Anda di halaman 1dari 22

1

PRINSIP POKOK EKONOMI MIKRO ISLAM


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi mikro islam
Dosen Pengampu:
Yovanda Noni, S. E, M. E

Oleh,
Kelompok 2

Putri Laras Wati (2031811007)


Diah Alfitriana (2031811034)
Asnidar Wulandari (2031811043)
Indra Saputra (2031811046)
Dewi Lestari (2031811054)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan

Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,

kepada sahabatnya, kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

ekonomi mikro Islam yang berjudul “Prinsip Pokok Ekonomi Mikro Islam”. Dalam

penyusunan makalah ini terdapat hambatan yang kami alami, namun berkat

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari beberapa pihak akhirnya dapat terselesaikan

dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat, Ibu Yovanda Neni S. E, M. E, selaku dosen pengampu mata

kulian ekonomi mikro Islam di lokal Perbankan Syariah 2 semester, seluruh teman-

teman perbankan syariah 2, dan semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan tugas ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami

harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami juga bagi

pembaca.

Samarinda, 1 Juni 2022

Kelompok 2,
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 8
A. Definisi Ekonomi Mikro Islam ............................................................................ 8
B. Prinsip-Prinsip Pokok Ekonomi Mikro Islam ....................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan aktivitas keseharian umat manusia yang tidak

dapat kita hindari. Aktivitas ekonomi merupakan wadah untuk memenuhi

kebutuhan baik materiil untuk kehidupan individu maupun kehidupan sosial.

Pada hakekatnya, manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Di antara kebutuhan yang

diperlukan ialah barang dan jasa, yang mampu memberikan manfaat kepada

manusia, baik untuk dirinya maupun orang lain. Nilai manfaat inilah yang

menjad salah satu faktor dari kebutuhan manusia atau disebut sebagai nilai

ekonomis dalam perspektif ilmu ekonomi.

Di dalam Islam terdapat nilai-nilai dan konsep yang berkenaan dengan

bidang ekonomi yang berbeda dengan nilai-nilai dan konsep dalam sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis, maka dapat dikatakan bahwa Islam juga

mempunyai sistem sendiri dalam bidang ekonomi yang bersifat mandiri dan

terlepas dari sistem ekonomi lain. Dikatakan terlepas ialah filosofisnya bebas

atau terbuka dalam aturan yang jelas, seperti halal haramnya jelas dan

memiliki dasar atau fondasi yaitu Al-Qur’an dan hadist.

Maka dari itu, ekonomi syariah atau ekonomi Islam merupakan ajaran

yang lebih mengedepankan nilai-nilai agama serta etika dalam bermuamalah,

yang memberikan nilai keuntungan secara adil kepada kedua pihak yang
5

bersangkutan serta membagikan kerugian yang ada sehingga tidak diberatkan

kepada salah satu pihak saja. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang

memiliki prinsip mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan

cara apapun dan tidak memperdulikan keadilan sesama dalam persaingan di

dunia ekonomi.

Di dalam dunia perekonomian terdapat dua ruang lingkup ilmu

ekonomi, yakni ekonomi mikro dan makro. Sedangakn di dalam ilmu

ekonomi Islam, selama teori yang ada sesuai dengan asumsi dan tidak

bertentangan dengan hukum syariah, maka selama itu pula teori tersebut dapat

dijadikan sebagai dasar untuk membentuk teori ekonomi Islam.

Pada umumnya antara teori ekonomi mikro dan makro merupakan

bagian yang terpisah, walaupun keduanya pada hakekatnya mempunyai

hubungan erat, misalnya pajak masyarakat dibahas pada ekonomi makro

tetapi adanya kebijaksanaan pajak ini akan mempengaruhi pengambilan

keputusan harga dan kuantitas maupun kualitas barang yang akan diproduksi

oleh perusahaan yang dibahas pada ekonomi mikro. Sebaliknya dari ekonomi

mikro tentang proses penentuan harga input yang merupakan bagian penting

untuk pembagian pendapatan nasional. Dengan kata lain, dalam

perkembangan perbedaan antara ekonomi mikro dan makro lebih didasarkan

atas metode pendekatan , yakni ekonomi mikro memakai pendekatan harga

dan ekonomi makro memakai pendekatan masyarakat dan moneter.


