Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TENTANG COST BEBEFIT ANALYSIS DAN CAPITAL


EXPENDITURE

Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah


Dosen Pengampu : Farida, S.E., M.Si. Ak. CA

Disusun oleh :

Arrozaq Intan M. 16.0102.0085


Nurul Ma’rifatun N. 16.0102.0106
Rikki Dwi M. 16.0102.0111
Atika Rahma Yuniar 16.0102.0119

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
A. Cost Benefit Analysis
1. Pengertian
Evaluasi proyek (Cost-Benefit Analysis = CBA) berhubungan dengan penentuan
beban-beban dan keuntungan yang dikaitkan dalam suatu proyek. Untuk kepentingan
penentuan nilai dari sebuah proyek adalah penting untuk mempertimbangkan kerugian
dan keuntungannya. Disini CBA dapat membantu mengidentifikasi peraturan-
peraturan yang disukai oleh public. Beberapa isu berkaitan informasi kepentingan
social akan didiskusikan berikut ini.
2. Pilihan Individu-Sosial
a) Pandangan Individu vs Sosial
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat luas liputannya.
Da
lam usaha untuk memberikan gambaran ringkas mengenai bidang studi ilmu
ekonomi, definisi ilmu tersebut selalu dihubungkan kepada keadaan
ketidakseimbangan, di antaranya 1) Kemampuan factor-faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
2) Keinginan masyarakat untuk mendapatkan barang dan jasa.
Atau pendapat tertentu agar penggunaan tersebut dapat memberikan keputusan
dan kemakmuran yang maksimum kepada individu dan masyarakat.
b) Konsep Ekonomi Islami Dalam Sudut Pandang Sosial
Konsep Ekonomi Islam, dalam setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas
ideology yang memberikan landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-
aksioma serta prinsip-prinsipnya, di lain pihak. Proses yang diikuti dengan
seperangkat aksioma dan prinsip yang dimaksudkan untuk lebih mendekatkan
tujuan sistem tersebut merupakan landasan sistem tersebut yang bisa diuji. Sistem
social Islam dan aturan-aturan keagamaan mempunyai banyak pengaruh, atau
bahkan lebih banyak, terhadap cakupan ekonomi dibandingkan dengan sistem
hukummnya.
Baru sedikit yang dilakukan untuk menampilkan sejarah pemikiran ekonomi
islam. Hal ini tidak menguntungkan karena sepanjang sejarah islam para pemikir
dan pemimpin politik muslim sudah mengembangkan gagasan-gagasan ekonomik
mereka sedemikian rupa, sehingga mengharuskan kita untuk menganggap mereka
sebagai para pencetus ekonomi Islam yang sebenarnya. Penelitian di,perlukan
untuk menampilkan pemikiran ekonomi dari para pemikir besar Islam seperti Abu
Yusuf, Yahya bin adam, Al gazali, Ibnu Rusyd dan banyak lainnya lagi.
Kajian tentang sejarah pemikiran ekonomi dalam Islam seperti itu akan
membantu menemukan sumber-sumber pemikiran ekonomi Islam kontemporer,
disatu pihak dan dipihak lain, akan memberikan kemungkinan kepada kita untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai perjalanan pemikiran
ekonomi Islam selama ini. Kedua-duanya akan memperkaya ekonomi Islam
Kontemporer dan membuka jangkauan lebih luas bagi konseptualisasi dan
aplikasinya.
3. Leksikografi Dalam Pilihan Sosial
Kajian terhadap perkembangan historic ekonomi Islam itu merupakan ujian-ujian
empirik yang diperlukan bagi setiap gagasan ekonomi. Ini memiliki arti sangat penting,
terutama dalam bidang kebijakan ekonomi dan keuangan Negara. Namun peringatan
terhadap adanya dua bahaya perlu diketemukan bila aspek historic Islam itu diteliti.
Pertama, bahaya kejenuhan antara teori dengan aplikasi-aplikasinya, dan kedua,
pembatasan teori dengan sejarahnya. Batas antara sistem ekonomi Islam yang bisa
diaplikasikan terhadap perekonomian yang sehat dengan pertumbuhan yang normal di
satu pihak, dan tindakan-tindakan darurat yang dapat diambil oleh para pejabat
penaggung jawab bidang perekonomian untuk membahas masalah seperti kemiskinan,
atau ketidakadilan dalam pendistribusian barang-barang, seharusnya diberi pembatasan.
Tanpa pembatasan seperti itu, ekonomi islam akan menjadi kajian parsial terhadap
gejala-gejala peralihan yang akan menimbulkan pemborosan setelah pembangunan
Negara-negara Islam itu, ini tidak berarti bahwa persoalan seperti persoalan pembangunan
tidak boleh mendapat perhatian langsung dari para ahli Ekonomi Islam iyu, melainkan
harus diartikan bahwa persoalan ini harus ditanggulangi dalam kerangka teori umum
ekonomi Islam yang mempertahankan relevansinya dengan semua tahap pembangunan
ekonomi dan suasana politik.
a) Agresi dari Pilihan
Diversifikasi literatur Islam modern mengenai ekonomi timbul dari kesulitan
