Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEORI EKONOMI MIKRO SYARIAH

Dosen Pengampu :

Dr. Anzu EZT, SE.,ME.Sy

Oleh:
MEGI HANDAYANI
NIM : 802230036
ERIK DONA ARDIAN
NIM:802230047

PRODI MAGISTER EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI PLKS


FAKULTAS PASCA SARJANA EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 2

A. Latar Belakang .................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5

1. Ekonomi dan Sejarahnya..................................................................... 5

2. Ekonomi islam antara fakta yuridis dan defakto. ..................................

3. Ekonomi islam dan harapan ke depan . .................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17

A. Kesimpulan ....................................................................................... 17

B. Saran .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan aktivitas keseharian umat manusia yang tidak dapat

dihindari. Ajaran Islam tentang perekonomian menarik untuk dikaji secara

mendalam.1 Aktivitas ekonomi merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan baik

materiil untuk kehidupan individu maupun kehidupan sosial. Islam senantiasa

menuntut pemeluknya agar senantiasa mengamalkan ajaran Islam dalam setiap

kegiatan bisnis maupun transaksi keuangan lainnya.2

Selain dalam aktivitas ekonomi, Ekonomi merupakan aktivitas keseharian

umat manusia yang tidak dapat dihindari. Ajaran Islam tentang perekonomian

menarik untuk dikaji secara mendalam.3 Ekonomi dalam Islam bukan hanya sebatas

teori, melainkan telah menyatu dalam agama, maka Islam memiliki sifat dasar

ekonomi rabbani dan Insani. Mengapa demikian ? disebut ekonomi Robbani

dikarenakan memiliki arahan dan nilai yang bersumber dari Allah Swt. Sedangkan

ekonomi Insasni dikarenakan sistem ekonomi ini dilakukan dengan tujuan untuk

memakmurkan dan mensejahterahkan umat manusia.

Ekonomi Islam dalam bahasa Arab disebut dengan al iqtishad al-Islami. Al-

Iqtishad secara bahasa bermaknaal-qashdu yaitu pertengahan dan berkeadilan.

Maksud dari pertengahan di sini adalah orang yang melakukan aktivitas ekonomi

Islam harus berlaku jujur, lurus, dan selalu dalam kebenaran. Ekonomi Islam

menurut Abdul Mannan adalah “Islamic Economic is a social sciencs with studies

1
Se Mm Me Nasfi et al., “EKONOMI MIKRO ISLAM” (OSF, September 22, 2021),
https://osf.io/x5cp4.
2
Suminto Suminto, Moh Farih Fahmi, and Binti Mutafarida, “Tingkat Literasi Ekonomi Syariah
Mahasiswa Dalam Kegiatan Ekonomi,” JPEKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi, Manajemen dan Keuangan 4,
no. 1 (April 23, 2020): 31–44, https://doi.org/10.26740/jpeka.v4n1.p31-44.
3
Tuti Supatminingsih, Febry Anggraeni, and Sumrotul Hasanah3, “Pandangan Ekonomi Islam
Terhadap Perkembangan Sistem Finansial Teknologi Berbasis Paylater (Studi Kasus Pada Mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta),” JUMABI: Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis 1, no. 1 (January 6, 2023):
30–44, https://doi.org/10.56314/jumabi.v1i1.97.
the economic problems of a people imbued with the values of islamic”. Ilmu

ekonomi pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat

yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.4

Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah sebuah praktik ekonomi dengan

menerapkan aturan-aturan syar’i yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk

mendapatkan kemaslahatan baik di dunia dan di akhirat. Aktivitas tersebut meliputi

3 bersosialisai, jual beli, hingga melakukan aktivitas traksaksi keuangan.

Konsep ekonomi Islam merupakan sebuah konsep ekonomi yang

merupakan hasil pemikiran para ekonom muslim berpijak pada kondisi eknomi

untuk mencari masahat dengan tujuan falah menggunakan Al-qur’an dan Hadits

sebagai pedoman untuk berijtihad dalam memutuskan sebuah konsep ekonomi

Islam.

B. Teori Micro Ekonomi

Teori mikroekonomi atau ekonomi mikro boleh diartikan sebagai “ilmu

ekonomi kecil”.5 Berdasarkan kepada pola dan ruang lingkup analisisnya, teori

mikroekonomi dapat didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam ilmu ekonomi

yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan

perekonomian. Ekonomi mikro konvensional ini didasarkan pada prilaku individu-

individu yang secara nyata terjadi disetiap unit ekonomi, prilaku individu dari setiap

unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma dan

aturan menurut persepsinya masing-masing.6 Pembahasan prilaku konsumsi

ekonomi mikro konvensional hanya memperhatikan perubahan pada variabel

4
Iwan Hidayat, “Produksi: Telaah Pemikiran Muhammad Abdul Mannan Dalam Ekonomi Islam
(Studi Kasus Produksi Garam Rakyat Madura),” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 7, no. 1 (March 8, 2021): 230–
34, https://doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1666.
5
Nikmatul Husna and Husni Thamrin, “Konsep Mikro Ekonomi Syariah,” Syarikat: Jurnal Rumpun
Ekonomi Syariah 4, no. 2 (December 29, 2021): 43–51, https://doi.org/10.25299/syarikat.2021.vol4(2).8516.
6
Rahayu Mardikaningsih M.M S. E. et al., Pengantar Ekonomi Mikro (Cendikia Mulia Mandiri,
2022).
ekonomi, seperti harga dan pendapatan.

