Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA

PERIMBANGAN DAN BELANJA MODAL TERHADAP


TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH
PROVINSI BANGKA BELITUNG TAHUN 2016-2020

Abyan Hernanda1*, Adhitia Noviani1, Deni Pebrianto1, Khusnul Indah Utami1, &
Salsabila Yasmin1.
1
Universitas Muhammadiyah Magelang
*hernandaabyan@gmail.com
Abstract
This study aims to analyze the effect of Regional Original Income (PAD), Balancing Funds, and Capital
Expenditures on the level of regional financial independence in South Bangka Belitung Province Regional financial
independence is an important indicator in assessing the ability of a region to manage its own finances without
being overly dependent on external funding sources. In addition, the Balancing Fund also has a significant positive
influence on the level of regional financial independence. With the balancing funds received from the central
government, the regions have additional funding sources that can increase their level of financial independence.
This research has important policy implications for local government in South Bangka Belitung. To increase the
level of regional financial independence, local governments need to increase local revenue (PAD) through
increasing existing sources of income. In addition, local governments also need to obtain adequate balancing
funds to strengthen the regional financial position.

Keywords : Regional Original Income (ROI), Balancing Fund, Capital Expenditure, Level of Regional Financial
Independence.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Belanja Modal terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah di Provinsi Bangka Belitung. Kemandirian
keuangan daerah merupakan indikator penting dalam menilai kemampuan suatu daerah untuk mengelola
keuangan mereka sendiri tanpa terlalu bergantung pada sumber pendanaan eksternal. Selain itu, Dana
Perimbangan juga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Dengan adanya dana perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat, daerah memiliki sumber pendanaan
tambahan yang dapat meningkatkan tingkat kemandirian keuangan mereka. Penelitian ini memiliki implikasi
kebijakan yang penting bagi pemerintah daerah di Bangka Belitung Selatan. Untuk meningkatkan tingkat
kemandirian keuangan daerah, pemerintah daerah perlu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
peningkatan sumber-sumber pendapatan yang ada. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memperoleh dana
perimbangan yang memadai untuk memperkuat posisi keuangan daerah.

Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Modal, Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah

PENDAHULUAN
Penerapan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal yang tertuang dalam Und
ang–Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang–Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan D
aerah yang kemudian dilakukan revisi atau perubahan sehingga bergeser ke Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nom
or 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daer
ah. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia telah membawa perubahan dalam siste
m Pemerintahan Indonesia, yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di berbagai da
erah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada d
aerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentin
gan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi Daerah dianggap sebagai metode untuk mendorong pembangunan
daerah dengan menggantikan sistem pembangunan terpusat yang dianggap tidak
mampu mempercepat pebangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan di
berbagai daerah. Tujuan utaman daripelksanaan otonomi daerah adaah memberikan
kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangannya secara mandiri dan
mengatur keuangan sesuai dengan kebutuhan setiap daerahnya, sehingga diharapkan
tingkat kesejahteraan dapat meningkat secara merata dan cepat. Selain itu otonomi
daerah juga bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Melalui
pelaksanaan otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan potensi daerahnya untuk mencapaipembangunan yang lebih baik.
Otonomi Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip - prinsip demokratis, prinsip
masyarakat, keadilan, dan pemerataan, dengan tetap memperhatikan keanekaragaman
dan potensi setiap daerah. Ini berarti bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan
untuk menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki untuk keperluan belanja daerah
dengan mempertimbangkan prinsip kepatuhan dan kemampuan daerah yang
tercantum dalam anggaran daerah. Pembangunan daerah harus didasarkanpada
perncanaan yang telah ditetapkan dalam pola dasar pembagunan, arah kebijakan
umum dan Anggaran dan Belanja Daerah (APBD).

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )


250,000,000,000

200,000,000,000

150,000,000,000

100,000,000,000

50,000,000,000

0
2016 2017 2018 2019 2020

Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur

Total Pendapatan Daerah


1,400,000,000,000
1,200,000,000,000
1,000,000,000,000
800,000,000,000
600,000,000,000
400,000,000,000
200,000,000,000
0
2016 2017 2018 2019 2020

Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
Tingkat Kemandirian
25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
2016 2017 2018 2019 2020

Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Kab. Bangka Selatan
Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur
Pemberian otonomi daerah diharapkan setiap daerah untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan, pembangunan infrastruktur, dan penyediaan fasilitas umum
yang menjadi tanggungjawab mereka. Pemerintah daerah diarahkan untuk mengelola
pendapatan daerah secara mandiri untuk membangun pembangunan ekonomi daerah.
Kemandirian daerah otonom tergantung pada dua faktor utama yaitu kemampuan
keuangan daerah dalam memanfaatkan sumber pendapatan yang ada dan
ketergantungan daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat. Kemampuan daerah
dalam mengelola keuangan terlihat dalam laporan APBD, yang mencerminkan
penggunaan potensi penuh untuk mendanai kegiatan pemeintah dan pembangunan
daerah.
Menurut Undang - Undang No. 32 (2004), kemnadirian keuangan daerah
mencerminkan kemampuan pmerintah daerah untuk mendanai kegiatan pemerintah,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Kemandirian keuangan daerah dpat
dukur dariperbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pendapatan dari
sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat atau pinjaman daerah. Semakin besar
peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan bantuan dari pemerintah
pusat, maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan semakin tinggi. PAD
merupakan faktor utama dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah yang
mencakup pendapatan dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayan
daerah yang terpisah, dan pendapatan asli daerah lainnyayang sah.
Pencapaian target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sesuai dengan anggaran
dapat meningkatkan kemandirian euangan daerah. Hal ini kaena kemampuan suatu
daerah yang mnghasilakn pendapatan asli secara langsung mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Semakin besar kontribusi
Pendapatan Daerah Asli Daerah semakin sedikit ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat.
Salah satu kendala dalam mewujudkan otonomi daerah adalah kurangnya
anggaran yang cukup untuk mengelola urusan publik dibanyak pemerintah daerah.
Ketidakstabilan anggaran ini perlu ditangani melalui upaya kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah, dengan harapan peningkatan pendapatan daerah, dengan
harapan peningkatan pendapatan daerah mendukung pembangunan daerah dan
stabilitas keuangan, serta mampu mengelola sumber daya dan potesi secara mandiri.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan untuk
membiayai kebutuhan daerah.
Dana perimbangan juga menjadi salah satu sumber pendapatn daerah yang
berkontribusi besar terhadap struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN). Menurut Undang - Undang Nomor 33 (2004), Dana Perimbangan adalah
dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
termasuk Dana ALokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil.
Belanja Modal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 (2010) adalah
pengeluaran daerah utuk membeli aset tetap dan aset lain yang dapat menghasilkan
keuntungan dalam rangka jangka waktu lebih dari satu tahun. Belanja modal yang
cukup besar diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang ada
di daerahnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap subsisdi pemerintah.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al. (Setiawan et al., 2021) memberi
kan bukti bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Kemandirian
Keuangan. Hal ini terdukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Machfud (M
achfud et al., 2020) yang membuktikan bahwa Pendapata Asli Daerah berpengaruh po
sitif terhadap Kemandirian Keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin be
sar pendapatan asli daerah, maka semakin besar pula kemandirian keuangan daerah te
rsebut. Karena jika Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan tinggi maka daerah terseb
ut dapat membiaya sendiri kebutuhan daerahnya. Sedangkan penelitian mengenai Dan
a Perimbangan terhadap Kemadirian Keuangan Daerah, penelitian yang dilakukan Sal
eh (Saleh, 2020) membuktikan bahwa Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap
Kemandirian Keuangan Daerah. Dan hasil penelitian Andriani dan Wahid (Andriani
& Wahid, 2018) menyatakan bahwa Dana Perimbangan memberikan pengaruh negati
ve terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Maka dapat disimpulkan apabila dana pe
rimbangan mengalami peningkatan, maka kemadirian keuangan daerah mengalami pe
nurunan. Begitu juga sebaliknya, jika perolehan Dana Perimbangan mengalami penur
unan, maka tingkat kemadirian keuangan daerah mengalam peningkatan.
Peneliti mengenai Belanja Modal yang dilakukan oleh Suwarno (Suwarno, 202
1) memberikan hasil bahwa Belanja Modal mempunyai hubungan yang signifikan neg
ative terhadap kemandirian keuangan daerah. Sejalan dengan penelitian yang dilakuka
n oleh Oktavia dan Handayani (Oktavia & Handayani, 2021) bahwa belannja modal b
erpengaruh negative terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Hal ini disebabka
n karena ketidakmampuan daerah dalam mengelola keuangan dan penerimaan belanja
modal yang kurang optimal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak semua pemerin
tah daerah di Indonesia dapat mencapai tingkat kemandirian keuangan daerah yang di
harapkan. Masih banyak pemerintah kabupaten/kota di berbagai daerah yang sangat b
ergantung pada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Dan ketidakmampuan daera
h dalam mengelola keuangan dan penerimaan belanja modal yang kurang optimal.
Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitan sebelumnya yait
u penelitian ini dilakukan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2016 -
2020. Peneliti kali ini mencoba menguji pengaruh pendapatan asli daerah, dana perim
bangan dan belanja modal terhadap kemandirian keuangan daerah. Diharapkan peneliti
an ini dapat memberikan pemahaman tentang efektivitas kebijakan pemerintah terkait pendap
atan asli daerah, dana perimbangan, dan belanja modal dalam mencapai kemandirian keuanga
n daerah. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada dan memb
erikan rekomendasi untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanj
a Modal terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2016 – 2020”.
REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Agency (Agency Theory)
Konsep teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara principal dan
agen (R.A. Supriyono, 2018). Agency Theory merupakan hubungan atau kontrak
antara principal dan agent dimana principal merupakan pihak yang memperkerjakan
agent agar melakukan tugas menjalankan kepentingan principal (Scoot, 2015)
Dalam pemerintahan, pihak yang berperan sebagai principal atau pemberi
wewenang adalah pemerintah pusat dan pihak yang berperan sebagai agen atau yang
melaksanakan tugas/wewenang adalah pemerintah daerah. Namun, dalam teori ini
adanya anggapan bahwa pihak agen tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik
mungkin demi kepentingan principal. Pihak agen mengelola pemerintahan daerahnya
masih dengan ketergantungan pada pemberian bantuan dana perimbangan yang
menyebabkan menjadi tidak mandirinya daerah tersebut. Perbedaan kepentingan
antara principal dan agen menjadi dasar munculnya teori ini, karena hubungan
keagenan terkadang dapat menimbulkan masalah antara principal dan agen.
Sebagai agen, pemerintah daerah secara moral bertanggung jawab untuk
memaksimalkan pendapatan daerah kepada pemerintah pusat, tetapi disisi lain
pemerintah daerah juga berkepentingan untuk memaksimalkan pendapatan daerah dan
memaksimalkan kesejahteraan. Dalam hal ini dapat memunculkan bahwa agen tidak
selalu menjalankan dan melakukan sistem pemerintahan yang terbaik demi principal.

