Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA


DI PROVINSI JAWA TIMUR

Evrintia Dini Putri


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
evrintia@gmail.com

Dosen Pembimbing :
Dr. Kusuma Ratnawati,SE., MM.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan daerah yang


terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) pada suatu tahun dapat memengaruhi kinerja keuangan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur di tahun berikutnya.
Ukuran kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio kemandirian daerah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh.
Sampel yang digunakan adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi JawaTimur yang
memiliki data APBD tahun 2012-2015 yang diperoleh dari situs Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis
data yang digunakan adalah uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, DAU berpengaruh signifikan negatif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, DAK tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi PAD maka tingkat
kemandirian keuangan daerah akan semakin meningkat dan semakin tinggi DAU
maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan semakin menurun. Untuk itu,
pemerintah daerah harus menerapkan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi dalam
upaya peningkatan PAD guna mewujudkan kemandirian daerah.

Kata kunci : Pendapatan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana


Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Kinerja
Keuangan Daerah.

1
THE EFFECT OF LOCAL REVENUE
ON REGENCY/CITY GOVERNMENTS’ FINANCIAL PERFORMANCE
IN EAST JAVA PROVINCE

Evrintia Dini Putri

Supervisor:
Dr. Kusuma Ratnawati, SE., MM

ABSTRACT

The objective of this research is to determine the effect of Local Revenue that
consists of Local Own-Source Revenue, General Allocation Grant, and Special
Allocation Fund, in a particular year on the financial performance of Regency/City
Governments in East Java Province in the next year. The financial performance is
measured by local region self-sufficiency ratio.
This is an explanatory study with quantitative approach. The sampling
technique is saturated sampling. The sample included all regencies/cities in East Java
Province based on APBD (Local Region Budget) data on 2012-2015 from General
Directorate of Financial Balance website. The data of this research is secondary data.
The data analysis method used in this research is multiple linear regression.
The result of this research shows that Local Own-Source Revenue has
positive and significant impact on financial performance. General Allocation Grant
has negative but impact on financial performance. Special Allocation Fund does not
have significant impact on financial performance.
Based on the results of this research, it concludes that if Local Own-Source
Revenue has increase, it will result in higher financial performance. If General
Allocation Grant experiences an increase, the financial performance will suffer from
decrease. Therefore, local government should apply intensification and
extensification strategies to improve PAD (local own-source revenue) and to establish
local region self-sufficiency.

Keywords: Local Revenue, Local Own-Source Revenue (PAD), General


Allocation Grant (DAU), Special Allocation Fund (DAK), Local
Government’s Financial Performance