Sedangkan dalam pembahasan ekonomi mikro islam, justru faktor moral

dan norma yang terangkum dalam tatanan syari’ah akan ikut menjadi variabel yang

penting dan perlu dijadikan sebagai alat analisis 7. Ekonomi mikro islam

menjelaskan bagaimana sebuah keputusan diambil oleh setiap unit ekonomi dengan

memasukkan batasan-batasan syari’ah sebagai variabel yang utama. Dalam

ekonomi mikro islam, kita menganggap bahwa basic ekonomi (variabelvariabel

ekonomi) hanya memenuhi segi necessary condition, sedangkan moral dan tatanan

syari’ah akan memenuhi unsur sufficient condition dalam ruang lingkup

pembahasan ekonomi mikro.8

Isu pokok yang dianalisis dalam teori mikroekonomi adalah: bagaimanakah

caranya menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara efisien agar

kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan?Analisis seperti ini dibuat

berdasarkan kepada pemikiran bahwa (i) kebutuhan dan keinginan manusia tidak

terbatas, sedangkan (ii) kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas.9

Berdasarkan kepada kedua pemikiran ini, teori mikroekonomi bertitik tolak kepada

pemisalan bahwa faktor-faktor produksi yang tersedia selalu sepenuhnya

digunakan.10 Keadaan ini mendorong masyarakat untuk memikirkan cara yang

paling efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia.

7
Muhamad Ajwad Mirwad, “TEORI KEBIJAKAN NEGARA DALAM EKONOMI MIKRO ISLAM
(Studi Penerapan Kebijakan Publik di Indonesia),” Ar-Rihlah : Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah 3,
no. 2 (December 31, 2023): 89–100, https://doi.org/10.35194/arps.v3i2.3264.
8
Ayu Gumilang Lestari, Konsep Ekonomi Mikro Islam (PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2023).
9
Amalia Nuril Hidayati, “INVESTASI: ANALISIS DAN RELEVANSINYA DENGAN EKONOMI
ISLAM,” MALIA (TERAKREDITASI) 8, no. 2 (August 16, 2017): 227–42,
https://doi.org/10.35891/ml.v8i2.598.
10
Mirwad, “TEORI KEBIJAKAN NEGARA DALAM EKONOMI MIKRO ISLAM (Studi
Penerapan Kebijakan Publik di Indonesia).”
C. Rumusan Masalah

a. Penjelasan Ekonomi dan sejarahnya?

b. Penjelasan Ekonomi islam antara fakta yuridis dan defakto

c. Ekonomi islam dan harapan ke depan


BAB II

PEMBAHASAN

1. Ekonomi dan Sejarahnya

a. Asal Usul Pemikiran Ekonomi Islam

Pada beberapa dekade terakhir ini, banyak para pemilir dan cendekiawan

dalam berbagai bidang keilmuan termasuk bidang ekonomi menyimpulkan,

bahwa terjadinya krisis global yang sangat kompleks dan multidimensi tidak lain

disebabkan oleh kesalahan operasioanal bahkan yang lebih hebatnya lagi hingga

pada tingkat konseptual dan paradigmatik yang meliputi intelektual, moral dan

spiritual.11 Semisal pada bidang ekonomi, ilmu ekonomi dipahami dengan

pendekatan yang reduksionis dan terdikotomidari bidang keilmun lainnya.

Padahal dalam Islam, suatu ilmu memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan

ilmu lainnya.

Kemunculan ilmu ekonomi Islam modern di kancah Internasional dimulai

pada dasawarsa tahun 1970-an, yang ditandai dengan kehadiran para pakar

ekonomi Islam kontemporer dunia pada sebuah perkumpulan pertama kalinya

dalam sejarah yaitu International Conference on Islamic Economics and Finance

yang diselenggarakan di Jeddah.12 Telah banyak membuahkan hasil yang

diwacanakan dalam bentuk teori-teori ekonomi Islam dan bahkan diaplikasikan di

ranah perekonomian negara pada sektor-sektor bisnis modern termasuk halnya

lembaga keuangan bank maupun non bank.

Ekonomi Islam yang telah hadir kembali di kancah perekonomian saat ini,

bukanlah suatu hal yang baru dan tiba-tiba muncul begitu saja tanpa ada dasar

11
Lailatul Istiqomah, “Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,” Al-Iqtishod : Jurnal Ekonomi
Syariah 1, no. 1 (June 1, 2019): 1–19.
12
Nurcholish Majid, Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan (Mizan Pustaka, 2008).
pijakan yang jelas.13 Meskipun pada dasarnya ilmu dan aktivitas ekonomi

merupakan sesuatu yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

memang sudah ada begitu saja sebagai fitrah. Namun sebagai sebuah konsep

pemikiran yang menjadi teori dan teknis yang telah dipraktikkan pastinya telah

hadir dan berlansung secara bertahap dalam periode dan fase tertentu. Dan yang

menjadi titik permasalahannya sekarang adalah bagaimana kita menemukan

kembali jejak-jejak kebenaran akan sejarah yang menjelaskan periode dan fase

munculnya konsep pemikiran ekonomi Islam secara teoritis yang mampu

diaplikasikan sebagai pedoman tindakan ekonomi berbasis syari’at yang mana

sengaja diabaikan oleh sejarah dan para sarjana Barat.14

Dalam sejarah ekonomi yang ditulis oleh para sejarawan barat berasumsi

bahwa periode antara Yunani dan Skolastik adalah masa steril dan tidak

produktif.15 Joseph Schumpter sebagai salah satu misalnya, menjelaskan adanya

“Great Gap” dalam sejarah pemikiran ekonomi, ia memulai penulisan sejarah

ekonomi dari para filosof Yunani dan langsung meloncat jauh selama 500 tahun

ke zaman pemikir Skolastik St Thomas Aquinas, dan menyebut masa kekosongan

itu sebagai the dark ages bagi barat. Yang sama sekali mengabaikan peranan kaum

muslimin.

