Anda di halaman 1dari 16

WADI’AH

(TITIPAN)
Bahasa Fiqih
Barang titipan atau memberikan, juga diartikan
i’tha’u al-mal liyahfadzahu wa fi qabulihi yaitu
memberikan harta untuk dijaganya dan pada
penerimaannya.

Al-Qur’an
Definisi wadi’ah sebagai amanat bagi orang yang menerima
titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu
pemilik meminta kembali.

Wadi’ah Segi Bahasa & Aspek Teknis


Bahasa, sebagai meninggalkan atau meletakkan, atau meletakkan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga.
Teknis, sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.
Pertama, ulama Mazhab Kedua, ulama Mazhab Maliki,
Hanafi mendifinisikan wadi’ah Mazhab Syafi’I dan Mazhab
dengan, “mengikutsertakan Hanbali (jumhur ulama)
orang lain dalam memelihara mendefinisikan wadi’ah dengan
harta, baik dengan ungkapan “Mewakilkan orang lain untuk
yang jelas, melalui tindakan, memelihara harta tertentu
maupun melalui isyarat.” dengan cara tertentu.”

Titipan nasabah yang harus


dijaga dan dikembalikan setiap Definisi yang dikemukakan ahli fikih
saat apabila nasabah yang
bersangkutan menghendaki Menurut PSAK 59
Bank bertanggung jawab atas
pengembalian titipan.
Muhammad bin Ibrahim al Tuwaijiri
Wadi’ah adalah harta yang
diserahkan kepada orang yang
menjaganya tanpa
kompensasi, seperti
menitipkannya kepada orang
lain jam, mobil atau uang.
DISYARIATKANNYA WADI’AH
Para fuqaha beristidlal atas disyariatkannya wadi’ah dengan Al-Quran,
sunnah baik ucapan maupun perbuatan, ijma’ dan logika.

• Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan


kebajikan dan taqwa)Allah memerintahkan untuk saling
Qs Al Maidah (5): 2 bantu membantu kepada kebaikan dan takwa diantara
Al-Quran hal tersebut adalah wadi’ah.

• “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


Qs Al-Nisa (4): 58 amanat kepada yang berhak menerimanya.”

• “Allah akan selalu menolong hambaNya selama hamba


Sunnah tersebut menolong saudaranya sesama muslim” HR.
Muslim

Kementerian Wakaf dan Urusan • secara umum para fuqaha sepakat atas kebolehannya
Agama Kuwait (1984) wadi’ah. Adapun dari segi logika bahwa itu adalah
kebutuhan manusia , bahkan yang sangat penting bagi
mereka.
MAQASHID KHASSAH WADI’AH

Kemudahan dan
Menjaga Harta
menghilangkan kesusahan

• Allah melarang manusia untuk menyi- • Tidak semua orang sanggup dan
nyiakan harta,oleh karena itu mampu untuk menjaga harta
sebagaimana fuqaha menyarankan pribadinya sendiri, terkadang ia
bahwa ketika sesesorang tidak sanggup membutuhkan orang lain untuk
untuk menjaga hartanya, ia wajib menjaganya sehingga Allah
mentipkannya harta kepada saudaranya mensyariatkan wadi’ah untuk
yang lain. Begitu pula yang menerima memberikan kemudahan dan
titipan, ia wajib menerima titipan jika menghilangkan kesiusahan
ada orang lain yangsanggup untuk umatNya.
menjaganya. Apabila ia mampu untuk
amanah dan eggan menjaganya harta
tersebut akan sia-sia.
Hukum Taklifi wadi’ah
mencakup hokum yang lima (Al-Khin 1992 87-88)

Ketika sanggup menjaganya dan


Dianjurkan 1 2 Wajib
ia yakin mampu untuk amanah.
Selain itu, tidak ada orang lain
yang mampu amanah dan
sanggup menjaganya.

Hukum tersebut berlaku apabila yang


diberi amanah pada waktu diberikan Makruh 3 4 Haram
titipan sanggup untuk amanah, akan
tetapi ia tidak yakin pada waktu yang Hukum tersebut terjadi apabila yang
kan datang ia bisa amanah. diberi amanah tahu bahwa ia tidak
sanggup menjaga titipan.