3
PENDAHULUAN daerah itu sendiri. PAD bersumber dari pajak
Latar Belakang daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
Berlakunya otonomi daerah sejak tahun kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain PAD
1999 melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang yang sah. Pada dasarnya apabila apabila suatu
kemudian digantikan dengan UU No. 32 Tahun daerah memiliki PAD yang cukup tinggi maka
2004 dan diperbaharui menjadi UU No. 23 daerah otonom akan semakin leluasa dan
Tahun 2014 telah membawa perubahan yang mandiri dalam menentukan kebutuhan
besar pada sistem pemerintahan di Indonesia. pelayanan kepada masyarakat.
Melalui UU tersebut maka seluruh daerah di Selain PAD, Dana Perimbangan
Indonesia, baik itu provinsi, kabupaten maupun merupakan sumber pendapatan daerah yang
kota diberikan hak, wewenang dan tanggung memiliki kontribusi besar pada struktur APBD.
jawab untuk mengatur dan mengurus sendiri Dana perimbangan atau yang sering disebut
urusan pemerintahan dan kepentingan dengan dana transfer ini mempunyai peranan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan yang penting terutama untuk mencapai efisiensi
perundang-undangan. Dalam sudut pandang dan keadilan dalam penyediaan layanan publik.
keuangan negara, otonomi daerah memberikan (Abdul Halim, 2014:134). Dalam APBD, Dana
kewenangan yang besar kepada pemerintah transfer ini dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
daerah untuk menyelenggarakan kegiatan Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
pemerintahan dan mengelola sumber-sumber (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
keuangan (Sonny Sumarsono, 2010: 51). Secara umum, kondisi mengenai
Keuangan daerah yang dimaksud dalam pendapatan pemerintah daerah di Indonesia
otonomi daerah berkaitan erat dengan APBD, yang terdiri atas PAD, Dana Perimbangan dan
karena APBD merupakan rencana kerja Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah dapat
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dilihat melalui gambar berikut:
dapat dijadikan sebagai instrumen utama
pemerintah daerah dalam menyusun dan
menentukan kebijakan daerah. Didalam APBD
memuat anggaran pendapatan, anggaran
belanja, dan pembiayaan daerah. APBD pada
dasarnya merupakan instrumen kebijakan yang Gambar 1.1 Komposisi Pendapatan Daerah
dipakai sebagai alat untuk meningkatkan
pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat Berdasarkan Gambar 1.1. menunjukkan
(Suhadak dan Nugroho, 2007:8). komposisi Pendapatan Daerah (398 Kabupaten
Dalam rangka peningkatan pelayanan dan 93 Kota) pada tahun 2011 terdiri atas Dana
umum yang merupakan salah satu tujuan dari Perimbangan sebesar 68,0%, PAD sebesar
otonomi daerah, maka pemerintah daerah harus 19,0% dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang
memiliki sumber pendanaan yang besar agar sah sebesar 13,0%. (DJPK,2011). Komposisi
mampu menunjang segala pemenuhan pendapatan daerah lebih didominasi Dana
kebutuhan daerah. Menurut Mudrajad Kuncoro Perimbangan, hal tersebut menunjukkan bahwa
(2014:51) pendapatan daerah terdiri atas 3 rata-rata Kabupaten/Kota di Indonesia memiliki
komponen, yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana tingkat ketergantung tinggi terhadap pendanaan
Perimbangan dan Lain-lain PAD yang sah, dari pemerintah pusat.
dimana masing-masing komponen ini dapat Provinsi Jawa Timur merupakan
menunjang kegiatan pemerintahan. provinsi yang mempunyai posisi yang strategis
Menurut Suhadak dan Nugroho (2007: di bidang Industri karena diapit oleh dua
122) Pendapatan Asli Daerah (PAD) provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali
merupakan sumber pendapatan daerah yang (Media Jatim Menuju E-Government, 2015).
bersumber dari hasil pengelolaan kekayaan Kondisi tersebut diharapkan dapat menjadikan
2
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur diukur menggunakan rasio kemandirian
sebagai daerah yang memiliki perekonomian keuangan daerah.
yang baik. Berasarkan hasil analisis APBD
yang dilakukan Direktorat Jenderal TINJAUAN PUSTAKA
Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Otonomi Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada Berdasarkan Undang-Undang No. 32
tahun 2011 memiliki tingkat kemandirian Tahun 2014 dijelaskan bahwa “otonomi daerah
sebesar 13,4%, yang artinya tingkat adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
kemandiriannya masih rendah. Untuk itu, otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
diperlukan optimalisasi PAD bagi urusan pemerintahan dan kepentingan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
rangka peningkatan kemandirian daerah. perundang-undangan”
Dalam mengelola keuangan daerah agar Keuangan Daerah
menjadi lebih baik maka diperlukan manajemen Keuangan daerah dapat diartikan
keuangan daerah. Kemampuan daerah dalam sebagai hak dan kewajiban daerah baik berupa
mencapai tujuan tersebut disebut dengan uang maupun barang yang dapat dinilai
kinerja keuangan daerah. Untuk menilai kinerja menggunakan uang dan dijadikan sebagai
keuangan pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan daerah selama belum dikuasai oleh
keuangannya dapat diukur menggunakan pihak-pihak lain berdasarkan atas ketentuan
analisis rasio keuangan, salah satunya adalah dan peraturan perundang-undangan yang
dengan analisis rasio kemandirian. Rasio berlaku. Dalam mengelola keuangan daerah
kemandirian menggambarkan tingkat diperlukan manajemen keuangan daerah, yaitu
ketergantungan daerah terhadap sumber dana suatu proses pengorganisasian dan pengelolaan
ekstern (Ihyaul Ulum, 2012 :30). sumber daya atau kekayaan yang dimiliki
Beberapa penelitian tentang daerah dalam rangka mencapai tujuan yang
kemandirian telah banyak dilakukan, dikehendaki daerah tersebut (Abdul Halim,
diantaranya penelitian Afrizal Tahar dan 2007: 29).
Maulida Zakhiya (2011) Hasil tersebut APBD
menunjukkan bahwa semakin tinggi PAD maka APBD merupakan rencana keuangan
akan meningkatkan kemandirian daerah, tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
sementara semakin tinggi DAU maka disetujui oleh DPRD, dimana didalam APBD
kemandirian daerah akan semakin menurun. tergambar semua hak dan kewajiban daerah
Penelitian Reza Marizka (2013) yang dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
menunjukkan bahwa PAD mampu daerah yang dapat dinilai dengan uang
meningkatkan kemandirian daerah, sedangkan termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
DAK yang tinggi menunjukkan bahwa yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
pemerintah daerah memiliki ketergantungan daerah tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
terhadap pendanaan dari pemerintah pusat. APBD juga merupakan instrumen pemerintah
Berdasarkan uraian latar belakang dan dalam rangka mewujudkan pelayanan dan
penelitian terdahulu maka penelitian ini peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk
dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tercapainya tujuan bernegara. (Sonny
besarnya pendapatan daerah pada suatu tahun Sumarsono 2010 : 115)
dapat memengaruhi kinerja keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
pemerintah daerah pada tahun berikutnya. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004
Pendapatan daerah yang digunakan dalam “PAD adalah Pendapatan yang diperoleh
penelitian ini terdiri atas PAD, DAU, dan DAK. daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan
Sedangkan kinerja keuangan pada penelitian ini Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”. PAD bertujuan untuk memberikan
3
kewenangan Pemerintah Daerah untuk pemenuhan penyediaan pelayanan publik antara
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai daerah di Indonesia, dimana pemerintah
dengan potensi daerah sebagai perwujudan diberikan keleluasaan dalam memanfaatkan
desentralisai. Komponen PAD terdiri atas: DAU sesuai dengan kehendak daerah.
a. Pajak Daerah adalah “kontribusi wajib Penghitungan besarnya DAU yang
kepada daerah yang terutang oleh orang diterima oleh Kabupaten/Kota di seluruh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa Indonesia didasarkan pada ketentuan berikut:
berdasarkan UU,dengan tidak mendapatkan 1. Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-
imbalan secara langsung dan digunakan kurangnya 25% dari penerimaan dalam
untuk keperluan daerah bagi sebesar- negeri dalam APBN.
besarnya kemakmuran rakyat” (UU No.28 2. Dana Alokasi Umum dibagi antara Provinsi
Tahun 2009). dan Kabupaten/Kota dengan imbangan 10%
b. Retribusi Daerah adalah “pungutan daerah untuk Provinsi dan 90% untuk