Jika proses evolusi ini disadari sepenuhnya, Chapra berpendapat bahwa

Schumpter mungkin tidak akan berasumsi bahwa kesenjangan yang sangat besar

selama 500 tahun adalah masa tidak produktif, namun akan mencoba menemukan

fondasi di mana para sarjana Barat dan filosof Skolastik membangun bangunan

13
Bedjo Santoso and Abdul Aziz, Pemikiran dan Praktik Ekonomi Islam Sejak Masa Nabi
Muhammad SAW. Hingga Masa Kontemporer (Caremedia Communication, 2022).
14
Muhammad Arifin Lubis M.E S. E. Sy, Asmaul Husna M.Ak S. Ak, and Fauziah Hanum M.Ak,
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (umsu press, 2024).
15
Havis Aravik M.S.I S. H. I., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama
(Kencana, 2018).
intelektual mereka.16 8 Sebab sesungguhnya terdapat dua missing point dalam

sejarah pemikiran ekonomi, yaitu: great gap pada masa dark age dan relasi antara

pemikiran di Barat dan dunia Islam.17 Jika hal ini dilakukan, niscaya akan

memaksa mengakui kontribusi kaum muslimin yang berusaha mereka tutupi

karena pemikiran-pemikiran ekonomi Islam pada masa inilah yang kemudian

banyak menjadi rujukan para ekonom Barat. Sebab dalam periode sejarah Islam,

masa kegelapaan Barat tersebut adalah masa kegemilangan Islam.

Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai

seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

Indonesia secara dinamis bergantung pada sumber pembiayaan dari sektor

perbankan.18 Dimana keadaan perekonomian Indonesia tersebut dikenal dengan

sebutan bank–based economy. Dalam hal ini, peranan sektor perbankan dapat

dikatakan sebagai fasilitas pemacu untuk perkembangan.

Peranan sektor perbankan dalam membantu mendorong perkembangan

perekonomian Indonesia biasanya terjadi melalui penyediaan dana untuk dunia

usaha.19 Dunia usaha diyakini merupakan salah satu sektor yang dapat dengan

cepat mempengaruhi pergerakan pertumbuhan ekonomi.20 Untuk itu dukungan

yang lebih komprehensif sangat dibutuhkan bagi dunia usaha untuk dapat

meningkatkan efektivitasnya yang kemudian akan berpengaruh pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Dunia usaha membutuhkan sumber – sumber pembiayaan

untuk dapat meningkatkan investasi mereka dan kemudian dapat memperoleh

16
Muhammad Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi (Gema Insani, 2000).
17
H. Abdurrahman Mas’ud, Paradigma Pendidikan Islam Humanis (IRCISOD, 2020).
18
Dr Solikin M. Juhro M.A S. E. , MAE, Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Kebijakan (PT.
RajaGrafindo Persada - Rajawali Pers, 2023).
19
Hafiz Maulana Muttaqin, Ahmad Mulyadi Kosim, and Abrista Devi, “Peranan Perbankan Syariah
Dalam Mendorong Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dimasa Pandemi Covid-19,” El-Mal: Jurnal Kajian
Ekonomi & Bisnis Islam 2, no. 1 (2021): 110–19, https://doi.org/10.47467/elmal.v2i1.393.
20
Bambang Arianto, “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Perekonomian Dunia,” JURNAL
EKONOMI PERJUANGAN 2, no. 2 (2020): 106–26, https://doi.org/10.36423/jumper.v2i2.665.
faktor – faktor produksi yang lebih banyak tentunya, sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan output dan pada akhirnya akan berdampak pada

pendorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.21

Masalah ekonomi pada masa kini menguasi pusat kehidupan pemikiran kita.

Sebelumnya, hal ini tidak pernah mendapat perhatian yang sedemikian besarnya

atau menjadi sedemikian pentingnya seperti keadaannya sekarang.22 Saya

menggunakan perkataan “perhatian yang sedemikian besarnya” karena menurut

kenyataannya, kedudukan penting yang ditempati oleh perekonomian dengan

sendirinya dalam kehidupan manusia senantiasa memaksa setiap orang,

segolongan masyarakat, suatu bangsa atau 3 negara dan sesungguhnya seluruh

umat manusia dalam segala zaman untuk mencurahkan perhatian yang cukup

besar terhadapnya

Indonesia yang merupakan negara berkembang, sumber pembiayaan

investasinya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan hingga saat ini. 23

Sehingga dapat dikatakan bahwa jika penyaluran kredit perbankan menurun maka

akan mampu juga menurunkan pertumbuhan output. Misalnya, seperti yang

terjadi di Indonesia pada saat setelah terjadinya krisis tahun 1997, fenomena

penurunan kredit yang disalurkan dijadikan tersangka dari lambatnya pemulihan

ekonomi Indonesia walaupun kondisi dari makroekonomi lainnya seperti inflasi,

nilai tukar dan suku bunga setelah krisis berlangsung memperlihatkan kondisi

yang lebih baik, tapi kredit yang disalurkan oleh perbankan belum mampu

menjadi motivator untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi pada keadaan

21
Dr Mohammad Masykur Wiratmo M.Sc, Pengantar Kewiraswastaan – Kerangka Dasar Memasuki
Dunia Bisnis (Penerbit Andi, 2024).
22
Scott Burchill dan Andew Linklater, Teori-teori Hubungan Internasinal (Nusamedia, 2019).
23
Abdul Wahab and Ilma Mahdiya, “Peran Lembaga Keuangan Syariah Terhadap Pertumbuhan
UMKM Dalam Revitalisasi Ekonomi Pembangunan Di Indonesia,” Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 24,
no. 1 (August 3, 2023): 109–24, https://doi.org/10.30595/islamadina.v24i1.11713.
sebelum terjadinya krisis.24

Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada dasarnya akan

berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan moneter dalam mencapai sasaran

akhirnya. Seperti yang diketahui secara umum bahwa kebijakan moneter bekerja

dengan cara pengaturan jumlah uang beredar oleh otoritas moneter untuk dapat

mengendalikan keadaan ekonomi makro seperti kestabilan harga dan inflasi.