Pendapatan Asli Daerah


Menurut Undang-Undang No. 33 (Undang-Undang No. 33, 2004), Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang dihasilkan oleh daerah dan dipungut berd
asarkan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. PAD adalah
sumber pendapatan asli daerah yang digali di daerah dan digunakan sebagai modal da
erah untuk pembangunan daerah dan pembiayaan usaha untuk meminimalkan keterga
ntungan pada pendanaan pemerintah pusat.
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diterima oleh pemerintah daer
ah dari sumber-sumber daerah sendiri yang dipungut oleh pemerintah daerah yang ses
uai dengan peraturan perundang-undangan (Siregar, 2015).
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari sumber-sumber y
ang ada di daerah tersebut. Semakin besar peran PAD dalam struktur keuangan daerah,
maka semakin besar pula kemampuan keuangan daerah tersebut untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan daerah (Firdausy , 2017).

Dana Perimbangan
Menurut Undang-Undang No. 33 (Undang-Undang No. 33, 2004), Dana perim
bangan adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana peri
mbangan disebut juga sebagai dana yang diperoleh dari penerimaan Anggaran Pendap
atan dan Belanja Negara (APBN), dan dana tersebut dialokasikan ke masing-masing d
aerah untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Da
na perimbangan terdiri dari : Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Belanja Modal
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Beanja Modal didefinisikan seb
agai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal selain aset tetap/p
ersediaan yang memberikan manfaat selama lebih dari satu periode akuntansi, termas
uk biaya untuk pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa m
anfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Menurut (Peraturan Pemerintah No. 71, 2010), belanja modal adalah pengeluar
an pemerintah daerah yang memperoleh masa manfaat lebih dari satu tahun anggaran,
sehingga mengakibatkan bertambahnya aset atau kekayaan daerah serta menambah pe
ngeluaran rutin seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal digunakan untuk memperol
eh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, Gedung, infrastruktur dan aset tetap
lainnya. Ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yaitu dengan membangu
n sendiri, menukarkannya dengan aset tetap lainnya atau membelinya. Belanja modal
terdiri dari : Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Mod
al Bangunan dan Gedung, Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Belanja Modal
Fisik Lainnya.