inheren dalam jenis kajian ini, yaitu :
1. Sama sekali tidak ada “Teori Ekonomi Islam” yang tertulis dalam pengertiannya
yang ketat.
2. Banyak orang berkeberatan dengan digunakannya istilah “Teori Ekonomi” itu
sendiri dengan alasan bahwa bila suatu teori adalah penafsiran terhadap beberapa
aspek realitas, berarti bisa terdapat banyak teori yang bernafaskan ilai-nilai
filosofik Islam dalam penafsiran terhadap realitas ekonomi.
Kedua pandangan yang tidak jelas tersebut mendorong sejumlah penulis untuk
menampilkan pandangan yang sangat sempit mengenai filsafat ekonomi Islam dan
membingkainya dengan cara yang juga terbatas yang tidak sesuai dengan implikasi-
implikasi teoritik nilai-nilai filsafat.
Kesulitan tipe kedua adalah dihadapi tidak hanya oleh peneliti di bidang ekonomi
Islam tetapi oleh semua kajian yang membahas berbagai aspek sosial Islam, ia muncul dari
hakikat sumber-sumber hukum Islam itu sendiri yaitu Al-Quran dan As-Sunah.
1. Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai petunjuk bagi kehidupan perilaku manusia yang sudah dijelaskan
dengan rinci. Dalam hal lain ada yang tidak dijelaskan secara rinci hanya
menyinggung pemecahan secara garis besar saja, maka berdasarkan hal
tersebut menunjukan bahwa seharusnya para ulama dan pemikir muslin dapat
mengembangkan dan melengkapi rincian-rincian tersebut dengan
memperhatikan situasi yang ada.
2. As-sunah adalah pemahaman dan aplikasi Nabi Muhammad SAW terhadap Al-
Quran. Kesulitannya timbul dari kenyataan bahwa Nabi ketika itu, pada saat
yang sama, adalah kepala negara. Maka dari itu sulit untuk dibedakan antara
sikap-sikapnya terhadap ajaran Al-Quran yang bersifat permanen dan mengikat
untuk selamanya, atau aturan-aturan yang terkait dengan berbagai situasi di
masa hayatnya.
Upaya pertama yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mengangkat
rincian-rincian yang rumit mengenai bidang ekonomi dari dalam Al-Quran dan As-Sunah
kedalam teori dilakukan pada tahun 1964 oleh As-Sadr.
b) Kesejahteraan Sosial
Diketahui bahwa alat analisis Literatur Islam mengenai ekonomi menggunakan dua
macam metode yaitu : metode deduksi dan metode pemikiran etrospektif.
1. Metode deduksi
Dikembangkan oleh para ahli hukum Islam, El-Iqalta. Implikasinya untuk
menampilkan prinsip-prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya dengan
berkonsultas dengan sumber Islam yaitu Al-Quran dan Sunah.
2. Metode pemikiran etrospektif
Banyak digunakan oleh penulis kontemporer Islam. Diaplikasikan dalam
mencari berbagai pemecahan terhadap persoalan ekonomi umat muslim dengan
kembali kepada Al-Quran dan Sunah untuk mencari dukungan atas pemecahan
tersebut.
Kajian dalam pebahasan ini menggunakan kedua metode tersebut. Namun hanya
sedikit dapat diaplikasikan dalam kajian terhadap makroekonomi dan keseimbangan
umum dalam sistem ekonomi, bahkan dalam kajian teori konsumsi dan matematik
tertentu. Oleh karenya, kajian ini akan mengaplikasikan alat-alat analisis matematik yang
dikenal dalam teori ekonomi modern kapan saja dirasa perlu atau dianggap manfaat.
B. Capital Expenditure
1. Pengertian
Capital Expenditure atau belanja modal adalah pengeluran atas aset tetap dengan
harapan pengembalian dibagikan dengan sejumlah nilai selama beberapa tahun. Keputusan
atas pengeluaran tersebut dibuat oleh organisasi ata sdasar informasi apa saja yang
dihadapkan menyangkut proposal pasti investasi. Namun diketahui bahwa sejumlah modal
yang besar akan dilibatkan dan pengembalian juga akan terealisasikan dimasa yang akan
datang, maka risiko dipelajari dengan baik sebelum proposal diterima dan
diimplementasikan.
Pada negara maju, organisasi bisnis mengembangkan teknik canggih untuk
mengevaluasi proposal investasi sbelum membuat keputusan. Para eksekutif perusahaan
besar dipersenjatai dengan instrumen yang cepat, skop yang luas, informasi yang akurat.
Hal tersebut menjadi suatu tuntutan, maka ada teknik capital expenditure yang
menyediakan visi keberadaan beban kepada pembuat keputusan, dimana akan membawa
kepastian keselamatan.
Pada negara berkembang atau terbelakang kehati-hatian dalam menganalisis
merupakan hal yang sulit, maka pemuka bisnis mrngikuti dugaan/firasat atau aturan
tertentu untuk mengambil keputusan investasi. Terlihat bahwa analisis dari capital
expenditure adalah kecilnya bunga. Namun, kenyataannya bahwa teknik tersebut dapat
membantu pengambilan keputusan secara rasional.
Ide untuk mendiskusikan kerangka analisis capital expenditure yang bebas riba