Menurut Nopirin (1992), kegiatan perekonomian masyarakat dapat dipengaruhi

melalui tindakan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara

mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit.25 Selain itu menurut Iswardono

(1997), ia memandang kebijakan moneter sebagai bagian integral dari kebijakan

makroekonomi oleh karena itu sasaran ekonomi makro yang ingin diwujudkan

melalui kinerja kebijakan moneter ini adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, stabilitas harga, pemerataa pembangunan dan keseimbangan pada

neraca pembayaran. Ada juga pandangan kebijakan moneter menurut Mishkin

(2004) yaitu perkembangan variabel moneter seperti “uang beredar, suku bunga,

kredit, dan nilai tukar” dipengaruhi oleh tindakan kebijakan moneter untuk

mencapai tujuan perekonomian negara.

Dinamika perekonomian Indonesia yang terjadi pada tahun 1980-an yang

berdampak pada kemunduran sektor perekonomian Indonesia diatasi oleh

pemerintah Indonesia dengan menjalankan sistem kebijakan deregulasi

perbankan dengan cara meningkatkan efisiensi dan mobilitas dana.26 Pada saat

paket 1 Juni 1983 (Pakjun 1983) dikeluarkan, pada saat itu pula deregulasi

24
Novi Indriyani Sitepu, “PERAN BANK SYARIAH DALAM PENGENDALIAN HARGA (Studi
Analisis Terhadap Perbankan Syariah di Indonesia),” Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam (Darussalam
Journal of Economic Perspec 1, no. 1 (2015): 55–74, https://doi.org/10.24815/jped.v1i1.6520.
25
Perry Warjiyo, Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia (Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2017).
26
Agung Anggoro et al., Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi: Peluang dan Tantangan (Pustaka
Peradaban, 2023).
perbankan di Indonesia di mulai. Mendorong bank dalam menghimpun dana dari

masyarakat dan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat yang

membutuhkan modal adalah tujuan utama dari paket kebijakan deregulasi ini. 27

Setelah adanya deregulasi perbankan, pemerintah memberikan kebebesan pada

setiap bank. Kebebesan ini ditunjukkan oleh perilaku bank yang berhak

menentukan tingkat suku dan memberikan kredit kepada para pelaku ekonomi

tanpa adanya sistem pagu kredit.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi, sektor perbankan semakin

menunjukkan eksistensinya pada aktivitas perekonomian riil Indonesia apalagi

pada saat penerimaan dari sektor minyak Indonesia mulai menurun.28 Pemerintah

tidak lagi membiayai pembangunan dari penerimaan sektor minyak, tapi

pemerintah membiayainya melalui sumber dana dari lembaga keuangan seperti

perbankan dengan cara mobilitas dana dari masyarakat yang dilakukan dengan

deregulasi sektor perbankan.

2. Ekonomi islam antara fakta yuridis dan defakto

Defacto Setelah kita meyakini bahwa secara yuridis Islam jelas mengatur

tentang ekonomi, pertanyaan kemudian muncul, apakah sistem ekonomi bersifat

normatif dan sulit dipraktekkan, dan belum pernah dipraktekan pada dunia Islam

Khususnya awal periode Islam.29 Jika memang ada dan sudah pernah

dipraktekkan, maka mana bukti defacto yang dapat dipercaya. Maka jawabannya

adalah sistem ekonomi itu ada meskipun konseptual bangun sistem ekonomi

27
Tira Nur Fitria, “Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 1, no.
02 (2015), https://doi.org/10.29040/jiei.v1i02.30.
28
Supiah Ningsih, DAMPAK DANA PIHAK KETIGA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (Penerbit Widina, 2021).
29
Elly Masykuroh, “REFORMULASI BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM,” Justicia Islamica
8, no. 1 (2011), https://doi.org/10.21154/justicia.v8i1.528.
Islam itu sendiri perlu diformulasikan kembali melalui rekonstruksi sejarah dan

perumusan kembali melalui pengkajian yang mendalam dan terus menerus

(filsafat), mengingat ekonomi merupakan masalah sosial yang selalu berkembang

sesuai peradaban manusia, namun pedoman pokok yang sudah ditetapkan syara’

harus tetap dipegang. Al-Qur’an dan Sunnah sarat dengan pedoman-pedoman

pokok, sedangkan ekonomi merupakan interpretasi manusia lewat pemikirannya.

“Pengajaran Ekonomi Islam di dalam al-Qur’an dan Sunnah bersifat abadi dan

universal, tetapi manusia berusaha menginterpretasikan dan mengaplikasikannya

sesuai kepentingan pada waktu dan tempat usaha usaha tersebut dilakukan.30.

Hal ini menjelaskan mengapa studi sejarah pemikiran ekonomi Islam tidak

diawali dengan mendiskusikan al-Qur’an dan hadits tetapi berangkat dari

pandangan yang mengekspresikan isu-isu ekonomi oleh para sahabat Nabi dan

generasi yang mengikuti mereka yang merupakan ahli ahli fiqh termasyhur.”7

Setelah dilakukan pengkajian sejarah, ternyata pemikiran ekonomi Islam telah

muncul sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.