Kemandirian Keuangan Daerah


Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Kemandirian Keuangan Daera
h berti bahwa pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan tanggung jawab keuanga
nnya sendiri, serta melaksanakannya sendiri dalam rangka asas desentralisasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Kemandirian keuangan daer
ah berarti pemerintah daerah dapat melakukan pertanggungjawaban dan pembiayaann
ya sesuai dengan prinsip desentralisasi. Kemandirian keuangan suatu daerah dapat dili
hat dari besar kecilnya pendapatan daerah dibandingkan dengan pendapatan asli daera
h dari sumber lain. Misalnya, dukungan yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam
bentuk pinjaman lainnya (Susanti, Rahayu, & Yudowati, 2016).

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) digunakan untuk mengukur kemandirian
keuangan suatu daerah, karena PAD merupakan sumber dana yang sebenarnya digali
dari daerah itu sendiri untuk mencerminkan kondisi daerah yang sebenarnya.
Kemandirian keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besarnya pendapatan asli
daerah yang diperoleh dari masing-masing pemerintah kabupaten/kota. Semakin
tinggi pendapatan asli daerah dibandingkan dengan bantuan dari pemerintah pusat,
maka semakin tinggi kemandirian keuangan daerah tersebut.
Pengaruh PAD terhadap kemandirian keuangan daerah juga telah dibuktikan
oleh beberapa penelitian sebelumnya. Seperti hasil penelitian sebelumnya pendapatan
asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kemandirian keuangan daerah.
Artinya semakin besar pendapatan daerah yang diterima maka semakin besar
kemandirian keuangan daerah tersebut (Nurliza Arpani & Halmawati, 2020).
H1 : Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh positif terhadap Kemandirian
Keuangan Daerah.

Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah


Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dalam rangka pembiayaan pelaksanaan desentralisasi dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Namun, diharapkan setiap daerah tidak
menggunakan dana perimbangan sebagai sumber utama pendapatan daerah,
melainkan sebagai sumber pendapatan pendukung bagi pelaksanaan pemerintah dan
pembangunan daerah. Sehingga tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah
pusat dalam pembiayaan daerahnya semakin kecil. Semakin rendah ketergantungan
tersebut, maka suatu daerah dapat dikatakan mandiri.
Pengaruh dana perimbangan terhadap kemandirian keuangan daerah juga telah
dibuktikan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Dana perimbangan memberikan
pengaruh negative terhadap kemandirian keuangan daerah (Andriani & Wahid, 2018).
H2 : Dana Perimbangan berpengaruh negative terhadap Kemandirian Keuangan
Daerah.

Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah


Belanja modal adalah belanja yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun anggaran, sehingga nantinya akan menambah kekayaan dan aset daerah yang
dapat berpengaruh terhadap belanja yang bersifat rutin salah satunya biaya
pemeliharaan. Pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang dilakukan
oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan kemandirian daerah, daerah berhak menggali sumber pendanaan di
daerahnya masing-masing sehingga dapat mendanai sendiri belanja daerahnya
termasuk belanja modal. Jika belanja modal meningkat maka kemandirian keuangan
daerah juga akan meningkat karena belanja modal lebih besar dibiayai oleh
pendapatan asli daerah , maka daerah tersebut dapat dikatakan mandiri. Pengaruh
belanja modal terhadap kemandirian keuangan daerah telah juga telah dibuktikan oleh
penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa belanja modal
berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah (Siswoyo, 2018)
H3 : Belanja Modal berpengaruh positif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah

Kerangka Konseptual
Kerangka berfikir penelitian dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1. Diagram Alir.

Pendapatan Asli Daerah


(X1)

Dana Perimbangan (X2) Kemandirian Keua


ngan Daerah (Y)

Belanja Modal (X3)

Gambar 1.1. Diagram alir

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mnguji
hipotesis dan mengukur variabel penelitian menggunakan angka- angka. Fokus
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Belanja Modal terhadap Kemandirian Ekonomi Daerah di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdi
ri dari objek atau subjek dengan ciri tertentu yang ditentukan oleh penulis untuk penel
itian dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitia
n ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitun
Sampel adalah bagian dan ciri dari suatu populasi. Jika populasi besar dan pene
liti tidak dapat mempelajari semua yang ada dalam populasi, maka peneliti dapat men
ggunakan sampel yang diambil dari populasi itu sendiri (Sugiyono, 2015). Teknik dal
am pengambilan sampel ini adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sam
pling adalah teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan adanya kriteria-k
riteria tertentu.