sebagai pembayaran atas jasa atau Kabupaten/Kota.
pemberian izin tertentu yang khusus 3. Dana Alokasi Umum untuk suatu
disediakan dan/atau diberikan oleh Kabupaten/Kota, besarnya dihitung
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang berdasarkan perkalian bobot
pribadi atau badan” (UU No.28 Tahun Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan
2009). jumlah DAU yang telah ditetapkan
c. Laba BUMD atau Bagian Laba Usaha (Mudrajad Kuncoro, 2014: 67).
Daerah adalah “penerimaan daerah yang Menurut Abdul Halim (2014: 118)
berasal dari pengelolaan kekayaan daerah tujuan pengalokasian DAU adalah untuk
yang dipisahkan” (Abdul Halim,2007:98). pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan
d. Lain-lain PAD yang sah adalah “penerimaan publik diantara pemerintah daerah di Indonesia,
daerah yang berasal dari lain-lain hal ini dikarenakan faktor sumber daya alam di
pendapatan milik pemerintahan daerah. Indonesia tidaklah merata. Oleh karena itu,
Rekening ini disediakan untuk sumber perimbangan keuangan pusat-daerah
mengakuntasikan penerimaan daerah selain yang berasal dari sumber daya alam juga akan
pajak daerah, retribusi daerah dan bagian menimbulkan ketidakmerataan antar daerah.
laba BUMD” (Abdul Halim, 2007 : 98). Sehingga DAU dimaksudkan untuk dapat
Dana Alokasi Umum (DAU) memperbaiki pemerataan perimbangan
Menurut Undang-undang Nomor 33 keuangan yang ditimbulkan oleh bagi hasil
Tahun 2004 “DAU adalah dana yang sumber daya tersebut
bersumber dari pendapatan APBN yang Dana Alokasi Khusus (DAK)
dialokasikan dengan tujuan pemerataan Menurut Undang-undang Nomor 33
kemampuan keuangan antar daerah untuk Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus adalah
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka “dana yang bersumber dari pendapatan APBN
pelaksanaan desentralisasi”. Abdul Halim yang dialokasikan kepada daerah tertentu
(2014:124) mendefinisikan “DAU sebagai dengan tujuan untuk membantu mendanai
transfer dana yang bersifat block grant, kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sehingga pemerintah daerah mempunyai dan sesuai dengan prioritas nasional”
keleluasaan di dalam penggunaan DAU sesuai DAK ditujukan untuk daerah khusus
dengan kebutuhan dan aspirasi masing-masing yang terpilih untuk tujuan khusus.
daerah”. Berdasarkan beberapa definisi tersebut Menurut Mudrajad Kuncoro (2014: 70)
dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum kebutuhan khusus dalam DAK meliputi:
merupakan dana transfer dari pemerintah pusat 1. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di
kepada pemerintah daerah dalam rangka daerah terpencil yang tidak mempunyai
pemerataan kemampuan keuangan daerah dan akses memadai ke daerah lainn.
4
2. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di sebagai tolak ukur dalam menilai kemampuan
daerah yang menampung transmigrasi. daerah dalam menjalankan otonomi daerah.
3. Kebutuhan prasarana dan saran fisik yang (Abdul Halim, 2007 :230). Berikut merupakan
terletak di daerah pesisir/kepulauan dan beberapa alat analisis rasio keuangan yang
tidak mempunyai prasarana dan sarana yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja
memadai. keuangan pemerintah daerah:
4. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di 1. Rasio Kemandirian Daerah
daerah guna mengatasi dampak kerusakan
lingkungan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004, Pemerintah menetapkan kriteria Rasio yang menggambarkan tingkat
DAK yang meliputi kriteria umum, khusus, dan ketergantungan daerah terhadap sumber
kriteria teknis sebagai berikut: dana ekstern.
1. Kriteria Umum ditetapkan dengan 2. Rasio Efektivitas
mempertimbangkan kemampuan Keuangan
Daerah dalam APBD
2. Kriteria Khusus ditetapkan dengan
memperhatikan peraturan perundang- Rasio efektivitas menggambarkan
undangan dan karakteristik daerah kemampuan pemerintah daerah dalam
3. Kriteria Teknis ditetapkan oleh kementrian merealisasikan PAD yang direncanaan
Negara/departemen teknis. dibandingkan dengan target yang ditetapkan
DAK dialokasikan dengan tujuan untuk berdasarkan potensi riil daerah.
membantu daerah dalam mendanai kebutuhan 3. Rasio Efisiensi
fisik sarana-dan prasarana dasar yang
merupakan prioritas nasional di bidang
pendidikan, kesehatan (pelayanan dasar dan Rasio Efisiensi yang menggambarkan
pelayanan rujukan), jalan, irigasi, air minum, perbandingan antara besarnya biaya yang
sanitasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
perikanan, pertanian, lingkungan hidup, dengan realisasi pendapatan yang diterima.
keluarga berencana, kehutanan, sarana dan 4. DSCR
prasarana perdesaan, serta perdagangan (Abdul
Halim 2014: 138).
Kinerja Keuangan Daerah
Menurut Syamsi dalam Heny dan Yulia 5. Rasio Pertumbuhan
(2009) kinerja keuangan pemerintah daerah
adalah kemampuan suatu daerah dalam
menggali potensi keuangan daerah serta
mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
guna memenuhi kebutuhan pemerintah daerah
agar tidak bergantung pada pembiayaan dari
pemerintah pusat.
Untuk menilai kinerja keuangan
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan analisis rasio
keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan
maupun realisasi dari APBD. Hasil dari analisis
rasio tersebut selanjutnya dapat digunakan Gambar 2.1. Kerangka Konsep
5
H1: PAD berpengaruh signifikan terhadap populasi, seluruhnya dapat dijadikan sebagai
sampel penelitian.
Kinerja Keuangan Daerah,
H2: DAU berpengaruh signifikan terhadap
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Kinerja Keuangan Daerah.
Jenis data yang digunakan dalam
H3: DAK berpengaruh signifikan terhadap penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah “data yang di terbitkan atau
Kinerja Keuangan Daerah.
digunakan oleh organisasi yang bukan
METODOLOGI PENELITIAN pengolahnya” (Syofian Siregar, 2014: 37) dan
menurut Burhan Bungin (2005:122), data
Jenis Penelitian
sekunder adalah “data yang diperoleh dari
Jenis penelitian yang digunakan dalam sumber kedua atau sumber sekunder dari data
penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang kita butuhkan.”
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian Metode pengumpulan data yang
kuantitatif dapat diartikan sebagai “metode digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
penelitian yang berlandaskan pada filsafat teknik dokumentasi, yaitu dengan
positivisme, digunakan untuk meneliti pada mengumpulkan data Laporan APBD
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
data menggunakan instrumen penelitian, Timur periode 2012-2015. Data dalam
analisis data, bersifat kuantitatif/statistik, penelitian ini diperoleh dari situs resmi
dengan tujuan menguji hipotesis yang telah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
ditetapkan.” (Sugiyono, 2008:8). Sedangkan melalui website www.djpk.depkeu.go.id.
penelitian eksplanatori atau explanatory
research merupakan penelitian yang bermaksud Definisi Operasional Variabel
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang 1. Variabel Dependen
diteliti serta hubungan antara satu variabel Variabel dependen dalam penelitian ini
dengan yang lain. Tujuannya adalah untuk adalah Kinerja Keuangan Pemerintah
menguji suatu teori atau hipotesis guna Daerah yang disimbolkan dengan (Y).
memperkuat atau bahkan menolak teori atau Rasio yang digunakan untuk
hipotesis hasil penelitian yang sudah ada mengukur kinerja keuangan pemerintah
sebelumnya (Sugiyono, 2012:21). daerah dalam penelitian ini adalah Rasio
Populasi dan Sampel kemandirian keuangan daerah.
Rasio kemandirian keuangan daerah
Populasi dalam penelitian ini adalah dihitung menggunakan rumus berikut ini:
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur (Ihyaul Ulum, 2012:31 )
yang berjumlah 38, terdiri dari 29 Kabupaten
dan 9 Kota. Penelitian ini memiliki rentang
waktu 3 tahun, yaitu 2012 – 2014. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teknik Sampling Jenuh Pada penelitian ini, kinerja keuangan
yaitu “teknik sampel bila semua anggota daerah yang digunakan sebagai data
populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain penelitian adalah kinerja keuangan daerah
dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua pada tahun berikutnya (Yn + 1). Hal tersebut
anggota populasi dapat dijadikan sampel” dikarenakan konsep pada penelitian ini
(Lijan Poltak Sinambela, 2014:103). adalah untuk melihat bagaimana pengaruh
Berdasarkan teknik sampling tersebut, PAD, DAU dan DAK pada tahun tertentu
maka dari 38 Kabupaten/Kota yang menjadi (Xn) akan berpengaruh terhadap kinerja