Ketika sejarah ekonomi dunia mencatat bahwa pemikiran ekonomi lahir

sejak lahirnya pemikiran Aristoteles dan Plato pada abad 2 M yang kemudian

abad 15 lahir Thomas Aquidas, pintu pembuka pemikiran kaum Markantilis pada

abad 17 sebelum teori invisible hand Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into

The Nature and Causes of The Wealth of Nation, ternyata mereka menemukan

adanya benang putus di antara mereka. Masa inilah yang disebut dengan masa

Great Gap8: “Joseph Schumpeter (1954) mengatakan bahwa sebenarnya terdapat

suatu great gap dalam sejarah ekonomi selama kurang lebih 500 tahun, yaitu masa

yang dikenal sebagai dark age oleh Barat. Pada masa kegelapan tersebut Barat

30
Selamat Muliadi, “EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM DAN MAQASID SYARIAH DALAM
KURIKULUM EKONOMI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI,” ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi
Islam 9, no. 2 (December 31, 2018), https://doi.org/10.32678/ijei.v9i2.102.
dalam keadaan terbelakang, dimana tidak terdapat prestasi intelektual yang

gemilang termasuk juga dalam pemikiran ekonomi. Demikian pula pada

kebanyakan buku sejarah pemikiran ekonomi, misalnya Speigel (1991),

menganggap pada masa dark age tidak terdapat karya pemikiran tentang ekonomi.

Speigel memang pernah membuka sejarah pemikiran ekonomi dari Bibel (1M)

dan para pemikir Yunani (SM) tapi setelah itu melompat ribuan tahun langsung

pada pemikiran ekonomi abad pertengahan

Pada masa sebelum masehi (SM), seperti Aristoteles, Plato, Canon mereka

banyak mengeluarkan gagasan tentang ekonomi yang didasari oleh cara berpikir

yang mendalam (filosofis) terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Selanjutnya

setelah Isa al Masih lahir dunia Barat diwarnai oleh doktrin gereja yang membuat

mereka menarik diri dari kehidupan dunia.31 Pada masa inilah dunia Islam

berkembang di bawah kepemimpinan Rasulullah dan para Sahabat. Dari runtutan

sejarah pemikiran tersebut, bisa dikatakan bahwa sebetulnya bangsa Barat

mendapatkan gagasan jauh setelah gagasan itu dikeluarkan oleh pemikir Islam.

De facto dan de jure merupakan dua istilah yang erat kaitannya dengan

pengakuan kemerdekaan suatu negara.32 De facto adalah bentuk pengakuan suatu

negara terhadap negara lain yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu

negara, seperti adanya wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sementara de jure

adalah pengakuan yang dinyatakan secara resmi oleh negara lain berdasarkan

hukum internasional tentang keberadaan negara baru. Lantas, apa saja perbedaan

pengakuan secara de facto dan de jure?

Perbedaan de facto dan de jure Perbedaan antara pengakuan de facto dan de

jure dapat dilihat dari bentuk pengakuannya. De facto adalah ungkapan dalam

31
Novrizal Wendi, “Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat,” Tasamuh: Jurnal Studi Islam
8, no. 1 (April 1, 2016): 53–67.
32
Humairah Almahdali et al., ILMU NEGARA (CV. Gita Lentera, 2023).
bahasa Latin yang berarti, pada kenyataannya (fakta) atau pada praktiknya.

Sedangkan de jure, yang juga merupakan ungkapan dalam bahasa Latin, memiliki

arti berdasarkan hukum atau menurut hukum. Dengan kata lain, pengakuan de

facto tidak memiliki landasan hukum yang tertulis, melainkan berdasarkan dari

fakta yang ada. Berkebalikan dengan de jure, yang memiliki landasan hukum

tertulis seperti dokumen dari negara lain dengan segala akibatnya. Pengakuan ini

juga dapat diartikan sebagai pengakuan resmi dengan hukum internasional.33

De facto Dilihat dari sifatnya, pengakuan de facto dibagi menjadi dua, yaitu:

Sementara, yaitu pengakuan dari negara lain tanpa melihat perkembangan dari

negara tersebut. Jika negara itu hancur, maka negara lain akan menarik

pengakuannya. Tetap, yaitu pengakuan dari negara lain terhadap suatu negara

yang dapat menimbulkan hubungan perdagangan dan ekonomi.

De jure Berdasarkan sifatnya, pengakuan secara de jure juga terbagi menjadi

dua, sebagai berikut. Penuh: terjadi hubungan antarnegara yang mengakui dan

diakui dalam hubungan dagang, ekonomi, dan diplomatik. Tetap: pengakuan dari

negara lain yang berlaku untuk selamanya karena pada faktanya menunjukkan

bahwa kondisi pemerintahan stabil.

3. Ekonomi islam dan harapan ke depan

a. Tantangan Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Masa Depan Indonesia

Di Era Globalisasi

Globalisasi ekonomi sebenarnya sudah terjadi sejak lama, masa

perdagangan rempahrempah, masa tanaman paksa (cultuur stelsel) dan masa

33
S. H. Grasia Kurniati, “STUDI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DAN
IMPLEMENTASINYA ANTARA LEMBAGA BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA DAN
SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE,” Jurnal Ilmiah Hukum DE’JURE: Kajian
Ilmiah Hukum 1, no. 2 (October 1, 2016): 201–34, https://doi.org/10.35706/dejure.v1i2.507.
dimana modal swasta Belanda zaman kolonial dengan buruh paksa.34 Pada ketiga

periode tersebut hasil bumi Indonesia sudah sampai ke Eropah dan Amerika.

Globalisasi ekonomi sekarang ini adalah manifestasi yang baru dari pembangunan

kapitalisme3 sebagai sistem ekonomi internasion.