窗体底端

Jenis Data dan Sumber Data


Jenis Data yang dalam penelitian ini merupakan data Dokumenter berupa data Lapora
n Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan Tahun 2016 – 2020. Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh d
ari situs Badan Pusat Statistik (BPS).
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan prosedur yang digunakan peneliti untuk mend
apatkan data dan inforamasi. Adapun prosedur untuk memperoleh data dan informasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Salah satu prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data yang akan digunak
an dalam penelitian ini adalah dokumentasi, berupa Laporan Realisasi APBD Pe
merintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun Anggaran 2016 - 2020
2. Riset Internet
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Real
isasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan dan dipublikasikan da
lam situs resmi Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah (http://www.dj
pk.kemenkeu.go.id/)
3. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca dan mengkaji berbagai literat
ur seperti buku-buku, jurnal, artikel-artikel dan penelitian sejenis dengan tujuan
memperoleh landasan teori yang digunakan sebagai pedoman terkait kajian-kajia
n yang dibahas dalam penelitian.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini akan diolah menggun
akan metode statistic dengan program SPSS 26 for windows untuk menguji hipotesis
dan variabel yang digunakan. Metode analisis data ini menggunakan cara :
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata / mean, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kuortosir, dan swekness / kemiringan distribusi (Ghozali,
2018).
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah suatu variabel residual me
miliki distribusi normal dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik berdi
stribusi normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual berdistribusi nor
mal, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic. Uji analisis grafik yaitu melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi
normal. Distribusi dapat dikatakan normal jika data menyebar disekitar atau men
gikuti garis diagonal. Sedangkan pengujian normalitas data yang menggunkan uji
Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2018). Bila Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka d
ata berdistribusi normal. Sebaliknya jika Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data t
idak berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (D
W Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada var
iabel lagi diantara variabel independent (Ghozali, 2018). Nilai Durbin Watson me
rupakan dasar untuk menentukan apakah telah terjadi autokorelasi atau tidak.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dilakukan dengan menggunakan Uji
DurbinWatson (DW) sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari du atau lebih besar dari (4-dl) maka hipotesis nol dit
olak, yang berarti terdapat autokorelasi;
2. Jika d terletak antara du dan (4-du), maka hipotesis nol diterima, yang ber
arti tidak ada autokorelasi;
3. Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-du) dan (4-dl), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi dite
mukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang ba
ik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Sederhananya, variab
el bebas menjadi variabel terikat, yang kemudian diregresikan ke variabel bebas l
ainnya. Pengujian ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dap
at dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai Varianve Inflation Factor (V
IF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adala
h nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF >10 (Ghozali, 2018).
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regr
esi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain te
tap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteros
kedastisitas.
Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser. Uji glejs
er mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independ
en. Model regresi dikatakan tidak mengandung heterokedastisitas jika probabilita
s signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau > 0,05 dan sebaliknya (Gho
zali, 2018).
Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan metode OLS
(Oedinary Least Square) yang bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubung
an antara variabel-variabel penelitian berupa pendapatan asli daerah, dana perimb
angan, dan belanja modal terhadap kemadirian keuangan daerah. Data yang terkai
t diolah menggunakan SPSS dengan menggunakan persamaan rumus regresi seba
gai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3
Keterangan :
Y = Kemandirian Keuangan Daerah
α = konstanta
β = koefisien regresi
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Perimbangan
X3 = Belanja Modal
2. Uji Signifikan T
Uji T digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh antara varia
bel independent dan dependen. Kriteria uji T ditetapkan berdasarkan probabilitas.
Jika signifikansi yang digunakan adalah 5%, yaitu jika probabilitas Ha>0,05 mak
a dinyatakan tidak signifikan, dan jika probabilitas Ha<0,05 maka dinyatakan sig
nifikan (Ghozali, 2018).
3. Uji Signifikan F
Uji F-statsistik adalah keakuratan fungsi regresi sampel ketika memperkir
akan nilai sebenarnya. Jika nilai signifikan F<0,05, maka model regresi dapat dig
unakan untuk memprediksi variabel independent. Uji statistik F juga menunjukka
n apakah variabel independent yang dimasukkan dalam model yang mempengaru
hi secara Bersama-sama terhadap variabel dependent. Uji statistik F mempunyai s
ignifikan 0,05 (Ghozali, 2018). Kriteria pengujian hipotesis dalam Uji F-statistik
adalah bila nilai signifikan F<0,05, maka hipotesis alter natif diterima yang meny
atakan bahwa semua variabel independent mempengaruhi variabel dependen seca
ra simultan dan signifikan.
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemam
puan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien deter
minasi adalah antara 0 dan 1. Semakin kecil nilai 2, maka semakin terbatas kema
mpuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya. P
enelitian ini juga menggunakan Adjusted R Square (Adj 2) karena terdapat lebih d
ari satu variabel independen dan apabila hanya ada satu variabel independen mak
a menggunakan R Square (R2) dalam menjelaskan pengaruh variabel independen
nya (Ghozali, 2018).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Hasil
Dalam menghitung rasio kemandirian digunakan rumus sebagai berikut:
Pendapatan Asli Daerah
rasio kemandirian= x100%
Total Pendapatan daerah