berutang signifikan teknik modern atas diskon rate yang tertanam dalam rate bunga. Hal
tersebut yang menjadikan pertanyaan pemikir muslim. Berikut proposal untuk
mengevaluasi capital expenditure dalam sebuah kerangka bebas riba. Sedikit survei
mengenai teknik modern dalam analisis capital expenditure agar mempunyai perspektif
yang benar :
1. Untuk pengambilan keputusan investasi disektor privat, dimana setiap proyek
punya aliran biaya dan keuntungan yang pasti/tertentu. Tidak mendiskusikan
investasi di sektor publik dimana politik dan sosial leboh mendominasi dalam
pengambilan keputusan investasi.
2. Kita harus berumpama di sepanjang waktu bahwa investasi adalah dibwah
konsiderasi sifat konvensional.
3. Cost dan benefit dapat ditetapkan/didefenisikan pada setiap periode waktu,
sehingga cash flow tidak seterusnya berlanjut tetapi diterapkan pada waktu
tertentu yang pasti.
4. Periode waktu bisa saja beberapa masa, bisa setahun, sebulan, seminggu,
bahkan sehar.
5. Ekonomi yang akan diciptakan adalah analisis yang bebas dari riba. Tidak akan
dibahas pelarangan rasional mengenai riba.
Metode capital expenditure
a. Payback method
Periode paybak menunjukan berapa lama (dalam beberapa tahun)suatu investasi
akan bisa kembali, periode payback menunjukan perbandingan antara ‘’initial
investmen’’ dengan aliran kas tahunan. dengan rumus umum sebagai berikut. apabila
periode payback kurang dari suatu periode yang ditentukan, proyek tersebu diterima,
apabila tidak, proyek tersebut ditolakikelemahan utama dari metode payback ini adalah
tidak memperhatikan aliran kasmasuk setelah selesainya waktuperiode proyek. metode
payback ini banyak digunakan untuk melengkapi metode lain.
Payback periode merupakan salah satu metode perhitungan Capital budgeting
yang relative sederhana . pay back period adalah metode yang mengukur seberapa
cepat investasi bisa kembali dalam satuan tahun.cara mengambil keputusan dengan
metode ini adalah membandingkan payback period investasi yang dihasilkan denga
aktiva.
b. Accountat Rate of Return
Bukan Cash Flow namun keuntungan yang dilaporkan dalam buku membagi
keuntungan bersih setelah pajak dengan rata-rata investasinya.
c. Discounted Cash flow Rate of Return
Metode discounted Cash flow menggunkan 3 macam tolok ukur yaitu, Net Present
Value, Internal Rate of Return dan Net Benefit Cost. rasio untuk mempertimbangkan
nilai waktu uang pada aliran kas yang terjadi. NPV dan IRR sudah terkenal sebagai
dua metode untuk menilai usul investasi, yang sedikit belum terkenal. keduanya sama-
sama termasuk kelompok discount cash flow penganut nilai waktu,
d. Net present Value Method
Net present Value Method adalah selisih antara present value dari investasi dengan
nilai sekarang dari permintaan kas bersih dimasa yang akan datang untuk menghitung
nilai sekarang perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.NPV atau nilai
sekarang bersih adalah analisis manfaat inansial yang digunakan untuk mengukur
layak tidaknya suatu usaha dilakukan dilihat dari nilai sekarang(present value)arus kas
bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi
yang dikeluarkan.
Arus kas bersih adalah laba bersih usaha ditambah penyusutan sedang jumlah
investasi adalah jumlah total dana yang dikeluarkan unruk membiayai pengaadaan
seluruh alat-alat produksi yang dibutuhkan. Criteria penilaian adalah jika NPV >0
maka usaha yang direncanakan atau yang diusulkan layak untuk dilaksanakan dan jika
NPV <0 jenis usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan. konsep NPV
merupakan metode evaluasi investasi yang menghitung nilai bersih saat ini dari uang
masuk dan keluar dengan tingkat diskonto atau tingkat imbal hasil yang disyaratkan.
investasi yang baik mempunyai nilai bersih saat ini yang positif. Dapat disimpulkan
bahwa NPV adalah sebuah metode evalusai investasi dengan mengukur selisij antara
present value dan investasi awal
e. Machinery And Allied Product institute Method
Evaluasi tingkat prokduktifitas perusahaan yaitu menganalisis pola pertumbuhan
prokduktifitas sehingga dapat diketahui perkembangan perusahaan selama periode
pengukuran. Pengukuran prokduktifitas di lini produksi sangatlah penting untuk
mengetahui sejumlah tingkat prokduktifitas perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan strategi di masa datang Net operating rate
mengukur pemeliharaan dari suatu kesepakatan selama periode tertentu. dengan kata
lain ia mengukur apakah suatu operasi tetap stabil dalam periode selama peralatan
beroprasi pada kecepatan rendah formula pengukuran rasio adalah:

Performance rate = Processed amount x theoretical eycle time


operation time
Quality ratio merupakan suatu rasio yang menggembangkan kemampuan peralatan
dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. ormula yang digunakan

Quality rate = Processed amount – defect amount


Processed amount
Nilai OEE iperoleh dengan mengalikan ketiga ratio utama tersebut. secara matematis
formula pengukuran nilai OEE adalah sebagai berikut..
OEE (%) = Availability (%) x performance rate (%) x quality rate (%)
3. Evaluasi Investasi dalam Kerangka Bebas Riba
Proposal dalam paragraf menyusul adalah penting sebagai sebuah alternatif dan
DCFR dan NPV. Sisa dari metode lainnya dapat digunakan dalam Islam sama dengan
rerangka ekonomi lainnya. Meskipun ide dasarnya pada waktu itu adalah dalam
pengertian yang harus diberikan atas dasar cash flow, sepertinya terdengar dan dapat
diterima, teknik analisis investasi belanja modal telah menggunakan konsep biaya
tetap dari kapital yang mana tidak islami.

Sebuah kebutuhan lahir untuk membuat alternati metode yang mana disamping
karakteristik yang sederhana dan rasional juga menyertakan nilai waktu terhadap uang.
Metode yang diperkenalkan dinamakan “Investible Surplus”. Sebagai contoh sebuah
proyek dengan umur 5 tahun berbiaya 12.000 akan balik modal dalam 2 tahun dan
akan mendatangkan sekitar 2.000 untuk tiap tahun di tiga tahun kemudian.

Investible surplus yang bersama perusahaan adalah (2000x2) +(2000x0)= 6000.


Umpamakan bahwa surplus akan dihasilkan di akhir tahun ketiga, keempat dan kelima
dan tetap berlanjut sampai tahun 2,1 dan 0. Proposal investasi yang berbeda dapat
dirangking berdasarkan perandingan satu sama lain atas investible surplus yang
mereka hasilkan. Secara aljabar perhitungannya :

𝑛 (𝐵𝑡 − 𝐶𝑡)(𝑁 − 𝑡)
𝐼𝑆𝑛 = ∑
𝑇=1 (𝐵𝑡 − 𝐶𝑡) > 0

ISn = Investible surplus selama n tahun

Bt = keuntungan yang dicapai seperti cash yang dihasilkan

Ct = Biaya yang terjadi seperti pengeluaran cash

n = Umur dari proyek

t = Periode dari waktu yang akan dating pada akhir periode

Sama dengan itu, biaya dari proyek itu dapat kita bandingkan dengan Investible surplus untuk
menghitung Rate dari Investible surplus adalah sebagai berikut:
𝐼𝑆𝑛
𝐼𝑆𝑅 = ∑𝑛 =0(𝐶𝑡)(𝑏−𝑡1)×100 ……………………(2)
𝑡1

Formula 1 dan 2 diatas dapat digunakan hanya jika kebijakan cashflow dilakukan pada awal
periode.

ARTIKEL :

STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN


BANK SYARIAH SWASTA

Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, bank syariah perlu menjaga kinerjanya
agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih peran pemilik bank juga menjadi sangat
penting dalam konstribusi penentuan manajemen yang baik serta diharapkan dapat berdampak
positif terhadap kinerja bank. Penelitian ini bertujuan untuk melihat trend kinerja keuangan
antara bank syariah pemerintah dan swasta selama lima tahun terakhir kemudian mengukur
dan membandingkan kinerja keduanya. Jenis penelitian komparatif dengan pendekatan
kualitatif.

Data yang digunakan berupa data bank yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan yaitu bank syariah pemerintah (BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah,
BJB Syariah) dan bank syariah swasta (Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BCA
Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah dan Maybank
Syariah) dari tahun 2012 s.d 2016. Teknik analisis yang digunakan dengan mengacu pada
metode Grounded Theory. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja
pada rasio CAR, FDR, ROA, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income.

Bank Syariah Pemerintah memiliki kinerja yang lebih baik pada rasio NPF dan Bank
Syariah Swasta memiliki kinerja lebih baik pada rasio PSR. Dapat disimpulkan bahwa kinerja
Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki kinerja yang sama baik dari segi
keuangan dan penerapan prinsip syariah tetapi hanya pada beberapa aspek penilaian terdapat
perbedaan kinerja.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari artikel ini adalah:

1. Trend kinerja keuangan pada kedua bank syariah cenderung fluktuatif yang mana rasio
keuangan menunjukkan angka tidak stabil, tidak selalu mengalami kenaikan atau penurunan
kinerja.

2. Kinerja Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki kinerja yang sama
baik dari segi keuangan dan penerapan prinsip syariah tetapi hanya pada beberapa aspek
penilaian terdapat perbedaan kinerja. Perbandingan kinerja keduanya ialah sebagai berikut:

a. Pada aspek permodalan dengan rasio CAR, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah
Pemerintah dan Swasta dalam memenuhi kecukupan modal dengan rasio CAR Bank
Syariah Swasta lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah tetapi tingkat modal
keduanya secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku. Hal itu
disebabkan keduanya memiliki struktur pemegang saham yang sangat kuat yaitu Bank
Syariah Pemerintah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Syariah
Swasta dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam segi rasio, CAR Bank Syariah
Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah karena pada umunya sebagian
besar nasabah Bank Syariah Swasta merupakan kalangan perusahaan, pengusaha, dan
masyarakat menengah ke atas sedangkan nasabah Bank Syariah Pemerintah rata-rata di
kalangan pegawai dan masyarakat menengah ke bawah.

b. Pada aspek kualitas aset dengan rasio NPF, kinerja Bank Syariah Pemerintah lebih baik
dibandingkan Bank Syariah Swasta dalam menjaga kualitas asset terhadap risiko
pembiayaan bermasalah. Hal itu disebabkan pembiayaan bermasalah Bank Syariah Swasta
pada dua tahun terakhir dalam kondisi kurang baik sehingga hal tersebut terjadi dapat juga
disebabkan oleh manajemen risiko Bank Syariah Swasta yang kurang baik dalam
mengantisipasi pembiayaan bermasalah.

c. Pada aspek likuiditas dengan rasio FDR, tidak ada perbedaan kinerja dalam memelihara
likuiditas dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat antara Bank Syariah
Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dengan rasio FDR Bank Syariah Pemerintah lebih
baik dibandingkan Bank Syariah Swasta. Hal itu disebabkan strategi keduanya dalam
mencapai rencana penghimpunan dan penyaluran selalu dilakukan dengan baik.

d. Pada aspek rentabilitas dengan rasio ROA, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek
rentabilitas antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dengan rasio ROA
Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih unggul dapat dilihat bahwa rasio ROA Bank Syariah
Pemerintah sedikit lebih banyak menghasilkan keuntungan dibandingkan Bank Syariah
Swasta tetapi kondisi kinerja keduanya di bawah kondisi baik untuk mendukung kegiatan
operasional dan permodalan. Hal ini disebabkan pada jangka dua tahun terakhir keduanya
mengalami kerugian. Pada jangka waktu tersebut NPF keduanya juga dalam kondisi kurang
baik dan mengakibatkan pembengkakan biaya atas risiko pembiayaan bermasalah sehingga
keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi biaya tersebut.

e. Pada aspek penerapan prinsip bagi hasil dengan rasio PSR, kinerja Bank Syariah Swasta
dalam menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil lebih baik dibandingkan Bank
Syariah Pemerintah. Hal itu disebabkan perbedaan rasio CAR Bank Syariah Swasta yang
lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. Kinerja dalam aspek permodalan
keduanya yang mana memiliki kategori penilaian yang sama namun dalam ukuran rasio
Bank Syariah Swasta lebih tinggi 8,09%. Hal tersebut berarti semakin tinggi modal atau
dana yang dihimpun oleh bank maka semakin banyak juga dana yang akan disalurkan
kepada masyarakat.

f. Pada aspek pembayaran zakat dengan rasio rasio ZPR, tidak ada perbedaan kinerja dalam
melaksanakan pembayaran zakat hanya saja dalam ukuran rasio Bank Syariah Pemerintah
tergolong lebih baik karena jumlah zakat yang dibayarkan lebih banyak dibandingkan Bank
Syariah Swasta tetapi kinerja Bank Syariah Pemerintah dan swasta dalam menyalurkan
zakat belum memuaskan. Hal itu disebabkan tidak ada peraturan bagi Bank Umum Syariah
yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sehingga keduanya tidak terlalu
memperhatikan baik dari pengukuran maupun pengoptimalan pembayaran zakat sesuai
dengan ketentuan syariah.

g. Pada aspek penerimaan pendapatan dari sumber yang halal dengan rasio Islamic Income vs
Non-Islamic Income, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta
dalam menghasilkan pendapatan dari sumber yang halal namun dalam ukuran rasio porsi
pendapatan halal Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak yaitu sebesar 0,01%
dibandingkan Bank Syariah Swasta. Namun kinerja dalam menghasilkan pendapatan dari
transaksi halal kedua bank telah dilakukan dengan optimal. Kedua bank syariah berusaha
memberikan kepercayaan kepada nasabah dalam mengelola dana sehingga kedua bank
meminimalkan pendapatan dari transaksi non halal dan mengoptimalkan pengeluaran
pendapatan non halal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr Veithzal Rivai, SE, MM, MBA, Islamic Financial Management, Ghalia Indonesia

Hasan, I. Q., Fahmi, M. Y., & Anjaswari, G. (2017). Studi Atas Kinerja Keuangan pada Bank
Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta.

Anda mungkin juga menyukai