Seperti pada waktu yang lalu, untuk mengatasi krisis, perusahaan

multinasional mencari pasar baru dan memaksimalkan keuntungan dengan

mengekspor modal dan reorganisasi struktur produksi. Pada tahun 1950 an,

investasi asing memusatkan kegiatan penggalian sumber alam dan bahan mentah

untuk pabrik-pabriknya. Tiga puluh tahun terakhir ini, perusahaan manufaktur

menyebar keseluruh dunia.35 Dengan pembagian daerah operasi melampaui batas-

batas negara, perusahaan-perusahaan tak lagi memproduksi seluruh produk disatu

negara saja. Manajemen diberbagai benua, penugasan personel tidak lagi terikat

pada bahasa, batas negara dan kewarganegaraan.

Pada masa lalu bisnis internasional hanya dalam bentuk export import dan

penanaman modal. Kini transaksi menjadi beraneka ragam dan rumit seperti

kontrak pembuatan barang, waralaba, imbal beli, “turnkey project,” alih teknologi,

aliansi strategis internasional, aktivitas financial, dan lain-lain. 5 Globalisasi

menyebabkan berkembangnya saling ketergantungan pelaku-pelaku ekonomi

dunia. Manufaktur, perdagangan, investasi melewati batasbatas negara.

meningkatkan intensitas persaingan. Gejala ini dipercepat oleh kemajuan

komunikasi dan transportasi teknologi.

Kekhawatiran pada dampak globalisasi ekonomi tersebut,telah memicu para

34
Rizqon Jamil Farhas and Ratna Riyanti, “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP
PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA,” Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA)
6, no. 2 (July 3, 2022): 758–71, https://doi.org/10.31955/mea.v6i2.2201.
35
Taqiyuddin Al-Muhim, “TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM MENGHADAPI
MASA DEPAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI,” JEBESH: JOURNAL OF ECONOMICS
BUSINESS ETHIC AND SCIENCE HISTORIES 2, no. 3 (January 5, 2024): 26–33.
aktivis dunia melakukan aksi penentangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi

perdagangan, karena dikhawatirkan akan memperbesar kesenjangan. ekonomi,

yang justru menciptakan petaka kemanusiaan. Pada sisi lain, berbagai pihak

berharap pula agar WTO yang beranggotakan 147 negara, akan mampu menjaga

kepentingan anggotanya dari negara-negara berkembang sebagaimana ditegaskan

dalam Putaran Doha, Qatar, tahun 2001.36

Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen

terhadap UU No. 7/1992 menjadi UU No. 10/1998 yang memberikan landasan

operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU tersebut,

Bank Indonesia (BI) mulai memberikan perhatian lebih serius terhadap

pengembangan perbankan syariah, yaitu membentuk satuan kerja khusus pada

April 1999. Satuan kerja khusus ini menangani penelitian dan pengembangan

bank syariah (Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah dibawah

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) yang menjadi cikal bakal bagi

Biro Perbankan Syariah yang dibentuk pada 31 Mei 2001, dan sekarang resmi

menjadi Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia sejak Agustus 2003. 37

Semakin banyakya jumlah bank syariah, struktur pasar syariah pun berubah

dari monopoli menjadi oligopoli, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat

persaingan diantara bank syariah. Sehingga, agar mampu bersaing dengan bank

konvensional, bank inipun mengubah strateginya. Sampai dengan Desember

2003, pemain dalam industri perbankan syariah terdiri dari 2 bank umum syariah

(BUS) dan 8unit usaha syariah (UUS) dari bank umum konvensional (BUK) yang

seluruhnya memiliki jaringan kantor berjumlah 119 KCS (Kantor Cabang

Syariah), serta 84 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Peningkatan jumlah

36
Dr Dewi Tenty Septi Artiany M.Kn S. H. , M. H., Merek Kolektif Produk Koperasi Ekonomi Kreatif
(Penerbit Alumni, n.d.).
37
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (UGM PRESS, 2018).
pemain dalam industri perbankan syariah terlihat cukup pesat bila dibandingkan

keadaan akhir tahun 1998 yang hanya berjumlah 1 BUS dengan 8 KCS dan 78

BPRS.38

Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional,

namun dalam penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara

lain masih diberlakukanya pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya

dukungan SDM ekonomi syariah; tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah

umum, sehingga pemahaman, kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah;

persepsi negatif sekelompok muslim dan non-muslim yang takut mengaplikasikan

hukum syariah secara kafah; belum kuatnya dukungan parpol Islam untuk

menerapkan ekonomi syariah; meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan

memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan edukasi yang memadai.

b. Strategi pengembanagan UKM

UKM ini di negara-negara muslim termasuk Indonesia perlu didorong

perkembangan. Tentunya membutuhkan perubahan yang sangat revolusioner dalam

lingkungan sosial ekonomi.39 Pertama, harus ada perubahan gaya hidup dari

ketergantungan terhadap produk impor menjadi kebiasaan mengkonsumsi produk

domestik. Ini akan mendorong konsumsi produk dalam negeri yang akan

menstimulasi berkembangnya industri dalam neger

Kedua, harus ada perubahan sikap dan kebijakan dari pemerintah didalam

memandang UKM, bahwa UKM ini harus mendapat dukungan penuh.40 Ketiga,

industri UKM ini harus mendapat dukungan dalam mendapatkan input produksi

38
Zaid Zaid, La Escuela De Salamanca: Pengantar Sejarah dan Konsep Pemikiran Mazhab
Salamanca (Academia Publication, 2021).
39
Al-Muhim, “TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN
INDONESIA DI ERA GLOBALISASI.”
40
Rachmawan Budiarto et al., Pengembangan UMKM Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis
(UGM PRESS, 2018).
yang lebih baik, teknologi yang tepat guna, teknik pemasaran yang efektif, dan

pelayanan lain yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan bersaing dengan

industri besar, baik persaingan harga maupun kualitas.