6

Ekonomi mikro Islam menjelaskan bagaimana sebuah keputusan

diambil oleh unit ekonomi dengan memasukkan batasan-batasan syariah

sebagai variabel utama. Dalam ekonomi mikro Islam, kita menganggap bahwa

basic ekonomi (variabel-variabel ekonomi) hanya memenuhi segi necessary

condition, sedangkan moral dan tatanan syariah akan memenuhi unsur

sufficient condition dalam ruang lingkup pembahasan ekonomi mikro.

Seperti yang kita ketahui lingkup pembahasan ekonomi mikro adalah

mempelajari perilaku satuan dalam pengambilan keputusan individual sebagai

konsumen, produsen, pemilik sumber daya atau perusahaan. Sedangkan dalam

pembahasan ekonomi mikro Islam, justu faktor moral dan norma yang

terangkum dalam tatanan syariah akan ikut menjadi variabel yang penting

yang perlu dijadikan sebagai analisis.

Islam senantiasa menuntut pemeluknya agar mengamalkan ajaran

Islam dalam setiap kegiatan bisnis maupun transaksi keuangan lainnya.

Ajaran Islam tentang perekonomian menarik utnuk dikaji secara mendalam.

Oleh karena itu, untuk menjalankan sistem ekonomi islam diperlukan

landasan baku atau prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang muslim

dalam menjalankan aktivitas ekonominya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik dan ingin

mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip dalam ekonomi mikro

Islam. Untuk itu penulis membuat karya tulis ini dengan judul “Prinsip Pokok

Ekonomi Mikro Islam”.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Apa definisi ekonomi mikro Islam?

2. Apa saja prinsip-prinsio pokok ekonomi mikro Islam?

C. Tujuan Penulisan

Adapaun yang menjadi tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah di atas

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui definisi dari ekonomi mikro Islam.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pokok ekonomi mikro Islam.


8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ekonomi Mikro Islam

Ekonomi Islam dalam bahasa Arab disebut dengan aliqtishad al-

Islami. Al-Iqtishad secara bahasa bermaknaal-qashdu yaitu pertengahan

dan berkeadilan. Maksud dari pertengahan di sini adalah orang yang

melakukan aktivitas ekonomi Islam harus berlaku jujur, lurus, dan selalu

dalam kebenaran.

Ekonomi Islam menurut Abdul Mannan adalah “Islamic Economic is a

social sciencs with studies the economic problems of a people imbued with

the values of islamic”. Ilmu ekonomi pengetahuan sosial yang

mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-

nilai Islam.

Konsep ekonomi Islam merupakan sebuah konsep ekonomi yang

merupakan hasil pemikiran para ekonom muslim berpijak pada kondisi

eknomi untuk mencari masahat dengan tujuan falah menggunakan Al-

qur’an dan Hadits sebagai pedoman untuk berijtihad dalam memutuskan

sebuah konsep ekonomi Islam.

B. Prinsip-Prinsip Pokok Ekonomi Mikro Islam

Secara umum prinsip ekonomi Islam terbagi menjadi tiga bagian,

yakni kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak


9

atau berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social

justice).Prinsip-prinsip ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal

yang meliputi tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),

khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil).

Selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sudah disebutkan diatas.

Ekonomi islam juga memerlukan sebuah atap yang menjadi payung besar

untuk kelangsungan sistem ekonomi islam dan memayungi semua nilai

dan prinsip tersebut.

Menurut Adiwarman, konsep itu disebut dengan istilah konsep akhlak

ekonomi islam. Akhlak inilah yang memperoleh posisi paling tinggi,

sebab tujuan islam dan tujuan dakwah para nabi adalah untuk

menyempurnakan akhlak umatnya sehingga bisa dipegang menjadi

pedoman dalam melakukan berbaagai kegiatan ekonomi dan bisnis.

Seperti fungsi atap dalam sebuah bangunan, nilai yang berfungsi untuk

melindungi bangunan dari ancaman dari luar adalah akhlak.


10

Akhlak merupakan sikap manusia dalam bertingkah laku yang

diharapkan sesuai dengan teori dan sistem ekonomi Islam. Bisa dikatakan

bahwa harus terdapat manusia yang bisa bersikap, berperilaku dan

berakhlak dengan baik dan professional dalan bidang ekonomi. Meskipun

pelaku tersebut menduduki posisi pengusaha, karyawan, produsen,

konsumen, distributor ataupun menjabat sebagai pemerintah sekalipun.

Karena sistem ekonomi yang islami atau teori ekonomi yang unggul sama

sekali tidak menjadi jaminan bahwa suatu perekonomian akan otomatis

maju dalam umat islam.

Berikut tiga prinsip pokok pada ekonomi mikro Islam.

1. Multitype Ownership (kepemilikan multijenis)

Multitype Ownership (kepemilikan multijenis) merupakan turunan

dari nilai tauhid dan ‘adl. Islam mengakui kepemilikan pribadi, negara

maupun kepemilikan campuran, namun pemilik primer tetap Allah

SWT.

Dalam islam telah diakui bahwa kepemilikan ada tiga jenis yaitu:

kepemilikan perorangan, kepemilikan Bersama dan kepemilikan

pemerintah/negara. Namun, didalam ekonomi islam kepemilikan

pribadi atau swata masih diakui tetapi demi menjamin terciptanya

suatu keadilan maka pemerintah atau negara bisa menguasai cabang-

cabang produksi yang strategis.


11

Makna yang bisa diambil dari prinsip ini bahwa pemilik primer

atau mutlak dari seluruh alam semesta yaitu Allah swt. Sementara

pemilik sekunder dari seluruh alam semesta ini adalah manusia

sebagai pengelolah alam semesta ini yang mendapatkan Amanah oleh

Allah swt diberi tanggung jawab dan hak yang sama di dunia ini utnuk

mengelolah sumber daya alam yang sudah ada. Tapi bukan berarti

manusia bisa bebas mengeksploitasi sumber sumber daya alam yang

sudah ada melainkan harus ada pembatasan. Oleh karena itu, demi

terlaksananya keadilan sumber daya alam yang penting dan bisa

mencukupi hajat hidup banyak orang, sumber daya tersebut dipegang

dan dikuasai oleh pemerintah.

2. Freedom To Act (kebebasan bertindak atau berusaha)

Freedom to act (kebebasan bertindak atau berusaha) merupakan

turunan dari nilai nubuwwah, ‘adl dan khilafah. Prinsip ini memiliki

arti bahwa setiap manusia memiliki kebebasan untuk bermuammah.

Dalam bermuammalah, manusia diwajibkan untuk meneladani

sifat rasul (siddiq, amanah, fathanah, tabligh). Selain itu tetap harus

menjunjung tinggi nilai keadilan dan taat terhadap aturan yang berlaku

dalam pemerintahan agar tidak terjadi distorsi dalam perekonomian.

3. Social Justice (keadilan sosial)

Social Justice (keadilan sosial) merupakan turunan dari nilai

khilafah dan ma’ad. Prinsip ini memiliki arti bahwa pemerintah


12

bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok dan terciptanya

keseimbangan sosial sehingga tidak terjadi ketimpangan antara kaya

dan miskin.

Keadilan sosial merupakan hak bagi setiap warga negara indonesia

yang hidup bersama dalam negara ini. Perlakuan hukum tidak

dibedakan antar golongan atas maupun golongan bawah, semua

berhak mendapatkan hukum yang adil dan setara sama yang lainnya.

Dari ketiga prinsip di atas terdapat lima nilai universal yang memiliki

fungsi seperti pondasi, yaitu menentukan kuat tidaknya suatu bangunan

atau yang menjadi dasar terbentuknya ketiga prinsip tersebut. Adapun

kelima nilai universal tersebut sebagai berikut.

1. Tauhid (keesaan Allah)

Pengertian tauhid dalan bahasa Arab merupakan mashdar yang

berasal dari kata wahhada. Yang dimaksud wahhadasyai’a berarti

menjadikan sesuatu itu menjadi satu. Sedangkan menurut ilmu syariat

mempunyai arti mengesakan terhadap Allah dalam suatu hal yang

merupakan kekhususan bagi-Nya yang berupa Rubbiyah, Uluhiyah,

dan Asma’Wa shifat.

Tauhid memiliki arti bahwa semua yang kita lakukan di dunia

akan dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak. Tauhid

merupakan fondasi ajaran Islam. Allah pemilik alam semesta dan

semua sumber daya yang ada karena Allah lah yang menciptakan alam
13

semesta dan beserta isinya. Oleh karena itu Allah adalah pemilik

hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki sementara

waktu. Dalam Islam semua yang diciptakan Allah ada manfaat dan

tujuannya.

Tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepadaNya

karena itu segala aktivitas yang ada hubungannya dengan alam

(sumber daya) dan manusia (muamalah) dibingkai dalam kerangka

hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya kita akan

mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas

ekonomi dan bisnis.

Ekonomi islam dalam akidah mencangkup dua hal yaitu:

a. Ekonomi Islam Ilahiyah berpijak pada ajaran Tauhid Uluhiyyah.

Tauhid Uluhiyyah yaitu keyakinan akan keesaan Allah dan

kesadaran bahwa seluruh yang ada di muka bumi dan langit adalah

milik-Nya. Manusia harus dapat di percaya, memegang amanah,

untuk mengolah dan mempergunakan apa yang dianugerahkan

oleh Allah untuk kebahagiaan umat manusia dan bukan

kepentingan individual.

Ketika seseorang mengesakan dan menyembah Allah

dikarenakan kapasitas Allah sebagai dzat yang wajib disembah.

Segala pekerjaan yang dikerjakan manusia dalam rangka beribadah

kepada Allah. Termasuk ketika seseorang melakukan kegiatan


14

ekonomi dalam kesehariannya. Dalam skala mikro dan makro,

seseorang haruslah selalu teringat bahwa segala yang dilakukan

adalah ibadah kepada Allah.

b. Ekonomi Islam sebagai Ekonomi Rabbaniyah berpijak kepada

ajaran Tauhid Rububiyah.

Tauhid Rububiyah yaitu keyakinan bahwa Allah yang

menentukan rezeki untuk segenap umat-Nya dan Dia pulalah yang

akan membimbing setiap insan yang percaya kepada-Nya ke arah

keberhasilan.

Ketika seseorang menyembah Allah karena kapasitas Allah

sebagai pemberi rezeki dan segala kenikmatan yang ada di dunia,

ia haruslah mampu memanfaatkan apa yang ada di dunia ini

dengan sebaik-baiknya. segala yang dibutuhkan telah Allah

sediakan di muka bumi ini, maka menjadi suatu kewajiban baginya

untuk bekerja bertebaran dibumi ini untuk mencari rezeki.

2. Adl (adil)

Al-’Adl secara umum dan secara etimologis, kata al-’Adl memiliki

banyak arti, diantaranya istiqamah (lurus), al-Musāwah (persamaan).

Artinya orang yang adil adalah orang yang membalas orang lain

sepadan dengan apa yang diterimanya baik ataupun buruk .

Adl (keadilan), memiliki arti bahwa Allah telah memerintahkan

manusia untuk berbuat adil dan tidak menzalimi pihak lain demi
15

memeroleh keuntungan pribadi, termasuk aktivitas ekonomi maupun

bisnis.

Keadilan dalam ajaran Islam tidak hanya merupakan dari

masyarakat muslim yang sejati. Dalam Islam, antara keimanan dan

keadilan tidak terpisah. Orang yang imannya benar dan berfungsi

dengan baik akan selalu berlaku adil terhadap sesamanya. Hal ini

tergambar dengan sangat jelas.

Keadilan adalah perbuatan yang paling dekat dengan taqwa.

Mendalamnya makna keadilan berdarkan iman bisa dilihat dari

kaitannya dengan amanah kepada manusia untuk sesamanya.

Khususnya amanat yang berkenaan dengan kekuaan pemerintahan

yang merupakan keniscayaan demi ketertiban tatanan hidup kita.

Kekuasaan dan ketaatan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

Namun, kekuasaan yang patut dan harus ditaati hanyalah yang

mencerminkan rasa keadilan karena menjalankan amanat Tuhan.

3. ‘Nubuwwah (kenabian)

Kata al-nubuwwah berarti kenabian, sifat atau hal yang berkenaan

dengan Nabi Muhammad. Kata al-nubuwwah dalam al-Qur’an

disebutkan sebanyak lima kali, antara lain pada surat berikut ini:
16

Artinya: “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan

kepadanya al-kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada

manusia, “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan

penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata), “Hendaklah kamu

menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-

Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. 3/Al-

Imran:79)

Kenabian merupakan salah satu nilai universal ekonomi Islam

karena tugas Nabi Muhammad Saw yang sentral dalam kesumberan

ajaran Islam. Dalam diri Nabi bersemayan sifat-sifat luhur yang layak

menjadi panutan setiap pribadi Muslim dalam aktifitas di dunia

termasuk aktivitas ekonomi.

Al-Nubuwwah merupakan perwujudan sifat Rasulullah sebagai suri

tauladan bagi umat Islam diseluruh dunia. Jika konsep ekonomi Islam

hanya didasarkan pada nilai-nilai tauhid yang terkesan mengambang

sementara secara operasional, praktek ekonomi terus berkembang dan


17

dinamis, maka konsep al-nubuwwah yang melibatkan manusia dalam

perwujudannya dapat menjadi jawaban atas kebutuhan ini.

Contoh keberhasilan Rasulullah dalam aktivitas bisnis tanpa

meninggalkan aspek nilai-nilai luhur merupakan bukti bahwa praktek

ekonomi mempunyai hubungan dengan misi kenabian. Nabi

Muhammad adalah seorang pedagang yang dalam praktek ekonominya

selalu memperhatikan hubungan pedagang dengan konsumen.

Nilai-nilai universal dalam nubuwwah terlihat pada sifat-sifat

wajib nabi dan rasul, yaitu Al-shiddiq (benar dan jujur), Al-Amanah

(responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas), Al-Fathanah

(kecerdasan, kebijaksanaan, profesionalitas, intelektualitas), Al-

Tabligh (komunikatif, transparansi, dan marketeble).

Sifat-sifat dasar tersebut sangat memengaruhi perilaku Nabi

Muhammad dalam kehidupan termasuk dalam hal berekonomi dan

berbisnis. Ini merupakan suri tauladan yang dapat di ikuti oleh seluruh

umatnya, agar bisnis yang dijalani dapat berkembang dengan baik

sesuai dengan syariat Islam. Di samping itu, terdapat sifat lain yang

perlu ditambahkan yaitu syaja’ah (keberanian), yaitu mampu

mengambil keputusan yang tepat, menganalisis data, dan cepat

tanggap terhadap perubahan perkembangan ekonomi.


18

4. Khilafah (pemerintahan)

Al-Khilafah merupakan perwujudan bahwa manusia diciptakan

oleh Allah SWT. untuk menjadi pemimpin makhluk-makhluk lain

dimuka bumi, meskipun dengan skenario, setelah diciptakan terlebih

dahulu Nabi Adam menempati surga dan pada akhirnya diturunkan ke

muka bumi.

Dalam Islam, pemerintah memainkan peran yang sangat penting

dalam bidang ekonomi, yaitu memastikan bahwa kegiatan ekonomi

berjalan secara benar dan tanpa ada kezaliman didalamnya.

Pemerintah berhak ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang

dilakukan individu-individu, baik untuk mengawasi kegiatan itu

maupun untuk mengatur atau melaksanakan kegiatan ekonomi yang

tidak mampu dilaksanakan oleh individu-individu. Namun manusia

tetap memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang mereka

inginkan tetapi teatap harus taat kepada aturan dalam syariat Islam dan

dalam batasan tanggung jawab sosial.

Menurut M, Umer Chapra, ada empat faktor yang terkai dengan

khalifah dalam hubungannya dengan ekonomi Islam, yaitu universal

brotherhood (persaudaraan universal), resource are a trust (sumber

daya alam merupakan amanat), humble life style (gaya hidup

sederhana), dan human freedom (kemerdekaan manusia). Keempat

faktor ini merupakan sebuah penyangga al-khalifah sebagai tempat


19

untuk mencapai kesejahteraan hidup didunia dan kesejahteraan hidup

diakhirat.

5. Ma’ad (hasil)

Konsep al-ma’âd ini tidak ditemukan dalam sistem ekonomi

selain Islam, baik kapitalis maupun sosialis tidak pernah

menghubungkan transaksi dan aktifitas ekonomi dengan kehidupan

alam akhirat.

Ma'ad dalam perekonomian disebut juga dengan laba. Laba

seharusnya didapatkan dengan cara yang baik dan halal, laba tidak

boleh didapatkan dengan cara yang tidak halal atau curang. Dalam

perekonomian banyak cara curang untuk mendapatkan laba yang

banyak, hal seperti inilah yang harus dihindari karena perbuatan

curang akan melemahkan kepercayaan kaum muslimin.

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa motif dari para pelaku

ekonomi adalah guna untuk menghasilkan profit atau laba. Dalam

agama islam, ada profit atau keuntungan baik di dunia dan di akhirat.

Hidup manusia tidak hanya di dunia, karena kita semua akan kembali

kepada Allah. Allah melarang kita terikat pada dunia sebab bila

dibandingkan dengan kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah

seberapa. Manusia diciptakan untuk berjuang. Perjuangan akan

mendapat ganjaran atau imbalan. Perbuatan baik akan dibalas dengan

kebaikan berlipat-lipat, perbuatan jahat akan mendapat hukuman yang


20

setimpal. Prinsip ini menjadi motivasi dalam ekonomi dan bisnis,

bahwa laba tidak hanya laba dunia tetapi meliputi laba akhirat. Karena

itu konsep profit mendapat legitimasi dalam islam.


21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi mikro Islam menjelaskan bagaimana sebuah keputusan

diambil oleh unit ekonomi dengan memasukkan batasan-batasan syariah

sebagai variabel utama. Seperti yang kita ketahui lingkup pembahasan

ekonomi mikro adalah mempelajari perilaku satuan dalam pengambilan

keputusan individual sebagai konsumen, produsen, pemilik sumber daya atau

perusahaan.

Konsep ekonomi Islam merupakan sebuah konsep ekonomi yang

merupakan hasil pemikiran para ekonom muslim berpijak pada kondisi

eknomi untuk mencari masahat dengan tujuan falah menggunakan Al-qur’an

dan Hadits sebagai pedoman untuk berijtihad dalam memutuskan sebuah

konsep ekonomi Islam.

Secara umum prinsip ekonomi Islam terbagi menjadi tiga bagian,

yakni kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak atau

berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social justice).Prinsip-prinsip

ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal yang meliputi tauhid

(keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan

ma’ad (hasil).
22

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim, 2008. Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Edisi ketiga
Atika, S.E.I, MA, Dr. Fauzi Arif Lubis, MA. 2020, Ekonomi Mikro Islam, Medan:
FEBI UIN-SU Press
Firda Zulfa. 2015, ”Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim.” El-Faqih:
Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam 1, no. 2
Handayani, L.N. 2018, Pusat Kajian Ekonomika dan Bisnis Syariah,
http://pkebs.feb.ugm.ac.id
Kementerian Agama RI. 2010, hukum keadilan dan Hak Asasi Manusia, Jakarta:
Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur’an
Prof. Dr. H. Idri, M. 2021, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Jakarta: Lintas Pustaka
Rudi Ahmad Suryadi, 2013. “Rancang Bangun Ekonomi Islam.” I’itibar: Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman 4, no.2
Yoiz Shofwa Shafrani. 2020, “Rancang Bangun Ekonomi Islam Adiwarman Karim
Dalam Kajian Epistimologi Islam.” El-jizya: Jurnal Ekonomi Islam 8, no.2

Anda mungkin juga menyukai