Data yang akan diolah adalah data pendapatan daerah Provinsi Bangka Belitung
yang terdiri dari tujuh kota dan kabupaten seperti yang dapat ditunjukkan pada Tabel
3.1 Data Pendapatan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
Tabel 3.1 Data Pendapatan Provinsi Bangka Belikung
N Kab/Kota Tahu PAD Total
o n Pendapatan
1 Kab 2016 129.059.621 1.077.001.751.
Bangka .691 689
2017 196.070.486 1.126.549.188.
.773 383
2018 173.056.934 1.094.530.542.
.829 128
2019 144.668.128 1.258.858.376.
.853 954
2020 155.729.845 1.136.647.395.
.760 404
2 Kab 2016 138.227.681 911.305.568
Belitung .152 .118
2017 193.196.26 964.033.234
5.849 .803
2018 191.938.96 963.227.529
9.495 .031
2019 177.674.82 1.082.784.254
3.550 .354
2020 162.134.30 957.021.600
5.440 .971
3 Pangkal 2016 136.257.39 978.370.757
Pinang 8.973 .245
2017 173.947.11 868.376.081
2.861 .019
2018 167.131.99 915.529.305
1.666 .585
2019 155.116.31 916.390.339
8.111 .757
2020 140.964.39 843.377.896
6.673 .868
4 Bangka 2016 46.255.27 774.531.239
Selatan 6.506 .790
2017 84.707.72 778.369.266
7.750 .887
2018 49.427.84 865.625.218
4.307 .280
2019 62.941.44 940.916.520
4.714 .497
2020 50.213.60 743.795.776
5.545 .513
5 Bangka 2016 73.459.52 797.822.644
Tengah 6.744 .608
2017 97.375.13 774.568.409
6.680 .931
2018 75.995.33 890.396.701
5.731 .515
2019 88.848.50 935.109.954
0.112 .518
2020 85.202.65 906.783.785
9.988 .692
6 Bangka 2016 52.662.19 835.806.983
Barat 2.020 .032
2017 78.486.88 835.319.418
1.529 .526
2018 69.765.37 866.847.770
3.035 .185
2019 67.746.46 914.271.309
8.419 .355
2020 64.304.32 827.319.557
6.355 .834
7 Belitung 2016 90.361.56 754.649.989
Timur 2.417 .635
2017 109.657.37 738.225.627
3.540 .729
2018 109.456.28 824.439.488
6.247 .088
2019 111.247.80 886.766.991
2.605 .999
2020 102.159.58 776.507.166
4.856 .240
Sumber:

Rasio kemandirian untuk Kabupaten Bangka pada tahun 2016 dihitung sebagai
berikut:
Pendapatan Asli Daerah
rasio kemandirian= x100%
Total Pendapatan daerah
129.059 .621 .691
rasio kemandirian= x100%
1.077 .001 .751.689

rasio kemandirian=11, 98 %

Hasil perhitungan rasio kemandirian setiap Kota dan Kabupaten di Provinsi Bangka B
elitung dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 Rasio Kemandirian.
Tabel 3.2 Rasio Kemandirian