Keempat, UKM ini harus mampu meningkatkan skill dan kemampuannya.

Tentu saja pemerintah harus menyediakan fasilitas training yang memadai dan

institusi pendidikan yang berkualitas.41 Kelima, industri UKM ini harus diberi akses

yang luas terhadap keuangan, dimana hal ini seringkali menjadi sumber masalah

yang menghambat perkembangannya. Keenam, pemerintah harus mampu

mengeliminasi berbagai hambatan yang akan merintangi perkembangan dan

ekspansi industri UKM. Pencapaian tujuan untuk substitusi impor dan promosi

ekspor tidak akan dapat direalisasikan melalui pengembangan UKM jika industri

ini tidak dibantu untuk mampu mengembangkan efisiensi teknologi yang

memungkinkan mereka untuk bersaing secara efektif. 42

Karena itu adalah langkah yang tepat jika dikembangkannya teknologi tepat

guna yang berbasis sumberdaya lokal. Hal ini sangat menguntungkan karena

membutuhkan modal yang minimal, cocok diterapkan di negara-negara

berkembang yang masih memiliki kelemahan dalam institusi pendidikannya, dan

mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap teknologi impor. In dustri

UKM ini pun harus didorong untuk dapat berkembang di daerah pedesaan dan kota-

kota kecil. Hal ini akan mengurangi perbedaan dan ketimpangan pendapatan secara

regional, mereduksi konsentrasi penduduk di daerah kota kota besar semata,

meningkatkan pendapatan dan standar hidup.

41
Budiarto et al.
42
Anis Mashdurohatun, “TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM MENGHADAPI MASA
DEPAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI,” Jurnal Dinamika Hukum 11, no. 0 (March 11, 2011): 76–
88, https://doi.org/10.20884/1.jdh.2011.11.Edsus.264.
DAFTAR PUSTAKA

Almahdali, Humairah, Micael Josviranto, Anna Andriany Siagian, Budi Juliardi, Tahegga

Primananda Alfath, Tesha Dwi Putri, Andreas M. D. Ratuanak, et al. ILMU

NEGARA. CV. Gita Lentera, 2023.

Al-Muhim, Taqiyuddin. “TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM

MENGHADAPI MASA DEPAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI.”

JEBESH: JOURNAL OF ECONOMICS BUSINESS ETHIC AND SCIENCE

HISTORIES 2, no. 3 (January 5, 2024): 26–33.

Anggoro, Agung, Ichmi Yani Arinda Rohmah, Norbertus Citra Irawan, Prasetio Utomo,

Ramdani Bayu Putra, Yuria Putra Tubarad, Mukhamad Zulianto, et al. Ekonomi

Indonesia Pasca Pandemi: Peluang dan Tantangan. Pustaka Peradaban, 2023.

Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. UGM PRESS, 2018.

Arianto, Bambang. “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Perekonomian Dunia.”

JURNAL EKONOMI PERJUANGAN 2, no. 2 (2020): 106–26.

https://doi.org/10.36423/jumper.v2i2.665.

Budiarto, Rachmawan, Susetyo Hario Putero, Hempri Suyatna, Puji Astuti, Harwin

Saptoadi, M. Munif Ridwan, and Bambang Susilo D. Pengembangan UMKM

Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis. UGM PRESS, 2018.

Chapra, Muhammad Umer. Islam Dan Tantangan Ekonomi. Gema Insani, 2000.

Farhas, Rizqon Jamil, and Ratna Riyanti. “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP

PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA.” Jurnal Ilmiah Manajemen,

Ekonomi, & Akuntansi (MEA) 6, no. 2 (July 3, 2022): 758–71.

https://doi.org/10.31955/mea.v6i2.2201.

Fitria, Tira Nur. “Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Ekonomi

Islam 1, no. 02 (2015). https://doi.org/10.29040/jiei.v1i02.30.

Grasia Kurniati, S. H. “STUDI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SENGKETA


BISNIS DAN IMPLEMENTASINYA ANTARA LEMBAGA BADAN

ARBITRASE NASIONAL INDONESIA DAN SINGAPORE

INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE.” Jurnal Ilmiah Hukum

DE’JURE: Kajian Ilmiah Hukum 1, no. 2 (October 1, 2016): 201–34.

https://doi.org/10.35706/dejure.v1i2.507.

Hidayat, Iwan. “Produksi: Telaah Pemikiran Muhammad Abdul Mannan Dalam Ekonomi

Islam (Studi Kasus Produksi Garam Rakyat Madura).” Jurnal Ilmiah Ekonomi

Islam 7, no. 1 (March 8, 2021): 230–34. https://doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1666.

Hidayati, Amalia Nuril. “INVESTASI: ANALISIS DAN RELEVANSINYA DENGAN

EKONOMI ISLAM.” MALIA (TERAKREDITASI) 8, no. 2 (August 16, 2017):

227–42. https://doi.org/10.35891/ml.v8i2.598.

Husna, Nikmatul, and Husni Thamrin. “Konsep Mikro Ekonomi Syariah.” Syarikat: Jurnal

Rumpun Ekonomi Syariah 4, no. 2 (December 29, 2021): 43–51.

https://doi.org/10.25299/syarikat.2021.vol4(2).8516.

Istiqomah, Lailatul. “Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.” Al-Iqtishod : Jurnal

Ekonomi Syariah 1, no. 1 (June 1, 2019): 1–19.

Lestari, Ayu Gumilang. Konsep Ekonomi Mikro Islam. PT. Sonpedia Publishing Indonesia,

2023.

Linklater, Scott Burchill dan Andew. Teori-teori Hubungan Internasinal. Nusamedia,

2019.

M.A, Dr Solikin M. Juhro, S. E. , MAE. Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Kebijakan.

PT. RajaGrafindo Persada - Rajawali Pers, 2023.

Majid, Nurcholish. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Mizan Pustaka, 2008.

Mashdurohatun, Anis. “TANTANGAN EKONOMI SYARIAH DALAM

MENGHADAPI MASA DEPAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI.”

Jurnal Dinamika Hukum 11, no. 0 (March 11, 2011): 76–88.


https://doi.org/10.20884/1.jdh.2011.11.Edsus.264.

Mas’ud, H. Abdurrahman. Paradigma Pendidikan Islam Humanis. IRCISOD, 2020.

Masykuroh, Elly. “REFORMULASI BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM.” Justicia

Islamica 8, no. 1 (2011). https://doi.org/10.21154/justicia.v8i1.528.

M.E, Muhammad Arifin Lubis, S. E. Sy, Asmaul Husna M.Ak S. Ak, and Fauziah Hanum

M.Ak. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. umsu press, 2024.

Mirwad, Muhamad Ajwad. “TEORI KEBIJAKAN NEGARA DALAM EKONOMI

MIKRO ISLAM (Studi Penerapan Kebijakan Publik di Indonesia).” Ar-Rihlah :

Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah 3, no. 2 (December 31, 2023): 89–100.

https://doi.org/10.35194/arps.v3i2.3264.

M.Kn, Dr Dewi Tenty Septi Artiany, S. H. , M. H. Merek Kolektif Produk Koperasi

Ekonomi Kreatif. Penerbit Alumni, n.d.

M.M, Rahayu Mardikaningsih, S. E., Revi Sesario M.M S. Hut, Alfansyah Fathur Si SE ,

M., Nur Cahyadi M.M S. ST, Andi Kusuma Negara M.M S. E., Khasanah M.Pd

S. Pd , M. Kom, Dr H. Fachrurazi M.M S. Ag, et al. Pengantar Ekonomi Mikro.

Cendikia Mulia Mandiri, 2022.

M.Sc, Dr Mohammad Masykur Wiratmo. Pengantar Kewiraswastaan – Kerangka Dasar

Memasuki Dunia Bisnis. Penerbit Andi, 2024.

M.S.I, Havis Aravik, S. H. I. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi

Pertama. Kencana, 2018.

Muliadi, Selamat. “EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM DAN MAQASID SYARIAH

DALAM KURIKULUM EKONOMI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI.”

ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam 9, no. 2 (December 31, 2018).

https://doi.org/10.32678/ijei.v9i2.102.

Muttaqin, Hafiz Maulana, Ahmad Mulyadi Kosim, and Abrista Devi. “Peranan Perbankan

Syariah Dalam Mendorong Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dimasa Pandemi
Covid-19.” El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam 2, no. 1 (2021): 110–

19. https://doi.org/10.47467/elmal.v2i1.393.

Nasfi, Se Mm Me, Muhammad Syafi’I, Anni Muslimah Purnamawati, and Fachrudin Fiqri

Affandy. “EKONOMI MIKRO ISLAM.” OSF, September 22, 2021.

https://osf.io/x5cp4.

Ningsih, Supiah. DAMPAK DANA PIHAK KETIGA BANK KONVENSIONAL DAN BANK

SYARIAH SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA. Penerbit

Widina, 2021.

Santoso, Bedjo, and Abdul Aziz. Pemikiran dan Praktik Ekonomi Islam Sejak Masa Nabi

Muhammad SAW. Hingga Masa Kontemporer. Caremedia Communication, 2022.

Sitepu, Novi Indriyani. “PERAN BANK SYARIAH DALAM PENGENDALIAN

HARGA (Studi Analisis Terhadap Perbankan Syariah di Indonesia).” Jurnal

Perspektif Ekonomi Darussalam (Darussalam Journal of Economic Perspec 1,

no. 1 (2015): 55–74. https://doi.org/10.24815/jped.v1i1.6520.

Suminto, Suminto, Moh Farih Fahmi, and Binti Mutafarida. “Tingkat Literasi Ekonomi

Syariah Mahasiswa Dalam Kegiatan Ekonomi.” JPEKA: Jurnal Pendidikan

Ekonomi, Manajemen dan Keuangan 4, no. 1 (April 23, 2020): 31–44.

https://doi.org/10.26740/jpeka.v4n1.p31-44.

Supatminingsih, Tuti, Febry Anggraeni, and Sumrotul Hasanah3. “Pandangan Ekonomi

Islam Terhadap Perkembangan Sistem Finansial Teknologi Berbasis Paylater

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta).” JUMABI: Jurnal

Manajemen, Akuntansi dan Bisnis 1, no. 1 (January 6, 2023): 30–44.

https://doi.org/10.56314/jumabi.v1i1.97.

Wahab, Abdul, and Ilma Mahdiya. “Peran Lembaga Keuangan Syariah Terhadap

Pertumbuhan UMKM Dalam Revitalisasi Ekonomi Pembangunan Di Indonesia.”

Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 24, no. 1 (August 3, 2023): 109–24.


https://doi.org/10.30595/islamadina.v24i1.11713.

Warjiyo, Perry. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Pusat Pendidikan

Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2017.

Wendi, Novrizal. “Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat.” Tasamuh: Jurnal

Studi Islam 8, no. 1 (April 1, 2016): 53–67.

Zaid, Zaid. La Escuela De Salamanca: Pengantar Sejarah dan Konsep Pemikiran Mazhab

Salamanca. Academia Publication, 2021.

Anda mungkin juga menyukai