Berlaku jika yang diberi amanah tidak yakin bisa


amanah pada waktu yang akan datang, atau ia tidak Mubah 5
sanggup menjaganya. Pihak yang menitipkan tahu
kondisi tersebut, namun ia rela menitipkan kepadanya.
Rukun wadiah (Al-Tuwaijiri,2009:549) :

Rukun 1. Al- Mudi’ (pemilik barang)


2. Al- mustaudi (penjaga barang)

Wadi’ah 3. Wadi’ah (barang yang dititipkan )


4. Shigat, yaitu ijab dan qabul
Hukum meminta
upah titipan

Ibn Rusyd seorang fuqaha dari Mazhab


Maliki mengatakan :
“tidak ada upah bagi yang diberi amanah
karena menjaga barang tiitipan dan apa yang
dibutuhkan berupa tempat atau biaya menjadi
tanggung jawab pemiliknya” (Rusyd, 2004:96)
Hukum Mengembalikan
Barang Titipan

Wadiah adalah amanah QS An-Nisa’ : 4:58


“ Sesungguhnya Allah
Pihak yang diamanahi wajib menyuruh kamu
mengembalikanya ketika menyampaikan amanat
diminta oleh pemiliknya yang berhak
menerimanya”

Apabila setelah dimnta ia Jika wadiah yang dilakukan


menahannya hingga hilang, adalah milik dua orang kemudian
maka wajib baginya untuk datang setellah salah satunya
memberikan ganti rugi menuntut bagiannya, maka tidak
wajib untuk dikembalikan
Para ulama sepakat bahwa wadiah adalah amanah, bukan yang ditanggung,
wadiah merupakan amanah dan amanah itu tidak mengandung risiko (ganti
rugi) yang diberi amanah kecuali jika melakukan at-ta’adi dan tafrith

Meninggalkan/ membiarkan titipan

Yang diamanati menitipkan kepada


selain keluarganya menggunakan Tasharuf yang dilakukan oleh
titipan orang yang menerima titipa
Titipan amanah atas harta titipan itu tidak
terlepas dari dua hal :
akan berubah Titipan dibawa pergi/ perjalanan
• Dengan izin yang
menitipkan maka boleh dan
menjadi ganti rugi Yang diberi amanah mengingkari berubah menjadi pinjaman
titipan • Jika tidak ada izin maka
jika : tidak boleh, kecuali jika ada
Titipan disatukan/ bercampur dengan kemaslahatan
harta yang diberi amanah

Yang diamanahi menyalahi syarat


titipan
Keuntungan dari Tasharuf
Wadi’ah Tanpa Izin Pemiliknya

 Jika A menitipkan uang 100 jt kepada  Jika A mensyaratkan


B, kemudian B menjadikan uang tsb keuntungan dibagi dua,
sebagai modal usaha dengan izin A. maka akadnya menjadi
Maka akadnya berubah menjadi pinjam mudharabah  Menurut kaum yang lain,
meminjam (qardh) apabila usahanya untung,
maka keuntungannya bagi
yang menitipkan dan
disedekahkan

 Apabila usahanya rugi, modal yang  Menurut faqaha, apabila


berasal dari titipan A habis. Maka B usahanya untung, maka
wajib mengganti rugi kepada A keuntungan halal dibagi
Implikasi Wadi’ah
Apabila wadi’ah terjadi dan akadnya sah maka memiliki
implikasi hukum sebagai berikut (Al-Khin, 1992: 90-91)

Akad wadi’ah adalah akad jaiz, kedua belah


pihak boleh membatalkannya kapan saja
walaupun tanpa ada izin dari salah satu pihak

Wajib menjaga barang titipan Tangan yang diberi titipan


tersebut, Dijaga langsung oleh atas titipannya adalah amanah
dirinya, tidak boleh dijaga
orang lain
Al-Wadi’ah al-Mashrifiyyah
(Simpanan di Bank)
Karakteristik khusus Berdasarkan bentuknya
(Al-Dubyan, 1432: 361): (Al-Masyaiqih, 2013: 221-222)

1. Simpanan tersebut khusus uang saja, 1. Simpanan yang memiliki bunga


2. Bank memiliki titipan serta mengelola dan 2. Simpanan yang berpegang dengan
memprofitkannya, tetapi wadi’ah yang menitipkan hukum islam dengan akad investasi
tidak mempunyai hak mengelolanya berdasarkan bagi hasil.
3. Wadi’ah mashrifiyyah itu secara mutlak ditanggung,
wadi’ah itu biasanya tidak ditanggung kecuali kalau
ta’addi dan tafrith, karena itu adalah amanah pada
tangan yang menerima titipan.
Zakat Wadi’ah
al-Mashrifiyyah
Kementrian Agama Qatar dalam fatwanya no. 4653 mengatakan bahwa uang yang disimpan di bank
tidak lepas dari dua kondisi :

Disimpan di Perbankan Wajib zakatnya hanya pada


Konvensional pokok harta

harta pokoknya maupun


Disimpan di Perbankan Syariah.
keuntungannya wajib dizakati
Berakhirnya akad
Wadi’ah
1. Dipinta kembali atau dikembalikannya wadi’ah
2. Kepemilikan wadi’ah berpindah kepada selain pemiliknya,
seperti dijual atau dihibahkan.
3. Orang yang menitipkan ditahjir karna safah (boros).
4. Orang yang menerima titipan ditahjir karena safah (boros).
5. Mati atau gilanya salah satu atau kedua orang yang berakad
(penitip dan penerima titipan).
Thank you

Anda mungkin juga menyukai