6
keuangan di tahun berikutnya (Yn + 1), Y = Kinerja Keuangan Daerah
sehingga data yang digunakan untuk α = Konstanta
mengukur kinerja keuangan daerah adalah b1-b3 = Koefisien Regresi
data APBD tahun 2013-2015. X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK)
2. Variabel Independen ε = Tingkat kesalahan pengganggu
- PAD (X1) Pengujian Hipotesis
Pengukuran PAD dalam penelitian ini Dalam penelitian ini, pengujian
dihitung dengan mencari kontribusinya Hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji
terhadap Total Pendapatan Daerah sebagai F dan Uji t. Uji F atau Uji kelayakan model
berikut: (Reza Marizka, 2013 :8) merupakan tahapan awal mengidentifikasi
model regresi yang diestimasi layak atau tidak.
Secara statistik, uji kelayakan ini selain diukur
dengan nilai statistik F dapat juga diukur
- DAU (X2) dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ).Uji
Pengukuran DAU dalam penelitian ini koefisien determinasi (R2) pada intinya
dihitung dengan mencari kontribusinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
terhadap Total Pendapatan Daerah sebagai dalam menerangkan variasi variabel dependen.
berikut: (Reza Marizka, 2013 :8) Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa
jauh pengaruh dari variabel independen secara
parsial (individu) terhadap variabel dependen.