N Kab/Kota Tahu PAD Total Tingkat Kemandirian


o n Pendapatan
1 Kab 2016 129.059.62 1.077.001.751. 11,98%
Bangka 1.691 689
2017 196.070.48 1.126.549.188. 17,40%
6.773 383
2018 173.056.93 1.094.530.542. 15,81%
4.829 128
2019 144.668.12 1.258.858.376. 11,49%
8.853 954
2020 155.729.84 1.136.647.395. 13,70%
5.760 404
2 Kab 2016 138.227.68 911.305.568. 15,17%
Belitung 1.152 118
2017 193.196.26 964.033.234. 20,04%
5.849 803
2018 191.938.96 963.227.529. 19,93%
9.495 031
2019 177.674.82 1.082.784.254. 16,41%
3.550 354
2020 162.134.30 957.021.600. 16,94%
5.440 971
3 Pangkal 2016 136.257.39 978.370.757. 13,93%
Pinang 8.973 245
2017 173.947.112 868.376.081. 20,03%
.861 019
2018 167.131.99 915.529.305. 18,26%
1.666 585
2019 155.116.318 916.390.339. 16,93%
.111 757
2020 140.964.39 843.377.896. 16,71%
6.673 868
4 Bangka 2016 46.255.27 774.531.239. 5,97%
Selatan 6.506 790
2017 84.707.72 778.369.266. 10,88%
7.750 887
2018 49.427.84 865.625.218. 5,71%
4.307 280
2019 62.941.44 940.916.520. 6,69%
4.714 497
2020 50.213.60 743.795.776. 6,75%
5.545 513
5 Bangka 2016 73.459.52 797.822.644. 9,21%
Tengah 6.744 608
2017 97.375.13 774.568.409. 12,57%
6.680 931
2018 75.995.33 890.396.701. 8,53%
5.731 515
2019 88.848.50 935.109.954. 9,50%
0.112 518
2020 85.202.65 906.783.785. 9,40%
9.988 692
6 Bangka 2016 52.662.19 835.806.983. 6,30%
Barat 2.020 032
2017 78.486.88 835.319.418. 9,40%
1.529 526
2018 69.765.37 866.847.770. 8,05%
3.035 185
2019 67.746.46 914.271.309. 7,41%
8.419 355
2020 64.304.32 827.319.557. 7,77%
6.355 834
7 Belitung 2016 90.361.56 754.649.989. 11,97%
Timur 2.417 635
2017 109.657.37 738.225.627. 14,85%
3.540 729
2018 109.456.28 824.439.488. 13,28%
6.247 088
2019 111.247.802 886.766.991. 12,55%
.605 999
2020 102.159.58 776.507.166. 13,16%
4.856 240
Rata-Rata 12,42%

3.2. Uji t
Jika nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent (X)
secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap variabel dependent (Y), namun jika nilai
sig. > 0,05 maka variabel independent (X) tidak berpengaruh secara parsial dengan
variabel dependent (Y).
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized Coef ed Coeffici
ficients ents
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 13.844 .973 14.221 .000
Pendapatan Asli
9.464E-5 .000 1.020 40.677 .000
Daerah
Dana Perimbanga -11.20
-1.913E-5 .000 -.330 .000
n 8
Belanja Modal 2.247E-6 .000 .037 1.278 .211

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai t tabel adalah 1.
697, Apabila nilai t hitung > t table artinya berpengaruh. Jadi dapat di artikan :
1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung
2. Dana Perimbangan berpengaruh negative terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung
3. Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah Provinsi Bangka Belitung

3.3. Uji F

ANOVAa
Sum of Squar
Model es df Mean Square F Sig.
1 Regression 635.647 3 211.882 563.649 .000b
Residual 11.653 31 .376
Total 647.300 34

Uji F-statsistik adalah keakuratan fungsi regresi sampel ketika memperkirakan


nilai sebenarnya. Jika nilai signifikan F<0,05, maka model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi variabel independent. Uji statistik F juga menunjukkan apakah
variabel independent yang dimasukkan dalam model yang mempengaruhi secara
Bersama-sama terhadap variabel dependent. Uji statistik F mempunyai signifikan 0,05
(Ghozali, 2018). Kriteria pengujian hipotesis dalam Uji F-statistik adalah bila nilai
signifikan F<0,05, maka hipotesis alter natif diterima yang menyatakan bahwa semua
variabel independent mempengaruhi variabel dependen secara simultan dan
signifikan.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai F hitung adalah
2.67, Apabila nilai F Hitung > F table artinya secara bersama berpengaruh terhadap va
riable independen. Jadi dapat di artikan : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Belanja Modal secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung

3.4. Uji R2 (Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Adjusted R S Std. Error of t Durbin-Wats
Model R R Square quare he Estimate on
a
1 .991 .982 .980 .613 2.225

R square (R2) pada diatas, menunjukkan nilai 0,982 yang berarti jika dipersentasekan
menjadi 98.2 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel Pendapatan Asli Daera
h (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal dipengaruhi oleh variabel terikat Tin
gkat Kemandirian Keuangan sebesar 98,2 persen. Sedangkan sisanya sebesar 1,8 pers
en dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3.5. Pembahasan

1. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai t tabel a
dalah 1.697, Apabila nilai t hitung > t table artinya berpengaruh. Jadi dapat di
artikan :
a) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
b) Dana Perimbangan berpengaruh negative terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
c) Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung.
2. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, maka diperoleh nilai F hitun
g adalah 2.67, Apabila nilai F Hitung > F table artinya secara bersama berpeng
aruh terhadap variable independen. Jadi dapat di artikan : Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Belanja Modal secara bersama sama
berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Provinsi Bangka Belitung.
3. Berdasarkan R square (R2) pada diatas, menunjukkan nilai 0,982 yang berarti
jika dipersentasekan menjadi 98.2 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa vari
abel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal di
pengaruhi oleh variabel terikat Tingkat Kemandirian Keuangan sebesar 98,2 p
ersen. Sedangkan sisanya sebesar 1,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yan
g tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bangka Belitung Tahun 2016 - 2020
dapat disimpulkan bahwa Provinsi Bangka Belitung masih belum optimal
dalam menggali potensi sumber sumber Pendapatan Asli Daerah yang
menyebabkan masih bergantung pada pendapatan transfer (transfer dari pusat)
yang dalam hal ini adalah dana perimbangan dapat terlihat dari tahun 2016
sampai 2020 jumlah Pendapatan Asli Daerah masih rendah dibanding jumlah
pendapatan transfer (dana perimbangan).
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah karena Provinsi Bangka
Belitung tergolong masih menjadi provinsi baru yaitu pemekaran dari Provinsi
Sumatera Selatan adapun faktor lainnya yaitu masih rendahnya rata-rata
tingkat kemandirian daerah di Provinsi Bangka Belitung yaitu di angka
12,42%. Dengan kata lain tingkat ketergantungan dengan pemerintah pusat
masih cukup tinggi.

Saran
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung harus mengoptimalkan kembali sumber-
sumber pendapatan daerah dan memperkaya sumber daya manusia dengan
ilmu teknologi sehingga Provinsi Bangka Belitung dapat meningkatkan tingkat
kemandirian dan meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

DAFTARPUSTAKA

Andriani, R. N. R., & Wahid, N. N. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Da
na Perimbangan Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi, 13
(1), 30–39.
Firdausy , C. (2017). Kebijakan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah da
lam Pembangunan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan IBM SPSS 21. Semarang: U
niversitas Diponegoro.
Machfud, M., Asnawi, A., & Naz’aina, N. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus Dan Tingkat Kemiskinan Terhada
p Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.
J-MIND (Jurnal Manajemen Indonesia), 5(1), 14. https://doi.org/10.29103/j-m
ind.v5i1.3423
Nurliza Arpani, W., & Halmawati, H. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan
Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dan Tingkat Kemandirian Keuan
gan Daerah. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 2(1), 2373–2390. https://doi.org/10.
24036/jea.v2i1.218
Oktavia, C., & Handayani, N. (2021). Pengaruh PAD, Tax Effort, Belanja Modal Terh
adap Tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu Dan Ri
set Akuntansi, 10(3), 1–20.
Peraturan Pemerintah No. 71. (2010). Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tent
ang Standar Akuntansi Pemerintah.
R.A. Supriyono. (2018). Akuntansi Keperilakuan. UGM Press.

Saleh, R. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Dana Perimbangan Ter
hadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Informasi, Perpajak
an, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 15(2), 111. https://doi.org/10.25105/jipa
k.v15i2.6226
Scoot, W. R. (2015). Financial Accounting Theory Sevent Edition. Canada Cataloguin
g.
Setiawan, P., Widiyanti, R., Siregar, L. M., Nurhaida, & Oktavia, E. (2021). Pengaruh
Pad, Dau Dan Dak Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Di Pula
u Sumatera Tahun 2010-2016. Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian Dan Kajia
n Ilmiah Bidang Ekonomi, VII(1), 7.
Siregar, B. (2015). Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Berbasis Akrual) (Edisi Pert). Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Y
KPN.
Siswoyo. (2018). PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP TINGKAT KEM
ANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATAN DAN KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 - 2016 [UNIVERSITAS MU
HAMMADIYAH SURAKARTA]. In Energies (Vol. 6, Issue 1). http://journal
s.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://
reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B1392
2A2079230DC9AF11A333E295FCD8
Sugiyono, D. (2015). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanti, D., Rahayu, S., & Yudowati, S. (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, D
ana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah (Studi pada Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun
2010-2014). Journal Accounting and Finance, 2581-1088.
Suwarno, A. E. (2021). Pengaruh PAD, DAU, Belanja Modal dan Belanja Pegawai Te
rhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Seminar Nasional Akuntansi
Dan Call for …, 1(1), 61–69.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 . (n.d.).
Undang-Undang Reprubik Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
(n.d.).
Undang-Undang No. 33. (2004). Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimb
angan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai