh negative terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Hal ini disebabka
n karena ketidakmampuan daerah dalam mengelola keuangan dan penerimaan belanja
modal yang kurang optimal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak semua pemerin
tah daerah di Indonesia dapat mencapai tingkat kemandirian keuangan daerah yang di
harapkan. Masih banyak pemerintah kabupaten/kota di berbagai daerah yang sangat b
ergantung pada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Dan ketidakmampuan daera
h dalam mengelola keuangan dan penerimaan belanja modal yang kurang optimal.
Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitan sebelumnya yait
u penelitian ini dilakukan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2016 -
2020. Peneliti kali ini mencoba menguji pengaruh pendapatan asli daerah, dana perim
bangan dan belanja modal terhadap kemandirian keuangan daerah. Diharapkan peneliti
an ini dapat memberikan pemahaman tentang efektivitas kebijakan pemerintah terkait pendap
atan asli daerah, dana perimbangan, dan belanja modal dalam mencapai kemandirian keuanga
n daerah. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada dan memb
erikan rekomendasi untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanj
a Modal terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2016 – 2020”.
REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Agency (Agency Theory)
Konsep teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara principal dan
agen (R.A. Supriyono, 2018). Agency Theory merupakan hubungan atau kontrak
antara principal dan agent dimana principal merupakan pihak yang memperkerjakan
agent agar melakukan tugas menjalankan kepentingan principal (Scoot, 2015)
Dalam pemerintahan, pihak yang berperan sebagai principal atau pemberi
wewenang adalah pemerintah pusat dan pihak yang berperan sebagai agen atau yang
melaksanakan tugas/wewenang adalah pemerintah daerah. Namun, dalam teori ini
adanya anggapan bahwa pihak agen tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik
mungkin demi kepentingan principal. Pihak agen mengelola pemerintahan daerahnya
masih dengan ketergantungan pada pemberian bantuan dana perimbangan yang
menyebabkan menjadi tidak mandirinya daerah tersebut. Perbedaan kepentingan
antara principal dan agen menjadi dasar munculnya teori ini, karena hubungan
keagenan terkadang dapat menimbulkan masalah antara principal dan agen.
Sebagai agen, pemerintah daerah secara moral bertanggung jawab untuk
memaksimalkan pendapatan daerah kepada pemerintah pusat, tetapi disisi lain
pemerintah daerah juga berkepentingan untuk memaksimalkan pendapatan daerah dan
memaksimalkan kesejahteraan. Dalam hal ini dapat memunculkan bahwa agen tidak
selalu menjalankan dan melakukan sistem pemerintahan yang terbaik demi principal.
Dana Perimbangan
Menurut Undang-Undang No. 33 (Undang-Undang No. 33, 2004), Dana perim
bangan adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana peri
mbangan disebut juga sebagai dana yang diperoleh dari penerimaan Anggaran Pendap
atan dan Belanja Negara (APBN), dan dana tersebut dialokasikan ke masing-masing d
aerah untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Da
na perimbangan terdiri dari : Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Belanja Modal
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Beanja Modal didefinisikan seb
agai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal selain aset tetap/p
ersediaan yang memberikan manfaat selama lebih dari satu periode akuntansi, termas
uk biaya untuk pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa m
anfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Menurut (Peraturan Pemerintah No. 71, 2010), belanja modal adalah pengeluar
an pemerintah daerah yang memperoleh masa manfaat lebih dari satu tahun anggaran,
sehingga mengakibatkan bertambahnya aset atau kekayaan daerah serta menambah pe
ngeluaran rutin seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal digunakan untuk memperol
eh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, Gedung, infrastruktur dan aset tetap
lainnya. Ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yaitu dengan membangu
n sendiri, menukarkannya dengan aset tetap lainnya atau membelinya. Belanja modal
terdiri dari : Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Mod
al Bangunan dan Gedung, Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Belanja Modal
Fisik Lainnya.
Kerangka Konseptual
Kerangka berfikir penelitian dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1. Diagram Alir.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mnguji
hipotesis dan mengukur variabel penelitian menggunakan angka- angka. Fokus
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Belanja Modal terhadap Kemandirian Ekonomi Daerah di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdi
ri dari objek atau subjek dengan ciri tertentu yang ditentukan oleh penulis untuk penel
itian dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitia
n ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitun
Sampel adalah bagian dan ciri dari suatu populasi. Jika populasi besar dan pene
liti tidak dapat mempelajari semua yang ada dalam populasi, maka peneliti dapat men
ggunakan sampel yang diambil dari populasi itu sendiri (Sugiyono, 2015). Teknik dal
am pengambilan sampel ini adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sam
pling adalah teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan adanya kriteria-k
riteria tertentu.
窗体底端
Data yang akan diolah adalah data pendapatan daerah Provinsi Bangka Belitung
yang terdiri dari tujuh kota dan kabupaten seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel
3.1 Data Pendapatan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
Tabel 3.1 Data Pendapatan Provinsi Bangka Belikung
N Kab/Kota Tahu PAD Total
o n Pendapatan
1 Kab 2016 129.059.621 1.077.001.751.
Bangka .691 689
2017 196.070.486 1.126.549.188.
.773 383
2018 173.056.934 1.094.530.542.
.829 128
2019 144.668.128 1.258.858.376.
.853 954
2020 155.729.845 1.136.647.395.
.760 404
2 Kab 2016 138.227.681 911.305.568
Belitung .152 .118
2017 193.196.26 964.033.234
5.849 .803
2018 191.938.96 963.227.529
9.495 .031
2019 177.674.82 1.082.784.254
3.550 .354
2020 162.134.30 957.021.600
5.440 .971
3 Pangkal 2016 136.257.39 978.370.757
Pinang 8.973 .245
2017 173.947.11 868.376.081
2.861 .019
2018 167.131.99 915.529.305
1.666 .585
2019 155.116.31 916.390.339
8.111 .757
2020 140.964.39 843.377.896
6.673 .868
4 Bangka 2016 46.255.27 774.531.239
Selatan 6.506 .790
2017 84.707.72 778.369.266
7.750 .887
2018 49.427.84 865.625.218
4.307 .280
2019 62.941.44 940.916.520
4.714 .497
2020 50.213.60 743.795.776
5.545 .513
5 Bangka 2016 73.459.52 797.822.644
Tengah 6.744 .608
2017 97.375.13 774.568.409
6.680 .931
2018 75.995.33 890.396.701
5.731 .515
2019 88.848.50 935.109.954
0.112 .518
2020 85.202.65 906.783.785
9.988 .692
6 Bangka 2016 52.662.19 835.806.983
Barat 2.020 .032
2017 78.486.88 835.319.418
1.529 .526
2018 69.765.37 866.847.770
3.035 .185
2019 67.746.46 914.271.309
8.419 .355
2020 64.304.32 827.319.557
6.355 .834
7 Belitung 2016 90.361.56 754.649.989
Timur 2.417 .635
2017 109.657.37 738.225.627
3.540 .729
2018 109.456.28 824.439.488
6.247 .088
2019 111.247.80 886.766.991
2.605 .999
2020 102.159.58 776.507.166
4.856 .240
Sumber:
Rasio kemandirian untuk Kabupaten Bangka pada tahun 2016 dihitung sebagai
berikut:
Pendapatan Asli Daerah
rasio kemandirian= x100%
Total Pendapatan daerah
129.059 .621 .691
rasio kemandirian= x100%
1.077 .001 .751.689
rasio kemandirian=11, 98 %
Hasil perhitungan rasio kemandirian setiap Kota dan Kabupaten di Provinsi Bangka B
elitung dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 Rasio Kemandirian.
Tabel 3.2 Rasio Kemandirian
3.2. Uji t
Jika nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent (X)
secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap variabel dependent (Y), namun jika nilai
sig. > 0,05 maka variabel independent (X) tidak berpengaruh secara parsial dengan
variabel dependent (Y).
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized Coef ed Coeffici
ficients ents
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 13.844 .973 14.221 .000
Pendapatan Asli
9.464E-5 .000 1.020 40.677 .000
Daerah
Dana Perimbanga -11.20
-1.913E-5 .000 -.330 .000
n 8
Belanja Modal 2.247E-6 .000 .037 1.278 .211
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai t tabel adalah 1.
697, Apabila nilai t hitung > t table artinya berpengaruh. Jadi dapat di artikan :
1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung
2. Dana Perimbangan berpengaruh negative terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung
3. Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah Provinsi Bangka Belitung
3.3. Uji F
ANOVAa
Sum of Squar
Model es df Mean Square F Sig.
1 Regression 635.647 3 211.882 563.649 .000b
Residual 11.653 31 .376
Total 647.300 34
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai F hitung adalah
2.67, Apabila nilai F Hitung > F table artinya secara bersama berpengaruh terhadap va
riable independen. Jadi dapat di artikan : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Belanja Modal secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung
R square (R2) pada diatas, menunjukkan nilai 0,982 yang berarti jika dipersentasekan
menjadi 98.2 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel Pendapatan Asli Daera
h (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal dipengaruhi oleh variabel terikat Tin
gkat Kemandirian Keuangan sebesar 98,2 persen. Sedangkan sisanya sebesar 1,8 pers
en dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3.5. Pembahasan
1. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai t tabel a
dalah 1.697, Apabila nilai t hitung > t table artinya berpengaruh. Jadi dapat di
artikan :
a) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
b) Dana Perimbangan berpengaruh negative terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
c) Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
2. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai F hitun
g adalah 2.67, Apabila nilai F Hitung > F table artinya secara bersama berpeng
aruh terhadap variable independen. Jadi dapat di artikan : Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Belanja Modal secara bersama sama
berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Provinsi Bangka Belitung.
3. Berdasarkan R square (R2) pada diatas, menunjukkan nilai 0,982 yang berarti
jika dipersentasekan menjadi 98.2 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa vari
abel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal di
pengaruhi oleh variabel terikat Tingkat Kemandirian Keuangan sebesar 98,2 p
ersen. Sedangkan sisanya sebesar 1,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yan
g tidak diteliti dalam penelitian ini.
Saran
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung harus mengoptimalkan kembali sumber-
sumber pendapatan daerah dan memperkaya sumber daya manusia dengan
ilmu teknologi sehingga Provinsi Bangka Belitung dapat meningkatkan tingkat
kemandirian dan meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
DAFTARPUSTAKA
Andriani, R. N. R., & Wahid, N. N. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Da
na Perimbangan Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi, 13
(1), 30–39.
Firdausy , C. (2017). Kebijakan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah da
lam Pembangunan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan IBM SPSS 21. Semarang: U
niversitas Diponegoro.
Machfud, M., Asnawi, A., & Naz’aina, N. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus Dan Tingkat Kemiskinan Terhada
p Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.
J-MIND (Jurnal Manajemen Indonesia), 5(1), 14. https://doi.org/10.29103/j-m
ind.v5i1.3423
Nurliza Arpani, W., & Halmawati, H. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan
Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dan Tingkat Kemandirian Keuan
gan Daerah. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 2(1), 2373–2390. https://doi.org/10.
24036/jea.v2i1.218
Oktavia, C., & Handayani, N. (2021). Pengaruh PAD, Tax Effort, Belanja Modal Terh
adap Tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu Dan Ri
set Akuntansi, 10(3), 1–20.
Peraturan Pemerintah No. 71. (2010). Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tent
ang Standar Akuntansi Pemerintah.
R.A. Supriyono. (2018). Akuntansi Keperilakuan. UGM Press.
Saleh, R. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Dana Perimbangan Ter
hadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Informasi, Perpajak
an, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 15(2), 111. https://doi.org/10.25105/jipa
k.v15i2.6226
Scoot, W. R. (2015). Financial Accounting Theory Sevent Edition. Canada Cataloguin
g.
Setiawan, P., Widiyanti, R., Siregar, L. M., Nurhaida, & Oktavia, E. (2021). Pengaruh
Pad, Dau Dan Dak Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Di Pula
u Sumatera Tahun 2010-2016. Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian Dan Kajia
n Ilmiah Bidang Ekonomi, VII(1), 7.
Siregar, B. (2015). Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Berbasis Akrual) (Edisi Pert). Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Y
KPN.
Siswoyo. (2018). PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP TINGKAT KEM
ANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATAN DAN KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 - 2016 [UNIVERSITAS MU
HAMMADIYAH SURAKARTA]. In Energies (Vol. 6, Issue 1). http://journal
s.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://
reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B1392
2A2079230DC9AF11A333E295FCD8
Sugiyono, D. (2015). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanti, D., Rahayu, S., & Yudowati, S. (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, D
ana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah (Studi pada Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun
2010-2014). Journal Accounting and Finance, 2581-1088.
Suwarno, A. E. (2021). Pengaruh PAD, DAU, Belanja Modal dan Belanja Pegawai Te
rhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Seminar Nasional Akuntansi
Dan Call for …, 1(1), 61–69.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 . (n.d.).
Undang-Undang Reprubik Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
(n.d.).
Undang-Undang No. 33. (2004). Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimb
angan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.