HASIL ANALISIS
- DAK (X3) Uji Asumsi Klasik
Pengukuran DAK dalam penelitian ini 1. Uji Normalitas
dihitung dengan mencari kontribusinya Berdasarkan hasil uji KolmogrovSmirnov
terhadap Total Pendapatan Daerah sebagai menunjukkan bahwa significance dari
berikut: (Reza Marizka, 2013 :8) residual yang dilihat dari Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,306 (0,306 > 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
residual yang digunakan untuk model regresi
berdistribusi normal (normally distributed).
Metode Analisis Data 2. Uji Multikoliniritas
Metode analisis yang digunakan dalam Berdasarkan hasil uji multikorelasi
penelitian ini Analisis Regresi Linear Berganda menunjukkan bahwa masing-masing
yang dilakukan dengan bantuan software SPSS. variabel PAD, DAU dan DAK mempunyai
Sebelum dilakukan analisis regresi maka nilai VIF ≤ 10. Sehingga diperoleh
terlebih dahulu perlu dilakukan Uji Asumsi kesimpulan bahwa semua variabel bebas dari
Klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji masalah multikolinieritas.
heterokedatisitas, uji multikorelasi 3. Uji Heteroskedastisitas
Penelitian ini menggunakan model Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas
regresi berganda yakni regresi yang memiliki menunjukkan bahwa masing-masing
satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel PAD, DAU dan DAK mempunyai
variabel independen, dimana model nilai Sig, > 0,005. Sehingga diperoleh
persamaannya adalah sebagai berikut : kesimpulan bahwa semua variabel bebas dari
Y= α + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε masalah heteroskedastisitas.
Keterangan :

7
Hasil Uji Regresi Linier Berganda poin maka akan terjadi penurunan kinerja
keuangan sebesar - 0,389 poin dengan
asumsi bahwa variabel independen lainnya
tetap.
4. β3 = 0,022
Nilai koefisien β3 adalah sebesar -0,022. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan
Dana Alokasi Khusus yang Sah sebesar 1
poin maka akan terjadi penurunan kinerja
Berdasarkan hasil uji regresi linier keuangan sebesar -0,022 poin dengan asumsi
berganda pada Tabel 4.9 , maka diperoleh bahwa variabel independen lainnya tetap.
persamaan regresi sebagai berikut: Hasil Uji Hipotesis
Y= 1,837 + 1,017X1- 0,389X2 - 0,022X3 + ε 1. Uji F
Keterangan :
Y : Kinerja Keuangan
X1 : PAD
X2 : DAU
X3 : DAK
ε : Tingkat kesalahan penggangu
Dari model regresi di atas dapat
diidentifikasi bahwa variabel Pendapatan Asli
Daerah (X1) memiliki arah hubungan positif Berdasarkan Hasil Uji F pada Tabel
terhadap kinerja keuangan, sedangkan Dana 4.10 di atas didapat nilai Signifikansi sebesar
Alokasi Umum (X2) dan Dana Alokasi Khusus 0,00, nilai Signifikansi tersebut lebih kecil
(X3) memiliki arah hubungan yang negatif dari nilai derajat Signifikansi sebesar 0,05,
terhadap kinerja keuangan. sehingga dapat disimpulkan bahwa model
Persamaan regresi tersebut, dinterpretasi regresi dalam penelitian ini layak digunakan.
sebagai berikut: Secara statistik uji kelayakan model
1. α = 1,837 dapat juga dilakukan melalui pengukuran
Nilai konstanta dalam persamaan regresi nilai koefisien determinasi. Hasil Uji
ini adalah positif, yaitu sebesar 1,837. Angka Koefisien Determinasi dapat dilihat pada
1,837 menunjukkan bahwa apabila variabel Tabel 4.11 berikut:
Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi
Umum (X2) Dana Alokasi Khusus (X3)
diabaikan atau tidak ada, maka nilai Kinerja
Keuangan akan mengalami kenaikan sebesar
1,837 poin.
2. β1 = 1.017
Nilai koefisien β1 adalah sebesar 1.017.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar
1 poin maka akan terjadi kenaikan kinerja Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, dapat
keuangan sebesar 1.017 poin dengan asumsi dilihat bahwa nilai Adjusted R Square
bahwa variabel independen lainnya tetap. adalah sebesar 0,933. Nilai Adjusted R
3. β2 = - 0,389 Square tersebut memiliki makna bahwa
Nilai koefisien β2 adalah sebesar - 93,3% Kinerja Keuangan Pemerintah
0,389. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Daerah dipengaruhi oleh ketiga variabel
peningkatan Dana Alokasi Umum sebesar 1 independen yaitu PAD, DAU dan DAK,
sedangkan sisanya 6,7% dipengaruhi oleh
8
variabel-variabel lain yang tidak dapat disimpulkan bahwa variabel DAK
dimasukkan dalam persamaan regresi pada tidak berpengaruh secara parsial terhadap
penelitian ini. Kinerja Keuangan Daerah. Dengan
demikian, hipotesis pertama yang
Uji t menyebutkan DAK berpengaruh terhadap
Uji t pada penelitian ini digunakan Kinerja Keuangan Daerah ditolak.
untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel
independen dalam menerangkan variabel PEMBAHASAN
dependen. Hasil Uji t dapat dilihat pada Tabel 1. Pengaruh PAD terhadap Kinerja
4.12 berikut: Keuangan Pemerintah Daerah
Pengujian hipotesis pertama
menunjukkan hasil bahwa variabel PAD
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah dengan nilai
signifikansi sebesar 0,00 < 0,05. Dengan
demikian hipotesis dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa PAD berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah diterima. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendapatan daerah
Berdasarkan hasil Uji t pada Tabel 4.12 yang bersumber dari PAD, maka tingkat
di atas menunjukkan bahwa: kemandirian daerah akan semakin
a. Variabel Pendapatan Asli Daerah meningkat.
Variabel PAD memiliki koefisien Berdasarkan hasil penelitian ini
pengaruh probability sebesar 0,00 <0,05 menunjukkan bahwa PAD memberikan
pada tingkat siginifikansi α = 0,05, sehingga pengaruh terhadap kinerja keuangan
dapat disimpulkan bahwa variabel PAD pemerintah daerah dalam hal kemandirian
berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja daerah di tahun berikutnya. Besarnya
Keuangan Daerah. Dengan demikian, penerimaan pendapatan daerah yang
hipotesis pertama yang menyebutkan PAD bersumber dari PAD pada suatu periode
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dapat digunakan oleh pemerintah daerah
Daerah diterima untuk memenuhi kebutuhan belanja sesuai
b. Variabel Dana Alokasi Umum dengan kehendak pemerintah daerah. Pada
Variabel DAU memiliki koefisien umumnya PAD digunakan pemerintah
pengaruh probability sebesar 0,01 <0,05 daerah untuk memenuhi belanja dalam
pada tingkat siginifikansi α = 0,05, sehingga sektor-sektor produktif, misalnya belanja
dapat disimpulkan bahwa variabel DAU modal dan belanja barang dan jasa yang
berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja berkaitan secara langsung terhadap
Keuangan Daerah. Dengan demikian, peningkatan program kerja pemerintah
hipotesis pertama yang menyebutkan DAU daerah. Dari peningkatan program kerja
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pemerintah tersebut maka pembangunan
Daerah diterima daerah akan meningkat dan sarana-prasarana
daerah semakin memadai untuk menunjang
peningkatan PAD di tahun berikutnya,
c. Variabel Dana Alokasi Khusus sehingga dari peningkatan PAD tersebut
Variabel DAK memiliki koefisien dapat meningkatkan kemandirian daerah
pengaruh probability sebesar 0,01 <0,05 dalam rangka menjalankan otonomi daerah.
pada tingkat siginifikansi α = 0,05, sehingga
9
2. Pengaruh DAU terhadap Kinerja 3. Pengaruh DAU terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Keuangan Pemerintah Daerah
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan
hasil bahwa variabel DAU berpengaruh hasil bahwa variabel DAK tidak
signifikan negatif terhadap kinerja keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah dengan nilai signifikansi pemerintah daerah dengan nilai signifikansi
sebesar 0,01 < 0,05. Dengan demikian sebesar 0,441>0,05. Dengan demikian
hipotesis dalam penelitian ini yang hipotesis dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa DAU berpengaruh menyatakan bahwa DAK berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah diterima. Hasil tersebut menunjukkan daerah ditolak. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendapatan daerah besarnya pendapatan daerah yang bersumber
yang bersumber dari DAU, maka tingkat dari DAK tidak memberikan pengaruh
kemandirian daerah akan semakin menurun. terhadap tingkat kemandirian daerah.
Berdasarkan hasil penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi menunjukkan bahwa besarnya pendapatan
pendapatan daerah yang berasal dari DAU, daerah yang berasal dari DAK tidak
maka kinerja keuangan pemerintah daerah memberikan pengaruh terhadap kinerja
dalam hal kemandirian daerah akan semakin keuangan pemerintah daerah dalam hal
menurun di tahun berikutnya. DAU kemandirian daerah di tahun berikutnya.
merupakan sumber pendapatan transfer dari DAK merupakan sumber pendapatan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah transfer dari pemerintah pusat kepada daerah
dalam rangka pemerataan kemampuan tertentu yang bersifat spesific grant, yang
keuangan antar daerah di Indonesia. artinya DAK dialokasikan oleh pemerintah
Besarnya penerimaan pendapatan daerah pusat yang sepenuhnya menjadi
yang berasal dari DAU dapat digunakan kewenangan pusat dalam membantu
pemerintah daerah untuk memenuhi mendanai kegiatan khusus pemerintah
kebutuhan belanja sesuai urusan daerah. daerah yang sesuai dengan tujuan nasional.
Namun, pada umumnya DAU digunakan Penerimaan pendapatan daerah yang berasal
pemerintah daerah untuk memenuhi belanja dari DAK pada suatu periode digunakan
rutin daerah yang tidak produktif dan tidak pemerintah daerah untuk meningkatkan
berkaitan secara langsung terhadap sarana dan prasarana fisik daerah yang
peningkatan program kerja pemerintah sesuai dengan tujuan dari program kerja
daerah. Hal tersebut menyebabkan DAU Kementerian yang terkait, maka DAK hanya
tidak memberikan kontribusi dalam dapat digunakan oleh pemerintah daerah
peningkatan pembangunan daerah untuk memenuhi belanja dalam bidang yang
dikarenakan sebagian besar dana yang telah ditentukan, seperti pendidikan,
berasal dari DAU sudah terserap untuk kesehatan, jalan, irigasi, air minum, sanitasi,
memenuhi kebutuhan belanja tidak langsung prasarana pemerintahan, kelautan dan
tersebut. Oleh karena itu, meskipun perikanan, pertanian, lingkungan hidup,
pendapatan yang berasal dari DAU besar keluarga berencana,kehutanan, sarana dan
namun tidak dapat menunjang program kerja prasarana perdesaan, serta perdagangan.
pemerintah di tahun berikutnya, sehingga DAK yang diterima oleh pemerintah daerah
pemerintah daerah tetap memiliki pada suatu periode tidak dapat menunjang
ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan program kerja pemerintah daerah dalam
pendanaan dari pemerintah pusat dan kinerja meningkatkan pembangunan daerah,
keuangan daerah semakin menurun. sehingga DAK tidak memberikan pengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah
10
daerah dalam mewujudkan kemandirian belanja rutin daerah yang tidak memberikan
keuangan di tahun berikutnya. kontribusi bagi peningkatan pembangunan
Implikasi Penelitian daerah, hal tersebut terjadi sebagai akibat dari
Berdasarkan hasil penelitian ini maka tingginya kebutuhan daerah tanpa diimbangi
secara praktis memberikan implikasi sebagai dengan potensi daerah. Hal tersebut
berikut: menyebabkan pemerintah masih memiliki
PAD berpengaruh signifikan positif ketergantungan yang tinggi terhadap pendanaan
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dari pemerintah pusat. Tingginya dominasi
dalam mewujudkan kemandirian daerah. PAD pendanaan yang berasal dari DAU
merupakan pendapatan daerah yang bersumber menyebabkan tingkat kemandirian daerah
dari hasil pengelolaan kekayaan daerah itu semakin rendah.
sendiri. Besarnya PAD yang diterima DAK tidak berpengaruh terhadap
pemerintah daerah pada suatu dapat digunakan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam
untuk memenuhi kebutuhan belanja sesuai mewujudkan kemandirian daerah. DAK
dengan kehendak dan keinginan daerah. Oleh merupakan pendapatan transfer dari pemeritah
karena itu, besarnya PAD yang diterima daerah pusat kepada pemerintah daerah khusus dengan
sebaiknya dialokasi untuk belanja pada sektor- tujuan khusus untuk membantu daerah sesuai
sektor produktif, misalnya belanja modal dan dengan prioritas nasional. Oleh karena itu,
belanja barang dan jasa yang berguna untuk pemerintah daerah menggunakan DAK harus
meningkatkan pembangunan daerah dalam sesuai dengan tujuannya.
upaya peningkatan pelayananan dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, KESIMPULAN DAN SARAN
maka program kerja pemerintah untuk Kesimpulan
meningkatkan pembangunan daerah akan 1. PAD berpengaruh signifikan positif terhadap
terpenuhi seiring dengan peningkatan sarana kinerja keungan pemerintah daerah
dan prasarana daerah yang dapat menunjang Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur.
peningkatan PAD di tahun berikutnya. Selain Besarnya PAD yang diterima pemerintah
itu, sebaiknya pemerintah daerah menerapkan daerah pada suatu tahun dapat digunakan
strategi intensifikasi maupun ekstensifikasi pemerintah daerah untuk kebutuhan belanja
guna meningkatkan pendapatan daerah yang daerah yang dapat menunjang program kerja
bersumber dari PAD yang sekaligus dapat pemerintah daerah. Dari peningkatan
meningkatkan kemandirian daerah dalam program kerja tersebut maka akan dapat
menjalankan otonomi daerah. meningkatan PAD di tahun berikutnya,
DAU berpengaruh signifikan negatif sehingga kinerja keuangan pemerintah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah daerah dalam mewujudkan kemandirian
dalam hal kemandirian daerah. DAU daerah akan meningkat pula.
merupakan pendapatan transfer dari pemerintah 2. DAU berpengaruh signifikan negatif
pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat terhadap kinerja keuangan pemerintah
block grant, dimana pemerintah daerah dapat daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
menggunakan DAU sesuai dengan keinginan Timur. Besarnya DAU yang diterima
dan kebutuhan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah pada suatu tahun tidak
pemerintah daerah sebaiknya mengalokasikan dapat menunjang peningkatan program kerja
DAU untuk memenuhi kebutuhan belanja pemerintah daerah, karena DAU lebih
daerah pada sektor produktif, agar dapat banyak dialokasikan untuk memenuhi
meningkatkan pembangunan daerah dan sarana- kebutuhan belanja rutin daripada untuk
prasarana daerah yang nantinya dapat belanja produktif. Hal tersebut menyebabkan
menunjang peningkatan PAD. Akan tetapi, pemerintah daerah terus bergantung terhadap
selama ini DAU lebih banyak dialokasi untuk
11
pendanaan dari pemerintah pusat sehingga se-Sumatera Bagian Selatan, Jurnal
kinerja keuangan daerah semakin rendah. Skripsi, Universitas Bengkulu.
3. DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah Afrizal Tahar dan Maulida Zakhiya, 2011,
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
Besarnya DAK yang diterima oleh dan Dana Alokasi Umum terhadap
pemerintah daerah pada suatu periode hanya Kemandirian Daerah dan
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Jurnal
khusus. Selain itu, presentase DAK Akuntansi dan Investasi, Universitas
dibandingkan dengan total pendapatan Muhammadiyah Yogyakarta.
daerah relatif rendah, sehingga tidak
memberikan pengaruh terhadap kinerja Anonimous, Undang-Undang Republik
keuangan pemerintah daerah pada tahun Indonesia Nomor 22 Tahun 1999
berikutnya. tentang Pemerintahan Daerah.
Saran
1. Pemerintah daerah sebaiknya terus berupaya , Undang-Undang Republik
dalam peningkatan PAD guna meningkatkan Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
keleluasaan daerah dalam menjalankan tentang Pemerintahan Daerah.
otonomi daerah. Selain itu, pemerintah
daerah diharapkan mengurangi , Undang-Undang Republik
ketergantungan terhadap pendanaan dari Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
pemerintah pusat agar kemandirian daerah tentang Perimbangan Keuangan
dapat terwujud. antara Pemerintah Pusat dan
2. Pemerintah daerah perlu melakukan strategi Pemerintah Daerah.
intensifikasi dan ekstensifikasi dalam usaha
, Undang-Undang Republik
peningkatan PAD. Intensifikasi dapat
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
dilakukan dengan cara meningkatkan
tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
sumber pendapatan daerah yang sudah ada
secara optimal. Sedangkan ekstensifikasi , Undang-Undang Republik
dapat dilakukan dengan cara menggali dan Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
memperluas potensi daerah yang baru tentang Pemerintahan Daerah.
selama dalam batas undang-undang.
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi Dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu
Abdul Halim, 2007, Akuntansi Keuangan Sosial Lainnya, Prenada Media Group,
Daerah, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.
Jakarta.
Cherrya Dhia Wenny, 2012, Analisis Pengaruh
, 2014, Manajemen Keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sektor Publik, Salemba Empat, Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Jakarta. Pemerintahan Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal
Abdullah Febriansyah, 2015, Pengaruh Ilmiah, STIE MDP, Volume 2 No. 1.
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
terhadap Kinerja Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 2011, Deskripsi dan Analisis APBD
2011, (Online),
12
(http://www.djpk.depkeu.go.id/?p=214 (http://dosen.perbanas.id/wp-
5, diakses pada Maret 2016). content/uploads/2015/05/Regresi-
Linier-Berganda-SPSS1.pdf, diakses
, 2015, Data Keuangan Daerah Agustus 2016)
Setelah TA 2006, (Online),
(http://www.djpk.depkeu.go.id/?page_i Reza Marizka, 2016, Pengaruh Pendapatan Asli
d=316, diakses pada Maret 2016). Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Gunawan Sudarmanto, 2013, Statistik Terapan Khusus terhadap Tingkat Kemandirian
Berbasis Komputer, Mitra Wacana Keuangan Daerah pada Kabupaten
Media, Jakarta. dan Kota di Sumatera Barat, Jurnal
Skripsi, Universitas Negeri Padang.
Haryadi Sarjono & Winda Julianita, 2011,
SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar, Sinambela, Lijan Poltak, 2014, Metodologi
Aplikasi Untuk Riset, Salemba Empat, Penelitian Kuantitatif, Graha Ilmu,
Jakarta. Yogyakarta.

Heny Susantih dan Yulia Saftiana, 2009, Singgih Santoso, 2014, Statistik Parametrik
Perbandingan Indikator Kinerja Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, PT
Keuangan Pemerintah Provinsi se- Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sumatera Bagian Selatan, Jurnal
Skripsi, Program Pascasarjana Siregar, Syofian. 2014, Satistik Parametrik
Akuntansi Fakultas Ekonomi untuk Penelitian Kuantitatif, PT Bumi
Universitas Sriwijaya. Aksara, Jakarta.

Ihyaul Ulum, 2012, Audit Sektor Publik (Suatu Sonny Sumarsono, 2010, Manajemen
Pengantar), PT Bumi Aksara, Jakarta. Keuangan Pemerintahan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Imam Ghozali, 2011, Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS, Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif
Badan Penerbit Universitas Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Diponegoro, Semarang. Bandung.

Khairul Muluk, 2007, Desentralisasi dan , 2012, Metode Penelitian Kuantitatif


Pemerintahan Daerah, Bayumedia Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Publishing, Malang Bandung.

Media Jatim Menuju E-Government, 2015, Suhadak dan Nugroho, 2007, Paradigma Baru
Sekilas Jawa Timur, (Online), (Pengelolaan Keuangan Daerah
(http://jatimprov.go.id/read/sekilas- dalam Penyusunan APBD di Era
jawa-timur/sekilas-jawa-timur, diakses Otonomi), Bayumedia Publishing,
pada April 2016). Malang.

Mudrajad Kuncoro, 2014, Otonomi Daerah Swastika Enjang Prasasti, 2015, Pengaruh
Menuju Era Baru Pembangunan Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Daerah, Edisi 3, Salemba Empat, Perimbangan terhadap Kinerja
Jakarta. Keuangan Pemerintah Daerah, Jurnal
Skripsi, Universitas PGRI Yogyakarta.
Muhammad Iqbal, 2015, Regresi Linier
Berganda, (Online),
13
Zelfia Yuliana Sutami, 2016, Pengaruh Rasio
Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap
Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah pada Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Riau Tahun (2008-2013),
Jurnal Skripsi, Universitas Maritim
Raja Ali Haji.

14

Anda mungkin juga menyukai